Posts made by Vivian Rizkiana Fauzi

NAMA : Vivian Rizkiana Fauzi
NPM : 2415061002
KELAS : PSTI-D

Video ini membahas tentang realitas demokrasi, khususnya di Indonesia, dengan pendekatan yang jujur dan reflektif. Pembicara menyampaikan bahwa demokrasi itu, pada dasarnya, memang tidak pernah sunyi—ia penuh suara, perdebatan, dan sering kali tampak gaduh. Tapi justru di situlah kekuatannya: memberi ruang bagi setiap orang untuk bersuara.

Dalam konteks Indonesia, video ini mengangkat fakta bahwa peringkat demokrasi negara kita mengalami penurunan sejak 2013, berdasarkan laporan dari Freedom House dan Economist Intelligence Unit. Namun, kondisi ini ternyata bukan hanya terjadi di sini. Negara besar seperti Amerika Serikat pun mengalami tantangan serupa. Jadi, ini bukan persoalan lokal semata, melainkan bagian dari tren global.

Yang menarik, video ini juga menekankan bahwa kegaduhan dalam demokrasi tidak selalu buruk—selama masih berada dalam batas wajar dan tidak menjurus pada pelanggaran etika maupun hukum. Justru, keberisikan itu adalah tanda bahwa demokrasi hidup. Tantangannya adalah bagaimana menjaga agar demokrasi tetap sehat dan tidak disalahgunakan.
NAMA : Vivian Rizkiana Fauzi
NPM : 2415061002
KELAS : PSTI-D

Jurnal ini mengkritisi pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 yang meskipun berjalan lancar dari segi prosedural, justru menyoroti sejumlah masalah mendasar dalam demokrasi Indonesia. Beberapa kelemahan yang diungkap antara lain meningkatnya polarisasi masyarakat, maraknya politisasi identitas, kegagalan partai politik dalam menjalankan fungsi representatifnya, serta lemahnya netralitas birokrasi dalam proses pemilu. Sebagai solusi, penulis jurnal mengusulkan pentingnya pendalaman demokrasi melalui reformasi sistemik, termasuk pembenahan institusi politik, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat untuk memperkuat kualitas demokrasi ke depan.
Nama : Vivian Rizkiana Fauzi
NPM : 2415061002
Kelas : PSTI0D

Video ini membahas penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, yang membuka jalan bagi Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya dua hari kemudian. Setelah serangan bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima pada 6 Agustus dan Nagasaki pada 9 Agustus, yang menewaskan ratusan ribu orang, Jepang akhirnya menyerah. Penyerahan ini menandai akhir Perang Dunia II di wilayah Pasifik dan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia, yang saat itu masih dijajah oleh Jepang. Dalam situasi ini, bangsa Indonesia segera mengambil inisiatif untuk memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya persatuan, sebagaimana tercantum dalam sila ketiga Pancasila. Ketika Jepang menyerah, bangsa Indonesia bersatu untuk mengambil kesempatan tersebut demi masa depan yang lebih baik. Ini adalah pengingat bahwa dalam menghadapi tantangan besar, solidaritas dan kerjasama antarwarga negara sangatlah penting. Dengan memahami konteks sejarah ini, kita dapat lebih menghargai kemerdekaan yang kita nikmati saat ini dan berkomitmen untuk menjaga serta memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang mahasiswa, sejarah ini dapat dijadikan sebagai contoh nyata dari nilai-nilai Pancasila, terutama sila pertama yang menekankan ketuhanan dan kemanusiaan. Proklamasi kemerdekaan bukan hanya sekadar pengakuan atas hak untuk merdeka, tetapi juga merupakan perwujudan dari keinginan bangsa untuk hidup dalam martabat dan kebebasan. Selain itu, sila kedua yang mengedepankan kemanusiaan yang adil dan beradab tercermin dalam semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Nama : Vivian Rizkiana Fauzi
NPM : 2415061002
Kelas : PSTI D

Video yang menunjukkan aksi protes warga desa Pegaden Tengah di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menggambarkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah dari enam pabrik pakaian. Warga merasa terganggu oleh bau busuk dan dampak negatif limbah yang dibuang ke sungai, sehingga mereka melakukan aksi penutupan saluran pembuangan limbah sebagai bentuk protes. Dalam video tersebut, pemilik pabrik mengaku tidak mengetahui cara pengolahan limbah yang benar, mencerminkan kurangnya kesadaran akan tanggung jawab lingkungan. Warga dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan terus berunjuk rasa jika pemerintah tidak mengambil tindakan untuk menutup pabrik-pabrik tersebut.

Melalui perspektif Pancasila, jelas bahwa perjuangan warga desa Pegaden Tengah bukan hanya sekadar tentang penutupan pabrik, tetapi juga tentang menjaga martabat manusia dan lingkungan demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Ini adalah pengingat bagi kita semua akan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan industri dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menghormati hak-hak setiap individu.

Sebagai seorang mahasiswa, saya melihat aksi ini sebagai manifestasi nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua yang menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab. Protes ini menunjukkan bahwa warga desa berjuang untuk hak mereka atas lingkungan yang bersih dan sehat, mencerminkan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama. Selain itu, sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia, terlihat dalam solidaritas warga yang bersatu untuk melindungi tempat tinggal mereka dari dampak industri yang merugikan. Tindakan mereka juga mencerminkan sila keempat, yaitu musyawarah untuk mufakat, di mana mereka berusaha menyampaikan aspirasi dan harapan kepada pemerintah agar segera mengambil langkah konkret dalam menangani masalah pencemaran ini.