Kiriman dibuat oleh Aura Liyanti

AKM C2025 -> CASE STUDY

oleh Aura Liyanti -
Nama : Aura Liyanti Fani
NPM : 2413031089

1. Saham yang membayar dividen menawarkan imbal hasil tertinggi, mendekati 11% per tahun, yang dapat secara signifikan meningkatkan nilai dana pensiun dalam jangka panjang. Namun, instrumen ini membawa risiko fluktuasi harga yang tinggi karena pengaruhnya yang kuat terhadap kondisi makroekonomi dan pasar. Saham memiliki likuiditas yang relatif tinggi, yang memudahkan penjualannya, tetapi volatilitasnya membuatnya kurang stabil sebagai instrumen utama untuk dana pensiun yang membutuhkan kepastian dalam pembayaran manfaat.
Obligasi pemerintah menawarkan imbal hasil yang lebih rendah daripada saham, sekitar 6,5% per tahun, tetapi memiliki tingkat risiko yang sangat rendah karena dijamin oleh pemerintah. Instrumen ini cocok untuk dana pensiun karena dapat memberikan pendapatan tetap yang stabil dan relatif dapat diprediksi. Obligasi memiliki likuiditas moderat karena dapat diperdagangkan di pasar sekunder, meskipun harganya dapat berfluktuasi.
Deposito berjangka memiliki imbal hasil terendah, yaitu 4,25% per tahun, tetapi memiliki risiko yang sangat rendah dan praktis tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar. Kelemahannya terletak pada likuiditasnya yang rendah, karena ada penalti untuk penarikan dini. Deposito berjangka lebih berfungsi sebagai penyangga likuiditas jangka pendek daripada sebagai sumber pertumbuhan dana jangka panjang.

2. Berdasarkan profil risiko moderat hingga konservatif dari Dana Pensiun Guru Nusantara, alokasi portofolio yang direkomendasikan adalah menempatkan 50% dana sebesar Rp. 5 miliar dalam obligasi pemerintah, 30% Rp. 3 miliar dalam saham yang memberikan dividen, dan 20% Rp. 2 miliar dalam deposito berjangka. Obligasi pemerintah mewakili porsi terbesar, karena memberikan pendapatan tetap yang relatif stabil, dan risikonya yang rendah memastikan ketersediaan dana untuk pembayaran pensiun jangka panjang. Saham yang memberikan dividen tetap dimasukkan dalam portofolio untuk meningkatkan potensi pertumbuhan dana melalui keuntungan modal dan dividen, tetapi proporsinya dibatasi agar fluktuasi pasar tidak secara signifikan memengaruhi stabilitas dana pensiun. Di sisi lain, deposito berjangka berfungsi sebagai cadangan likuiditas dan merupakan instrumen teraman untuk menutupi kebutuhan kas jangka pendek, memastikan bahwa portofolio secara keseluruhan mempertahankan keseimbangan antara keamanan, stabilitas, dan pertumbuhan.

3. a. Dalam krisis ekonomi, seperti kenaikan inflasi dan penurunan 20% pada Indeks Komposit Jakarta (JCI), dampak terbesar akan dirasakan pada investasi saham yang memberikan dividen. Anjloknya pasar saham dapat menyebabkan nilai investasi ekuitas, yang awalnya sebesar 3 miliar rupiah, turun menjadi sekitar 2,4 miliar rupiah, sehingga mengurangi nilai total portofolio menjadi sekitar 9,4 miliar rupiah. Sementara itu, obligasi pemerintah dan deposito berjangka relatif stabil karena memberikan pendapatan tetap dan memiliki risiko rendah, sehingga mencegah penurunan nilai portofolio yang signifikan.

b. Untuk mengurangi risiko ini, manajer investasi dapat melakukan diversifikasi di berbagai sektor saham, menyeimbangkan kembali portofolio dengan meningkatkan proporsi investasi obligasi pemerintah, dan meningkatkan cadangan dalam bentuk deposito berjangka. Selain itu, pemantauan kondisi pasar secara berkala diperlukan untuk memastikan penyesuaian portofolio dilakukan dengan segera ketika terjadi perubahan signifikan, sehingga menjaga stabilitas dana pensiun dan memastikan pembayaran manfaat yang berkelanjutan kepada para pensiunan.

4. Saham yang memberikan dividen dicatat sebagai instrumen keuangan dalam kategori nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL) atau nilai wajar melalui pendapatan komprehensif lainnya (FVOCI), sesuai dengan tujuan kepemilikan yang ditetapkan dalam PSAK 71. Perubahan nilai wajar saham diakui dalam laba rugi atau pendapatan komprehensif lainnya, sedangkan dividen diakui sebagai pendapatan investasi. Obligasi pemerintah umumnya diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada biaya amortisasi atau FVOCI, sesuai dengan model bisnis dana pensiun. Kupon obligasi diakui secara periodik sebagai pendapatan bunga, dan perubahan nilai wajar dilaporkan sesuai dengan klasifikasinya. Deposito berjangka dicatat sebagai aset keuangan yang diukur pada biaya amortisasi. Pendapatan bunga atas deposito diakui berdasarkan basis akrual pada setiap periode dan dilaporkan sebagai pendapatan investasi dalam laporan laba rugi dana pensiun.

AKM C2025 -> Diskusi

oleh Aura Liyanti -
Nama : Aura Liyanti Fani
NPM : 2413031089

Mempelajari tentang akuntansi sewa, khususnya setelah diberlakukannya PSAK 73 sangat mendesak karena berkaitan langsung dengan transparansi dan keandalan informasi keuangan. Implementasi standar ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui aset dan kewajiban sewa, sehingga memastikan posisi keuangan yang dilaporkan lebih akurat mencerminkan situasi ekonomi yang sebenarnya. Tanpa pemahaman yang menyeluruh, perusahaan berisiko melakukan kesalahan pengakuan dan pengukuran yang dapat menurunkan kualitas informasi keuangan dan memengaruhi kepercayaan pengguna laporan keuangan.
Selain itu, kebijakan akuntansi memandu pemilihan metode akuntansi, estimasi, dan perlakuan yang digunakan oleh perusahaan. Kebijakan akuntansi yang tepat membantu menjaga konsistensi dan keterbandingan laporan keuangan antar periode, sehingga memudahkan pengguna dalam menilai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Ketidakjelasan dalam kebijakan akuntansi dapat meningkatkan subjektivitas manajemen dan berpotensi menimbulkan bias dalam pelaporan keuangan.
Berbagai isu akuntansi seperti earnings management, perubahan standar, dan tantangan digitalisasi mengharuskan mahasiswa dan praktisi untuk mengembangkan pemahaman yang kritis dan adaptif. Mempelajari topik-topik ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tetapi juga menumbuhkan sikap etis dan profesional dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu, manfaat utamanya adalah terciptanya laporan keuangan yang lebih relevan, andal, dan tepercaya yang berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.