Posts made by Pandu Sahala Sitanggang

Nama: Pandu Sahala Sitanggang
NPM: 2415061089
Kelas: PSTI C

Video tersebut mengupas mengapa sistem demokrasi menjadi pilihan populer di berbagai negara meskipun sering disebut sebagai sistem yang "berisik". Video ini menjelaskan bahwa demokrasi memberikan ruang kebebasan berpendapat bagi semua warga negara, dan hal ini menjadi kekuatan utama dari sistem tersebut. Demokrasi tidak hanya memungkinkan partisipasi politik yang luas, tetapi juga berkontribusi pada kestabilan sosial-politik jangka panjang. Penelitian yang disebutkan dalam video menunjukkan bahwa negara-negara demokratis cenderung memiliki penegakan HAM yang kuat, tingkat korupsi yang rendah, serta warga yang lebih sehat dan bahagia. Ini menjadi bukti bahwa demokrasi bukan hanya sistem politik, tetapi juga ekosistem yang mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun, video ini juga mencerminkan dinamika baru dalam demokrasi abad ke-21. Ada sinyal bahwa kepercayaan terhadap sistem demokrasi mulai goyah, seiring munculnya tantangan kontemporer seperti disinformasi, polarisasi politik, dan ketimpangan sosial yang tetap tinggi meski demokrasi dijalankan. Video ini secara implisit mengajak penonton untuk tidak hanya menerima demokrasi sebagai sistem yang ideal secara teori, tetapi juga mengkritisi tantangan nyata yang dihadapi oleh negara-negara demokratis saat ini. Dalam konteks ini, video menyajikan pemikiran reflektif yang serupa dengan kajian akademik, yaitu mempertanyakan efektivitas sistem demokrasi dan mencari cara agar sistem ini tetap relevan dan adaptif di era global dan digital.
Nama: Pandu Sahala Sitanggang
NPM: 2415061089
Kelas: PSTI-C

Artikel “Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019” oleh R. Siti Zuhro membahas tantangan mendasar dalam pendalaman dan konsolidasi demokrasi di Indonesia melalui pelaksanaan Pilpres 2019. Penulis menyoroti bahwa meskipun pemilu telah dilaksanakan secara langsung sejak era reformasi, praktik demokrasi di Indonesia masih bersifat prosedural, belum menyentuh aspek substansial seperti akuntabilitas, kesetaraan politik, dan peningkatan partisipasi masyarakat secara kritis. Polarisasi politik yang tajam, politisasi identitas, serta maraknya hoaks dan ujaran kebencian menunjukkan lemahnya nilai-nilai toleransi dan kepercayaan sosial di masyarakat, yang berdampak langsung pada kualitas demokrasi dan stabilitas politik nasional.

Selain itu, penulis juga mengkritisi lemahnya fungsi partai politik dalam melakukan kaderisasi serta terjadinya politisasi birokrasi, yang mencederai prinsip netralitas dan profesionalisme aparatur negara. Parpol dinilai lebih fokus pada perebutan kekuasaan dibanding memperjuangkan aspirasi rakyat. Di sisi lain, birokrasi kerap digunakan sebagai alat politik oleh petahana, bahkan hingga ke level daerah. Hal ini memperburuk kepercayaan publik terhadap institusi demokrasi. Penulis menegaskan bahwa untuk membangun demokrasi yang substansial, diperlukan sinergi semua pemangku kepentingan—termasuk parpol, penyelenggara pemilu, pemerintah, civil society, dan media—guna membangun iklim politik yang sehat, akuntabel, dan inklusif.
Nama: Pandu Sahala Sitanggang
NPM: 2415061089
Kelas: PSTI C

Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 oleh Amerika Serikat menjadi titik balik dalam Perang Dunia II, yang memaksa Jepang untuk menyerah dan mengakhiri perang. Serangan ini menyebabkan kehancuran luar biasa, dengan korban tewas langsung mencapai puluhan ribu orang dan lebih banyak lagi yang meninggal akibat radiasi dan luka-luka. Dampaknya terasa tidak hanya dalam konteks militer, tetapi juga secara mendalam terhadap kemanusiaan, karena serangan ini menyasar warga sipil dan menimbulkan penderitaan jangka panjang.

peristiwa ini berhubungan erat dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, kondisi di Indonesia semakin tidak stabil, dan semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka semakin menguat. Dengan Jepang yang melemah setelah dua kota besar dihancurkan oleh bom atom, Indonesia memanfaatkan situasi tersebut untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Meskipun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan dan pertimbangan politik internasional, termasuk dampak dari kekalahan Jepang, peristiwa Hiroshima dan Nagasaki menjadi simbol sekaligus peringatan bagi dunia tentang betapa besarnya harga kemerdekaan dan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Pengeboman tersebut juga mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai kehidupan dan menegakkan keadilan sosial, nilai-nilai yang sangat erat kaitannya dengan semangat Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.