Posts made by Yogi Rohani

ASP B2025 -> Diskusi

by Yogi Rohani -
Nama: Yogi Rohani
NPM: 2313031031

Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM) memiliki perbedaan mendasar dalam orientasi dan tujuan pengelolaan keuangan publik. Anggaran tradisional lebih menekankan pada input, kepatuhan prosedur, dan stabilitas alokasi anggaran dari tahun ke tahun. Dalam paradigma ini, anggaran disusun berdasarkan realisasi tahun sebelumnya dengan sedikit penyesuaian (incremental budgeting). Anggaran tradisional cenderung kurang memperhatikan kinerja dan hasil, sehingga berpotensi menimbulkan inefisiensi serta pemborosan anggaran.

Sebaliknya, anggaran berbasis NPM berorientasi pada output dan outcome, efisiensi, serta kinerja. Paradigma ini mengadopsi praktik manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik dengan menekankan value for money, akuntabilitas, dan transparansi. NPM mendorong pemerintah untuk lebih fokus pada hasil yang dicapai daripada sekadar besarnya anggaran yang dihabiskan. Dengan demikian, anggaran tidak hanya menjadi alat administratif, tetapi juga instrumen strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Terkait Zero-Based Budgeting (ZBB), menurut saya ZBB menjadi salah satu pendekatan yang mampu menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Proses implementasi ZBB dimulai dengan menganggap setiap program atau kegiatan seolah-olah dimulai dari nol, sehingga setiap unit kerja harus memberikan justifikasi atas seluruh anggaran yang diusulkan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2014), ZBB memaksa organisasi untuk mengevaluasi kembali relevansi, efisiensi, dan manfaat setiap kegiatan. Dalam konteks sektor publik, ZBB membantu mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung otomatis dan tidak kritis, sekaligus mendukung prinsip NPM yang berbasis kinerja. Melalui ZBB, anggaran disusun berdasarkan prioritas, kebutuhan riil, serta kontribusi program terhadap tujuan organisasi.

ASP B2025 -> Diskusi

by Yogi Rohani -
Nama: Yogi Rohani
NPM: 2313031031

Menurut saya, sistem manajemen sektor publik di era digital merupakan sebuah kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara pemerintah mengelola kebijakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya digitalisasi, proses administrasi yang sebelumnya rumit dan memakan waktu dapat menjadi lebih sederhana, cepat, dan transparan, sehingga masyarakat dapat merasakan pelayanan publik yang lebih baik.
Saya melihat bahwa penerapan sistem digital seperti e-government, e-budgeting, dan e-procurement sangat membantu meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas kinerja pemerintah. Melalui sistem ini, pengelolaan data dan anggaran dapat dilakukan secara terbuka dan mudah diawasi. Namun, menurut pandangan saya, penerapan sistem manajemen sektor publik di era digital juga masih menghadapi berbagai tantangan. Tidak semua daerah memiliki akses teknologi yang memadai, dan masih banyak aparatur yang belum sepenuhnya siap secara kompetensi digital. Selain itu, keamanan data juga menjadi perhatian penting karena meningkatnya risiko kebocoran informasi publik.

Singkatnya, saya merasa bahwa sistem manajemen sektor publik berbasis digital membawa dampak positif bagi tata kelola pemerintahan. Digitalisasi mendorong terciptanya pemerintahan yang lebih efektif, efisien, dan partisipatif. Oleh karena itu, saya menilai pemerintah perlu terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperkuat infrastruktur teknologi, serta membangun regulasi yang jelas agar sistem manajemen sektor publik di era digital dapat berjalan secara optimal dan berkelanjutan.

MPPE B2025 -> Diskusi

by Yogi Rohani -
NAMA : YOGI ROHANI
NPM : 2313031031

Pemahaman terhadap masalah, variabel, dan paradigma penelitian merupakan hal yang sangat penting bagi seorang peneliti karena ketiganya menjadi fondasi utama dalam proses ilmiah.

1. Memahami masalah penelitian
Seorang peneliti harus mengetahui secara jelas apa yang menjadi fokus masalah agar penelitian memiliki arah dan tujuan yang tepat. Masalah merupakan titik awal dari seluruh proses penelitian; tanpa masalah yang jelas, penelitian akan kehilangan arah dan hasilnya tidak bermakna. Menurut Suharsimi Arikunto (2010), masalah penelitian adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang perlu dicari solusinya melalui metode ilmiah. Dengan memahami masalah, peneliti dapat menentukan ruang lingkup penelitian dan menghindari pembahasan yang terlalu luas atau tidak relevan.

2. Memahami variabel penelitian
Variabel adalah unsur yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian, baik yang memengaruhi maupun yang dipengaruhi. Pemahaman terhadap variabel penting agar peneliti mampu menentukan hubungan yang akan diuji dan memilih metode analisis yang sesuai. Menurut Sugiyono (2016), variabel merupakan atribut atau sifat dari seseorang atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu dan ditetapkan untuk dipelajari agar diperoleh informasi tentangnya. Jika peneliti tidak memahami variabelnya, maka rumusan hipotesis, pengumpulan data, dan analisis statistik bisa keliru.

3. Memahami paradigma penelitian
Paradigma penelitian mencerminkan cara pandang peneliti terhadap realitas yang diteliti dan memengaruhi bagaimana penelitian dirancang. Menurut Creswell (2014), paradigma adalah kerangka berpikir yang melandasi pendekatan penelitian, baik itu positivistik (kuantitatif), konstruktivistik (kualitatif), maupun campuran (mixed methods). Pemahaman paradigma membantu peneliti menyesuaikan desain, metode, dan teknik analisis yang konsisten dengan tujuan penelitian.

memahami ketiga aspek tersebut memastikan penelitian dilakukan secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seperti yang dikemukakan oleh Mahdiyah (2020) dalam Modul Perumusan Masalah Penelitian, pemahaman masalah dan variabel akan membimbing peneliti dalam menyusun kerangka teoritis, menetapkan tujuan, dan menarik kesimpulan secara tepat.

MPPE B2025 -> Summary

by Yogi Rohani -
Nama : Yogi Rohani
NPM: 2313031031

Modul tersebut menjelaskan secara komprehensif mengenai hakikat, peran, dan langkah-langkah dalam perumusan masalah penelitian. Modul ini menegaskan bahwa proses perumusan masalah merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan keberhasilan penelitian. Masalah penelitian diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi ideal (harapan) dengan kenyataan yang ada, yang dapat terjadi pada berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, maupun teknologi.

Rumusan masalah yang baik menjadi fondasi penting dalam menentukan tujuan, membangun kerangka teori, menetapkan hipotesis, hingga menarik kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, kegiatan merumuskan masalah dianggap sebagai “separuh dari proses penelitian itu sendiri”. Dalam konteks akademik, keterampilan ini membantu mahasiswa mempersiapkan diri dalam penyusunan proposal dan penulisan tesis.

Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam menemukan topik penelitian. Suatu penelitian hanya layak dilakukan apabila terdapat permasalahan yang jelas dan relevan. Masalah muncul ketika terjadi penyimpangan antara teori atau fakta empiris dengan kenyataan yang sedang dihadapi. Namun, tidak semua kesenjangan dapat dijadikan masalah penelitian; hanya kesenjangan yang memungkinkan untuk dijawab dan memiliki nilai ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

Latar belakang masalah berfungsi menjelaskan konteks terjadinya masalah, menggambarkan kesenjangan antara teori dan praktik, serta memberikan alasan mengapa topik tersebut penting dan menarik untuk diteliti. Dalam memilih masalah, peneliti perlu mempertimbangkan tiga aspek utama, yaitu: (1) esensial atau penting secara ilmiah, (2) urgen untuk segera dipecahkan, dan (3) bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun masyarakat.
Terdapat tiga jenis utama permasalahan penelitian, yaitu:
1. Deskriptif, yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena atau kondisi tertentu.
2. Komparatif, yang membandingkan dua atau lebih fenomena untuk menemukan persamaan dan perbedaan.
3. Asosiatif atau korelatif, yang meneliti hubungan antara dua atau lebih variabel, baik hubungan sejajar maupun sebab-akibat.

Masalah penelitian dapat bersumber dari berbagai hal, seperti pengalaman pribadi, hasil penelitian sebelumnya, literatur ilmiah, diskusi akademik, observasi lapangan, perubahan paradigma pendidikan, hingga fenomena sosial di masyarakat. Dalam menentukan masalah yang baik, peneliti perlu memperhatikan kontribusi teoritis dan praktis, orisinalitas, kejelasan rumusan, serta kelayakan penelitian dari segi waktu, biaya, dan kemampuan.

Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai. Berbeda dari rumusan masalah yang berbentuk pertanyaan, tujuan penelitian ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif dan harus selaras dengan masalah yang diteliti. Tujuan ini bisa berupa upaya menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Selain itu, pembatasan masalah juga penting agar penelitian tetap fokus dan terarah sesuai dengan kemampuan serta sumber daya peneliti.
Perumusan masalah sendiri berbeda dengan identifikasi masalah. Rumusan masalah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan yang akan dijawab melalui pengumpulan dan analisis data. Dalam praktiknya, banyak peneliti pemula melakukan kesalahan, seperti rumusan yang terlalu umum, tidak relevan, atau tidak didukung teori yang kuat. Oleh karena itu, rumusan masalah harus spesifik, tajam, dan dapat dijawab secara ilmiah.

Jenis rumusan masalah dibedakan menjadi deskriptif, komparatif, dan asosiatif, masing-masing memiliki contoh dan metode analisis yang berbeda. Peneliti kemudian dapat menyusun judul penelitian berdasarkan rumusan tersebut. Judul yang baik harus singkat, jelas, menarik, mencerminkan variabel penelitian, serta menggambarkan hubungan antarvariabel dan lokasi penelitian.

Modul ini juga menjelaskan peran hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji secara empiris. Hipotesis membantu peneliti memfokuskan kajian, menentukan jenis data, serta memperjelas arah penelitian. Hipotesis yang baik harus dapat diuji, selaras dengan teori, dan disusun secara sederhana. Secara keseluruhan, Modul 1 menekankan bahwa keberhasilan penelitian sangat bergantung pada ketepatan dalam merumuskan masalah. Masalah yang jelas, relevan, dan layak diteliti akan menghasilkan penelitian yang bermanfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun pemecahan persoalan nyata di masyarakat.