Nama: Yogi Rohani
NPM: 2313031031
Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM) memiliki perbedaan mendasar dalam orientasi dan tujuan pengelolaan keuangan publik. Anggaran tradisional lebih menekankan pada input, kepatuhan prosedur, dan stabilitas alokasi anggaran dari tahun ke tahun. Dalam paradigma ini, anggaran disusun berdasarkan realisasi tahun sebelumnya dengan sedikit penyesuaian (incremental budgeting). Anggaran tradisional cenderung kurang memperhatikan kinerja dan hasil, sehingga berpotensi menimbulkan inefisiensi serta pemborosan anggaran.
Sebaliknya, anggaran berbasis NPM berorientasi pada output dan outcome, efisiensi, serta kinerja. Paradigma ini mengadopsi praktik manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik dengan menekankan value for money, akuntabilitas, dan transparansi. NPM mendorong pemerintah untuk lebih fokus pada hasil yang dicapai daripada sekadar besarnya anggaran yang dihabiskan. Dengan demikian, anggaran tidak hanya menjadi alat administratif, tetapi juga instrumen strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Terkait Zero-Based Budgeting (ZBB), menurut saya ZBB menjadi salah satu pendekatan yang mampu menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Proses implementasi ZBB dimulai dengan menganggap setiap program atau kegiatan seolah-olah dimulai dari nol, sehingga setiap unit kerja harus memberikan justifikasi atas seluruh anggaran yang diusulkan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2014), ZBB memaksa organisasi untuk mengevaluasi kembali relevansi, efisiensi, dan manfaat setiap kegiatan. Dalam konteks sektor publik, ZBB membantu mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung otomatis dan tidak kritis, sekaligus mendukung prinsip NPM yang berbasis kinerja. Melalui ZBB, anggaran disusun berdasarkan prioritas, kebutuhan riil, serta kontribusi program terhadap tujuan organisasi.
NPM: 2313031031
Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM) memiliki perbedaan mendasar dalam orientasi dan tujuan pengelolaan keuangan publik. Anggaran tradisional lebih menekankan pada input, kepatuhan prosedur, dan stabilitas alokasi anggaran dari tahun ke tahun. Dalam paradigma ini, anggaran disusun berdasarkan realisasi tahun sebelumnya dengan sedikit penyesuaian (incremental budgeting). Anggaran tradisional cenderung kurang memperhatikan kinerja dan hasil, sehingga berpotensi menimbulkan inefisiensi serta pemborosan anggaran.
Sebaliknya, anggaran berbasis NPM berorientasi pada output dan outcome, efisiensi, serta kinerja. Paradigma ini mengadopsi praktik manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik dengan menekankan value for money, akuntabilitas, dan transparansi. NPM mendorong pemerintah untuk lebih fokus pada hasil yang dicapai daripada sekadar besarnya anggaran yang dihabiskan. Dengan demikian, anggaran tidak hanya menjadi alat administratif, tetapi juga instrumen strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Terkait Zero-Based Budgeting (ZBB), menurut saya ZBB menjadi salah satu pendekatan yang mampu menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Proses implementasi ZBB dimulai dengan menganggap setiap program atau kegiatan seolah-olah dimulai dari nol, sehingga setiap unit kerja harus memberikan justifikasi atas seluruh anggaran yang diusulkan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2014), ZBB memaksa organisasi untuk mengevaluasi kembali relevansi, efisiensi, dan manfaat setiap kegiatan. Dalam konteks sektor publik, ZBB membantu mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung otomatis dan tidak kritis, sekaligus mendukung prinsip NPM yang berbasis kinerja. Melalui ZBB, anggaran disusun berdasarkan prioritas, kebutuhan riil, serta kontribusi program terhadap tujuan organisasi.