Diskusi

Diskusi

Diskusi

Number of replies: 19

Cobalah anda diskusikan beberapa pertanyaan berikut ini bersama teman-teman disini sebagai bukti anda hadir. Berikan respon anda terhadap pertanyaan berikut dan sertakan argumen dari berbagai sumber.

  1. Bagaimanakah paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
  2. Bagaimanakah proses implementasi ZBB dalam mengatasi kesenjangan anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
In reply to First post

Re: Diskusi

by Zulfaa Salsabillah -
NAMA : ZULFAA SALSABILLAH
NPM : 2313031038
KELAS : B

1. Karena paradigma anggaran tradisional berfokus pada kepatuhan administratif dan input, keberhasilan lebih sering diukur dari realisasi anggaran daripada hasil yang dicapai. Kelebihannya adalah kontrol yang ketat, tetapi kelemahannya adalah sulit untuk menilai kinerja program dan meningkatkan efisiensi (Mardiasmo, 2009). Sebaliknya, paradigma anggaran New Public Management (NPM) berfokus pada output dan hasil. Kinerja, efisiensi, dan kepuasan publik adalah ukuran keberhasilan (Osborne & Gaebler, 1992). Menurut pendapat saya, paradigma NPM lebih sesuai dengan tuntutan pemerintahan yang baik karena fokusnya pada manfaat masyarakat yang sebenarnya daripada pengeluaran.

2. Zero Based Budgeting (ZBB) dapat menjadi solusi untuk menjembatani keduanya. ZBB mewajibkan setiap program dievaluasi dari nol, sehingga hanya program yang menghasilkan nilai tambah yang memenuhi biaya (Pyhrr, 1970). Dengan cara ini, kelemahan anggaran konvensional yang inkremental dapat diatasi, sekaligus mendukung prinsip NPM yang berfokus pada hasil. Menurut pendapat saya, ZBB sangat penting karena meningkatkan disiplin fiskal sekaligus meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas. Namun, untuk menerapkannya, diperlukan data yang akurat dan tenaga kerja yang kompeten.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Adea Aprilia -
NAMA : ADEA APRILIA
NPM : 2313031034
NO ABSEN : 04

1. Paradigma anggaran tradisional lebih menekankan pada berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh pemerintah. Fokus utamanya ada pada input, sehingga yang diperhatikan hanyalah besaran dana yang digelontorkan tanpa melihat apakah dana itu benar-benar menghasilkan manfaat yang nyata. Sebaliknya, anggaran berbasis NPM (New Public Management) mengubah orientasi dari input ke output dan outcome. Jadi, uang negara bukan hanya dipandang dari sisi jumlah yang dikeluarkan, tetapi juga dari sisi hasil dan manfaat yang dirasakan masyarakat. Dengan pendekatan ini, efektivitas, efisiensi, transparansi, serta akuntabilitas menjadi hal yang sangat penting.

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan NPM
Zero Based Budgeting (ZBB) disusun dengan prinsip bahwa setiap tahun anggaran dimulai dari nol, tidak otomatis mengikuti alokasi tahun sebelumnya. Setiap unit kerja harus memberikan justifikasi mengapa program atau kegiatannya penting dan apa hasil yang akan dicapai. Proses ini membuat kelemahan anggaran tradisional, yang hanya fokus pada input, dapat teratasi karena setiap rupiah harus dijelaskan kegunaannya. Pada saat yang sama, kebutuhan anggaran berbasis NPM juga terpenuhi, sebab ZBB menilai dan mengalokasikan anggaran berdasarkan hasil dan manfaat yang bisa diukur. Dengan demikian, ZBB menjadi semacam jembatan yang menghubungkan pendekatan tradisional yang kaku dengan pendekatan NPM yang lebih modern dan berorientasi pada kinerja.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Adella Putri Rizkia -
Nama: Adella Putri Rizkia
NPM: 2313031044
Kelas: B

1. Paradigma Anggaran Tradisional Anggaran tradisional lebih menekankan pada input atau seberapa besar dana yang dialokasikan untuk suatu kegiatan. Fokusnya adalah kepatuhan administratif terhadap aturan belanja dan pengendalian penggunaan dana. Misalnya, yang paling diperhatikan adalah berapa jumlah uang untuk gaji pegawai, pembelian barang, dan pembangunan infrastruktur. Sedangkan Paradigma Anggaran Berbasis NPM (New Public Management) Berbeda dengan anggaran tradisional, NPM menekankan pada hasil (output) dan kinerja (performance). Paradigma ini lebih berorientasi pada efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik. Anggaran bukan sekadar catatan keuangan, tetapi juga instrumen untuk mengukur sejauh mana program pemerintah memberikan manfaat kepada masyarakat.
2. Anggaran tradisional terlalu fokus pada input. Sedangkan NPM fokus pada output, tetapi kadang terjebak pada indikator kinerja yang tidak realistis. ZBB adalah metode penganggaran yang dimulai dari nol, artinya setiap unit kerja harus membuktikan kembali mengapa suatu kegiatan harus dibiayai. Tidak ada istilah "copy-paste" dari anggaran tahun lalu. Tahapan yang perlu diterapkan yaitu: Identifikasi unit keputusan, Penyusunan paket keputusan, Evaluasi & peringkat prioritas, serta alokasi anggaran. Dalam konteks tradisional, ZBB mengatasi kelemahan karena tidak sekadar fokus pada input, tapi mempertanyakan relevansi tiap pengeluaran. Sedangkan dalam konteks NPM, ZBB memperkuat akuntabilitas karena setiap anggaran dipertanggungjawabkan berdasarkan kebutuhan riil dan pencapaian kinerja.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nela Amelia -
NAMA : NELA AMELIA
NPM : 2313031050

1. Paradigma anggaran tradisional menekankan pada line-item budgeting, yaitu fokus pada rincian input seperti jenis belanja dan jumlah dana yang dialokasikan, sehingga lebih bersifat kontrol administratif dan mempertahankan status quo. Sebaliknya, anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan output dan outcome, mendorong efisiensi, kinerja, serta akuntabilitas layaknya praktik manajemen sektor swasta. Perubahan ini memindahkan fokus dari sekadar “berapa yang dibelanjakan” menjadi “apa hasil dan manfaat yang dicapai” (Mardiasmo, 2009; Hood, 1991).

2. Untuk menjembatani perbedaan tersebut, Zero-Based Budgeting (ZBB) diterapkan melalui proses penganggaran yang dimulai dari nol setiap periode, bukan sekadar menambah atau mengurangi anggaran tahun sebelumnya. Setiap program harus dianalisis manfaat-biayanya dan diprioritaskan kembali berdasarkan kebutuhan aktual dan kinerja. Pendekatan ZBB memungkinkan evaluasi yang objektif, mengurangi pemborosan, serta menyelaraskan orientasi input anggaran tradisional dengan tuntutan hasil ala NPM (Pyhrr, 1977; Rubin, 2010). Dengan demikian, ZBB menjadi jembatan strategis untuk menutup kesenjangan paradigma lama dan baru.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Daffa Raihan shofwan Sutanto 2313031039 -
Nama:Daffa Raihan shofwan Sutanto
Npm:2313031039

Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM) memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggarannya. Anggaran tradisional cenderung bersifat incremental, di mana anggaran tahun berjalan didasarkan pada anggaran sebelumnya dengan penyesuaian minor tanpa analisis mendalam terkait kebutuhan aktual dan efektivitas penggunaan dana. Paradigma ini lebih menitikberatkan pada pengawasan administrasi serta pertanggungjawaban penggunaan dana, sehingga kurang memperhatikan efisiensi dan hasil yang ingin dicapai. Sebaliknya, anggaran berbasis NPM menekankan pada anggaran kinerja, di mana setiap pengeluaran dikaitkan dengan hasil dan pencapaian program tertentu. Pendekatan ini menuntut adanya evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi serta peningkatan akuntabilitas publik, sehingga alokasi anggaran lebih terfokus pada output dan outcome.

Untuk mengatasi kelemahan dari anggaran tradisional dan mendukung paradigma NPM, implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) menjadi solusi yang relevan. ZBB menghilangkan pendekatan incremental dengan mulai menyusun anggaran dari nol untuk setiap program dan kegiatan, tanpa mengacu pada besaran anggaran tahun sebelumnya. Proses ZBB melibatkan identifikasi unit keputusan, penyusunan paket keputusan yang menjabarkan aktivitas dan biaya secara rinci, serta pemeringkatan berdasarkan prioritas dan manfaat program. Dengan demikian, ZBB mendorong manajemen untuk melakukan evaluasi kritis terhadap kebutuhan anggaran, menghilangkan pos-pos anggaran yang tidak efisien, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Implementasi ZBB ini mampu menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional yang cenderung pasif dan NPM yang aktif mengutamakan kinerja serta hasil, sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih transparan, akuntabel, dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan nyata organisasi maupun masyarakat.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Dyah Wulan -
Nama : Dyah Wulan Handayani
NPM : 2313031033
Kelas : B 2023

Paradigma anggaran tradisional itu lebih fokus ngeliat pengeluaran tahun sebelumnya, jadi biasanya cuma nambahin atau ngurangin tanpa ngecek lagi keefektifan anggarannya. Polanya masih kaku dan sentralistik, jadi kurang bisa adaptasi dan nggak fokus ke hasil. Sedangkan anggaran berbasis NPM itu lebih maju, fokusnya ke hasil kerja dan efisiensi, jadi anggaran disusun sesuai target yang harus dicapai dan ada evaluasi terus menerus.

Kalau soal implementasi ZBB (Zero Based Budgeting), ini cara anggaran yang mulai lagi dari nol tiap tahun. Jadi semua pengeluaran perlu dibenarin dari awal, nggak cuma ngikutin angka tahun lalu. Dengan ZBB, semua kegiatan dinilai apakah benar-benar penting dan efektif, jadi bisa memangkas pemborosan dan bikin anggaran lebih transparan dan terarah. Ini membantu untuk menutup celah di anggaran tradisional yang nggak detail dan juga anggaran NPM yang kadang susah diukur hasilnya.

Intinya, anggaran tradisional itu lebih kaku dan fokus ke pengeluaran, NPM lebih ke kinerja dan hasil, dan ZBB jadi solusi yang membuat pengelolaan anggaran jadi lebih jelas dan efisien setiap tahunnya.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rika Rahayu -
Nama: Rika Rahayu
NPM: 2313031052

1. Paradigma anggaran tradisional dan NPM
Anggaran tradisional berfokus pada input dan bersifat incremental, sehingga cenderung mempertahankan alokasi tahun sebelumnya tanpa melihat hasil (Mardiasmo, 2016). Sebaliknya, anggaran berbasis NPM menekankan output dan outcome, akuntabilitas kinerja, serta efisiensi pelayanan publik (Hood, 1995; Mahmudi, 2019).

2.Implementasi ZBB
Zero Based Budgeting (ZBB) menyusun anggaran dari nol, setiap unit harus menyajikan decision package yang berisi tujuan, biaya, dan hasil yang diharapkan. Dengan cara ini, ZBB menghapus kelemahan anggaran tradisional yang hanya melihat input, sekaligus mendukung orientasi hasil ala NPM (Pyhrr, 1977; Halim, 2014). Walau begitu, implementasi ZBB butuh data yang kuat, SDM yang memadai, dan sistem informasi agar tidak membebani administrasi (Mahsun, 2017).
In reply to First post

Re: Diskusi

by INTAN ROMALA SARI -
Nama: Intan Romala Sari
NPM: 2313031051

Anggaran tradisional lebih berfokus pada kegiatan dan input, sering kali bersifat incremental (bertambah sedikit demi sedikit setiap tahun), dan kurang menekankan pada hasil dan kinerja. Anggaran berbasis NPM (New Public Management) lebih berorientasi pada hasil, efisiensi, dan efektivitas. Anggaran ini mengukur kinerja berdasarkan output dan outcome yang dihasilkan.

ZBB (Zero Base Budgeting) hadir sebagai salah satu pendekatan dalam NPM. ZBB mengharuskan setiap kegiatan dianggarkan dari nol setiap tahunnya, sehingga memaksa setiap unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang diminta. Dengan demikian, ZBB dapat mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung mempertahankan program yang tidak efektif.

Implementasi ZBB dapat membantu mengatasi kesenjangan antara kedua paradigma dengan cara mendorong organisasi untuk:

Lebih fokus pada hasil: Setiap kegiatan harus dijustifikasi dan diukur berdasarkan kontribusinya terhadap tujuan organisasi.
Meningkatkan efisiensi: Kegiatan yang tidak produktif akan dieliminasi, sehingga anggaran dapat dialokasikan pada program yang lebih prioritas.
Meningkatkan akuntabilitas: Setiap unit organisasi harus bertanggung jawab atas penggunaan anggaran yang dipercayakan.
Singkatnya, ZBB menawarkan pendekatan yang lebih rasional dan efisien dalam pengelolaan anggaran sektor publik, dengan menggabungkan prinsip-prinsip perencanaan yang baik dengan fokus pada hasil yang ingin dicapai.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

1. Paradigma anggaran tradisional menekankan pada aspek alokasi dan pengendalian belanja dengan prinsip line-item budgeting, yaitu penganggaran berdasarkan pos-pos tertentu. Orientasinya lebih kepada kepatuhan administratif dan kontrol terhadap penggunaan dana, bukan pada capaian kinerja. Hal ini membuat anggaran tradisional sering dianggap kaku, kurang fleksibel, dan tidak menilai efektivitas hasil pembangunan. Sementara itu, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) berorientasi pada kinerja dan hasil yang dicapai. Prinsip utamanya adalah efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, serta fokus pada kepuasan masyarakat sebagai penerima layanan publik. Anggaran berbasis NPM tidak hanya menilai seberapa besar dana yang dikeluarkan, tetapi juga apa dampaknya bagi peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

2. Zero Based Budgeting (ZBB) hadir untuk mengatasi kesenjangan antara dua paradigma tersebut. ZBB mengharuskan setiap unit kerja menyusun anggaran dari nol setiap periode, sehingga semua program harus dievaluasi ulang berdasarkan kebutuhan aktual, urgensi, dan manfaatnya. Tidak ada lagi kebiasaan menyalin anggaran tahun sebelumnya secara rutin. Proses ini membantu pemerintah mengalokasikan sumber daya lebih rasional, transparan, dan sesuai prioritas pembangunan. Dengan demikian, ZBB menjembatani kelemahan anggaran tradisional yang hanya berfokus pada input dan memperkuat semangat NPM yang menekankan output dan outcome.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Qonita Nurul Izzah 2313031042 -
Nama : Qonita Nurul Izzah
NPM: 2313031042
Kelas : B

1. Anggaran Tradisional bercirikan pendekatan inkremental, dimana anggaran tahun berjalan disusun berdasarkan realisasi tahun sebelumnya dengan penyesuaian minimal. Fokus utamanya terletak pada pengendalian input dan kepatuhan terhadap prosedur, dengan struktur line-item yang mengelompokkan belanja menurut pos-pos seperti gaji, peralatan, dan barang habis pakai. Akuntabilitas diukur dari kesesuaian dengan regulasi, bukan hasil yang dicapai. Sedangkan Anggaran Berbasis NPM mentransformasi orientasi menjadi hasil kinerja dengan menekankan value for money. Paradigma ini menghubungkan alokasi anggaran secara langsung dengan output dan outcome yang ditargetkan. Struktur program berbasis kinerja menggantikan line-item, sementara akuntabilitas bergeser dari kepatuhan prosedural menjadi pencapaian target performa.

2. Implementasi ZBB dimulai dengan identifikasi unit pengambilan keputusan, dilanjutkan penyusunan paket keputusan yang memuat berbagai level layanan beserta biayanya. Seluruh paket kemudian diranking berdasarkan prioritas strategis sebelum alokasi dana ditetapkan.
Sebagai jembatan, ZBB memutus pola inkremental tradisional dengan memulai evaluasi dari nol setiap periode. Secara paralel, metode ini mendorong budaya kinerja ala NPM melalui keharusan membuktikan nilai setiap program. Proses ranking memaksa kompetisi sehat antarkegiatan berdasarkan kontribusi strategis. Tantangan implementasi mencakup kompleksitas administratif yang membutuhkan data rinci, resistensi birokrasi terhadap perubahan, serta potensi pengabaian investasi jangka panjang. Namun, ZBB tetap efektif sebagai mekanisme transisi menuju anggaran berbasis kinerja yang lebih rasional.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Bagas Muhamad Satria -
Nama : Bagas Muhamad Satria
NPM : 2313031037

1. Paradigma Anggaran Tradisional vs. Anggaran Berbasis NPM (New Public Management)
Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM (New Public Management) memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan dan fokusnya.
Anggaran Tradisional paradigma ini menekankan pada pengendalian keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan. Alokasi anggaran didasarkan pada kebutuhan historis dan incremental, dengan fokus utama pada input (misalnya, belanja pegawai, belanja barang). Akuntabilitas lebih ditekankan pada proses daripada hasil (Ibrahim, 2016).

Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada orientasi hasil (result-oriented budgeting). Dalam pendekatan ini, penggunaan anggaran harus menunjukkan hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome. Prinsip utama NPM adalah efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik melalui penerapan prinsip-prinsip manajerial sektor swasta dalam administrasi publik. Dengan demikian, anggaran berbasis NPM mendorong instansi pemerintah untuk berorientasi pada kinerja, bukan sekadar kepatuhan prosedural.

2. Proses Implementasi Zero Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan NPM
Zero Based Budgeting (ZBB) muncul sebagai alternatif untuk menjembatani kelemahan anggaran tradisional dan tantangan implementasi NPM. Dalam ZBB, setiap unit organisasi harus menyusun anggaran dari nol setiap periode, bukan berdasarkan alokasi tahun sebelumnya. Hal ini mendorong evaluasi menyeluruh terhadap seluruh kegiatan dan program berdasarkan prioritas serta manfaat yang dihasilkan.

Proses implementasi ZBB dimulai dari identifikasi decision units (unit pengambil keputusan), penyusunan decision packages (paket kegiatan yang dapat dinilai), hingga evaluasi dan pemeringkatan kegiatan berdasarkan urgensi dan manfaatnya. Dengan cara ini, ZBB mengatasi kekakuan anggaran tradisional dan memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan memiliki nilai tambah bagi masyarakat. Dalam konteks NPM, ZBB mendukung prinsip efisiensi dan akuntabilitas karena menuntut lembaga publik untuk membuktikan bahwa program yang diajukan benar-benar layak dibiayai berdasarkan kinerja dan hasil yang terukur.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Dita Silviana Putri -
Nama: Dita Silviana Putri
NPM : 2313031057
No. Absen: 26

1. Perbedaan Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Perbedaan utama antara kedua paradigma anggaran ini terletak pada fokus dan tujuan dalam mengelola keuangan negara.
Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional fokus utamanya adalah pada apa yang dibelanjakan atau dibeli. Anggaran disusun berdasarkan pos-pos pengeluaran, seperti biaya gaji, pembelian alat tulis kantor, atau biaya perjalanan dinas. Tujuan utama dari paradigma ini adalah kontrol. Pemerintah ingin memastikan bahwa setiap rupiah dikeluarkan secara legal dan sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. Ini adalah soal akuntabilitas fiskal. Kelemahan terbesar dari sistem ini adalah tidak adanya perhatian terhadap hasil kerja atau efisiensi. Selama dana habis sesuai posnya, anggaran dianggap berhasil, sehingga seringkali mendorong unit kerja untuk menghabiskan sisa anggaran di akhir tahun agar jatah anggaran tahun berikutnya tidak dikurangi.
Anggaran Berbasis New Public Management (NPM)
Paradigma NPM membawa pendekatan yang terinspirasi dari manajemen sektor swasta, yaitu Anggaran Berbasis Kinerja. Fokusnya beralih dari apa yang dibeli menjadi apa yang dicapai. Anggaran disusun berdasarkan program, kegiatan, dan target kinerja yang harus dicapai, misalnya program peningkatan mutu pendidikan dengan target peningkatan nilai rata-rata ujian. Tujuan utama NPM adalah efisiensi, efektivitas, dan ekonomi, yang dikenal sebagai pencapaian nilai terbaik bagi publik (value for money). Kelemahannya adalah kesulitan praktis dalam mendefinisikan dan mengukur kinerja yang bersifat kualitatif di sektor publik, seringkali menyebabkan pengukuran kinerja menjadi rumit dan birokratis.
Singkatnya, anggaran tradisional fokus pada ketaatan proses pengeluaran, sedangkan anggaran berbasis NPM fokus pada hasil atau dampak dari pengeluaran tersebut.

2. Peran Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) atau Anggaran Berbasis Nol berperan sebagai metode untuk menjembatani kesenjangan antara kontrol pengeluaran yang ketat (tradisional) dan orientasi hasil (NPM).
ZBB menuntut setiap kegiatan dan pengeluaran diperbolehkan dari nol setiap tahun, tidak peduli apakah kegiatan itu sudah dilakukan tahun sebelumnya. Ini kelemahan mengatasi tradisional dengan menghapus mentalitas anggaran inkremental (anggaran yang hanya dimasukkan sedikit dari tahun lalu). Pada saat yang sama, ZBB mendukung paradigma NPM karena ZBB memaksa unit kerja untuk memancarkan efektivitas dan relevansi setiap programnya. Jika suatu program tidak lagi strategis atau tidak menghasilkan kinerja yang baik, anggarannya harus dipotong dan dialihkan ke area yang lebih prioritas.
Proses Implementasi ZBB
Implementasi ZBB melibatkan tiga langkah utama:
1. Pembuatan Paket Keputusan: Setiap unit organisasi harus membuat paket-paket keputusan untuk setiap fungsi atau layanannya. Paket ini menjelaskan tujuan kegiatan, biaya yang dibutuhkan (input), dan hasil atau manfaat (output/outcome) yang diharapkan. Selain itu, harus ada beberapa skenario level pengeluaran (misalnya level minimum, level saat ini, dan level optimal).
2. Peringkat Prioritas: Semua paket keputusan dari seluruh unit kemudian diurutkan berdasarkan pentingnya dan kontribusinya terhadap tujuan strategis organisasi. Prioritas diurutkan dari yang paling tinggi manfaatnya hingga yang paling rendah.
3. Alokasi Dana: Setelah peringkat dibuat, manajemen tingkat atas menetapkan batas alokasi dana. Hanya paket-paket yang memiliki prioritas tinggi dan berada di atas batas alokasi yang akan dijamin. Dengan cara ini, uang negara dipastikan hanya mengalir ke kegiatan yang terbukti efektif dan paling penting.
ZBB pada intinya adalah alat manajemen strategi yang memaksakan transparansi total dan rasionalisasi setiap pengeluaran, menghubungkan setiap rupiah yang dibelanjakan dengan hasil yang diharapkan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Elsa Triananda -
NAMA :ELSA TRIANANDA
NPM :2313031053
1.Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis New Public Management (NPM)
Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM) memiliki perbedaan mendasar dalam orientasi, proses, dan tujuannya. Anggaran tradisional cenderung bersifat incremental, yaitu penyusunan anggaran tahun berjalan didasarkan pada anggaran tahun sebelumnya dengan sedikit penyesuaian. Dalam paradigma ini, fokus utama anggaran adalah pada input atau besarnya pengeluaran yang dihabiskan, bukan pada hasil (output) atau manfaat (outcome) yang dicapai. Proses penyusunan anggaran lebih menekankan aspek administratif dan kepatuhan terhadap prosedur birokrasi dibandingkan efisiensi atau efektivitas program. Akibatnya, banyak kegiatan rutin yang tetap dibiayai tanpa evaluasi mendalam mengenai relevansi atau dampaknya terhadap tujuan organisasi publik (Kusuma, 2021).

Sementara itu, paradigma anggaran berbasis NPM muncul sebagai bentuk pembaruan terhadap kelemahan sistem tradisional. Pendekatan NPM berfokus pada hasil kinerja dan efisiensi penggunaan sumber daya. Prinsip utama NPM adalah menerapkan nilai-nilai manajerial sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti efisiensi, efektivitas, orientasi hasil, akuntabilitas, dan pelayanan publik yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Dalam anggaran berbasis NPM, setiap program atau kegiatan harus disertai dengan indikator kinerja, sasaran, serta target yang jelas. Dengan demikian, anggaran tidak lagi hanya sekadar rencana keuangan, tetapi juga alat untuk mengukur kinerja organisasi publik (Indrawati, 2020).

Kedua paradigma ini menunjukkan pergeseran besar dalam cara pemerintah mengelola sumber daya publik. Jika anggaran tradisional menitikberatkan pada stabilitas administratif dan kepatuhan prosedur, maka anggaran berbasis NPM menuntut transparansi, akuntabilitas, dan hasil yang terukur. Namun, dalam praktiknya, penerapan NPM sering menghadapi kendala, seperti kesulitan dalam menentukan indikator outcome yang akurat, keterbatasan data, serta kemampuan teknis aparatur dalam mengelola sistem kinerja yang berbasis hasil (Indrawati, 2020).

2.Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan antara Paradigma Anggaran Tradisional dan NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Sistem ini mengharuskan setiap unit kerja menyusun anggaran dari titik nol (zero), bukan berdasarkan alokasi tahun sebelumnya. Artinya, setiap program atau kegiatan harus dijustifikasi dari awal dan dibuktikan relevansinya dengan tujuan organisasi. Dengan pendekatan ini, anggaran menjadi lebih rasional, transparan, dan fokus pada kebutuhan nyata, bukan sekadar rutinitas administratif (Putri, 2022).

Dalam proses implementasinya, ZBB melibatkan beberapa tahapan penting. Pertama, identifikasi unit keputusan, yaitu pembagian tanggung jawab keuangan ke dalam unit-unit organisasi yang spesifik. Kedua, setiap unit menyusun budget package yang memuat tujuan, aktivitas, biaya, serta hasil yang diharapkan. Ketiga, semua paket kegiatan tersebut dievaluasi dan diberi prioritas sesuai dengan kontribusinya terhadap tujuan strategis organisasi. Dengan cara ini, setiap pengeluaran dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak ada kegiatan yang otomatis dibiayai hanya karena sudah ada di tahun sebelumnya.

ZBB dianggap mampu menggabungkan kelebihan kedua paradigma tersebut. Dari paradigma tradisional, ZBB mempertahankan prinsip kehati-hatian dan kontrol terhadap keuangan publik; sedangkan dari paradigma NPM, ZBB mengadopsi fokus pada efisiensi, efektivitas, serta pencapaian kinerja. Dengan menilai setiap kegiatan berdasarkan justifikasi dan manfaat yang dihasilkan, ZBB membantu pemerintah mengalokasikan sumber daya secara optimal dan menekan pemborosan anggaran (Kurniawan, 2023).

Selain itu, penerapan ZBB juga mendukung terwujudnya prinsip good governance dalam sektor publik. Melalui proses penilaian dan prioritas yang transparan, ZBB memperkuat akuntabilitas serta mendorong keterlibatan publik dalam pengawasan penggunaan anggaran. Dengan demikian, sistem ini bukan hanya alat teknis penganggaran, tetapi juga mekanisme reformasi manajemen publik menuju birokrasi yang lebih efisien dan berorientasi hasil (Rahmawati, 2021).
In reply to First post

Re: Diskusi

by Muhammad Jibril Ramadhan 2313031045 -
Nama: Muhammad Jibril Ramadhan
NPM: 2313031045

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

a. Anggaran Tradisional
Paradigma anggaran tradisional berfokus pada pengeluaran input atau biaya yang digunakan oleh lembaga pemerintah. Dalam sistem ini, anggaran disusun berdasarkan pos-pos pengeluaran seperti gaji, alat tulis, atau perawatan. Fokus utamanya adalah kepatuhan terhadap aturan dan prosedur, bukan pada hasil atau dampak yang dicapai.
Tujuan utama sistem ini adalah menjaga disiplin fiskal dan akuntabilitas administratif.
Menurut Mardiasmo (2018), sistem anggaran tradisional bersifat line-item budgeting, di mana setiap kegiatan dirinci secara detail namun tidak selalu menunjukkan hubungan langsung dengan tujuan organisasi. Akibatnya, kinerja pemerintah sulit diukur karena anggaran tidak berorientasi pada hasil, melainkan pada seberapa besar dana digunakan sesuai aturan.
b. Anggaran Berbasis NPM (New Public Management)
Paradigma New Public Management muncul sebagai kritik terhadap kelemahan anggaran tradisional. NPM menekankan pentingnya efisiensi, efektivitas, dan orientasi hasil atau performance-oriented budgeting. Dalam pendekatan ini, pemerintah diharapkan mengelola anggaran dengan cara yang lebih manajerial, mirip dengan sektor swasta, yaitu dengan menekankan pada hasil kerja, produktivitas, serta kepuasan masyarakat sebagai penerima layanan publik.
Menurut Hood (2016), NPM menekankan pengukuran kinerja, fleksibilitas manajerial, desentralisasi pengambilan keputusan, serta sistem insentif dan evaluasi berbasis capaian. Dengan paradigma ini, anggaran bukan hanya alat kontrol keuangan, tetapi juga alat manajemen kinerja untuk mencapai tujuan organisasi publik.

2. Proses Implementasi ZBB (Zero-Based Budgeting) dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penyusunan anggaran yang mewajibkan setiap unit kerja menyusun anggaran dari awal atau nol setiap periode anggaran, bukan hanya menambah atau mengurangi dari tahun sebelumnya. Setiap kegiatan harus dijustifikasi secara rasional mengapa dibutuhkan, apa manfaatnya, dan berapa biayanya.
Proses implementasi ZBB dapat membantu mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan NPM karena menggabungkan prinsip efisiensi, akuntabilitas, serta orientasi hasil.
Langkah-langkah implementasi ZBB meliputi:
1. Identifikasi unit pengambilan keputusan (decision units), yaitu bagian organisasi yang menentukan kegiatan utama yang akan didanai.
2. Penyusunan paket keputusan (decision packages) yang menjelaskan secara rinci tujuan, manfaat, biaya, dan dampak jika kegiatan tidak dijalankan.
3. Evaluasi dan pemeringkatan prioritas kegiatan berdasarkan kontribusinya terhadap tujuan organisasi.
4. Pengalokasian sumber daya pada kegiatan yang memiliki manfaat dan prioritas tertinggi.
Dengan cara ini, ZBB menutup kelemahan anggaran tradisional yang cenderung rutin dan kurang efisien, sekaligus memperkuat pendekatan NPM yang berorientasi pada kinerja dan hasil nyata.
Menurut Jones dan Pendlebury (2015), ZBB mendorong budaya efisiensi karena setiap rupiah yang dianggarkan harus memiliki dasar kebutuhan yang jelas. Sementara menurut Mardiasmo (2018), penerapan ZBB sejalan dengan semangat reformasi sektor publik yang menuntut transparansi, akuntabilitas, dan penganggaran berbasis kinerja.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nur Ayu Dila 2313031055 -
Nama: Nur Ayu Dila
NPM: 2313031055

1. Paradigma anggaran tradisional berorientasi pada input atau besarnya dana yang dialokasikan, dengan fokus utama pada kepatuhan terhadap aturan dan prosedur administrasi. Pendekatan ini menilai kinerja berdasarkan seberapa tepat penggunaan anggaran, bukan pada hasil yang dicapai (Mardiasmo, 2018). Sementara itu, anggaran berbasis New Public Management (NPM) berorientasi pada output dan outcome, yaitu menilai efektivitas serta efisiensi kinerja organisasi publik. Pendekatan NPM mendorong transparansi, akuntabilitas, dan hasil kerja yang terukur, sehingga anggaran menjadi alat manajemen kinerja, bukan sekadar alat kontrol keuangan (Hood, 1995).

2. Zero-Based Budgeting (ZBB) diterapkan dengan menyusun anggaran dari nol setiap periode dan menilai setiap kegiatan berdasarkan kebutuhan serta manfaatnya. Cara ini membuat setiap unit kerja meninjau ulang program agar sesuai dengan prioritas dan tujuan organisasi. ZBB membantu mengatasi kelemahan sistem anggaran tradisional yang kaku dengan menciptakan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas yang lebih tinggi, sejalan dengan prinsip NPM yang berorientasi pada hasil dan kinerja (Pyhrr, 1973).
In reply to First post

Re: Diskusi

by Irenius Juni Nugroho 2313031032 -
Nama : Irenius Juni Nugroho
NPM : 2313031032
KELAS : 2023 B

1. Paradigma anggaran tradisional di sektor publik adalah cara pengelolaan anggaran yang fokus pada pengawasan dan pengendalian pengeluaran berdasarkan pos-pos dana yang sudah ada dari tahun sebelumnya. Anggaran berbasis New Public Management (NPM) merupakan paradigma yang lebih modern dan berfokus pada kinerja, hasil, dan efisiensi.Anggaran tradisional lebih berfokus pada "berapa uang yang dikeluarkan," sedangkan anggaran NPM lebih berfokus pada "apa hasil yang dicapai dengan uang itu" serta bagaimana cara menggunakan dana secara efisien dan efektif untuk pelayanan publik.

2. Implementasi ZBB juga memperkuat transparansi dan partisipasi dalam proses anggaran karena semua pengeluaran harus dijelaskan dengan jelas dan diperiksa secara kritis. ZBB menuntut sumber daya manusia yang mampu menganalisis kebutuhan, mengelola data, dan melakukan perencanaan berbasis bukti, serta memanfaatkan teknologi digital untuk mempermudah proses ini. Dengan demikian, ZBB menjadi jembatan yang efektif dalam mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional yang kaku dan anggaran berbasis NPM yang dinamis dan berorientasi hasil.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Fajriyatur Rohmah 2313031048 -
Nama: Fajriyatur Rohmah
NPM: 2313031048

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional berfokus pada pengendalian input dan kepatuhan terhadap aturan. Sistem ini menekankan seberapa banyak dana yang digunakan, bukan seberapa besar hasil atau manfaat yang dicapai. Dalam model ini, keberhasilan organisasi publik sering diukur dari kesesuaian antara realisasi dan rencana anggaran, bukan dari kinerja yang dihasilkan. Akibatnya, pendekatan ini cenderung birokratis dan kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan kebutuhan masyarakat (Mardiasmo, 2018).

Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan hasil (output dan outcome) daripada sekadar input. Pendekatan ini berorientasi pada efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik. Pemerintah dipandang seperti organisasi yang memberikan layanan kepada “pelanggan”, sehingga kinerja dan hasil pelayanan menjadi ukuran utama keberhasilan. Dalam sistem ini, manajer publik diberi keleluasaan lebih besar untuk mengelola anggaran, namun tetap harus mempertanggungjawabkan hasilnya (Hood, 1991; Bastian, 2019).

2. Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan
Untuk menjembatani kesenjangan antara dua paradigma tersebut, dapat diterapkan Zero-Based Budgeting (ZBB) atau anggaran berbasis nol. Dalam ZBB, setiap kegiatan harus dievaluasi dari awal (dari nol), bukan hanya melanjutkan anggaran tahun sebelumnya. Hal ini membuat setiap program harus benar-benar dibuktikan manfaat dan efisiensinya sebelum didanai.

Dengan menerapkan ZBB, pemerintah dapat menekan pemborosan anggaran yang sering terjadi dalam sistem tradisional, sekaligus mendorong pendekatan berbasis kinerja seperti dalam NPM. ZBB membantu memastikan bahwa dana dialokasikan hanya pada program yang relevan, produktif, dan mendukung tujuan strategis organisasi publik.

Dengan demikian, ZBB berperan sebagai jembatan antara paradigma lama yang fokus pada kepatuhan dengan paradigma baru yang berorientasi pada hasil, sehingga tercipta sistem anggaran yang lebih transparan, efisien, dan akuntabel.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Igha Mawardhani -

Nama : Igha Mawardhani

NPM : 2313031043

1. Anggaran tradisional melihat anggaran sebagai daftar belanja rutin yang harus dibiayai setiap tahun. Fokusnya pada input—berapa uang yang keluar, bukan apa hasilnya. Pemerintah cenderung mempertahankan pola lama karena yang penting adalah “menghabiskan anggaran sesuai pos”.

Anggaran berbasis NPM (New Public Management) mengubah cara pandang tersebut. NPM menilai anggaran sebagai alat manajemen kinerja, bukan sekadar catatan belanja. Fokusnya pada output dan value for money, sehingga setiap rupiah harus menghasilkan manfaat yang jelas bagi publik. Pendekatannya lebih fleksibel, kompetitif, dan mendorong inovasi.


2. Zero-Based Budgeting (ZBB) bekerja dengan cara menyuruh setiap unit organisasi memulai perencanaan anggaran dari nol, bukan dari angka tahun sebelumnya. Setiap program harus dibuktikan kegunaannya dan diajukan kembali dari awal.

Dalam konteks mengatasi perbedaan paradigma:

• Kelemahan anggaran tradisional (otomatis, tidak mempertanyakan efektivitas) diperbaiki karena ZBB memaksa instansi menjelaskan alasan setiap kegiatan.

• Kekuatan NPM (orientasi kinerja dan manfaat) makin dikuatkan karena setiap program harus menunjukkan hasil dan nilai tambah sebelum diberi dana.

• ZBB menjadi “jembatan” yang membuat anggaran lebih rasional, transparan, dan berbasis kebutuhan nyata, tanpa meninggalkan akuntabilitas kinerja yang dikejar NPM.

In reply to First post

Re: Diskusi

by Fatria Irawan -
Nama : Fatria Irawan
NPM : 2313031036
Kelas : 2023B

1. Paradigma anggaran tradisional menitikberatkan pada input dan penyerapan anggaran dengan pendekatan incremental, di mana alokasi tahun sebelumnya menjadi dasar tanpa evaluasi substantif terhadap efektivitas program. Fokusnya lebih pada kepatuhan administratif sehingga sering kali tidak mendorong efisiensi, fleksibilitas, maupun pencapaian hasil nyata. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) berorientasi pada kinerja, baik output maupun outcome, serta menekankan akuntabilitas, efisiensi, dan value for money. Pendekatan ini mendorong instansi pemerintah untuk bekerja lebih produktif dengan indikator kinerja yang jelas layaknya sektor privat sehingga proses anggaran menjadi lebih terukur dan hasilnya lebih dapat dievaluasi.

2. Untuk mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan pendekatan NPM, Zero-Based Budgeting (ZBB) dapat diterapkan karena metode ini mengharuskan setiap program dimulai dari nol dan dijustifikasi ulang tanpa bergantung pada alokasi sebelumnya. Melalui penyusunan paket keputusan dan proses prioritisasi, ZBB mendorong evaluasi menyeluruh terhadap relevansi, manfaat, serta kinerja setiap kegiatan. Dengan demikian, ZBB dapat menghapus kecenderungan copy-paste dalam anggaran tradisional sekaligus memperkuat orientasi kinerja sebagaimana tuntutan NPM. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas, tetapi juga memastikan bahwa setiap rupiah yang dialokasikan memberikan nilai yang optimal bagi publik.