NPM : 2313053183
Kelas : 3F
Mata Kuliah : Pendidikan Nilai dan Moral
Tugas : Analisis Jurnal II
Judul : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja
Nama Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Volume, NO, dan Halaman : Vol. 1. No. 1., Hal. 90-104
Tahun : 2010
Latar Belakang Masalah : Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Tujuan Penelitian : Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai upaya Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang ,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185).
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik.
Subyek dan Obyek Penelitian : Subyek dan Obyek dalam penelitian ini adalah kalangan remaja di Indonesia.
Hasil Penelitian : Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Hal ini dimaksudkanbahwa ketika komunikasi berlangsung, kemudian proses hubungan sosial terjadi, yang terlihat ternyata adanya ketidak seimbangan yang menonjol antara kedua belah pihak, katakan antara guru dan murid, dosen dan mahasiswa, atau antara orang tua dan anak, antara atasan dan bawahan, maka hasilnya akan menjadi kurang optimal.Hal ini bisa dipahami karena dalam proses komunikasi yang demikian itu kreatifitas, dan inovasi tidak berkembang, suasana komunikasi yang demikian kurang menumbuhkan kepercayaan dan harga diri, ada perasaan takut dan enggan untuk berekspresi pada pihak yang tersubordinasi. Dengan demikian maka dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana si pembelajar bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudaya nasional Indonesia (Berbudin). Pertemanan, dapat dipahami sebagai suatu interaksi yang bermakna karena adanya persamaan hak, kesetaraan, dan keakraban. Dengan pertemanan akan terjalin kasih sayang dan nilai-nilai moral akan mudah terbangun melalui bahu-membahu, saling menasehati, dan saling memerlukan (egalitarianisme).Keadilan, komunikasi yang berdasar keadilan adalah komunikasi yang saling menguntungkan, sama-sama senang, dan sejahtera serta tidak ada yang dirugikan. Dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Hal ini dimaknai sebagai upaya membangun peserta didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan
dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena sebagai bangsa yang beragama tidak ada satupun ajaran agama yang menganjurkan kejahatan, kecuali ajaran agama tersebut dibelokkan oleh akal manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, dan bukan untuk kesejahteraan umat manusia.
Kesimpulan : Semua upaya–upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila yang diuraikan di atas akan lebih berhasil dan berdaya guna dan optimal manakala semua upaya tersebut dilandasi ajaran agama yang kuat sebagaimana yang tercantum dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai landasan kehidupan beragama semua warga bangsa ini. (Nursid S., 2005, 122-127).Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadipenyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.