གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ SASKIYA DWI SEPTIANI

PSTI A dan B MKU Pancasila -> Forum Analisis Video

SASKIYA DWI SEPTIANI གིས-
nama: saskiya Dwi Septiani
npm: 2315061033

Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara Indonesia. Kata "Pancasila" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua kata: "panca" yang berarti "lima," dan "sila" yang berarti "prinsip" atau "asas." Jadi, secara harfiah, Pancasila berarti "lima prinsip" atau "lima asas."

Pancasila mengandung nilai-nilai dasar yang menjadi landasan bagi negara Indonesia. Lima prinsip utama Pancasila adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip pertama Pancasila menekankan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini mencerminkan keragaman agama di Indonesia dan menghormati hak setiap individu untuk beragama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan BeradabPrinsip ini menekankan pentingnya perlakuan yang adil, hormat, dan manusiawi terhadap semua orang. Ini juga mencakup nilai-nilai kemanusiaan dan etika.
3. Persatuan Indonesia: Prinsip ketiga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan seluruh bangsa Indonesia, mengatasi perbedaan etnis, agama, dan budaya.
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan: Prinsip ini menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara demokratis, di mana rakyat memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan melalui perwakilan dan perundingan.
5.Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip terakhir Pancasila menekankan pentingnya menciptakan masyarakat yang adil, di mana hak-hak sosial dan ekonomi seluruh rakyat dijamin.

Pancasila adalah pandangan hidup yang mencerminkan nilai-nilai dasar dan prinsip-prinsip yang menjadi landasan bagi negara Indonesia. Itu tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan memandu pembangunan sosial, politik, dan ekonomi negara ini.

PSTI A dan B MKU Pancasila -> Forum Analisis Video-2

SASKIYA DWI SEPTIANI གིས-
nama: saskiya Dwi Septiani
npm: 2315061033

pada 14 agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu bangsa Indonesia. dan pada 15 Agustus 1945 berita ini sampai ke Indonesia. pada 15 Agustus 1945 insinyur Soekarno Hatta dan Drs Muhammad Hatta baru kembali ke tanah air memenuhi panggilan panglima Jepang untuk Asia tenggara. dari sinilah terjadi pro dan kontra yang pertama golongan muda ingin cepat-cepat membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia sedangkan golongan tua menginginkan bahwa kemerdekaan Indonesia dilakukan secara terorganisir. dengan hal ini golongan muda melakukan penculikan ir Soekarno hatta ke Rengasdengklok hal ini dilakukan dengan cara tidak dapat dipengaruhi oleh pengaruh Jepang Pada tanggal 17 Agustus 1945, di rumah Soekarno, para pemimpin nasionalis menandatangani Piagam Jakarta, yang berisi dasar-dasar kemerdekaan Indonesia. Ini adalah dokumen yang menjadi dasar untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah penandatanganan Piagam Jakarta, Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terkenal di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Deklarasi ini secara resmi mengumumkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Peristiwa Rengasdengklok memicu reaksi beragam dari pihak Jepang dan Sekutu yang mengawasi situasi di Indonesia. Meskipun terdapat upaya-upaya untuk menahan gerakan nasionalis, deklarasi kemerdekaan tersebut membawa Indonesia ke dalam tahap awal perjuangan merebut kemerdekaannya.

PSTI A dan B MKU Pancasila -> Forum Analisis Soal

SASKIYA DWI SEPTIANI གིས-
nama: saskiya dwi septiani
npm: 2315061033

1. Gotong royong adalah nilai tradisional Indonesia yang mengedepankan kerjasama, solidaritas, dan saling membantu dalam mengatasi berbagai persoalan. Sikap gotong royong saat ini bisa diwujudkan dalam rangka menghadapi berbagai persoalan yang melanda bangsa Indonesia dengan beberapa cara:
1. kolaborasi antar sektor
2. Partisipasi aktif antar masyarakat
3. kerjasama antar individu
4. inisiatif kebersihan dan keamanan

Dengan kerjasama, kesadaran akan tanggung jawab bersama, dan kepedulian terhadap sesama, masyarakat Indonesia dapat bersama-sama mengatasi berbagai masalah dan mencapai cita-cita nasional untuk kehidupan yang lebih baik.

2. 1. Toleransi.
2. Tidak mendiskriminasi.
3. Saling menolong.
4. Mau belajar satu sama lain.
5. Saling menjaga kerukunan.

3. Setiap kelompok, bangsa, atau negara memiliki nilai-nilai dasar yang menjadi acuan dan identitas nasional mereka. Nilai-nilai ini adalah prinsip-prinsip atau keyakinan yang dianggap penting oleh kelompok tersebut dan mencerminkan karakteristik unik mereka. identitas nasional adalah Pancasila di Indonesia, yang menjadi dasar filsafat negara dan mencakup prinsip-prinsip seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hukum, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini membentuk identitas nasional Indonesia dan mengarahkan kebijakan dan perilaku warga negara.

4. Sikap para pendiri bangsa Indonesia yang mengakomodasi beragam pandangan dan tuntutan dalam proses merumuskan Pancasila menunjukkan kemampuan mereka untuk berdialog, berdamai, dan mencari solusi kompromi dalam menghadapi perbedaan. Tindakan mereka untuk menghapus 7 kata kontroversial dan menggantinya dengan "Yang Maha Esa" mencerminkan semangat inklusi dan keinginan untuk membangun negara yang berlandaskan toleransi dan persatuan. Secara keseluruhan, sikap para pendiri bangsa dalam mengatasi perbedaan dan mencari kesepakatan dalam merumuskan Pancasila memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana membangun dan memelihara persatuan dalam masyarakat yang beragam. Sikap ini relevan dan perlu dipertahankan sebagai landasan untuk masa depan Indonesia yang inklusif dan harmonis.

PSTI A dan B MKU Pancasila -> Forum Analisis Soal

SASKIYA DWI SEPTIANI གིས-
nama: saskiya Dwi Septiani
npm: 2315061033

1. Pendidikan Pancasila memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Urgensi Pendidikan Pancasila bagi mahasiswa atau generasi muda adalah untuk membentuk generasi yang cakap, bertanggung jawab, dan memiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip dasar negara. Mereka adalah agen perubahan yang penting dalam memajukan Indonesia sebagai negara yang adil, demokratis, dan berbudaya. Pendidikan Pancasila membekali mereka dengan pemahaman, nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Hal yang paling pokok untuk dipelajari dari Pendidikan Pancasila dalam menghadapi perubahan dan manfaatnya dalam menghadapi masa depan adalah pemahaman mendalam tentang nilai-nilai dasar Pancasila dan bagaimana nilai-nilai ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta situasi yang terus berubah. Manfaat utama dari pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi masa depan adalah bahwa ini membantu individu untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, pemimpin yang efektif, dan warga negara yang berkontribusi positif. Ini juga menciptakan fondasi yang kuat untuk mengatasi tantangan dan perubahan yang tidak terduga yang mungkin terjadi di masa depan.

3. Diberlakukannya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi memiliki faktor-faktor penghambat dan penunjang.

Faktor Penghambat:
1. Ketidakkonsistenan Implementasi:Salah satu faktor penghambat adalah ketidakonsistenan dalam implementasi pendidikan Pancasila di berbagai perguruan tinggi. Terkadang, pendidikan ini tidak diberikan dengan serius atau konsisten.
2. Kurangnya Sumber Daya: Kurangnya sumber daya, seperti tenaga pengajar yang berkualifikasi, bahan ajar yang memadai, dan fasilitas yang memadai, dapat menghambat efektivitas pendidikan Pancasila.
3. Tingkat Motivasi Mahasiswa: Ketika mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat untuk memahami Pancasila, ini dapat menjadi penghambat. Beberapa mahasiswa mungkin merasa kurang tertarik atau melihatnya sebagai mata pelajaran yang kurang relevan.
4. Kendala Ideologis atau Politik: Terkadang, faktor ideologis atau politik dapat menghambat pendidikan Pancasila. Beberapa pihak mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang Pancasila, dan ini dapat menciptakan konflik dalam implementasinya.

Faktor Penunjang:
1. Landasan Konstitusional: Pendidikan Pancasila didukung oleh landasan konstitusional di Indonesia. Ini memberikan dasar hukum yang kuat untuk diberlakukannya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
2.Meningkatkan Kesadaran Kebangsaan: Pendidikan Pancasila membantu meningkatkan kesadaran kebangsaan dan pemahaman terhadap nilai-nilai dasar negara. Ini dapat membantu mengukuhkan persatuan dan identitas nasional.
3. Toleransi dan Kerukunan: Pendidikan Pancasila mempromosikan toleransi dan kerukunan antarberagama dan antarbudaya. Ini mendukung tujuan masyarakat yang beragam seperti Indonesia.
4. Pemahaman Nilai-nilai Etika: Mempelajari Pancasila membantu mahasiswa mengembangkan pemahaman etika dan karakter, yang bermanfaat dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.

4. Relasi antara pendidikan Pancasila dan program studi/jurusan Teknik Informatika dapat dilihat dari perspektif yang berbeda. Berikut beberapa cara bagaimana hal ini berkaitan dengan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa:

1. etika profesional
2. toleransi terhadap perbedaan
3. penggunaan teknologi untuk kesejahteraan rakyat
4. kemampuan berpikir kritis dan kreatif

Dengan cara-cara ini, relasi antara pendidikan Pancasila dan program studi Teknik Informatika dapat memberikan landasan moral dan etika yang kuat, serta orientasi pada kesejahteraan masyarakat dalam penggunaan teknologi informasi. Ini sesuai dengan tujuan negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

PSTI A dan B MKU Pancasila -> Forum Analis Jurnal

SASKIYA DWI SEPTIANI གིས-
nama: Saskiya Dwi Septiani
npm: 2315061033

Analisis dari kutipan tersebut adalah bahwa agama dan negara memiliki hubungan yang erat dalam tatanan pengelolaan negara Indonesia. Keduanya berlandaskan pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat pemahaman bahwa agama dan Pancasila tidak bersifat antagonis, melainkan bisa disatukan melalui kesadaran yang menghasilkan manfaat. Agama membutuhkan negara sebagai sarana untuk menciptakan tatanan negara yang adil, bijaksana, dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, negara membutuhkan agama dan secara konstitusional mengatur masalah agama dan kepercayaan, yang pada gilirannya menciptakan pluralisme dan toleransi dalam pengelolaan negara. Hal ini memungkinkan individu untuk menjalankan aspek spiritual mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kebebasan yang dihormati.