Nama : Clara Kelviana Kerin
Npm : 2313031064
Kelas : C
གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ CLARA KELVIANA KERIN 2313031064
Nama : Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
NPM : 2313031064
- Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif: Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu angket (kuesioner) dengan skala Likert, sudah sesuai dengan pendekatan kuantitas. Alasannya:
- Pendekatan kuantitatif tekanan pada pengumpulan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik. Skala Likert menghasilkan data numerik (meskipun ordinal) yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi atau sikap responden terhadap suatu fenomena.
- Angket memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data dari banyak responden secara efisien, yang penting untuk generalisasi hasil penelitian.
- Data demografi yang dikumpulkan juga bersifat kuantitatif dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
- Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Angket:
- Kelebihan:
- Efisien: Angket memungkinkan pengumpulan data dari banyak responden dalam waktu singkat dan dengan biaya yang relatif rendah.
- Anonimitas: Angket dapat memberikan anonimitas kepada responden, sehingga mendorong mereka untuk memberikan jawaban yang lebih jujur dan terbuka.
- Standarisasi: Angket memastikan bahwa semua responden menerima pertanyaan yang sama, sehingga mengurangi variasi yang disebabkan oleh pewawancara.
- Kelemahan:
- Keterbatasan Respons: Angket seringkali membatasi respon responden pada pilihan jawaban yang telah disediakan, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk memberikan jawaban yang lebih rinci atau bernuansa.
- Potensi Bias Respons: Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap “benar” secara sosial atau yang mencerminkan harapan peneliti, daripada jawaban yang sebenarnya.
- Tingkat Respons Rendah: Angket yang dikirimkan melalui pos atau email mungkin memiliki tingkat respons yang rendah, sehingga mengurangi ukuran sampel dan representativitasnya.
- Kelebihan:
- Teknik Analisis Statistik yang Tepat:
- Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja: Untuk menjawab pertanyaan ini, teknik analisis yang paling tepat adalah Analisis Regresi . Karena data gaya kepemimpinan dan motivasi kerja diukur dengan skala Likert (ordinal), maka sebaiknya digunakan Analisis Regresi Ordinal . Analisis ini akan menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan (sebagai variabel independen) dan motivasi kerja guru (sebagai variabel dependen).
- Perbedaan Motivasi Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan: Untuk menjawab pertanyaan ini, teknik analisis yang paling tepat adalah Uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji Kruskal-Wallis . Jika data motivasi kerja berdistribusi normal dan memenuhi asumsi homogenitas varian, maka Uji ANOVA dapat digunakan. Namun, jika asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka Uji Kruskal-Wallis (uji nonparametrik) lebih tepat digunakan. Uji ini akan menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi kerja antara kelompok guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda.
- Potensi Bias dan Masalah Validitas:
- Bias Respons: Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap "benar" secara sosial atau yang mencerminkan harapan peneliti, daripada jawaban yang sebenarnya. Cara mengatasinya:
- Menjamin anonimitas responden.
- Menggunakan bahasa yang netral dan tidak mengarahkan pertanyaan.
- Menyertakan pernyataan reverse-coded untuk mendeteksi pola jawaban yang monoton.
- Bias Pemilihan Sampel: Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah tertentu atau guru dengan karakteristik tertentu, hasil penelitian mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi guru SMA negeri di kota X. Cara mengatasinya:
- Menggunakan teknik sampling yang lebih representatif, seperti stratified random sampling atau cluster sampling .
- mencerminkan bahwa sampel mencerminkan keragaman karakteristik (misalnya, usia, jenis kelamin, lama mengajar, tingkat pendidikan) dalam populasi.
- Masalah Validitas Konstruk: Instrumen yang digunakan mungkin tidak secara akurat mengukur konsep gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Cara mengatasinya:
- Melakukan uji validitas konstruk terhadap instrumen, misalnya dengan menggunakan faktor analisis atau meminta validasi dari ahli.
- menafsirkan bahwa item-item dalam instrumen mencakup semua aspek penting dari konsep yang diukur.
- Bias Respons: Responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap "benar" secara sosial atau yang mencerminkan harapan peneliti, daripada jawaban yang sebenarnya. Cara mengatasinya:
Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
Menurut saya, kemampuan seorang peneliti dalam menentukan teknik pengumpulan data yang sesuai adalah krusial karena teknik yang tepat akan memastikan bahwa data yang diperoleh relevan, akurat, dan dapat diandalkan. Teknik pengumpulan data yang tidak tepat dapat menghasilkan data yang bias, tidak lengkap, atau tidak relevan dengan masalah penelitian, sehingga dapat mengarah pada kesimpulan yang salah atau tidak valid. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang berbagai teknik pengumpulan data dan kemampuan untuk memilih teknik yang paling sesuai dengan konteks penelitian adalah keterampilan penting bagi setiap peneliti.
Terdapat keterkaitan erat antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian. Masalah penelitian yang jelas dan terdefinisi dengan baik akan membantu peneliti dalam menentukan jenis data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya, jika masalah penelitian berkaitan dengan pengalaman subjektif individu, teknik pengumpulan data kualitatif seperti wawancara mendalam atau observasi partisipan mungkin lebih tepat. Sebaliknya, jika masalah penelitian berkaitan dengan pengukuran variabel secara kuantitatif, teknik pengumpulan data kuantitatif seperti kuesioner atau eksperimen mungkin lebih sesuai.
Selain masalah penelitian, tujuan penelitian juga memengaruhi pemilihan teknik pengumpulan data. Tujuan penelitian yang eksploratif mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang fleksibel dan terbuka, seperti wawancara tidak terstruktur atau studi kasus. Tujuan penelitian yang deskriptif mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang sistematis dan terstruktur, seperti survei atau observasi terstruktur. Tujuan penelitian yang eksplanatori atau kausal mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang memungkinkan pengujian hipotesis, seperti eksperimen atau analisis data sekunder.
Dengan demikian, pemilihan teknik pengumpulan data yang sesuai harus didasarkan pada pertimbangan yang matang terhadap masalah penelitian, tujuan penelitian, karakteristik populasi dan sampel, serta sumber daya yang tersedia. Peneliti harus mampu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik pengumpulan data dan memilih teknik yang paling optimal untuk menghasilkan data yang valid, reliabel, dan relevan dengan tujuan penelitian.
NPM : 2313031064
Menurut saya, kemampuan seorang peneliti dalam menentukan teknik pengumpulan data yang sesuai adalah krusial karena teknik yang tepat akan memastikan bahwa data yang diperoleh relevan, akurat, dan dapat diandalkan. Teknik pengumpulan data yang tidak tepat dapat menghasilkan data yang bias, tidak lengkap, atau tidak relevan dengan masalah penelitian, sehingga dapat mengarah pada kesimpulan yang salah atau tidak valid. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang berbagai teknik pengumpulan data dan kemampuan untuk memilih teknik yang paling sesuai dengan konteks penelitian adalah keterampilan penting bagi setiap peneliti.
Terdapat keterkaitan erat antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian. Masalah penelitian yang jelas dan terdefinisi dengan baik akan membantu peneliti dalam menentukan jenis data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya, jika masalah penelitian berkaitan dengan pengalaman subjektif individu, teknik pengumpulan data kualitatif seperti wawancara mendalam atau observasi partisipan mungkin lebih tepat. Sebaliknya, jika masalah penelitian berkaitan dengan pengukuran variabel secara kuantitatif, teknik pengumpulan data kuantitatif seperti kuesioner atau eksperimen mungkin lebih sesuai.
Selain masalah penelitian, tujuan penelitian juga memengaruhi pemilihan teknik pengumpulan data. Tujuan penelitian yang eksploratif mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang fleksibel dan terbuka, seperti wawancara tidak terstruktur atau studi kasus. Tujuan penelitian yang deskriptif mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang sistematis dan terstruktur, seperti survei atau observasi terstruktur. Tujuan penelitian yang eksplanatori atau kausal mungkin memerlukan teknik pengumpulan data yang memungkinkan pengujian hipotesis, seperti eksperimen atau analisis data sekunder.
Dengan demikian, pemilihan teknik pengumpulan data yang sesuai harus didasarkan pada pertimbangan yang matang terhadap masalah penelitian, tujuan penelitian, karakteristik populasi dan sampel, serta sumber daya yang tersedia. Peneliti harus mampu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari setiap teknik pengumpulan data dan memilih teknik yang paling optimal untuk menghasilkan data yang valid, reliabel, dan relevan dengan tujuan penelitian.
Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
1. Identifikasi Jenis Skala Pengukuran:
- Usia responden (dalam tahun): Skala Rasio. Alasan: Usia memiliki nilai nol mutlak (tidak ada usia) dan memungkinkan perhitungan rasio (misalnya, seseorang berusia 40 tahun dua kali lebih tua dari seseorang berusia 20 tahun).
- Jenis kelamin: Skala Nominal. Alasan: Jenis kelamin hanya mengkategorikan responden ke dalam kelompok yang berbeda (laki-laki atau perempuan) tanpa urutan atau tingkatan.
- Tingkat kepuasan terhadap pelayanan dosen pembimbing akademik: Skala Ordinal. Alasan: Tingkat kepuasan memiliki tingkatan atau urutan (sangat tidak puas < tidak puas < netral < puas < sangat puas), tetapi jarak antar tingkatan tidak sama atau tidak dapat diukur secara pasti.
- Jumlah mata kuliah yang diambil semester ini: Skala Rasio. Alasan: Jumlah mata kuliah memiliki nilai nol mutlak (tidak mengambil mata kuliah) dan memungkinkan perhitungan rasio (misalnya, mengambil 6 mata kuliah dua kali lebih banyak dari mengambil 3 mata kuliah).
- Urutan aspek berdasarkan prioritas: Skala Ordinal. Alasan: Responden mengurutkan aspek-aspek berdasarkan prioritas, sehingga terdapat tingkatan atau urutan (1 > 2 > 3 > 4 > 5), tetapi jarak antar tingkatan tidak sama atau tidak dapat diukur secara pasti.
2. Analisis Data dengan Statistik Parametrik: Tidak seluruh data dari kuesioner di atas dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik. Alasan: Statistik parametrik memerlukan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan memiliki skala interval atau rasio. Dalam kuesioner ini, data jenis kelamin (nominal) dan tingkat kepuasan serta prioritas aspek (ordinal) tidak memenuhi persyaratan tersebut. Data usia dan jumlah mata kuliah (rasio) memenuhi syarat untuk dianalisis dengan statistik parametrik.
3. Metode Analisis untuk Hubungan Kepuasan dan Jumlah Mata Kuliah: Jika peneliti ingin mengetahui hubungan antara kepuasan layanan akademik dan jumlah mata kuliah yang diambil, metode analisis yang paling tepat adalah Korelasi Spearman (Spearman's Rank Correlation). Alasan pemilihan metode ini:
Data kepuasan layanan akademik diukur dengan skala ordinal, sedangkan jumlah mata kuliah diukur dengan skala rasio.
Korelasi Spearman adalah metode nonparametrik yang sesuai untuk mengukur hubungan antara dua variabel dengan skala ordinal atau kombinasi ordinal dan rasio.
Metode ini tidak memerlukan asumsi distribusi normal pada data, sehingga lebih fleksibel daripada metode parametrik seperti Korelasi Pearson.
NPM : 2313031064
1. Identifikasi Jenis Skala Pengukuran:
- Usia responden (dalam tahun): Skala Rasio. Alasan: Usia memiliki nilai nol mutlak (tidak ada usia) dan memungkinkan perhitungan rasio (misalnya, seseorang berusia 40 tahun dua kali lebih tua dari seseorang berusia 20 tahun).
- Jenis kelamin: Skala Nominal. Alasan: Jenis kelamin hanya mengkategorikan responden ke dalam kelompok yang berbeda (laki-laki atau perempuan) tanpa urutan atau tingkatan.
- Tingkat kepuasan terhadap pelayanan dosen pembimbing akademik: Skala Ordinal. Alasan: Tingkat kepuasan memiliki tingkatan atau urutan (sangat tidak puas < tidak puas < netral < puas < sangat puas), tetapi jarak antar tingkatan tidak sama atau tidak dapat diukur secara pasti.
- Jumlah mata kuliah yang diambil semester ini: Skala Rasio. Alasan: Jumlah mata kuliah memiliki nilai nol mutlak (tidak mengambil mata kuliah) dan memungkinkan perhitungan rasio (misalnya, mengambil 6 mata kuliah dua kali lebih banyak dari mengambil 3 mata kuliah).
- Urutan aspek berdasarkan prioritas: Skala Ordinal. Alasan: Responden mengurutkan aspek-aspek berdasarkan prioritas, sehingga terdapat tingkatan atau urutan (1 > 2 > 3 > 4 > 5), tetapi jarak antar tingkatan tidak sama atau tidak dapat diukur secara pasti.
2. Analisis Data dengan Statistik Parametrik: Tidak seluruh data dari kuesioner di atas dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik. Alasan: Statistik parametrik memerlukan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan memiliki skala interval atau rasio. Dalam kuesioner ini, data jenis kelamin (nominal) dan tingkat kepuasan serta prioritas aspek (ordinal) tidak memenuhi persyaratan tersebut. Data usia dan jumlah mata kuliah (rasio) memenuhi syarat untuk dianalisis dengan statistik parametrik.
3. Metode Analisis untuk Hubungan Kepuasan dan Jumlah Mata Kuliah: Jika peneliti ingin mengetahui hubungan antara kepuasan layanan akademik dan jumlah mata kuliah yang diambil, metode analisis yang paling tepat adalah Korelasi Spearman (Spearman's Rank Correlation). Alasan pemilihan metode ini:
Data kepuasan layanan akademik diukur dengan skala ordinal, sedangkan jumlah mata kuliah diukur dengan skala rasio.
Korelasi Spearman adalah metode nonparametrik yang sesuai untuk mengukur hubungan antara dua variabel dengan skala ordinal atau kombinasi ordinal dan rasio.
Metode ini tidak memerlukan asumsi distribusi normal pada data, sehingga lebih fleksibel daripada metode parametrik seperti Korelasi Pearson.
Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
1. Populasi dalam Kasus Tersebut: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di seluruh SMA negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat. Ini mencakup semua siswa kelas XI yang terdaftar di 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota/kabupaten di provinsi tersebut. Peneliti tertarik untuk menggeneralisasi temuan penelitiannya kepada seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat, sehingga kelompok inilah yang menjadi populasi target.
2. Teknik Sampling yang Paling Tepat: Mengingat tantangan yang ada (jumlah sekolah yang banyak, kondisi sosio-ekonomi dan infrastruktur digital yang berbeda, variasi jumlah siswa, dan penerapan pembelajaran hybrid yang tidak konsisten), teknik multistage cluster sampling akan menjadi pilihan yang paling tepat. Berikut penjelasannya:
Alasan Pemilihan: Multistage cluster sampling memungkinkan peneliti untuk mengatasi kompleksitas populasi dengan membagi proses pengambilan sampel menjadi beberapa tahap. Pada tahap pertama, peneliti dapat memilih secara acak beberapa kota/kabupaten dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat. Pada tahap kedua, peneliti memilih secara acak beberapa SMA negeri dari setiap kota/kabupaten yang terpilih. Pada tahap ketiga, peneliti memilih secara acak kelas XI dari sekolah-sekolah yang terpilih. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif dari seluruh populasi, sambil tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan tantangan geografis.
Cara Penerapan:
Tahap 1: Membuat daftar semua kota/kabupaten di Jawa Barat.
Tahap 2: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah kota/kabupaten yang representatif. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan kondisi sosio-ekonomi atau infrastruktur digital.
Tahap 3: Membuat daftar semua SMA negeri di kota/kabupaten terpilih.
Tahap 4: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah SMA negeri dari setiap kota/kabupaten. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan penerapan pembelajaran hybrid.
Tahap 5: Membuat daftar semua kelas XI di SMA negeri terpilih.
Tahap 6: Memilih secara acak beberapa kelas XI dari setiap sekolah terpilih.
3. Potensi Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Kota Besar: Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, terdapat potensi kelemahan terhadap validitas hasil penelitian. Pendekatan ini dapat menyebabkan sampel menjadi tidak representatif terhadap seluruh populasi siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat. Siswa di kota besar cenderung memiliki kondisi sosio-ekonomi, infrastruktur digital, dan kualitas guru yang berbeda dengan siswa di daerah pedesaan atau kota kecil. Akibatnya, hasil penelitian mungkin hanya berlaku untuk siswa di kota besar dan tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi. Ini akan mengurangi validitas eksternal penelitian.
NPM : 2313031064
1. Populasi dalam Kasus Tersebut: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di seluruh SMA negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat. Ini mencakup semua siswa kelas XI yang terdaftar di 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota/kabupaten di provinsi tersebut. Peneliti tertarik untuk menggeneralisasi temuan penelitiannya kepada seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat, sehingga kelompok inilah yang menjadi populasi target.
2. Teknik Sampling yang Paling Tepat: Mengingat tantangan yang ada (jumlah sekolah yang banyak, kondisi sosio-ekonomi dan infrastruktur digital yang berbeda, variasi jumlah siswa, dan penerapan pembelajaran hybrid yang tidak konsisten), teknik multistage cluster sampling akan menjadi pilihan yang paling tepat. Berikut penjelasannya:
Alasan Pemilihan: Multistage cluster sampling memungkinkan peneliti untuk mengatasi kompleksitas populasi dengan membagi proses pengambilan sampel menjadi beberapa tahap. Pada tahap pertama, peneliti dapat memilih secara acak beberapa kota/kabupaten dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat. Pada tahap kedua, peneliti memilih secara acak beberapa SMA negeri dari setiap kota/kabupaten yang terpilih. Pada tahap ketiga, peneliti memilih secara acak kelas XI dari sekolah-sekolah yang terpilih. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif dari seluruh populasi, sambil tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan tantangan geografis.
Cara Penerapan:
Tahap 1: Membuat daftar semua kota/kabupaten di Jawa Barat.
Tahap 2: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah kota/kabupaten yang representatif. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan kondisi sosio-ekonomi atau infrastruktur digital.
Tahap 3: Membuat daftar semua SMA negeri di kota/kabupaten terpilih.
Tahap 4: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah SMA negeri dari setiap kota/kabupaten. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan penerapan pembelajaran hybrid.
Tahap 5: Membuat daftar semua kelas XI di SMA negeri terpilih.
Tahap 6: Memilih secara acak beberapa kelas XI dari setiap sekolah terpilih.
3. Potensi Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Kota Besar: Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, terdapat potensi kelemahan terhadap validitas hasil penelitian. Pendekatan ini dapat menyebabkan sampel menjadi tidak representatif terhadap seluruh populasi siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat. Siswa di kota besar cenderung memiliki kondisi sosio-ekonomi, infrastruktur digital, dan kualitas guru yang berbeda dengan siswa di daerah pedesaan atau kota kecil. Akibatnya, hasil penelitian mungkin hanya berlaku untuk siswa di kota besar dan tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi. Ini akan mengurangi validitas eksternal penelitian.