Posts made by Lazuardi Brilliani Rizky 2211031176

Nama : Lazuardi Brilliani Rizky
NPM : 2211031176
Kelas : AKT D

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah
bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.
Nama : Lazuardi Brilliani Rizky
NPM : 2211031176
Kelas : AKT D

Menurut saya, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut sudah tepat. Karena limbah olahan pabrik yang dibuang oleh perusahaan tersebut ke sungai sangat mengganggu masyarakat dan lingkungan setempat. Pemilik pabrik tersebut sangat tidak bertanggung jawab dan tidak mencerminkan nilai-nilai pancasila khususnya sila ke-2 yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab", seharusnya pemilik pabrik tersebut sebelum membuka sebuah perusahaan harus memikirkan dampak eksternalitas yang timbul akibat kegiatan usaha tersebut apakah akan merugikan sekitarnya atau tidak dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut. Seharusnya perusahaan itu dapat mengolah limbah dari pabrik tersebut agar lingkungan sekitar tidak tercemar oleh limbah yang mereka hasilkan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dan tertuang dalam Pasal 60 dan Pasal 104 tentang Pembuangan Limbah Akan Di Pidana.
Nama : Lazuardi Brilliani Rizky
NPM : 2211031176
Kelas : AKT D

A. Pancasila sebagai paradigma ilmu, melalui sila-silanya.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Pertama ini menyiratkan adanya konsep tentang keberadaan Tuhan yang terus menjalin hubungan dan kesatuan dengan manusia dan alam
semesta beserta isinya. Ilmu berparadigma Pancasila bersifat teistik. Hal demikian jelas berseberangan dengan paradigma Cartesian-Newtonian yang
memandang bahwa Tuhan sudah “pensiun” sejak alam semesta dan manusia sebagai penghuninya telah tercipta (Sudjito, 2007).
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila Kedua ini dengan jelas menyiratkan adanya konsep tentang manusia yang utuh. Dalam keutuhannya, ada rohani dan ada jasmani. Sebagai kesatuan
rohaniah, keberadaan hati nurani (qalbu) tidak kalah penting daripada akal. Ilmu berparadigma Pancasila mengakui dan menghargai keberadaan akal (rasio), namun bukan segala-galanya (ratio above else) sebagaimana kredo
“Cogito ergo sum.
3. Persatuan Indonesia
Keharusan menempatkan Sila Pertama dan sila Kedua sebagai jiwa Persatuan
Indonesia, menunjukkan adanya keterpaduan antara karakter ilmu dengan faham kebangsaan Indonesia, sekaligus penolakan terhadap faham etnisisma dan etnosentrisma (Jacob, 2006).
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Sila ini menyiratkan adanya konsep bahwa rakyat atau wakil-wakil rakyat
dalam menjalankan kekuasaannya harus dipimpin oleh kebijaksanaan, dengan penuh rasa tanggungjawab, baik secara vertikal kepada Tuhan YME maupun secara horizontal kepada seluruh rakyat Indonesia, dan tidak sekali-kali atas dasar kekuatan maupun legalitas formal. Semakin dekat manusia dengan sumber kebenaran absolut yaitu Tuhan YME, maka dia akan semakin bijaksana.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan itu bukan keadilan formal, suatu keadilan yang lahir karena
perundang-undangan, melainkan keadilan yang bertumpu pada habitat
sosialnya, yaitu masyarakat Indonesia, yang berkarakter komunalistik-religius.
Ilmu berparadigma Pancasila mendorong perburuan keadilan sosial, sekaligus menolak dominasi positivisme (Sudjito, 2007).

B. Harapan saya Pancasila sebagai sistem nilai akan mantap berfungsi sebagai paradigma ilmu, apabila para akademisi dan praktisi, warga negara maupun penyelenggara negara,
telah meyakini kebenaran nilai-nilai Pancasila dan menjadikannya sebagai acuan dalam berolah ilmu maupun beramal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Untuk sampai pada keyakinan demikian, segenap komponen bangsa perlu berupaya memahami secara menyeluruh atas nilai-nilai kebenaran yang terkait dengan dirinya sebagai manusia, kebenaran tentang alam, serta kebenaran Tuhan, sekaligus hubungan dan posisinya di antara ketiganya. Hasil dari proses perburuan kebenaran hakiki atas 3 (tiga) hal (manusia, alam, serta Tuhan) tersebut akan melahirkan apa yang di dalam ilmu disebut paradigma (Sudjito, 2007). Paradigma itulah yang akan menentukan nilai-nilai teologis, filosofis, maupun ideologis yang dianutnya.

Sumber : pusdik.mkri.id
Nama : Lazuardi Brilliani Rizky
NPM : 2211031176
Kelas : AKT D

A. Tanggapan saya mengenai berita tersebut adalah begitu miris melihat kondisi saat ini dimana berita hoax bertebaran dimana-mana. Saya setuju mengenai isi berita tersebut karena bahkan orang-orang yang terpelajar dan berlatar belakang pendidikan yang tinggi pun dapat termakan berita hoax atau bahkan menyebarkan berita hoax. Sama halnya dengan yang terjadi di sekitar lingkungan saya, mereka juga sama mudahnya termakan berita hoax, "Mereka menyebarkan apa pun yang mereka suka. Suka dulu, tidak perlu betul". Untuk mengantisipasi dampak negatif dari penyebaran hoax tersebut, kita harus pandai dalam menyaring dan memilah berita yang akan kita baca, harus diperiksa terlebih dahulu kredibilitas dan sumbernya apakah terpecaya atau tidak.

B. Saat ini banyak sekali pengaruh perkembangan IPTEK di media sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang telah ditanamkan sejak zaman leluhur kita. Banyak sekali penyimpangan yang terjadi seperti perbuatan rasis atau sara, pengaruh pergaulan budaya luar yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah agama, perpecah belahan karena perbedaan pendapat, dan ketidak adilan terhadap perilaku sosial. Solusi yang dapat saya sampaikan untuk perkembangan IPTEK yang lebih baik adalah dengan menanamkan pendidikan nilai-nilai pancasila dan moral kepada pengguna media sosial agar dalam segala perbuatan yang mereka lakukan harus tetap berlandaskan pada pancasila sehingga terhindar dari pengaruh media sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

C. Solusi untuk mengatasi permasalahan terkait sikap konsumerisme tersebut adalah dengan membuat prioritas pengeluaran, dengan hal ini kita akan berfikir dua kali ketika tergoda untuk melakukan perilaku konsumtif. Kita seharusnya membeli barang yang dibutuhkan/diprioritaskan saja sesuai dengan kebutuhan kita, tidak membeli barang hanya karena tergiur oleh perilaku konsumtif dan barang tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Selain itu kita juga dapat menabung dan berinvestasi untuk simpanan masa depan kita.
Nama : Lazuardi Brilliani Rizky
NPM : 2211031176
Kelas : AKT D

Pancasila Sebagai Filsafat Ilmu dan Implikasi Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Konsep Dasar Pancasila
Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia (Burhanudin S, 1988). Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta : panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik dan juga sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang lahir dari pemikiran mendalam yang dilakukan oleh anak bangsa dengan tujuan untuk dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat ilmu merupakan landasan dalam proses berfikir dan berpengetahuan. Sebuah pengetahuan dalam perkembangannya harus memperhatikan aspek Ketuhanan yang merupakan landasan dalam setiap berfikir manusia. Pancasila sebagai filsafat ilmu mengandung nilai ganda, yaitu harus memberikan landasar teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek dan menetapkan tujuan; dan nilai instrinsik tujuan iptek dilandasi oleh nilai mental kepribadian dan moral manusia (Syam, 2006). Pancasila sebagai filsafat juga akan membantu kita untuk mengambil sikap terbuka dan kritis terhadap dampak modernisasi dan menjadi pemain aktif, mempertahankan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Implikasi sila-sila dalam Pengembangan IPTEK :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta beserta isinya (Burhanudin, 1988). Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, manusia harus menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irrasional, antara rasa dan akal.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi murni manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umum baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.
3. Persatuan Indonesia
Memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan pesahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari factor kemajuan iptek.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Dalam pengembangan iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memilki sikap yang tebuka artinya terbuka untuk dikritik/dikaji ulang.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 1986).