Posts made by KHAIRANI ULYA 2213053115

Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis video

"Pendekatan Panthelix Pendidikan Nilai dan Moral"

Pendekatan pentahelix adalah sebuah konsep kolaborasi yang melibatkan lima elemen kekuatan, yaitu pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media. Konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan nilai dan moral. Dalam video tersebut juga disebutkan bahwa penanaman nilai dapat dilakukan melalui berbagai media elektronik dan sosial. Pemberian nilai perlu diajarkan, dicerna, dan diinternalisasikan dalam diri seseorang.

Pengajaran nilai juga melibatkan proses penerapan nilai-nilai dalam diri seseorang. Kualitas seseorang dapat dinilai dari sejauh mana mereka menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.Terdapat dua aliran dalam pengajaran nilai. Pertama, aliran relativisme yang menekankan bahwa nilai-nilai bersifat festival, kreatif, subjektif, temporer, dan situasional. Kedua, aliran kebebasan atau value-free yang berpendapat bahwa nilai-nilai tidak perlu diajarkan karena bertentangan dengan kebebasan dasar manusia untuk menentukan pilihannya sendiri.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis Video

"Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral"

Apakah kesadaran nilai dan moral itu penting? Ya, jawabannya adalah sangat penting. Mengapa demikian? Karena kesadaran akan nilai dan moral akan membawa agar mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, pendidikan nilai dan moral sangat dibutuhkan. Pendidikan nilai dan moral sangat penting disosialisasikan kepada seluruh peserta didik demi kemajuan sekolah, bangsa, maupun negara dalam membentuk kepribadian karakter peserta didik. Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) di harapkan dapat menjadi acuan keberhasilan penerapan pendidikan nilai dan moral di sekolah serta menjadi jembatan untuk menuju pendidikan nilai dan moral yang baik.

PPKN juga penting dalam pendidikan nilai dan moral untuk Pembangunan watak ataupun karakter.
Peran yang dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan pendidikan nilai dan moral pada peserta didik melalui PPKN yaitu dengan pendekatan indoktrinasi, pada pendekatan ini pendidik menanamkan nilai nilai kedisiplinan kepada peserta didik contohnya diberikan beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar jika ada yang melanggar maka akan diberikan hukuman. Kemudian Klarifikasi nilai, mengenai perbuatan benar atau salah dan baik/buruk. Selanjutnya ada teladan atau contoh, seorang pendidik seharusnya bisa menjadi teladan bagi peserta didik. Dan yang terakhir ada pembiasaan dalam perilaku, terkait pembiasan sebelum kegiatan pembelajaran contohnya berdoa sebelum dan sesudah belajar.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Penulis: Enung Hasanah
Tahun Terbit: 2019
Bulan Terbit: September
Nomor: 2
Volume: 6
Kata Kunci: teori kohlberg, SD, moral

B. Pembahasan
Di abad 21 ini peserta didik perlu akan kemahiran dalam kolaborasi, komunikasi dan pemecahan masalah, serta keterampilan tradisional. Salah satu aspek yang bisa menunjang perkembangan kemahiran tersebut ialah dapat dengan membantu perkembangan moral peserta didik agar tumbuh optimal. Maka, perkembangan ini dapat dibantu dengan berpacu pada teori-teori tertentu salah satunya teori Kohlberg.

Teori Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, dalam artian apa yang dilakukan oleh seorang individu tidak menjadi pusat pengamatannya. Mengamati tingkah laku tidak menunjukan banyak mengenai kematangan moral. Memang seorang dewasa yang sudah matang dan seorang anak kecil keduanya barangkali tidak mau mencuri mangga. Penelitian Kohlberg menunjukan bahwa bila penalaran-penalaran
yang diajukan oleh seseorang mengapa ia mempunyai pertimbangan moral tertentu atau melakukan tindakan tertentu diperhatikan, maka akan tampak jelas adanya perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pandangan moral orang tersebut.

Teori (Kohlberg; L., Hersh, R.H. 1977) menjelaskan tentang Perkembangan Moral dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi 2 tahap tahap sebagai berikut:
1. Moralitas Pra-konvensional
• Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman.
• Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran.
2. Moralitas Konvensional
• Tahap 3 - Hubungan Interpersonal.
• Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial.
3. Moralitas Pasca-konvensional.
• Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan.
• Tahap 6 - Prinsip Universal.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)

B. Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara

a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif
global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
Menurut Sudarminta (dikutip S. Belen, 2004: 9), praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama─dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.

b. India
Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004: 230).

c. Malaysia
Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).

d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga,
untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari (Mulyana, 2004: 237-238).

Keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pendidikan dituntut untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan mampu membaca peluang dan tantangan global. Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Degradasi Moral Pelajar Jaman Modern

Mengenai permasalahan yang ada di dalam video tersebut, hal itu dapat terjadi salahsatunya dikarenakan pola pengasuhan dirumah dan lingkungan sekitar. Tentunya sebelum memasuki ranah pendidikan di sekolah atau lingkungan sekolah, ada pola pengasuhan dirumah atau keluarga yang membentuk moral dan perilaku siswa yang perlu diperhatikan. Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya menyikapi hal tersebut dengan memahami perbedaan karakter tiap individu peserta didik serta menanamkan nilai-nilai dan moral didalam pembelajaran di sekolah.

Inilah hal yang mendasari pentingnya penanaman nilai dan moral sedari dini di lingkungan keluarga, agar menjadi bekal bagi anak tersebut saat memasuki lingkungan sekolah.
Selain itu, guru harus memiliki kelengkapan di dalam dirinya sebagai sosok pribadi. Hal ini sudah di atur di dalam UU, bahwa seorang guru mempunyai 4 standar kompetensi utama, yaitu sebagai berikut.
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi sosial
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi pedagogik