Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.
Forum Analisis Jurnal 1
NPM: 2213053103
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
B. Isi Jurnal
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan umat manusia sebagai wujud kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara dengan berbagai permasalahannya. Pendidikan nilai moral merupakan salah satu alternatif penyelesaian permasalahan yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional. Namun negara-negara tersebut menekankan pendidikan nilai moral pada nilai-nilai etika moral, terutama pada nilai-nilai terkait hak asasi manusia yang bersifat universal dan global. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan Miller cenderung bersifat individualistis. Pendekatan pendidikan nilai moral meliputi pendekatan penanaman, pemodelan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan, sedangkan metode yang digunakan meliputi metode dogmatis, deduktif, induktif, dan reflektif.
Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia , fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Di samping itu, revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi menghadirkan sejumlah kemudahan untuk melakukan aktivitas kehidupan di se-gala bidang. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan militer dijalin tanpa dibatasi oleh jarak antarwilayah negara. Di lain hal, globalisasi dapat melahirkan kompetisi yang kurang sehat. Dengan kata lain kompleksitas global memiliki banyak keuntungan bagi yang kuat, tetapi sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaing.
Eropa menyaksikan kehancuran yang ditimbulkan oleh perang. Perang Dunia II terjadi Perang Dingin yang hampir membawa manusia pada konflik nuklir yang dapat menghancurkan dunia ini, Syukurlah hal itu bisa dihindari. Pada masa-masa perang dingin isu-isu tentang nilai, moral, etika kehidupan, juga kelestarian lingkungan sangat menonjol. Majalah Newsweek ketika menyambut datangnya abad 21 menurunkan laporan utama yang mengevaluasi perjalanan manusia selama abad 20. Sebagai kesimpulannya dikemukakan bahwa selama abad 20 waktu yang digunakan manusia untuk saling berperang lebih banyak daripada perdamaian.
Pada tahun 1970-an saintis masih sering mengatakan ilmu bebas nilai, akan tetapi sekarang mereka hampir sepakat untuk menyatakan "there is no such thing the so-called value-free science". Sebaliknya, mereka berbicara tentang sains yang bermuatan nilai di mana pun titik nilai melekat.
Dalam tesisnya dinyatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dingin akan terjadi konflik atau benturan yang hebat antar peradaban. Lebih lanjut, diungkapkan pula bahwa ada tujuh kelompok peradaban di dunia dan hanya tiga kekuatan yang saling berhadapan, yaitu Barat, Konghucu, dan Islam
Fakta yang berkaitan dengan benturan antarperadaban itu cukup banyak.
Kesemua itu, bila dicermati, akarnya adalah konflik atau benturan antarnilai yang pada dasarnya juga merupakan benturan antarperadaban yang melatarbelakanginya. Di antaranya, untuk mengkritik habis paradigma Newtonian yang mekanistik dan eksploratif.
Pendidikan dituntut untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan mampu membaca peluang dan tantangan global. Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki.
Sastrapratedja menyatakan bahwa untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda seperti itu, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian dan etik-moral. Kesemuanya itu dapat disebut dengan pengembangan pendidikan nilai.Ruang lingkup klasifikasi nilai mencakup nilai terminal dan instrumental, instrinsik dan ekstrinsik, personal dan sosial, subjektif dan objektif. Kategorisasi nilai meliputi enam klasifikasi nilai dan enam dunia makna. Klasifikasi nilai mencakup nilai teoretik, ekonomis, estetik, sosial, politik, dan agama.
Dunia nilai mencakup simbolik, empirik, estetik, sinoetik, etik, dan sinoptik .
Pembahasan dalam tulisan ini dibatasi pada nilai terminal dan nilai instrumental. Menurut Rokeach, nilai instrumental meliputi bercita-cita keras, berwawasan luas, berkemampuan, ceria, bersih, bersemangat, pemaaf, penolong, jujur, imajinatif, mandiri, cerdas, logis, cinta, taat, sopan, tanggung jawab, dan pengawasan diri. Nilai terminal meliputi hidup nyaman, hidup bergairah, rasa berprestasi, rasa kedamaian, rasa keindahan, rasa persamaan, keamanan keluarga, kebebasan, kebahagiaan, keharmonisan diri, kasih sayang yang matang, rasa aman secara luas, kesenagan, keselamatan, rasa hormat, pengakuan social, persahabatan, dan kearifan.Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendi-dikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
NPM : 2213053057
Kelas : 3G
Hasil Analisis Jurnal 1
1. identitas Jurnal
Judul Jurnal : Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Perspektif Glonal
Penulis Jurnal : Sudiati
2. Hasil dan Pembahasan
Untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian dan etik-moral. Kesemuanya itu dapat disebut dengan pengembangan pendidikan nilai. Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai nilai dalam diri seseorang baik nilai-nilai personal maupun nilai sosial.
1). Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia saat ini masih belum menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Alasannya karena pendidikan begitu terpaku pada kurikulum dan adanya pandangan simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian-subjektif dan belum banyak menyentuh nilai universal objektif.
B. India
Dalam pendidikan nilai di India dikembangkan sebagai usaha dalam meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandang agama. Maksudnya menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama universal.
C. Malaysia
Terdapat dua pengembangan pendidikan nilai di sekolah dasar. 1) pendidikan langsung, diajarkan melalui pendidikan moral dan pelajaran agama. 2) pendidikan tidak langsung dikembangkan melalui jumlah mata pelajaran lainnya.
D. Cina
Dalam tradisi ina menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Namun meski begitu, pendidikan nilai di Cina memiliki banyak tantangan sehingga belum optimal.
2). Dimensi Pendidikan Nilai Moral
A. Teori perkembangan moral
Nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih
spirital, yaitu suatu bidang yang lazim diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya.
B. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral tawaran John P. Miller tidak jauh berbeda dengan tawaran Kohlberg. Artinya, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral berfokus pada pembentukan pribadi secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral bersifat individualistis. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif. Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci kedalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah (i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi
NPM: 2213053231
Kelas: 3G
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
B. Isi Jurnal
Sistem nilai merupakan sekelompok nilai yang saling berkaitan, saling menguatkan dan tidak terpisahkan, seperti nilai-nilai yang bersumber dari agama atau tradisi humanistik. Karakteristik beberapa negara pasti berbeda, khususnya jika dilihat berdasarkan ideologinya karena perbedaan ideologi itu di antaranya berpengaruh terhadap sistem pendidikan nilai. Nilai moral
merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Ada beberapa model pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas model. Setiap model mempunyai tujuan yang berbeda. Sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula faktor lain yang membatasinya. Di sisi lain, keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai.
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi teramalkan. Kemungkinan kedua, nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan, tetapi berkat pengawasan pihak penguasa bukan atas kesadaran diri peserta didik.
Contoh implementasi pendidikan nilai berkenaan dengan keteladanan. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikap mendua. Misalnya, jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik. Sebagai konsekuensinya, para pendidik (orang tua, guru, dan para pembimbing) harus konsisten dalam berperilaku moral karena peserta didik tumbuh dan berkembang mengikuti model perilaku para pendidik.
NPM : 2213053094
Kelas : 3G
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis Jurnal : Sudiati
Tahun terbit : Juni, 2009
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
HASIL ANALISIS
Secara hierarkhis nilai instrumental berfungsi sebagai nilai perantara yang akan berujung pada nilai akhir atau terminal yang bersifat inheren, tersem- bunyi di belakang nilai instrumental. Nilai instrumental dan nilai terminal dapat ditanamkan melalui pendidikan nilai moral bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan; terutama untuk pendidikan dasar dan menengah. Tentunya pendidikan nilai moral disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara berdasarkan ideologi yang dianutnya.
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malay- sia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama se- bagai nilai universal. Malaysia merupa- kan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pen- didikan agama antara lain terjadi ka- rena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan si- kap (afektif) dan pembiasaan (psikomo- torik) sangat minim.
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal.
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
Keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik. pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, dan metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
NPM: 2213053141
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global
Nama Jurnal: Cakrawala Pendidikan
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Nomor Halaman: 2, 209-221
B. Isi Jurnal
Untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian dan etik-moral. Kesemuanya itu dapat disebut dengan pe-
ngembangan pendidikan nilai. Pengembangan pendidikan nilai itu tidak sekedar melalui program atau pelajaran khusus, tetapi dijadikan suatu dimensi dalam seluruh usaha pendidikan.
Pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Ini terjadi karena masing-masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan
beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara ini sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih di arahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai, di perlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Pendidikan nilai moral juga dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif.
NPM: 2213053093
Kelas: 3G
Prodi: PGSD
Analisis Jurnal 1
A. IDENTITAS JURNAL
1. Judul: PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL”
2. Penulis: Sudiati, FBS Universitas Negeri Yogyakarta
3. Kata Kunci: Pendidikan nilai moral, Sudut Pandang Umum
B. HASIL ANALISIS
1. Pendahuluan
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isuisu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Nilai yang dicetuskan UNESCO 1993 diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan, yaitu nilai standar (terukur) secara material dan nilai yang abstrak dan sulit diukur yang berupa keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan persamaan (Mulyana, 2004: 8).
2. Pembahasan
a. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
1. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
2. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
4. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan.
b. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
1. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Kohlberg, melalui penelitian Longitudinal and Crosscultural, telah berupaya untuk menyempurnakan teori Piaget dengan menetapkan enam tingkat pertimbangan moral yang relatif tidak bergantung pada umur.
2. Pendidikan Nilai Moral Pendidikan
Nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut.
3. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
4. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
3. Penutup
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Npm : 2213053039
Kelas : 3G
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : "Cakrawala Pendidikan"
Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis Jurnal : Sudiati
Tahun terbit : Juni, 2009
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
HASIL ANALISIS JURNAL
Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isuisu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika.
Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut.
Dengan kata lain kompleksitas global memiliki banyak keuntungan bagi yang kuat, tetapi sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaingbersaing, Fakta yang berkaitan dengan benturan antarperadaban itu cukup banyak.
Oleh karena itu, keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional, perlu diwujudkan nilai-nilai universal (misalnya: nilai Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global 211 kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan, dan kasih sayang) secara seksama, sehingga tercipta kehidupan yang damai, yang merupakan "titik balik" peradaban manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai.
Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki Kesemuanya itu dapat disebut dengan pengembangan pendidikan nilai.
Yang dimaksud pendidikan nilai di sini adalah penanaman dan pengembangan nilainilai dalam diri seseorang baik nilai-nilai personal maupun nilai sosial.
Pengembangan pendidikan nilai itu tidak sekedar melalui program atau pelajaran khusus, tetapi dijadikan suatu dimensi dalam seluruh usaha pendidikan.
Nilai yang dicetuskan UNESCO 1993 diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan, yaitu nilai standar (terukur) secara material dan nilai yang abstrak dan sulit diukur yang berupa keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan persamaan (Mulyana, 2004: 8).
Re: Forum Analisis Jurnal 1
Npm : 2213053012
Analisis Jurnal 1
A) Identitas Jurnal
Judul : Pendidikan Nilai Moral Ditinjau Dari Perspektif Global
Penulis : Sudiati
Tahun terbit : 2009
Kata Kunci : Pendidikan Nilai Moral, Perspektif Global
B) Hasil analisis
Revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi menghadirkan sejumlah kemudahan untuk melakukan aktivitas kehidupan di segala bidang gala bidang. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan militer dijalin tanpa dibatasi oleh jarak antarwilayah negara. Di lain hal, globalisasi dapat melahirkan kompetisi yang kurang sehat. Dengan kata lain kompleksitas global memiliki banyak keuntungan bagi yang kuat, tetapi sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaing.
1.Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
a) Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pen- cerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pan- dangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b) India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal
c) Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Seperti nilai yang masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai.
d) Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walau pun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini di kemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a) Teori Perkembangan Moral
Psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar. Definisi itu mencerminkan pandangan bahwa nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spirital.
b) Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan. Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.
c) Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidak dapat disajikan hanya oleh seorang guru atau hanya dalam satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang mengintegrasikan secara sendiri sendiri atau dengan kombinasi.
d) Metode dan Tekhnik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif.
NPM : 2213053095
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global
Nama Jurnal: Cakrawala Pendidikan
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Nomor Halaman: 2, 209-221
B. Isi Jurnal
Untuk menciptakan sebuah bangsa yang memiliki reputasi ganda, diperlukan upaya yang mencakup pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi, sekaligus pengembangan aspek-aspek lain seperti kepribadian dan etika moral. Semua ini dapat disebut sebagai pengembangan pendidikan nilai, yang seharusnya menjadi bagian integral dari seluruh upaya pendidikan.
Meskipun ada persamaan dalam pelaksanaan pendidikan nilai moral di empat negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina), perbedaan juga terjadi karena perbedaan ideologi masing-masing negara. Pendidikan nilai moral pada tingkat dasar memiliki fokus yang serupa, yaitu membentuk nilai-nilai kepribadian individual dan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, pendidikan nilai moral di negara-negara ini juga menghadapi berbagai tantangan, baik yang terintegrasi dalam kurikulum maupun yang tidak. Terdapat juga pendidikan nilai moral yang lebih terkait dengan pendidikan agama dan kewarganegaraan.
Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai, berbagai metode dapat digunakan, termasuk metode langsung seperti dogmatis, deduktif, induktif, atau reflektif, serta metode tidak langsung.
Pendidikan harus memiliki pandangan ke depan dan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan global. Selain itu, perlu menjaga perilaku etis yang sesuai dengan keberagaman dan keunikan budaya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sastrapratedja, untuk menciptakan bangsa yang memiliki reputasi ganda seperti itu, kita tidak hanya perlu mengembangkan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga perlu mengembangkan aspek lainnya, seperti kepribadian dan etika moral. Ini disebut sebagai pengembangan pendidikan nilai. Dalam kerangka pengembangan nilai ini, terdapat berbagai klasifikasi nilai yang mencakup nilai-nilai terminal dan instrumental, intrinsik dan ekstrinsik, personal dan sosial, serta subjektif dan objektif. Nilai-nilai ini terkategori ke dalam enam klasifikasi utama dan menghadirkan enam dunia makna yang berbeda, melibatkan nilai-nilai teoretis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan agama.
Npm : 2213053010
Kelas : 3G
Analisis Jurnal 1
A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Tahun Terbit : 2009
Th/No : Th. XXVIII, No. 2
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL.
Penulis : Sudiati (FBS Universitas Negeri Yogyakarta)
Kata kunci : pendidikan nilai moral, perspektif global
B. Pembahasan
1. Isu pendidikan nilai moral di beberapa negara.
Terdapat empat negara yang akan dibahas isu pendidikan nilai moralnya yaitu:
a). Indonesia
Di Indonesia sendiri pendidikan nilai disadari belum banyak menyentuh pemberdayaan serta pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Pembenahan pendidikan masih melekat pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas dan dari pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjektif dan belum banyak menyentuh pada nilai universal-objektif.
b). India
Di negara India pendidikan nilai lebih populer dibandingkan dengan negara lainnya. pada pendidikan nasional di India pendidikan nilai dikembangkan untuk usaha sebagai peningkatan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandang agama.
c). Malaysia
Pada negara Malaysia ini pendidikan nilai dilakukan pada jenjang sekolah dasar serta pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
d). Cina
Negara Cina sendiri mempunyai tradisi yaitu pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan.
2. Dimensi pendidikan nilai moral
a). Teori perkembangan moral
Pada dewasa ini psikolog serta sosiolog banyak membahas tentang nilai moral berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak-anak. Pembahasan ini bertolak belakang dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. ada beberapa para ahli memandang bahwa perkembangan moral serta bentuk sosialisasi lainnya untuk keseluruhan proses yang di mana seorang pribadi lahir dengan kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spiritual, yaitu suatu bidang yang lazim diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya dengan demikian, perkembangan moral dipahami untuk suatu internalisasi langsung norma-norma budaya eksternal.
b). Pendidikan nilai dan moral
yang dimaksud dari pendidikan nilai dan moral merupakan pendidikan yang berusaha untuk mengembangkan komponen integrasi pribadi. integrasi pribadi itu sendiri dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan 4 gambaran kepribadian.
c). Pendekatan pendidikan nilai moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modelling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) skill development, yaitu
pengembangan keterampilan untuk
mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih agar ditanamkan serta dikembangkan.
d). Metode dan teknik pendidikan nilai moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai ini ada beberapa metode yaitu metode langsung serta tidak langsung. Pada metode langsung memulainya dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran sedangkan metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan akan tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan.
C. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tersebut yaitu isu pendidikan nilai moral yang terdapat di 4 negara yaitu Indonesia, Malaysia, India serta Cina melihatkan perbedaan dan kesamaan. Perbedaannya yaitu disebabkan karena adanya perbedaan ideologi bangsa akan tetapi negara tersebut memberikan pendidikan nilai dan moral seperti nilai etik moral terutama dalam hal nilai yang sifatnya asasi manusia universal serta global dan pendidikan nilai moral merupakan upaya penting dalam membentuk karakter dan moral individu dalam masyarakat.
NPM : 2213053194
Kelas : 3G
Analisis jurnal berjudul PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL oleh Sudiati
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan juga kebutuhan manusia sebagai perwujudan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara yang di dalamnya terdapat berbagai macam permasalahan. Ada banyak masalah, seperti terorisme global dan krisis multidimensi, yang sulit untuk diselesaikan oleh satu negara saja karena untuk menyelesaikannya membutuhkan dukungan dari negara lain. Pendidikan nilai moral merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah baik yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Yang mana hal ini telah menjadi isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) dan memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaannya disebabkan oleh ideologi yang berbeda dari masing-masing negara. Tetapi, negara-negara tersebut menekankan pendidikan nilai moral pada nilai-nilai etika moral, terutama pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang bersifat universal dan global.
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang
salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Sehingga perkembangan moral dipahami sebagai suatu internalisasi langsung norma-norma budaya eksternal. Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv) orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak sosial legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban.
Pendidikan nilai moral berdasarkan John P. Miller tidak jauh berbeda dengan Kohlberg. Maka, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral ini berfokus dengan pembentukan pribadi
secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral bersifat individualistis. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh sebab itu, perlu dilengkapi dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra yakni kehidupan manusia dibangun atas dasar pandangan hidup yang sistemik dan holistik, bukan parsial dan individualistik. Dalam implementasinya, diperlukan pendekatan yang tepat serta metode dan teknik yang relevan. Pendekatan pendidikan nilai moral diantaranya meliputi pendekatan penanaman nilai, keteladanan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan, sedangkan metode yang digunakan yakni terdapat metode dogmatis, deduktif, induktif, dan reflektif.
Npm : 2213053166
Kelas : 3G
Analisis Jurnal I
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
B. Hasil Analisis
Terkait dengan usulan Capra, jika dipahami lebih jauh, kehidupaan manusia di muka bumi pada hakikatnya berupa sebuah “sistem dan keutuhan”. Oleh karena itu, keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional, perlu diwujudkan nilai-nilai universal (misalnya: nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan, dan kasih sayang) secara seksama, sehingga tercipta kehidupan yang damai, yang merupakan “titik balik”
Ruang lingkup klasifikasi nilai mencakup nilai terminal dan instrumental. Nilai instrumental dan nilai terminal dapat ditanamkan melalui pendidikan nilai moral bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan; terutama untuk pendidikan dasar dan menengah. Tentunya pendidikan nilai moral disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara berdasarkan ideologi yang dianutnya.
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis. Berdasarkan uraian bahwa karakteristik keempat negara itu berbeda, khususnya jika dilihat berdasarkan ideologinya karena perbedaan ideologi itu di antaranya berpengaruh terhadap sistem pendidikan nilai.
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi.
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik.
Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi teramalkan.
NPM: 2213053112
Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nomor dan Halaman: No. 2, Halaman 209 – 221
Tahun : 2009
Penulis: Sudiati
Reviewer : Rohmah Shela Saputri
Tanggal Reviewer : 4 Oktober 2023
Kata kunci: pendidikan nilai moral, perspektif global
Hasil Analisis:
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan manusia sebagai
perwujudan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara dengan berbagai
masalah. Ada banyak masalah, seperti terorisme global dan krisis
multidimensi, yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara sendiri karena
sehingga perlu dukungan negara lain. Pendidikan nilai moral merupakan salah satu alternatif
alternatif pemecahan masalah baik yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Hal ini
telah menjadi isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan
Cina) dan memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaannya disebabkan oleh perbedaan ideologi masing-masing negara.
ideologi yang berbeda dari masing-masing negara. Namun, negara-negara tersebut menekankan nilai moral
pendidikan nilai etika moral, terutama nilai-nilai yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang
yang bersifat universal dan global. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan
oleh Kohlberg dan Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep tersebut perlu
Oleh karena itu, perlu dilengkapi dengan memperhatikan paradigma yang dikemukakan oleh Capra bahwa kehidupan
manusia dibangun atas dasar pandangan hidup yang sistemik dan holistik, tidak parsial dan individualistik.
parsial dan individualistik. Dalam implementasinya, diperlukan pendekatan yang tepat
yang tepat serta metode dan teknik yang relevan. Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan nilai moral
meliputi pendekatan penanaman, keteladanan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan, dan
sedangkan metode yang digunakan meliputi metode dogmatis, deduktif, induktif, dan reflektif.
Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
Kelas: 3G
Prodi: PGSD
ANALISIS JURNAL 1
Judul Jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun : Juni 2009
Pelaksanaan pendidikan nilai moral pada empat negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) punya persamaan dan perbedaan, karena masing-masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan yaitu berfokus pada nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Namun, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Karena itu, diperlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pedoman hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
Dalam mengimplementasikan pendidikan nilai moral diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikap mendua. Misalnya, jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik.
Npm:2213053161
Analisis jurnal
Judul jurnal:Pendidikan Nilai Moral Ditinjau Dari Perspektif Global
Penulis:Sudiati
Tahun Terbit:2009
Kata Kunci:moral value education (Pendidikan nilai moral) global perspective (perspektif Global)
Isi Jurnal
Kompleksitas telah muncul dalam tatanan dunia yang ditandai dengan munculnya permasalahan dan permasalahan global seperti pelanggaran hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan dan penyalahgunaan narkoba.Nilai-nilai yang ditemukan oleh UNESCO pada tahun 1993 digambarkan dalam dua gagasan yang berlawanan, yaitu nilai-nilai material yang standar (dapat diukur)dan nilai-nilai abstrak dan sulit diukur yakni mengukur dalam hal keadilan, kejujuran, kebebasan, perdamaian dan kesetaraan (Mulyana, 2004: 8). Selain itu, sistem nilai merupakan kumpulan nilai-nilai yang saling bergantung, saling memperkuat, dan tidak dapat dipisahkan, seperti nilai-nilai dari agama atau tradisi humanistik.
Karakteristik dalam setiap negara berbeda-beda, apalagi jika dilihat dari ideologinya, karena perbedaan ideologi mempunyai pengaruh terhadap sistem pendidikan nilai. dan pandangan bahwa nilai moralitas Itu relatif. Para ahli lainnya memandang perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai suatu proses holistik di mana seseorang dilahirkan dengan berbagai kemampuan perilaku praktis yang terbatas pada bidang yang lebih bersifat spiritual, khususnya bidang yang diterima secara umum sesuai dengan ukuran kelompoknya.Kohlberg mengidentifikasi enam tahap Tingkat pertimbangan moral, yaitu 1) Orientasi hukuman atau kepatuhan,2) Orientasi instrumental-relatif, 3) Orientasi masuk kelompok anak manis atau Anak baik, 4) orientasi hukum dan Ketertiban,5) orientasi kontrak sosiallegalitas, dan 6) Orientasi prinsip kewajiban.
Contoh implementasi pendidikan nilai adalah pernyataan bahwa jika pendidik ingin agar anak didiknya menaati hukum, maka ia harus selalu mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kita harus menyadari bahwa setiap perkataan dan perilaku pendidik (orang tua, guru) sangat mempengaruhi kepribadian siswa. Oleh karena itu,Siswa (orang tua, guru, dan konselor) harus konsisten dalam berperilaku etis karena siswa tumbuh dan berkembang dengan mengikuti model perilaku pendidik. Mereka akan melakukan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Pendidik.
Npm: 2253053016
Analisis jurnal 1
Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan ini berkaitan dengan nilai-nilai kepribadian seseorang dan pola hidup berbangsa dan bernegara. Penilaian moral adalah penilaian terhadap kebenaran dan kebaikan suatu tindakan. Namun tidak semua penilaian tentang apa yang baik dan benar merupakan penilaian moral. Banyak tindakan yang sebenarnya merupakan penilaian atas kebaikan atau kebenaran, estetika, teknologi, atau kebijaksanaan. Berbeda dengan evaluasi kebijakan atau estetika, penilaian moral cenderung bersifat universal, inklusif, konsisten, dan didasarkan pada alasan objektif, impersonal, atau ideal.
Pendidikan nilai moral merupakan pendidikan yang berupaya mengembangkan komponen-komponen individu secara terpadu. Integrasi pribadi dapat digambarkan setidaknya melalui empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan (Darmiyati Zuchdi, 1997: 5).
Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial. Setiap model pembelajaran itu harus memenuhi kerangka kerja yang meliputi arah teori, penerapan kelas, peranan guru, kelayakan model, dan lingkungan belajar.
NPM : 2213053297
Analisis jurnal “PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL”
Pendidikan nilai moral adalahpersyaratan dan kebutuhan pada saat bersamaan tentang tatanan dunia kemanusiaan sebagai perwujudan hidup bersama berbangsa dan bernegara dalam hubungan dengan pesanan warna global berbagai permasalahan alam Angka sangat besar, kompleks, dan mendunia. Menyelesaikan permasalahan hidup Kemanusiaan tidak hidup sampai tahun. Namun,cukup sederhana, banyak masalah yang memerlukan dukungan dan bantuan dalam penyelesaiannya.di luar negeri, misalnya terorisme global, permasalahan dan permasalahan ekonomi Krisis Multidimensi tahun.Pendidikan nilai moral adalah opsi pemecahan masalah alternatifbersifat lokal, regional, nasional dansecara internasional.
Nilai atau pendidikan moral sebagaiemisi global di berbagai negara (india, Malaysia, India dan China) menunjukkan perbedaannyadan persamaannya. Perbedaan yang ada disebabkan oleh perbedaan ideologi nasional. Namun, negara-negara tersebut menyampaikannya Penekanan pada pendidikan nilai-nilai moraltentang nilai etika dan moral; terutama ketika menyangkut nilai-nilai intimanusia, universal dan global. Konsep pendidikan nilai moraldiusulkan oleh Kohlberg iJanuari PMiller cenderung ke arah individualisme. Oleh karena itu kita perlu menyempurnakan konsep tersebut, dengan memperhatikan paradigma yang dikemukakan Capra.Lebih lanjut, pelaksanaannya memerlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pilihan pendekatan, metode dan teknik.(Teknis) Pelatihan Nilai Moralatau
Npm : 2253053012
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis Jurnal : Sudiati
Tahun terbit : Juni, 2009
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
Dalam Indonesia adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana
penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif. kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam,
termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
Dalam India, Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan
dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada
siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan pendidik.
Dalam malaysia, Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan.
Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan.
Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak faktor lain yang membatasinya.
pendidikan nilai
moral dapat diselenggarakan dengan
menggunakan
(i) metode dogmatis,
(ii) metode deduktif,
(iii) metode induktif, atau
(iv) metode reflektif .
Kesimpulan
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan nilai moral juga merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
NPM: 2253053026
Identitas Jurnal
Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis : Sudiati
Tahun Terbit : 2009
Bulan Terbit : Juni
Nomor : 2
Kata Kunci : Moral Value Education, Global Perspective (Pendidikan Nilai Moral, Perspektif Global)
Pendidikan nilai moral dianggap sebagai tuntutan dan kebutuhan penting dalam tatanan global. Ini menjadi landasan untuk hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam menghadapi permasalahan global yang kompleks. Penyelesaian masalah-masalah hidup yang dihadapi oleh umat manusia seringkali membutuhkan dukungan dan kerjasama lintas negara. Masalah seperti terorisme global, krisis ekonomi, dan tantangan multidimensional menunjukkan bahwa pendidikan nilai moral memiliki peran dalam menangani isu-isu tersebut.
Pendidikan nilai moral disebutkan sebagai alternatif untuk memecahkan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional. Ini menyoroti pentingnya pendidikan nilai moral sebagai bagian dari solusi untuk masalah-masalah kompleks.
Meskipun ada perbedaan ideologi dan konteks budaya antara negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, India, dan China, pendidikan nilai moral menunjukkan kesamaan dalam penekanan pada nilai-nilai etik-moral yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
Konsep pendidikan nilai moral yang bersifat individualistik seperti yang diusulkan oleh Kohlberg dan John P. Miller mungkin memerlukan penyempurnaan, dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Selain itu, implementasinya memerlukan strategi yang tepat melalui pemilihan pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai.
NPM : 2213053178
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1
Setelah membaca dan mengamati jurnal yang telah disediakan yaitu dengan judul "PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL", yang di tulis oleh Sudiati, FBS Universitas Negeri Yogyakarta, bisa di simpulkan bahwasanya Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam
tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak
asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika.
Di samping itu, revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi menghadirkan sejumlah kemudahan untuk
melakukan aktivitas kehidupan di segala bidang. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan militer dijalin tanpa dibatasi oleh jarak antarwilayah negara. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal.
Uraian singkat ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bahwa karakteristik keempat negara itu berbeda, khususnya jika dilihat berdasarkan ideologinya karena perbedaan ideologi itu di antaranya berpengaruh terhadap sistem pendidikan nilai. pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masing-masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara.
Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetis, teknologis atau bijak. Hasil kajian Kohlberg mengenai tahap-tahap perkembangan moral memiliki kelemahan di mana tahap ke-5 kurang memiliki bukti empiris dan tahap ke-6 tidak memiliki bukti empiris.
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat
gambaran kepribadian. Ada beberapa model pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas model. Setiap model mem-punyai tujuan yang berbeda.
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, meliputi pendekatan Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula faktor lain yang membatasinya.
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi diamalkan.
Npm : 2213053062
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1
Identitas Jurnal
Judul Jurnal " Pendidikan Nilai Moral
Ditinjau Dari Perspektif Global"
Penulis : Sudiati
Tahun terbit : 2009
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Pendidikan nilai moral dibeberapa negara seperti Indonesia, India, Malaysia, dan Cina memberikan pemahaman yang berbeda. Pendidikan penekanan pada nilai-nilai moral pada jenjang pendidikan sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai kepribadian individu dan pola hidup berbangsa dan bernegara.
Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan (Darmiyati Zuchdi, 1997: 5). Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidak dapat disajikan hanya oleh seorang pendidik atau hanya dalam satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang mengintegrasikan secara sendiri-sendiri atau dengan kombinasi.
Dalam proses pengimplementasian pendidikan nilai ke pada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikap mendua. Adapun strategi yang dapat digunakan dalam penanaman pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.
Npm : 2213053275
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1
Identitas Jurnal
Judul : Pendidikan Nilai Moral Ditinjau Dari Perspektif Global
Penulis : Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: pendidikan nilai moral, perspektif global
Hasil Analisis
Pendidikan nilai moral adalah suatu kebutuhan yang tidak hanya berlaku di tingkat nasional, tetapi juga pada tingkat global. Ini diperlukan untuk membentuk individu agar dapat hidup bersama dalam masyarakat yang lebih luas dan kompleks, dengan menghadapi berbagai permasalahan yang bersifat global.Banyak masalah kehidupan manusia tidak dapat diselesaikan secara independen di tingkat nasional, melainkan membutuhkan dukungan dan kerjasama dari tingkat internasional. Contohnya adalah isu terorisme global, masalah ekonomi, dan krisis multidimensional.
Pendidikan nilai moral merupakan salah satu cara untuk menanggapi dan mengatasi masalah yang ada di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.Negara-negara tertentu seperti Indonesia, Malaysia, India, dan Cina memiliki pendekatan yang berbeda terhadap pendidikan nilai moral. Perbedaan ini dipengaruhi oleh ideologi masing-masing bangsa. Namun, ada kesamaan dalam penekanan pada nilai etik-moral, terutama yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
Pendidikan nilai moral yang diperkenalkan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, jurnal menyarankan perlu ada penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang diusulkan oleh Capra. Selain itu, dalam implementasinya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai.
Secara keseluruhan, jurnal ini membahas pentingnya pendidikan nilai moral dalam konteks global dan mengajak untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih menyeluruh dan strategi yang tepat dalam implementasinya. Selain itu, jurnal ini menunjukkan bahwa masalah moral dan etika adalah hal yang relevan dan penting dalam konteks global saat ini.
Npm : 2213053264
Kelas : 3G
Dalam jurnal yang berjudul "Pendidikan Nilai Moral Ditinjau Dari Prespektif Global" menyampaikan bahwa pendidikan nilai moral terencana dan terprogram dalam kurikulum atau tidak meskipun tetap inheren dalam setiap mata pelajaran. Pendidikan yang sebagian besar berkaitan dengan anak-anak, maka dari itu anak harus dilatih perilaku sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan nilai-nilai, melalui pendidikan moral dapat mempertimbangkan penilaian yang benar dan baik sebuah tindakan. Pendidikan nilai moral diperuntukkan sebagai kebutuhan pada tatanan global yang disuguhkan permasalahan bersifat luas, kompleks, dan mendunia. Maka dari itu manusia harus menyiapkan cara menghadapi salah satunya dengan pendidikan moral. Seperti yang dapat diketahui bahwa permasalahan tidak datang hanya di dalam negeri tapi mendunia atau mengglobal, oleh karena itu diperlukan pendidikan nilai moral sebagai alternatif pemecahan masalahnya, namun harus disertai konsep dan strategi yang tepat melalui pendekatan, metode, teknik pendidikan nilai moral yang tepat
NPM : 2213053115
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
B. Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif
global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
Menurut Sudarminta (dikutip S. Belen, 2004: 9), praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama─dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.
b. India
Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004: 230).
c. Malaysia
Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga,
untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari (Mulyana, 2004: 237-238).
Keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pendidikan dituntut untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan mampu membaca peluang dan tantangan global. Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki.
Npm: 2213053199
Analisis Jurnal 1
Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis Jurnal : Sudiati
Tahun terbit : Juni, 2009
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
Pendidikan mengenai nilai moral menjadi isu yang berbeda di beberapa negara. Mari kita tinjau situasinya di beberapa negara:
1. Indonesia
Pendidikan nilai moral di Indonesia masih memiliki tantangan dalam hal menyentuh aspek global dan pembenahan pendidikan. Fokus saat ini lebih pada kurikulum nasional dan lokal yang belum sepenuhnya selesai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan agama, termasuk ajaran etika, cenderung lebih fokus pada aspek pengetahuan (kognitif), sementara pembentukan sikap (afektif) dan praktek (psikomotorik) masih minim.
2. India
Pendidikan nilai moral di India lebih populer daripada di negara-negara lain. Ini diintegrasikan dalam pendidikan nasional untuk meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan tanpa berdasarkan sudut pandang agama tertentu.
3. Malaysia
Malaysia mengimplementasikan pendidikan nilai moral di sekolah dasar dengan dua pendekatan, langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung melibatkan pendidikan moral dan agama, sedangkan pendekatan tidak langsung terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran seperti pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
4. Cina
Meskipun Cina menganggap pendidikan nilai moral sebagai bagian penting dari sistem pendidikan, tantangan besar masih ada, dan hasilnya belum optimal.
Selanjutnya, dalam dimensi pendidikan nilai moral, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
A. Teori Perkembangan Moral
Nilai moral bersifat relatif dan dipandang sebagai bagian dari proses perkembangan pribadi. Pendekatan berbeda digunakan oleh berbagai ahli dalam memahami perkembangan moral individu.
B. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral bertujuan mengembangkan aspek integrasi pribadi, termasuk harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan. Ini merupakan bagian dari pendidikan afeksi.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Terdapat pendekatan komprehensif dalam pendidikan nilai, termasuk menanamkan nilai, meneladankan nilai, memfasilitasi perkembangan nilai, dan mengembangkan keterampilan untuk menciptakan kehidupan pribadi yang damai dan masyarakat yang kondusif.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat dilakukan dengan metode langsung atau tidak langsung, serta dengan berbagai teknik seperti indoktrinasi, moral reasoning, meramalkan konsekuensi, klarifikasi, dan internalisasi.
Npm : 2213053262
Kelas : 3G
Prodi : PGSD
Jurnal 1
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : "PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL"
2. Penulis : Sudiati
3. Kata Kunci : moral value education, global perspective
Isi Jurnal
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan ke-warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004:230).
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral. a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap lpribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215).
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula faktor lain yang membatasinya.
d.Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik.
NPM : 2213053179
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL Penulis : Sudiati
Secara umum, pendidikan nilai moral didefinisikan sebagai tuntutan serta kebutuhan pada kehidupan global bagi manusia dalam berbangsa, dan bernegara. Pendidikan nilai dan moral berhadapan dengan kehidupan manusia yang semakin kompleks. Terdapat banyak masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika.
Maka, pendidikan dapat berperan penting dalam menghadapi era global saat ini. Termasuk pendidikan nilai moral yang dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah baik yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Karena pendidikan nilai moral dinilai dapat berfokus dalam pembentukan pribadi warga negara secara intregratif. Serta nilai etik-moral; terutama dalam hal yang bersifat asasi manusia, universal, dan global. Pada beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, India, dan Cina, pendidikan nilai moral memiliki perbedaan dan kesamaan. Negara-negara tersebut memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal atau nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global karena memiliki perbedaan ideologi bangsa. Pendidikan nilai moral memililiki enam tahap tingkat pertimbangan moral menurut Kohlberg, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv) orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak sosial legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban. Konsep yang dikemukakan ini oleh Kohlberg dan Miller bahwa pendidikan nilai moral cenderung bersifat individualistik.
Dalam implementasi pendidikan nilai moral terdapat banyak pendekatan yang dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dalam penerapannya. Beberapa pendekatan tersebut menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) yakni (i) inculcating atau menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling atau meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating atau memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development ataupengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Sedangkan terdapat dua metode lansung maupun tidak lansung yang juga dapat diterapkan. Melalui metode langsung, nilai-nilai yang diindoktrinasi diharapkan dapat diserap peserta didik. Selain itu, dalam implementasinya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui berbagai langkah seperti pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.
NPM: 2253053019
Kelas: 3G
IDENTITAS JURNAL
Judul jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Penulis: Sudiati
Tahun Terbit: 2009
Bulan Terbit: Juni
Nomor: 2
Kata Kunci: moral value education, global perspective (pendidikan nilai moral, perspektif global)
HASIL ANALISIS JURNAL
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan manusia sebagai
perwujudan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara dengan berbagai
masalah. Ada banyak masalah, seperti terorisme global dan krisis
multidimensi, yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara sendiri karena
sehingga perlu dukungan negara lain. Pendidikan nilai moral merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah baik yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Hal ini telah menjadi isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) dan memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaannya disebabkan oleh perbedaan ideologi masing-masing negara.
ideologi yang berbeda dari masing-masing negara. Namun, negara-negara tersebut menekankan nilai moral
pendidikan nilai etika moral, terutama nilai-nilai yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang bersifat universal dan global. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep tersebut perlu Oleh karena itu, perlu dilengkapi dengan memperhatikan paradigma yang dikemukakan oleh Capra bahwa kehidupan manusia dibangun atas dasar pandangan hidup yang sistemik dan holistik, tidak parsial dan individualistik.
NPM : 2213053271
Kelas : 3G
Analisis Jurnal
Judul : Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Perspektif Global
Penulis : Sudiati
A. Pendahuluan
Revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi serta semakin kompleksnya kehidupan ditandai munculnya berbagai masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Oleh karna itu dibutuhkan adanya nilai intrumental dan nilai terminal yang dapat ditanamkan melalui pendidikan nilai moral bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan; terutama untuk pendidikan dasar dan menengah. Tentunya pendidikan nilai moral disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara berdasarkan ideologi yang dianut.
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis. Pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena setiap negara mempunyai ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaanpada fokusnya yaitunilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Terdapat jugapendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a.Teori Perkembangan Moral
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Perkembangan moral dipahami sebagai suatu internalisasi langsung norma-norma budaya eksternal. Sedangkan pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalahpendidikan yang berupaya mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. John P. Miller (1976: 5), mengemukakan kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik yaitu pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya, dan pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Dalam pendidikan nilai dan moral ada banyak model yang dapat diterapkan, model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) Pendekatan komprehensif pendidikan nilai meliputi pendekatan
1. Inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas
2. Modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas
3. Facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
4. Skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
d. Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral Dalam menerapkan konsep pendidikan nilai diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung.(Muhadjir, 1988:161) mengemukakan endidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif. Adapun Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai menurut (Muhadjir, 1988: 199) di antaranya ialah teknik indoktrinasi, teknik moral reasoning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik klarifikasi, danteknik internalisasi.
Penutup
Berdasarkan jurnal tersebut didapatkan bahwa pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan kebutuhan pada tatanan global bagi seluruh masyarakat di dunia. Nilai moral juga sebagai alternatif pemecahan isu yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Nilai moral yang dilaksanakan di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, India, dan Cina memiliki perbedaan dan kesamaan. Namun di keempat negara tersebut memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global. Penerapan pendidikan nilai moral diperlukan strategi yang tepat melalui pemilihan pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai.
Npm : 2253053042
Analisis jurnal 1
Judul : pendidikan nilai dan moral ditinjau dari perspektif global
Penulis : Sudiati
Dalam jurnal tersebut menjelaskan Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalah gunaan narkotika.Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut.Dengan kata lain kompleksitas global memiliki banyak keuntungan bagi yang kuat, namun sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaing Fakta yang berkaitan dengan benturan antarperadaban itu cukup banyak.Oleh karena itu, keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional, perlu diwujudkan nilai-nilai universal (misalnya: nilai Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global 211 kebenaran, kejujuran, kearifan, kearifan, dan kasih sayang) secara seksama, sehingga tercipta kehidupan yang damai, yang merupakan “titik balik” peradaban manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai.
Yang dimaksud dengan pendidikan nilai di sini adalah penanaman dan pengembangan nilainilai dalam diri seseorang baik nilai-nilai pribadi maupun nilai sosial Pengembangan nilai pendidikan itu tidak sekedar melalui program atau pelajaran khusus, tetapi dijadikan suatu dimensi dalam seluruh usaha pendidikan Nilai yang dicetuskan UNESCO 1993 diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan, yaitu nilai standar (terukur) secara material dan nilai yang abstrak dan sulit diukur yang berupa keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan persamaan (Mulyana, 2004: 8)
Pendidikan nilai moral yaitu suatu kebutuhan Sekaligus kebutuhan Dalam tatanan dunia karena kemanusiaan merupakan perwujudan hidup berdampingan, sebagai bangsa dan negara dalam sistem hubungan dengan tatanan dunia diwarnai oleh permasalahan yang beragam, luas, kompleks dan global. Oleh karena itu, Menyelesaikan permasalahan kehidupan Yang dihadapi umat manusia saja tidak cukup Di negara kita, namun Masih banyak permasalahan yang perlu dukungan dan bantuan penyelesaiannya Diluar negeri misalnya saja terorisme global, permasalahan perekonomian dan Permasalahan krisis multidimensi. Pendidikan mencakup alternatif pemecahan masalah, di antaranya merupakan solusi lokal, regional, nasional, dan solusi internasional. Nilai atau pendidikan moral sebagai isu global di beberapa negara (india, Malaysia, India dan China) Menunjukkan perbedaan dan persamaan. Perbedaan yang ada Disebabkan oleh perbedaan ideologi nasional. Namun negara-negara tersebut lebih menekankan pendidikan nilai moral Di atas nilai moral-etika; terutama dalam hal nilai-nilai kemanusiaan, universal dan global.
NPM : 2213053135
Kelas : 3G
Analisis jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina, negara tersebut memiliki karakteristik dengan latar belakang yang berbeda-beda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan
terprogram dalam kurikulum maupun
yang tidak.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori perkembangan moral
Kohlberg mengidentifikasi ada enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu
- orientasi hukuman atau kepatuhan
- orientasi instrumental-relatif
- orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
- orientasi hukum dan ketertiban
- orientasi kontrak sosialegalitas, dan
- orientasi prinsip kewajiban.
Ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu
1. Lahirnya kesadaran baru
2. Kehidupan sarat nilai.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya empat
gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan (Darmiyati Zuchdi, 1997: 5).
Ada beberapa model pendidikan
afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Empat buah rumpun model pendidilan afektif yaitu
1. model-model perkembangan (developmental models)
2. model-model pengenalan diri (self conceps models)
3. model-model kepekaan dan kecenderungan kelompok (sensitivity and group orientation models)
4. model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models)
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi
- pendekatan inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas, modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas
- facilitating,
yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
- skill development,
yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang aman dan kehidupan sosial yang kondusif
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
NPM : 2213053134
Kelas : 3G
Prodi : PGSD
Hasil Analisis Jurnal 1,
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Oleh : Sudiati
(FBS Universitas Negeri Yogyakarta)
Abstract
However, such countries emphasize moral value education on moral ethic values, especially on values related to human rights that are universal and
A. Pendahuluan
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem
B. Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjektif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama.
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv) orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak sosial legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban.
b.Pendidikan Nilai Moral
Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d. Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir, 1988:161). Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah (i) teknik indoktrinasi,(ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988: 199).
D. Penutup
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
Npm: 2213053193
Kelas: 3G
Nama jurnal: Cakrawala Pendidikan
Nomer: 2
Halaman: 209-221
Tahun terbit: Juni 2009
Judul Jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama penulis: Sudiati
PENDAHULUAN JURNAL
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemukakan dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena ke kerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Era baru tidak serta-merta menjanjikan kehidupan manusia yang lebih baik dengan ditandai munculnya sebuah buku karya Samuel Huntington (1997) dari Universitas Harvard The Clash of Civilizations (Benturan Peradaban). Dalam tesisnya dinyatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dingin akan terjadi konflik atau benturan yang hebat antar peradaban.
PEMBAHASAN
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara, berikut akan dibahas isu pen didikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan Pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan ke- Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global 213 warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen maupun Islam, nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri, agama ditempatkan pada area nila -nilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak.
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan mo ral dan mata pelajaran agama, sedang kan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui se jumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pen didikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat ter gesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
KESIMPULAN
Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara ter sebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masing masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih di arahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
Npm : 2213053169
Kelas : 3G
Analisis Jurnal 1
Setelah membaca jurnal tersebut saya beranalisis bahwasanya pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Dapat ditarik beberapa kesimpulan dari jurnal tersebut sebagai berikut.
1. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan
berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
2. Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannyadibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah
krisis multidimensional.
3. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
4. Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
5. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.