Posts made by Eva Nesa Lia 2253053052

Nama : Eva Nesa Lia
NPM : 2253053052

Setelah saya menonton video tersebut, analisis yang saya dapatkan yaitu

Video tersebut membahas mengenai pentingnya pendidikan nilai dan moral yang dapat diterapkan melalui nilai-nilai PKN. Dalam hal ini pendidik juga mempunyai peran yang sangat penting, untuk mengimplementasikannya dapat menggunakan beberapa pendekatan PKN yaitu:
1. Indroktinasi (Menanamkan perilaku yang baik kepada peserta didik secara konsisten dan dengan tegas, sehingga menumbuhkan sikap dewasa)
2. Klarifikasi nilai (Pendidik memberitahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak)
3. Teladan atau Contoh (Tentunya untuk membangun kedekatan serta interaksi yang baik, pendidik harus menjadi teladan dan contoh terlebih dahulu agar peserta didik dapat menerimanya dengan baik)
4. Pembiasaan dalam perilaku (Tentunya agar pendidikan nilai dan moral terealisasikan pendidik harus membiasakan perilaku yang baik dengan aksi yang nyata kepada peserta didik. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah belajar)

Kesimpulannya dalam pembelajaran PKn, moral dan karakter merupakan hal utama yang perlu ditanamkan pada anak usia SD, karena proses pembelajaran PKn SD saat ini memiliki tujuan dalam pembentukan moral dan karakter anak.
Nama : Eva Nesa Lia
NPM : 2253053052

Analisis dan kesimpulan yang saya dapatkan setelah membaca jurnal "Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori KoherBerg" adalah,

Jurnal ini berfokus pada pengukuran tingkat perkembangan moral siswa sekolah dasar berusia antara 11-12 tahun berdasarkan teori perkembangan moral Kohlberg.
Yang membahas tahapan perkembangan moral menurut teori Kohlberg, dengan anak-anak sekolah dasar berusia 11-12 tahun umumnya berada dalam tahap pra-konvensional, khususnya tahap 1, 2, dan 2/3. Jurnal ini juga menyebutkan hubungan antara perkembangan moral dan pendidikan karakter, dengan nilai-nilai moral yang berfungsi sebagai standar normatif evaluatif untuk perilaku manusia. Merujuk karya-karya lain tentang pendidikan moral dan pembentukan karakter, termasuk karya Arthur (2003) dan Duska dan Whelan (1982).

Dapat disimpulkan bahwa anak-anak sekolah dasar berusia 11-12 tahun umumnya dalam tahap perkembangan moral pra-konvensional, dengan tahap 1, 2, dan 2/3 menjadi dominan. Mereka cenderung bertindak bukan karena mereka mencari hasil tetapi karena takut akan hukuman. Jurnal ini menekankan pentingnya pendidikan moral dalam pendidikan formal dan peran masyarakat dan lingkungan dalam melatih anak-anak tentang norma moral dan sosial. Perlunya pendidik untuk memahami perkembangan moral siswa mereka dan kemampuan untuk mengukur tahapan penalaran moral melalui pengamatan dan analisis yang cermat. Berkontribusi pada pemahaman perkembangan moral pada siswa sekolah dasar dan memberikan wawasan bagi pendidik dalam mempromosikan pertumbuhan moral pada siswa mereka.
Nama : Eva Nesa Lia
NPM : 2253053053

Analisis dan kesimpulan yang saya dapatkan setelah membaca jurnal "Pendidikan Nilai dan Moral Ditinjau dari Perspektif Global" adalah,

Jurnal ini membahas pentingnya pendidikan nilai moral dari perspektif global, menekankan perannya dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara di seluruh dunia, menyoroti perbedaan dan persamaan dalam pendidikan nilai moral di antara negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, India, dan China, yang dipengaruhi oleh ideologi masing-masing. Konsep pendidikan nilai moral yang diusulkan oleh Kohlberg dan Miller disebutkan, yang cenderung individualistis dan perlu dilengkapi dengan pandangan hidup yang sistemik dan holistik yang diusulkan oleh Capra. Jurnal ini mengeksplorasi pendekatan yang berbeda untuk pendidikan nilai moral, termasuk menanamkan, memodelkan, memfasilitasi, dan pendekatan pengembangan keterampilan, serta berbagai metode seperti metode dogmatis, deduktif, induktif, dan reflektif. Ini menekankan perlunya pendekatan yang tepat, metode yang relevan, dan teknik dalam menerapkan pendidikan nilai moral. Jurnal ini juga menyebutkan pengaruh pendidik, seperti orang tua, guru, dan mentor, dalam membentuk perilaku moral siswa, dan peran kurikulum sekolah dalam mempromosikan nilai-nilai moral. Serta menyoroti pentingnya pendidikan nilai moral dalam kaitannya dengan hak asasi manusia dan perlunya adopsi nilai-nilai moral secara sukarela dan sadar daripada hanya mengandalkan penegakan hukum.

Pendidikan nilai moral sangat penting dalam mengatasi masalah kompleks yang dihadapi oleh negara dan negara secara global, seperti terorisme dan krisis multidimensi.Negara yang berbeda memiliki ideologi mereka sendiri, tetapi mereka menekankan nilai-nilai moral yang terkait dengan hak asasi manusia yang bersifat universal dan global. Dalam menerapkan pendidikan nilai moral, penting untuk menggunakan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat, seperti pendekatan menanamkan, memodelkan, memfasilitasi, dan pengembangan keterampilan, serta metode dogmatis, deduktif, induktif, dan reflektif. Tantangan dalam pendidikan nilai moral antara lain memprioritaskan kemampuan akademik dibanding perkembangan moral dan perlunya kerjasama antara sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Nama : Eva Nesa Lia
NPM : 2253053052


Analisis yang saya dapatkan setelah menonton video tersebut adalah,

Terlepas dari video tersebut, kasus siswa yang berani melawan dan melakukan tindak kekerasan kepada gurunya sendiri nyatanya tidak sekali-dua kali terjadi.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh ahli psikolog dalam video tersebut. Menurut saya secara garis besar, faktor pertama yang menyebabkan siswa melakukan aksi kekerasan kepada gurunya sendiri itu bersifat psikologis. Yang berkaitan cenderung kepada berkepribadian impulsif atau bagaimana mengendalikan emosi.

Faktor kedua, berkaitan dengan arah perkembangan pembelajaran yang belakangan ini cenderung makin kompetitif, dan kurang membuka kesadaran peserta didik tentang arti penting dari sosial, solidaritas, dan toleransi. Pendidikan karakter mengenai pelajaran tentang budi pekerti sering kali tidak dikembangkan dengan serius. Hal ini terjadi karena banyak sekolah yang lebih mementingkan peserta didik sukses menempuh ujian nasional, kemudian dapat diterima di PTN terkenal sebagai representasi dari sekolah.

Faktor ketiga mungkin adanya guru-guru yang belum mampu berkreasi dan mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, pada akhirnya menyebabkan aktivitas belajar di kelas menjadi tidak menarik bagi mereka. Di sini bisa saja terjadi ada sebagian peserta didik yang melampiaskan kejenuhannya di kelas dengan berulah yang macam-macam bahkan terkadang keluar dari batas-batas etika.