གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Widia Nata Saputri 2213053057

Nama: Widia Nata Saputri
NPM : 2213053057
Kelas : 2G

Pretest
"Demokrasi Itu Gaduh, tapi Kenapa Bertahan dan Dianut Banyak Negara"
Demokrasi merupakan hal yang penting ada dalam suatu negara, karena hadirnya demokrasi bisa memfasilitasi silang pendapat dan menjamin kebebasan dalam berpendapat. Pada dasarnya, dalam demokrasi pasti terdapat keberisikan dan kegaduhan didalamnya, selamat keberisikan itu masih dalam koridor dan konteks demokrasi itu sendiri.
Lalu Mengapa Sistem Demokrasi masih menjadi pilihan banyak negara? Alasan utamanya negara yang sistem demokrasinya baik cenderung lebih mampu dalam mempertahankan keamanan dan kemakmuran jangkar panjang. Demokrasi juga merupakan sistem yang efektif dalam mewujudkan kesetaraan, mengurangi konflik, dan meningkatkan partisipasi publik. Nyatanya, negara yang menganut demokrasi memiliki skor penegakan HAM yang lebih tinggi, sehingga harapan hidup pun juga akan meningkat.
Alex Tan sebagai pengajar ilmu politik di Universitas Chengchai Taiwan mengemukakan bahwa negara yang menganut demokrasi lebih kaya daripada negara non-demokrasi, perkembangan manusia tinggi dan tingkat korupsi rendah. Warga negara demokrasi lebih bahagia dan sehat, sehingga jaminan atas Hak Atas Manusia menjadi lebih baik.

Namun, demokrasi juga bukanlah sistem yang sempurna. Beberapa analisis pun mengatakan bahwa demokrasi berapa dalam fase kritis. Alasan Merosotnya demokrasi tidak lain adalah masyarakat mulai tidak percaya terhadap pemerintah dan politikus, penurunan jumlah keanggotaan partai politik, hingga regulasi pemerintah yang tidak transparan.

"Demokrasi bukanlah tujuan suatu negara. Demokrasi adalah perjalanan yang kita tempuh bersama sebagai warga, sebagai bangsa, dan sebagai negara" (Alex Tan). Mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churcill, mengatakan bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan paling buruk, namun tidak ada yang lebih baik dari itu.
Nama: Widia Nata Saputri
NPM : 2213053057
Kelas : 2G

1. Identitas jurnal
Judul Jurnal :DEMOKRASI DAN PEMILU PRESIDEN 2019 DEMOCRACY AND THE 2019 ELECTION
Penulis Jurnal : R. Siti Zuhro

2. Pembahasan Isi Jurnal
Tulisan tersebut membahas konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019.
Demokrasi secara sederhana dapat dimaknai sebagai ‘pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat’. Namun, untuk mewujudkan makna tersebut tidaklah mudah karena demokrasi memerlukan proses panjang dan tahapan-tahapan penting yang harus dilalui.
Secara umum bila demokrasi dimaknai sebagai pemberdayaan rakyat, suatu sistem politik yang demokratis seharusnya dapat menjamin warga masyarakat yang kurang beruntung melalui setiap kebijakan publiknya.

Secara khusus pilpres yang berkualitas akan berpengaruh positif terhadap pemerintahan yang efektif (governable). Secara umum, apabila demokrasi dimaknai sebagai pemberdayaan rakyat, maka suatu sistem politik yang demokratis seharusnya dapat menjamin warga masyarakat yang kurang beruntung melalui setiap kebijakan publiknya. Pelaksanaan pilpres pada dasarnya juga merupakan tindak lanjut perwujudan prinsip prinsip demokrasi yang meliputi jaminan atas prinsip-prinsip kebebasan individu dan persamaan, khususnya dalam hak politik.
Pilpres langsung bisa dikategorikan sebagai proses demokrasi formal sebagai tindak lanjut jaminan terhadap hak-hak politik tersebut. Pendalaman demokrasi juga dapat dipandang sebagai upaya untuk merealisasikan pemerintahan yang efektif. Menurut Migdal (1988), negara dan masyarakat seharusnya saling bersinergi sehingga bisa saling memperkuat perannya masing-masing.

Sebagai pilar utama demokrasi, pemilu merupakan sarana dan momentum terbaik bagi rakyat, khususnya, untuk menyalurkan aspirasi politiknya, memilih wakil-wakil terbaiknya di lembaga legislatif dan presiden/wakil presidennya secara damai.
Pemilu serentak pada dasarnya merupakan
upaya demokratis yang diharapkan dapat
menjadikan legislator dan eksekutif menjadi lebih
akuntabel di hadapan rakyat sebagaimana tuntutan demokrasi ideal. Jika legislator terpilih tidak bekerja dengan baik, rakyat akan mempunyai pilihan untuk tidak memilihnya lagi pada pemilu berikutnya. Pemilu juga signifikan untuk lebih
mengenalkan nilai-nilai demokrasi di Indonesia yang merupakan masyarakat heterogen.
Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan demokrasi yang substansial, reformasi politik dan pemilu juga menuntut lahirnya reformasi birokrasi yang profesional terbebas dari pragmatisme dan kooptasi partai politik dan penguasa. Ketidaknetralan birokrasi dalam pemilu bisa berakibat pada lemahnya legitimasi kinerja pemerintah, penyelenggara pemilu danhasilnya.
izin menjawab
Masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.