Posts made by Asty Yulia Pratiwi 2213053255

Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Video 2

Potret Pendidikan di Desa Terpencil
Para siswa SD Negeri Glak, Kabupaten Sikka membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Karena, sekolah yang terletak di sebuah dusun terpencil itu terpaksa harus melakukan kegiatan belajar mengajar di teras kelas karena keterbatasan fasilitas ruang kelas. Sekolah yang terletak di kaki gunung api Egon tersebut hanya memiliki 6 ruangan. Dimana 5 ruangan dipakai sebagai ruang kelas, dan 1 ruangan sebagai ruang guru. Sekolah ini juga tidak memiliki perpustakaan. Di masa pandemi covid-19, sekolah ini tak mampu melaksanakan pembelajaran daring. Di wilayah ini, belum terdapat jaringan telekomunikasi sama sekali. Karena itu, pihak sekolah terpaksa tetap melakukan kegiatan di sekolah. Pihak sekolah pun berharap, pemerintah bisa membuka mata melihat keadaan mereka dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Para siswa tetap bersemangat untuk bersekolah. Setiap hari mereka harus berjalan kaki hingga 2 kilometer guna bisa belajar di sekolah. Karena pendidikan merupakan suatu wadah untuk memanusiakan manusia.dimana semua masyarakat di suatu negara berhak dengan wajib untuk menempuh pendidikan tanpa kecuali.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Video 1

Sepenggal Cerita Pengajar Muda di Pelosok Kalimantan - Lentera Indonesia

Martencis Veronica Siregar merupakan seorang pengajar muda dari gerakan indonesia mengajar yang di tempatkan di desa Tanjung Matol, Kalimantan Utara, sebelumnya ia adalah seorang relawan peduli HIV/AIDS di Jayapura, Papua. Sudah hampir 6 bulan ia menjadi guru kelas 1 SD dan mengajar les untuk anak kelas 6 SD. Ia mengaku belum pernah tinggal di daerah pelosok sepeti Tanjung Matol sehingga tak jarang orang tuanya pun merasa khawatir dengan keadaannya. Martencis Siregar selalu meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia dapat memperoleh pengalaman dalam membantu sesama di daerah pelosok tersebut. Tanjung Matol berada di daerah Kecamatan Sembakung, Nunukan. Waktu tempuh yaitu 7 jam dari kabupaten. Anak-anak di Tanjung Matol jarang melanjutkan pendidikan ketika telah lulus SD, karena para orang tua yang belum sadar akan pentingnya pendidikan. Banyak anak menikah di usia muda ketika lulus SD di desa tempat ia mengajar. Martencis Siregar memiliki cita-cita untuk membekali anak-anak di daerah tersebut dengan pendidikan agar masa depannya lebih baik. Ia mengajar di SDN 11 Sembakung, karena belum terdapat Tk dan PAUD di desa tempatnya mengajar. Sebagai bentuk apresiasi siswa yang berprestasi ia mengajak siswa pergi berjalan-jalan keluar dari Tanjung Matol untuk mengetahui cerita tentang dunia luar. Warga Matol biasa mencari makan dengan meramu dan berburu. Martencius Siregar bertemu dengan seorang perempuan bernama Loly, gadis berusia 18 tahun yang memiliki ketertarikan pada bidang pendidikan di desa Matol meskipun ia hanya lulusan sekolah menengah atas dan ialah yang membantu Martencis mengajar anak anak di Sekolah Dasar. Tidak hanya Loly, tetapi juga guru-guru yang penuh semangat seperti Bapak kepala sekolah. Bersama orang-orang hebat seperti mereka kelak masa depan anak-anak Tanjung Matol dapat terukir. Berada di tapal batas negara, namun cita cita anak desa Matol melintasi pelosok negara.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Perbedaan kriteria nilai hard skill dan kriteria soft skill
1. Pengertian nilai hard skill
Hard skill ialah kelompok kemampuan yang memiliki ciri khas tertentu. Ciri yang paling khas yaitu mudah dinilai. Selain itu, hard skill biasanya dapat dipelajari melalui pengajaran sekolah, pelatihan, membaca buku, dan lain-lain. Skill ini biasanya mudah dilihat karena dapat dinilai. Misalnya, nilai akhir kuliah, kemampuan menggunakan aplikasi tertentu, dan lain-lain. Kemampuan ini sangat penting karena berkaitan dengan mudah atau tidaknya seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan. Hard skill biasanya identik dengan kemampuan inteligensi (IQ).

Contoh hard skill
Setiap bidang profesi pasti membutuhkan hard skill yang berbeda. Berikut merupakan beberapa contoh hard skill dari berbagai bidang yang berbeda.
1. cloud computing
2. artificial intelligence
3. people management
4. UI/UX design
5. UX research
6. mobile application development
7. video production
8. sales leadership
9. translation
10. audio production
11. computer programming
12. language proficiency
13. copywriting
14. project management
15. product design
16. 3D design
17. motion graphics
18. software development
19. graphic design

2. Pengertian nilai soft skill
Soft skill ialah kemampuan yang memiliki ciri khas tertentu. Soft skill biasanya lebih sulit untuk dinilai dan cenderung bersifat subjektif. Misalnya saat kita dapat mengatakan bahwa si A pandai dalam desain grafis karena berhasil mendapatkan nilai 97 di mata kuliah Desain Komunikasi Visual. Namun, kita tidak dapat mengatakan bahwa si B mendapat nilai 90 untuk leadership skill-nya. Soft skill biasanya identik dengan kecerdasan emosional (EQ). Selain EQ, kemampuan ini juga identik dengan empati dan kemampuan interpersonal.

Berikut ini merupakan contoh soft skill :
1. Communication
2. Leadership
3. Flexibility
4. Critical thinking
5. Creative thinking
6. Global citizenship
7. Innovation
8. Persuasion
9. Problem solving
10. Professional ethics
11. Time management
12. Self-management
13. Teamwork
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Jurnal 2

PROSES PENDIDIKAN NILAI MORAL DI LINGKUNGAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENGATASI KENAKALAN REMAJA

A. PENDAHULUAN
Keluarga merupakan institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak. Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Baik buruknya anak- anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan orang tuanya. Karena, di dalam keluarga itulah anak-anak pertama kali memperoleh pendidikan sebelum pendidikan-pendidikan yang lain.

B. PERANAN KELUARGA BAGI ANAK-ANAK
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi setiap individu di mana ia berinteraksi. Dari situlah ia memperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan dan emosinya dan dengan itu ia merobah. banyak kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-kesanggupan dan kesedian-nya menjadi kenyataan dalam hidup dan tingkah laku yang tampak. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, pertama karena keluarga merupakan lingkungan awal sebelum anak itu mengenal luar dan utama karena keluarga menjadi lingkungan sosial dan emosional dimana hal itu sangat memberikan kualitas pengalaman sehingga menjadi faktor determinan untuk pembentukan kepribadian seorang anak. Menurut M.I Silaeman (1978: 84), fungsi keluarga itu ada delapan jenis, yaitu: (1) fungsi edukasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi proteksi, (4) fungsi afeksi, (5) fungsi religius, (6) fungsi ekonomi. (7) fungsi rekreasi, (8) fungsi biologis. Berdasarkan kepada beberapa fungsi keluarga di atas terlihat bahwa salah satu fungsi keluarga ialah fungsi pendidikan. Hal ini berarti bahwa orangtua sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai kewajiban dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya termasuk pendidikan nilai moral

C. PERANAN NILAI MORAL BAGI ANAK-ANAK
Moral sangat penting bagi tiap-tiap orang, tiap bangsa. Karena pentingnya moral tersebut ada yang mengungkapkan bahwa ukuran baik buruknya suatu bangsa tergantung kepada moral bangsa tersebut. Apabila bangsa tersebut moralnya hancur, maka akan hancurlah bangsa tersebut bersama moralnya.
Moral sangat penting bagi anak-anak, masyarakat, bangsa dan ummat. Kalau moral rusak, ketenteraman dan kehormatan bangsa itu akan hilang. Oleh karena itu, untuk memelihara kelangsungan hidup sebagai bangsa yang terhormat, maka perlu sekali memperhatikan pendidikan moral, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMEROSOTAN
1. Kurang tertanamnya nilai nilai ke imanan pada anak- anak
2. Lingkungan masyarakat yang kurang sehat
3. Pendidikan moral tidak Terlaksana menurut mestinya baik di rumah tangga ,sekolah maupun masyarakat
4. Suasana rumah tangga yang kurang baik
5. Diperkenalkannya secara populer obat obatan terlarang dan alat alat anti hamil
6. Banyaknya tulisan tulisan gambaran gambaran ,siaran -siaran ,kesenian - kesenian yang tidak mengindahkan dasar dasar tuntunan moral
7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu Luang (leusure time) Dengan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral
8. Tidak ada atau kurangnya markas makas bimbingan dan Penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda.
9. Pengaruh westernisasi, yaitu berupa yahudinisasi dan kristenisasi.

E. PROSES PENDIDIKAN NILAI MORAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA DALAM KELUARGA
Pembinaan yang dapat ditanamkan pada anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Penanaman pendidikan di mana sejak dini kepada anak -anak
2. Menanamkan pendidikan moral kepada anak -anak
3. Menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis

Kesimpulannya yaitu lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam pendidikan nilai moral keagamaan, karena di lingkungan keluargalah anak-anak pertama kali menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Jurnal 1

Identitas JUrnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Penulis : Rukiyati

1. Pendidik Moral di Sekolah
Pendidik utama di sekolah adalah guru. Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. guru berfungsi untuk
mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Hal tersebut juga diamanatkan di dalam tujuan pendidikan berdasarkan UndangUndang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula.

2. Materi Pendidikan Moral
Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).

3. Metode Pendidikan Moral
Berikut ini merupakan metode yang sesuai untuk penanaman nilai.
a. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra dan non-fiksi, bercerita.
b. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern saat ini
c. Metode klarifikasi nilai
Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan untuk anak menentukan nilai-nilainya.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok. Misalnya fasilitas beribadah berupa mesjid dan mushola.
e. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan cara peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri. Contohnya kantin kejujuran.

4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).

Kesimpulannya yaitu pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif. Komponen-komponen pendidikan moral di sekolah yang lain yang tidak kalah penting adalah cakupan materi, variasi metode, dan evaluasi yang menyeluruh. Dengan memperhatikan komponen-komponen tersebut, sekolah dengan guru sebagai peran utama dapat merancang pendidikan moral secara lebih komprehensif sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.