Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.
Forum Analisis Jurnal 1
NPM : 2213053002
Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
• identitas jurnal
nama penulis : Rukiyati
nama jurnal : jurnal Humanika
nomor: 1
tahun terbit : 2017
•pendahuluan
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. Bronfenbrenner (1979: 22) mengatakan bahwa mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang di dalam setting tertentudengan karakteristik fisik khusus, yaitu suatu lingkungan kehidupan yang di dalamnya seorang individu meng- habiskan sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tetangga.
Sebagai sebuah mikrosistem,
sekolah diperkirakan mempunyai
pengaruh yang kuat yang dapat dilihat
secara langsung dalam diri subjek didik.
Terlebih lagi di zaman sekarang, ketika
banyak orang tua menaruh harapan
sangat besar terhadap sekolah untuk
menjadikan anak-anaknya pintar dan
baik. Sekolah yang baik merupakan
keniscayaan agar pengaruhnya terhadap
anak menjadi positif. Sekolah merupakan bentuk pendidikan formal, Sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping kegiatan pengajaran ilmu. Amstrong (2006: 17) mengemukakan teorinya tentang sekolah sebagai wahana
pengembangan manusia (human development). Istilah “pengembangan”
atau ”development” lebih berkonotasi
pada upaya menumbuhkan, memerdekakan manusia dari beban, rintangan dan kesulitan.
•METODE PENELITIAN
Tulisan ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian lapangan. Rangkuman berbagai teori diambil dari hasil pemikiran dan penelitian para pakar pendidikan moral seperti Kirschenbaum, Thomas Lickona, Darmiyati Zuchdi dan Nurul Zuriah yang kemudian diinterpretasi dan disintesiskan oleh penulis sehingga
diperoleh kesatuan gagasan tentang teori
pendidikan moral di sekolah.
•HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010)
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilainilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai
dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral,
pelaksanaan program pendidikan nilai di
sekolah
NPM: 2213053091
Kelas: 3H
ANALISIS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi, metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
a) Inkulkasi nilai
b) Metode keteladanan
c) Metode klarifikasi nilai
d) Metode fasilitasi nilai
e) Metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Cara mengevaluasi capaian belajar dalam ranah afektif dapat dilakukan dengan mengukur afek atau perasaan seseorang secara tidak langsung, yaitu dengan menafsirkan ada atau tidaknya afek positif (atau negatif) yang muncul dan intensitas kemunculan afek dari tindakan atau pendapat seseorang.
NPM : 2213053241
Kelas : 3H
Analisis jurnal 1
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidik utama di sekolah adalah guru.
Walaupun demikian, perlu disadari
bahwa pendidik moral di sekolah tidak
terbatas pada guru semata. Di sekolah
ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah.
Semua subjek tersebut berperan untuk
bersama-sama membangun moral siswa
agar menjadi orang yang baik.
Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa
yang baik pula. Sebagaimana dinyatakan
oleh Henry Giroux (1988: xxxiv)
sekolah berfungsi sebagai ruang publik
yang demokratis. Sekolah sebagai
tempat demokratis yang didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri
dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat publik bagi peserta didik untuk
dapat belajar pengetahuan dan keahlian
yang dibutuhkan untuk hidup dalam
demokrasi yang sesungguhnya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan
moral mencakup ajaran dan pengalaman
belajar untuk menjadi orang bermoral
dalam kaitan dengan diri sendiri, moral
terhadap sesama manusia dan alam
semesta serta moral terhadap Tuhan
Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Indonesia
berbeda dengan negara sekuler dan
negara komunis. Pendidikan agama yang
di dalamnya sarat dengan nilai-nilai
moral diberi tempat yang khusus dan
penting. Nilai-nilai moral yang diajarkan
di dalam ajaran agama menjadi sumber
nilai bagi kehidupan masyarakat
Indonesia sehingga di sekolah pun nilai-
nilai moral agama tetap diberi tempat
khusus sebagaimana telah dimasukkan
dalam kurikulum, baik intra maupun
ekstra kurikuler. Hanya saja perlu
diwaspadai nilai-nilai moral agama
harus dibarengi dengan sikap untuk tetap
bertoleransi.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31)
mengusulkan 100 cara atau metode
pendidikan moral, yang dipayungi dalam
lima kategori besar metode pendidikan
moral yaitu penanaman (inkulkasi)
nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-
nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai
dan moralitas, kecakapan untuk
mengembangkan nilai dan melek moral,
pelaksanaan program pendidikan nilai di
sekolah.
Anak-anak yang hidup sekarang
ini hidup di zaman modern akhir yang
sangat jauh berbeda cara berpikir dan
perilakunya dengan anak-anak di masa
lalu. Indoktrinasi dipandang para ahli
sebagai metode yang sudah usang dan
tidak sejalan dengan semangat modern
tersebut. Maka, ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
Terkait dengan evaluasi
pendidikan moral, dalam teori
pendidikan Islam juga menitikberatkan
pada evaluasi sikap dan perilaku. Samsu
Nizar (2002: 80) mengatakan bahwa
evaluasi pendidikan Islam secara
keseluruhan lebih ditujukan untuk
mengetahui penguasaan sikap dan
perilaku dari pada penguasaan aspek
kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan subjek didik
yang meliputi empat hal, yaitu:
a. Sikap dan pengalaman peserta didik
terhadap hubungan pribadinya
dengan Tuhannya;
b. Sikap dan pengalaman peserta didik
terhadap arti hubungan dirinya
dengan masyarakat;
c. Sikap dan pengalaman peserta didik
terhadap arti hubungan
kehidupannya dengan alam
sekitarnya;
d. Sikap dan pandangan peserta didik
terhadap diri sendiri selaku hamba
Allah, anggota masyarakat, serta
khalifah Allah SWT.
Keempat kemampuan dasar tersebut
dijabarkan dalam beberapa klasifikasi
kemampuan teknis, yaitu:
a. Bagaimana loyalitas dan pengabdian
peserta didik kepada Allah dengan
indikasi-indikasi lahiriah berupa
tingkah laku yang mencerminkan
keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT;
b. Bagaimana penerapan nilai-nilai
keagamaan dalam kegiatan kehidupan
bermasyarakat, seperti akhlak yang
mulia dan disiplin;
c. Bagaimana peserta didik mengelola,
memelihara serta menyesuaikan diri
dengan alam sekitarnya, termasuk di
dalamnya apakah ia merusak atau
memberi makna bagi kehidupannya
dan masyarakat di sekitarnya;
d. Bagaimana peserta didik memandang
dirinya sendiri sebagai hamba Allah
dalam menghadapi kenyataan
masyarakat yang beraneka ragam
budaya, suku dan agama.
NPM : 2253053054
ANALISIS JURNAL 1
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
• identitas jurnal
nama penulis : Rukiyati
nama jurnal : jurnal Humanika
nomor: 1
tahun terbit : 2017
Membahas tentang pentingnya pendidikan moral di sekolah dan metode yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa.
Jurnal ini menekankan pada evaluasi pendidikan moral, khususnya dalam hal sikap dan perilaku. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa pendidikan moral hendaknya fokus pada penilaian penguasaan nilai dan perilaku bukan sekedar aspek kognitif saja .
Jurnal ini menggabungkan teori dan penelitian lapangan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang pendidikan moral di sekolah. Penulis menyintesis berbagai teori dari para ahli di bidangnya dan menafsirkannya untuk membentuk suatu kesatuan konsep pendidikan moral.
Menyoroti peran orang tua dan guru sebagai teladan bagi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih cenderung meniru perilaku daripada mengingat dan mempraktikkan kata-kata. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan contoh yang baik dan menunjukkan nilai-nilai positif.
Menyebutkan empat kemampuan dasar yang harus dikembangkan siswa dalam pendidikanmoral: sikap dan pengalaman terhadap diri sendiri dan Tuhan, terhadap masyarakat, terhadap lingkungan, dan terhadap diri sendiri sebagai hamba Tuhan dan anggota masyarakat . Kemampuan ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam keterampilan teknis, seperti kesetiaan, pengendalian diri, dan integritas.
Berbagai metode yang digunakan dalam pendidikan moral, seperti klarifikasi nilai. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu generasi muda menjawab pertanyaan dan membangun sistem nilai mereka sendiri. Ini menekankan kebebasan bagi siswa untuk menentukan nilai-nilai mereka sendiri.
pentingnya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan moral, seperti tempat ibadah, sarana pengomposan, ruang diskusi, dan perpustakaan dengan buku-buku yang mengandung nilai-nilai moral . Fasilitas tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan kecakapan hidup siswa.
Secara keseluruhan,memberikan wawasan tentang pentingnya pendidikan moral di sekolah dan menawarkan berbagai pendekatan dan metode untuk mengevaluasi dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidik Moral di Sekolah Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata. Di sekolah ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah. Semua subjek tersebut berperan untuk bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang yang baik.
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah
bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan.
Tujuan pendidikan juga terdapat pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan kepedulian.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
a. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra
dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern.
c.Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik. Seberapa jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan untuk anak menentukan nilai-nilainya.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok misalnya fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Di samping keempat aspek (isi, metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Supaya tujuan pendidikan nilai yang berwujud perilaku yang diharapkan dapat tercapai, subjek didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.
Nama : Nisa Az Zukhrufi
Npm : 2213053142
Nama jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 1
Halaman : 1-11
Tahun terbit : 2017
Nama penulis : Rukiyati
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Pembahasan
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem, mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang.
Perlu dilakukan perencanaan terkait pendidikan moral di sekolah yang bersifat komprehensif, yang melibatkan berbagai komponen : pendidik, materi, metode, dan evaluasi agar pendidikan moral di sekolah dapat berjalan dengan lebih optimal.
1. Pendidik moral di sekolah
Guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi pendidikan moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan alam semesta dapat diberikan dengan menguatkan nilai-nilai keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam, tidakmerusak alam, hemat, dan mendidik untuk menggunakan kembali barang-barang bekas (daur ulang).
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai disekolah.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Evaluasi pendidikan moral sebenarnya yang terakhir dan sangat penting adalah perilaku. Perilaku moral dievaluasi secara akurat dengan melakukan observasi (pengamatan) dalam jangka waktu yang relatif lama dan secara terus-menerus.
NPM: 2213053233
ANALISIS JURNAL 1
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik
pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
NPM: 2213053234
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun : 2017
Judul : Pendidikan Moral Di Sekolah
Nama Penulis : Rukiyati
Pembahasan
1. Pendidik Moral di Sekolah
sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
• Inkulkasi nilai, Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilainilai target, membaca buku-buku sastra dan non-fiksi, bercerita.
• Metode keteladanan, Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
• Metode klarifikasi nilai, Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan untuk anak menentukan nilai-nilainya. pendekatan klarifikasi nilai mencoba untuk membantu anakanak muda menjawab beberapa pertanyaan dan membangun sistem nilai sendiri.
• Metode fasilitasi nilai, Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok.
• Metode keterampilan nilai moral, Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan cara peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. evaluasi pendidikan berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51). Evaluasi pendidikan moral sebenarnya yang terakhir dan sangat penting adalah perilaku. Perilaku moral sangat sulit untuk dievaluasi. Perilaku moral hanya mungkin dievaluasi secara akurat dengan melakukan observasi (pengamatan) dalam jangka waktu yang relatif lama dan secara terus-menerus.
NPM : 2213053070
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata.Guru yang baik tentu saja sangat strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula.Karena guru adalah ujung tombak dalam mewujudkan moral maka guru terlebih dulu yang harus memiliki moral yang baik. Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
Pendidikan moral pada masa sekarang menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi.Berikut beberapa metode dalam penanaman pendidikan nilai moral seperti metode inkulkasi nilai, metode keteladanan, metode klarifikasi nilai, metode fasilitasi nilai dan yang terakhir yaitu metode keterampilan nilai moral. Di samping keempat aspek (isi,metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi pendidikan moral yang sangat penting ialah perilaku dimana perilaku moral hanya mungkin bisa di evalusi secara akurat dengan pengamatan jangka waktu yang relatif lama dan secara terus menerus.
NPM : 2213053107
Kelas : 3H
ANALISIS JURNAL 1
-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Volume : -
Nomor : 1
Halaman : 1-11
Tahun Terbit : 2017
Judul : Pendidikan Moral di Sekolah
Nama Penulis : Rukiyati
-Pendahuluan
Sekolah merupakan lingkungan
mikrosistem. Sebagai sebuah mikrosistem,
sekolah diperkirakan mempunyai pengaruh yang kuat yang dapat dilihat
secara langsung dalam diri subjek didik.
-Metode Penelitian
Tulisan ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian lapangan.
- Hasil dan Pembahasan
1. Pendidikan Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Oleh karena guru adalah ujung
tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru
terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan
moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral
dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam
semesta serta moral terhadap Tuhan YME.
3. Metode Pendidikan Moral
Cara atau metode
pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi)
nilai-nilai dan moralitas, modeling nilainilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
Ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu
-inkulkasi nilai
-metode keteladanan
-metode klarifikasi nilai
-metode fasilitasi nilai
-metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi pendidikan moral
Cara mengevaluasi capaian belajar dalam ranah afektif dapat dilakukan dengan mengukur afek atau perasaan seseorang secara tidak langsung, yaitu
dengan menafsirkan ada atau tidaknya afek positif (atau negatif) yang muncul
dan intensitas kemunculan afek dari tindakan atau pendapat seseorang.
NAMA: MESRI RAHAYU
NPM: 2213053250
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Pendidikan Moral di Sekolah
Pendidik merupakan pendidik utama dalam sekolah. Namun, pendidikan moral bukan hanya semata-mata tugas seorang tenaga pendidik. Tujuan pendidikan berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu pendidik juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik.
Materi Pendidikan Moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai- nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai- nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral.
- Inkulkasi Nilai
- Metode Keteladanan
Metode Klasifikasi Nilai
Sidney B. Simon, dkk (1974: 6) bahwa pendekatan klarifikasi nilai mencoba untuk membantu anak- anak muda menjawab beberapa pertanyaan dan membangun sistem nilai nya sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan untuk anak menentukan nilai-nilainya.
Evaluasi Pendidikan Moral
Supaya tujuan pendidikan nilai yang berwujud perilaku yang diharapkan dapat tercapai, subjek didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Perilaku moral sangat sulit untuk dievaluasi. Perilaku moral hanya mungkin dievaluasi secara akurat dengan melakukan observasi (pengamatan) dalam jangka waktu yang relatif lama dan secara terus-menerus.
NPM : 2253053040
Kelas : 3H
Analisis Jurnal 1
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi, metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata. Di sekolah ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tujuan pendidikan berdasarkan UndangUndang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilainilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Di samping keempat aspek (isi, metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Npm :2253053034
Kelas:3H
Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN MORAL DISEKOLAH
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem yang berinteraksi dengan orang tua, teman, sekolah dan tetangga. Sekolah dikatakan mempunyai dampak langsung terhadap siswa. Sekolah yang baik diperlukan agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap anak. Sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal. Noeng Muhadjir (2003:16-18) berpendapat bahwa, dari sudut pandang antropologi budaya dan sosiologi, pendidikan mempunyai tiga fungsi utama: menumbuhkan kreativitas pada mata pelajaran siswa, mengembangkan nilai-nilai humanistik dan nilai spiritual pada mata pelajaran dan unit sosial siswa. masyarakat dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja secara efektif dalam pembelajaran. Sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping mengajarkan kegiatan ilmiah.
pembahasan antara teori dan penelitian tentang pendidikan moral, dengan fokus pada berbagai teori dari karya Kirschenbaum, Lickona, Zuchdi dan Zuriah, sebagaimana dijelaskan dan dibedah oleh penelitian ini.
1. Etika Pendidik di Sekolah
Pendidikan etika di sekolah tidak hanya melibatkan guru tetapi juga administrator, kepala sekolah, staf, dan komite sekolah. Faktor-faktor ini bekerja sama untuk mengubah individu yang beretika menjadi manusia yang baik. Sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis, mendidik siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan masa depan mereka. Mereka juga membantu siswa memahami struktur lembaga publik dan lingkungan sosial. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan perilaku akhlak yang baik pada diri siswa, sehingga memudahkan guru dalam mengajar dan membimbing siswa.
2. Materi Pendidikan Etika
Pendidikan etis bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi individu yang beretika dalam kehidupannya sendiri, menekankan integritas pribadi, etos kerja, dan nilai-nilai sosial. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa solidaritas, rasa hormat dan tanggung jawab. Indonesia, negara yang memiliki landasan moral yang kuat, mempunyai peran yang sangat penting dalam hal ini. Pendidikan moral yang ditanamkan di sekolah sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan harus dibarengi dengan etika moral yang kuat dan tidak mementingkan diri sendiri.
3. Metode pendidikan moral
Kirschenbaum (1995) mengemukakan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dikelompokkan menjadi lima kategori utama. Pendidikan moral saat ini menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai dengan keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi. Ini sangat berbeda dari sebelumnya. Para ahli menganggap indoktrinasi merupakan metode yang ketinggalan jaman dan tidak sesuai dengan semangat modern.
Metode lain yang lebih cocok adalah inkubasi atau penanaman nilai.
sebuah. Sertakan nilai
b. Metode sampel
c. Metode klarifikasi nilai
d. Metode Fasilitasi Nilai
e. Metode Kompetensi Nilai Moral
4. Penilaian Pendidikan Etis
Pendidikan nilai juga memerlukan penilaian yang komprehensif untuk menentukan target pencapaian, termasuk tiga bidang yang mempengaruhi penalaran moral, emosi moral dan perilaku moral. Penilaian nilai pendidikan juga mencakup ketiga bidang tersebut, berupa penilaian penalaran moral, penilaian sifat emosional, dan penilaian perilaku.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nilai berupa perilaku yang diharapkan, peserta didik harus mampu berpikir/bernalar tentang nilai/masalah etika hingga mampu mengambil keputusan secara mandiri ketika menentukan tindakan. Dupon menggunakan alat yang membutuhkan umpan balik terkait emosi.
Penilaian pendidikan moral yang terakhir dan sangat penting adalah perilaku. Perilaku etis hanya dapat dinilai secara akurat melalui pengamatan dalam jangka waktu yang relatif lama dan terus menerus.
Mengenai evaluasi pendidikan akhlak, teori pendidikan Islam juga menitikberatkan pada penilaian sikap dan perilaku dibandingkan penguasaan aspek kognitif. Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu kesetiaan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT dengan wujud lahiriah berupa perilaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT; penerapan nilai-nilai agama dalam aktivitas kehidupan bermasyarakat; bagaimana siswa mengelola, memelihara dan beradaptasi dengan lingkungan alam, termasuk apakah lingkungan tersebut merusak atau tidak.
NPM : 2213053247
Analisis Jurnal 1
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Pembahasan
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Dalam konteks inilah, guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik.
2. Materi pendidikan moral
Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama,toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan peduli.
3. Metode pendidikan moral
- Inkulkasi nilai
Program pendidikan moral dengan cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai dalam program pendidikan moral.
-Metode keteladanan
Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
-Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik.
-Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok.
-Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku.
Npm:2253053035
Kelas:3H
Analisis Jurnal 1
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Pembahasan:
Pembahasan dalam jurnal tersebut mencakup beberapa hal berikut:
1.Pentingnya pendidikan moral di sekolah: jurnal ini menekankan pentingnya pendidikan moral di sekolah dalam membentuk generasi berkualitas bagi bangsa.
Meskipun peran utama dalam mendidik moral anak-anak ada pada orang tua, guru juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk nilai-nilai moral siswa.
2.Komprehensifnya pendidikan moral: jurnal ini menyoroti perlunya pendidikan moral yang komprehensif di sekolah, yang mencakup berbagai aspek seperti pendidik, materi, metode, dan evaluasi.Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan moral tidak hanya sekedar menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral tetapi juga tentang mengembangkan karakter dan perilaku yang baik.
3.Peran guru sebagai pendidik moral: Jurnal ini menyoroti pentingnya peran guru sebagai pendidik moral dan pentingnya nilai-nilai moral yang dimiliki oleh guru itu sendiri.
Guru harus menjadi teladan moral yang baik bagi siswanya.
4.Isi Pendidikan Akhlak : Jurnal ini membahas tentang isi pendidikan akhlak yang meliputi akhlak pribadi, akhlak sosial, dan akhlak terhadap alam dan Tuhan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan moral perlu mencakup berbagai aspek kehidupan siswa.
5.Metode pendidikan moral: jurnal ini membahas berbagai metode pendidikan moral yang dapat digunakan, seperti membaca buku, bercerita, dan memberikan fasilitas pendukung nilai-nilai moral.
Metode ini dianggap lebih cocok untuk spiritualitas modern dibandingkan metode indoktrinasi.
6. Evaluasi pendidikan moral : jurnal ini membahas tentang pentingnya evaluasi pendidikan moral dalam menentukan pencapaian tujuan.
Penilaian dapat dilakukan dengan menilai penalaran moral, menilai karakteristik emosional, dan menilai perilaku.
Evaluasi pendidikan akhlak juga menitikberatkan pada penilaian sikap dan perilaku dalam pendidikan Islam.
7. Tantangan pendidikan
>Kesimpulan dari jurnal tersebut adalah bahwa pendidikan moral di sekolah memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang berkualitas.
Meskipun peran utama dalam mendidik moral anak-anak ada pada orang tua, guru juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk nilai-nilai moral siswa.
Pentingnya pendidikan moral yang komprehensif meliputi aspek pendidik, materi, metode, dan evaluasi.
Guru harus menjadi contoh yang baik dalam hal moralitas dan pendidikan moral harus mencakup berbagai aspek kehidupan siswa.
Metode pendidikan moral yang lebih sesuai dengan semangat modern adalah inkulkasi atau penanaman nilai, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti membaca buku, bercerita, dan memberikan fasilitas yang mendukung nilai-nilai moral.
Evaluasi pendidikan moral harus dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, melalui penilaian penalaran moral, penilaian karakteristik emosional, dan penilaian perilaku.
Tantangan dalam pendidikan moral mencakup perbedaan cara berpikir dan berperilaku anak-anak modern serta metode indoktrinasi yang dianggap ketinggalan jaman.
Npm: 2213053034
“PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH”
nama penulis : Rukiyati
nama jurnal : jurnal Humanika
nomor: 1
tahun terbit : 2017
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi, metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.
Pendahuluan:
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. Bronfenbrenner (1979: 22) mengatakan bahwa mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang di dalam setting tertentudengan karakteristik fisik khusus, yaitu suatu lingkungan kehidupan yang di dalamnya seorang individu meng- habiskan sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tetangga.
Sebagai sebuah mikrosistem,
sekolah diperkirakan mempunyai
pengaruh yang kuat yang dapat dilihat
secara langsung dalam diri subjek didik.
Terlebih lagi di zaman sekarang, ketika
banyak orang tua menaruh harapan
sangat besar terhadap sekolah untuk
menjadikan anak-anaknya pintar dan
baik. Sekolah yang baik merupakan
keniscayaan agar pengaruhnya terhadap
anak menjadi positif. Sekolah merupakan bentuk pendidikan formal, Sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping kegiatan pengajaran ilmu. Amstrong (2006: 17) mengemukakan teorinya tentang sekolah sebagai wahana
pengembangan manusia (human development). Istilah “pengembangan”
atau ”development” lebih berkonotasi
pada upaya menumbuhkan, memerdekakan manusia dari beban, rintangan dan kesulitan.
METODE PENELITIAN:
Tulisan ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian lapangan. Rangkuman berbagai teori diambil dari hasil pemikiran dan penelitian para pakar pendidikan moral seperti Kirschenbaum, Thomas Lickona, Darmiyati Zuchdi dan Nurul Zuriah yang kemudian diinterpretasi dan disintesiskan oleh penulis sehingga diperoleh kesatuan gagasan tentang teori pendidikan moral di sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN:
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010)
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilainilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai
dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral,
pelaksanaan program pendidikan nilai di
sekolah.
NPM : 2213053259
Kelas : 3H
Analisis Jurnal 1
#Identitas Jurnal :
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Nama Penulis : Rukiyati
#Pendahuluan
Sekolah merupakan bentuk pendidikan formal, Sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping kegiatan pengajaran ilmu. Amstrong (2006: 17) mengemukakan teorinya tentang sekolah sebagai wahana pengembangan manusia (human development). Istilah “pengembangan” atau ”development” lebih berkonotasi pada upaya menumbuhkan, memerdekakan manusia dari beban, rintangan dan kesulitan.
#Pembahasan
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat bagi peserta didik untuk belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
a) Inkulkasi nilai
b) Metode keteladanan
c) Metode klarifikasi nilai
d) Metode fasilitasi nilai
e) Metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah yaitu penalaran, perasaan, dan perilaku nilai moral. Berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Cara mengevaluasi capaian belajar dalam ranah afektif dapat dilakukan dengan mengukur afek atau perasaan seseorang secara tidak langsung, yaitu dengan menafsirkan ada atau tidaknya afek positif (atau negatif) yang muncul dan intensitas kemunculan afek dari tindakan atau pendapat seseorang.
NPM : 2213053088
Analisis jurnal 1
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nama Penulis : Rukiyati
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan.
Pendidikan moral terhadap diri sendiri berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab.
Metode pendidikan moral
Ada beberapa metode dalam pendidikan moral,yaitu :
1. Inkulkasi nilai
Program pendidikan moral dengan cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai dalam program pendidikan moral.
2. Metode keteladanan
Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
3. Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik.
4. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok.
5. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan.
NPM : 2213053129
Kelas : 3H
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
1. Pendidikan Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik. Sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv) sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku
adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab,dan peduli. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan alam semesta dapat diberikan dengan menguatkan nilai-nilai keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam, tidak merusak alam, hemat. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan Sang Khalik pentingdilaksanakan terlebih Indonesia adalah negara yang berketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 UUD 1945).
3. Metode Pendidikan Moral
Pendidikan moral pada masa sekarang menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi. Di lingkungan masyarakat religius
tradisional, moral diwariskan kepada generasi berikutnya secara given yaitu indoktrinasi. Artinya suatu ajaran moral harus diterima karena memang sejak dahulu diajarkan demikian. Setelah itu, ajaran tersebut dilaksanakan. Anak-anak yang hidup sekarang ini hidup di zaman modern akhir yang sangat jauh berbeda cara berpikir dan perilakunya dengan anak-anak di masa lalu. Indoktrinasi dipandang para ahli sebagai metode yang sudah usang dan tidak sejalan dengan semangat modern tersebut. Maka, ada metode lain yang lebih sesuai yaitu inkulkasi atau penanaman nilai.
a. Inklusi Nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Program pendidikan moral dengan cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai
dalam program pendidikan moral. Misalnya, Baltimore County PublicnSchools mengidentifikasi “nilai-nilai inti” bagi sekolah mereka (sekolah dasar), yaitu: keramahan, kejujuran, tanggung jawab, warga negara yangbertanggung jawab, toleransi, patriotisme, belas kasih.
b. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern. Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
c. Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik. Seberapa jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Di Indonesia, strategi klarifikasi nilai telah diperkenalkan sejak tahun 1980-an dan banyak para pendidik yang mengkritik dan menolaknya. Hal-hal yang tidak dapat diterima, adalah yang
terkait dengan pilihan anak, misalnya anak dibiarkan tidak mendirikan salat, sebelum anak sadar akan pentingnya salat. Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan anak tidak akan melakukan salat sampai ia dewasa.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok, misalnya fasilitas
beribadah berupa mesjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
e. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan caran peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri, action plan mereka sendiri sebagai wujud realisasi diri menjadi orang yang baik dan memperoleh hidup yang bermakna. Kantin kejujuran, berbagai kegiatan sosial yang dirancang oleh siswa di sekolah adalah contoh-contoh dari metode keterampilan nilai yang selama ini telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah menengah.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. Berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51). Upaya tujuan pendidikan nilai yang berwujud perilaku yang diharapkan dapat tercapai, subjek didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apayang harus dilakukan.
KESIMPULAN
Pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif, sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.
NPM : 2213053277
Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
• identitas jurnal
nama penulis : Rukiyati
nama jurnal : jurnal Humanika
nomor: 1
tahun terbit : 2017
Nama : Refiana Sari
NPM : 2213053261
Analisis Juranl 1
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
1.Pendidikan Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Guru yang baik tentu saja sangat strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik. Sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv) sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab,dan peduli. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan alam semesta dapat diberikan dengan menguatkan nilai-nilai keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam, tidak merusak alam, hemat. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan Sang Khalik pentingdilaksanakan terlebih Indonesia adalah negara yang berketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 UUD 1945).
3. Metode Pendidikan Moral
Pendidikan moral pada masa sekarang menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi. Di lingkungan masyarakat religius, tradisional, moral diwariskan kepada generasi berikutnya secara given yaitu indoktrinasi. Artinya suatu ajaran moral harus diterima karena memang sejak dahulu diajarkan demikian. Setelah itu, ajaran tersebut dilaksanakan. Anak-anak yang hidup sekarang ini hidup di zaman modern akhir yang sangat jauh berbeda cara berpikir dan perilakunya dengan anak-anak di masa lalu. Indoktrinasi dipandang para ahli sebagai metode yang sudah usang dan tidak sejalan dengan semangat modern tersebut. Maka, ada metode lain yang lebih sesuai yaitu inkulkasi atau penanaman nilai.
a. Inklusi Nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Program pendidikan moral dengan cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai
b. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern. Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
c. Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik. Seberapa jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Di Indonesia, strategi klarifikasi nilai telah diperkenalkan sejak tahun 1980-an dan banyak para pendidik yang mengkritik dan menolaknya. Hal-hal yang tidak dapat diterima, adalah yang terkait dengan pilihan anak, misalnya anak dibiarkan tidak mendirikan salat, sebelum anak sadar akan pentingnya salat. Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan anak tidak akan melakukan salat sampai ia dewasa.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok, misalnya fasilitas
beribadah berupa mesjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
e. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan caran peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri, action plan mereka sendiri sebagai wujud realisasi diri menjadi orang yang baik dan memperoleh hidup yang bermakna. Kantin kejujuran, berbagai kegiatan sosial yang dirancang oleh siswa di sekolah adalah contoh-contoh dari metode keterampilan nilai yang selama ini telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah menengah.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. Berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif, sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.
NPM : 2213053285
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
• identitas jurnal
nama penulis : Rukiyati
nama jurnal : jurnal Humanika
nomor: 1
tahun terbit : 2017
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul.
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
a) Inkulkasi nilai
b) Metode keteladanan
c) Metode klarifikasi nilai
d) Metode fasilitasi nilai
e) Metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
NPM : 2213053255
Analisis Jurnal 1
Identitas JUrnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Penulis : Rukiyati
1. Pendidik Moral di Sekolah
Pendidik utama di sekolah adalah guru. Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. guru berfungsi untuk
mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Hal tersebut juga diamanatkan di dalam tujuan pendidikan berdasarkan UndangUndang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula.
2. Materi Pendidikan Moral
Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
Berikut ini merupakan metode yang sesuai untuk penanaman nilai.
a. Inkulkasi nilai
b. Metode keteladanan
c. Metode klarifikasi nilai
d. Metode fasilitasi nilai
e. Metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Kesimpulannya yaitu pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif. Komponen-komponen pendidikan moral di sekolah yang lain yang tidak kalah penting adalah cakupan materi, variasi metode, dan evaluasi yang menyeluruh. Dengan memperhatikan komponen-komponen tersebut, sekolah dengan guru sebagai peran utama dapat merancang pendidikan moral secara lebih komprehensif sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.
NPM: 2213053033
ANALISIS JURNAL 1
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDAHULUAN
Noeng Muhadjir (2003: 16-18) mengatakan bahwa ditinjau dari segi antropologi kultural dan sosiologi, ada tiga fungsi utama pendidikan, yaitu menumbuhkan kreativitas subjek-didik, menumbuhkembangkan nilai-nilai insani dan Ilahi pada subjek didik dan satuan sosial masyarakat, dan meningkatkan kemampuan kerja produktif pada subjek didik.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping kegiatan pengajaran ilmu. Amstrong (2006: 17) mengemukakan teorinya tentang sekolah sebagai wahana pengembangan manusia (human development). Istilah “pengembangan” atau ”development” lebih berkonotasi
pada upaya menumbuhkan, memerdekakan manusia dari beban, rintangan dan kesulitan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidik Moral di Sekolah
Henry Giroux (1988: xxxiv) sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah sebagai tempat demokratis yang didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
Dalam konteks inilah, guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis.
Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilainilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
a. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilainilai target, membaca buku-buku sastra dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern sekarang ini. Dalam masyarakat tradisional, keteladanan diterima secara terberi tanpa harus mengejar argumentasi rasionalnya; sedangkan pada masyarakat modern sekarang keteladanan diterima dengan pemahaman dan argumentasi rasional (Muhadjir, 2004: 163).
c.Metode klarifikasi nilai
Sebagaimana dinyatakan oleh Sidney B. Simon, dkk (1974: 6) bahwa pendekatan klarifikasi nilai mencoba untuk membantu anakanak muda menjawab beberapa pertanyaan dan membangun sistem nilai sendiri.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok, misalnya fasilitas beribadah berupa mesjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
e. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan cara peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri, action plan mereka sendiri sebagai wujud realisasi diri menjadi orang yang baik dan memperoleh hidup yang bermakna.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Di samping keempat aspek (isi, metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasiperilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Npm : 2213053209
Analisis Jurnal 1
Nama jurnal : Jurnal Humanika
Nomor/Halaman : 1/1 -11
Tahun terbit : 2017
Nama penulis : Rukiyati
"PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH"
mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang.
Perlu dilakukan perencanaan terkait pendidikan moral di sekolah yang bersifat komprehensif, yang melibatkan berbagai komponen :
1.pendidik, 2.materi, 3.metode, dan 4.evaluasi agar pendidikan moral di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
1. Pendidik moral di sekolah
Guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik.
2. Materi pendidikan moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan alam semesta.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai disekolah.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral.
Kelas : 3H
NPM : 2213053290
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 1
Halaman : 1-11
Nama Penulis : Rukiyati
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Pembahasan
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. sebagai sebuah mikrosistem, sekolah di perkirakan mempunyai pengaruh yang kuat yang dapat dilihat secara langsung dalam diri subjek didik. sekolah merupakan bentuk pendidikan formal. sekolah yang baik adalah sekolah yang peduli dan fokus pada pendidikan moral atau pendidikan nilai di samping kegiatan pengajaran ilmu.
berdasarkan pertimbangan diatas, perlu di lakukan perencanaa terkait pendidikan moral di sekolah yang bersifat komprehensif, yang melibatkan berbagai komponen yaitu pendidik, materi, metode dan evaluasinya.
1. pendidikan moral di sekolah
Di sekolah bukan hanya guru yang mendidik pendidikan moral tetapi ada pegawai staf tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah, yang semuanya berperan untuk bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang lebih baik lagi. sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat balajar pengetahuan dan keahlian yang di butuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
2. Materi Pendidikan Moral
pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral salam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010)
3. Metode Pendidikan Moral
a. inkulkasi nilai
b. metode keteladanan
c. metode klarifikasi nilai
d. metode fasilitasi nilai
e. metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. tujuan pendidikan nilai meliputi ketiga kawasan yaitu penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral, dan perilaku nilai/moral. evaluasi pendidikan moral yang terakhir sangat penting adalah prilaku.
Nama : Adelia Shintia Ningrum
NPM : 2213053192
Kelas : 3H
Npm:2213053100
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidik utama di sekolah adalah guru.
Meskipun demikian, perlu disadari
bahwa moral pendidik di sekolah tidak
terbatas pada guru semata. Di sekolah
ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah.
Semua subjek tersebut berperan untuk
bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang yang baik.
Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv)sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah sebagai
tempat demokratis yang didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri
dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat umum bagi peserta didik untuk
dapat mempelajari pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan mencakup ajaran moral dan pengalaman belajar untuk menjadi orang yang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan kepedulian.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, pemodelan nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
A. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra
dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern.
c.Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan melalui proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek yang didik. Kemungkinan jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan bagi anak untuk menentukan nilai-nilainya.
D. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok misalnya fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
Analisis Jurnal 1
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 1
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. Bronfenbrenner (1979: 22)mengatakan bahwa mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang di dalam setting tertentu dengan karakteristik fisik khusus, yaitu suatu lingkungan kehidupan yang di
dalamnya seorang individu menghabiskan sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tetangga.
METODE PENELITIAN
Tulisan ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Pendidik moral di sekolah di sekolah ada guru, pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite. Semua subjek tersebut berperan untuk bersama sama membangun moral siswa.
- Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, sesama manusia, dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan YME.
- Metode pendidikan moral dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
- Evaluasi Pendidikan Moral Di samping keempat aspek (isi, metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan.
Pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif. Komponen-komponen pendidikan moral di sekolah yang lain yang tidak kalah penting adalah cakupan materi, variasi metode, dan evaluasi yang menyeluruh. Dengan memperhatikan komponen komponen tersebut, sekolah dengan guru sebagai peran utama dapat merancang pendidikan moral secara lebih komprehensif sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas
NAMA : Alda Puspita
NPM : 2213053168
KELAS : 3H
NPM : 2213053050
Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidik moral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral di sekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi, metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal.
1. Pendidik Moral di Sekolah
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).
3. Metode Pendidikan Moral
a) Inkulkasi nilai
b) Metode keteladanan
c) Metode klarifikasi nilai
d) Metode fasilitasi nilai
e) Metode keterampilan nilai moral
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Cara mengevaluasi capaian belajar dalam ranah afektif dapat dilakukan dengan mengukur afek atau perasaan seseorang secara tidak langsung, yaitu dengan menafsirkan ada atau tidaknya afek positif (atau negatif) yang muncul dan intensitas kemunculan afek dari tindakan atau pendapat seseorang.
NPM : 221305304
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. L Bronfenbrenner (1979: 22) mengatakan bahwa mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang di dalam setting tertentu dengan karakteristik fisik khusus, yaitu suatu lingkungan kehidupan yang didalamnya seorang individu menghabiskan sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tetangga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidik Moral di Sekolah Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata. Di sekolah ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah. Semua subjek tersebut berperan untuk bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang yang baik.
Sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah
bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan.
Tujuan pendidikan juga terdapat pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan kepedulian.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
a. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra
dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern.
c.Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik. Seberapa jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan untuk anak menentukan nilai-nilainya.
d. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok misalnya fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
4. Evaluasi Pendidikan Moral
Di samping keempat aspek (isi, metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51).
Supaya tujuan pendidikan nilai yang berwujud perilaku yang diharapkan dapat tercapai, subjek didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan