Posts made by AYU ARINDA 2213053079

Nama : Ayu Arinda
NPM : 2213053079

Berdasarkan video diatas saya dapat mengambil kesimpulan bahwa saat ini kesadaran moral dalam pendidikan sangat kurang diperhatikan, yang mana menyebabkan banyak sekali kasus atau masalah yang berkaitan dengan kesadaran moral khususnya dalam dunia pendidikan. Maka dari itu pendidikan moral sangat penting disosialisasikan kepada seluruh peserta didik karena pendidikan moral ini bagi peserta didik sangat berarti bagi kemajuan sekolah bangsa maupun negara dalam membentuk kepribadian karakter peserta didik kepribadian dan karakter peserta didik yang baik akan membentuk Generasi masa depan yang cerah.
- Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan melalui mata pelajaran PPKN, antara lain :
1. pendekatan indoktrinasi, yang mana pendekatan ini akan membantu peserta didik untuk tumbuh menjadi dewasa, seperti menanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini. Dalam pendekatan ini pendidik memberikan aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaikan secara tegas terus-menerus dan konsisten dan apabila terdapat peserta didik yang melanggar maka harus diberikan hukuman tetapi bukan berupa kekerasan.
2. pendekatan klarifikasi nilai, dalam pendekatan ini secara tidak langsung guru menyampaikan kepada peserta didik mengenai benar atau salah dan baik atau buruk. Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Peserta didik juga diajak untuk mendiskusikan peran pendidikan.
3. Memberi teladan atau contoh, peserta didik biasanya memiliki memiliki kemampuan yang baik dalam hal meniru. Maka dari itu kita sebagai pendidik diharapkan dapat menjadi teladan maupun contoh dalam bidang moral.
4. Melalui pembiasaan atau rutinitas dalam berperilaku, penanaman moral biasanya lebih banyak dilakukan melalui rutinitas yang dilakukan dalam proses KBM misalnya berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, pengucapan salam kepada guru dan teman dan lain sebagainya.
Nama : Ayu Arinda
NPM : 2213053079

IDENTITAS JURNAL
Judul : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Nama Jurnal: JIPSINDO
Nama Penulis: Enung Hasanah
Volume : 6
Nomor : 2
Halaman : 131-145
Tahun Terbit : 2019

Salah satu aspek yang menunjang perkembangan kemahiran dalam kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah adalah dengan membantu perkembangan moral siswa agar tumbuh optimal. Penalaran moral berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan moral ketika dihadapkan pada dilema moral tentang sikap dan perilaku. Pendidikan merupakan proses seumur hidup mulai dari dalam kandungan dan berlangsung sampai akhir dari kehidupan. Moralitas dan Pendidikan moral dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi luar dan dari sisi dalam. Dilihat dari luar, moralitas mengatur cara bergaul dengan orang lain, dan dari dalam mengatur cara bergaul dengan diri sendiri. Selain itu, masyarakat semakin sadar bahwa lingkungan dan masyarakat membawa peran penting untuk melatih anak tentang norma-norma moral dan sosial yang mengatur kehidupan manusia.

Teori Kohlberg Perkembangan moral telah dipelajari dari berbagai perspektif psikologis, termasuk teori belajar, psikoanalisis, dan lain-lain. Kohlberg mengidentifikasi beberapa masalah filosofis mendasar yang mendasari studi perkembangan moral, seperti pertanyaan tentang definisi konstruk yang adil secara budaya. Psikolog yang mempelajari moralitas atau perkembangan moral harus berurusan dengan masalah relativisme moral atau netralitas nilai. Penelitian Kohlberg menunjukan bahwa apabila penalaran-penalaran yang diajukan oleh seseorang mengapa ia mempunyai pertimbangan moral tertentu atau melakukan tindakan tertentu diperhatikan, maka akan tampak jelas adanya perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pendangan moral orang tersebut. Dengan demikian, apa yang membedakan tingkatan moral seseorang apat dilihat dari alasan apa yang digunakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Nama : Ayu Arinda
NPM : 2213053079

IDENTITAS JURNAL Judul Jurnal : "PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL"
Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Nama Penulis : Sudiati
Volume, No, dan Halaman: Th. XXVIII, No.2
Tahun : 2009

ISI JURNAL
Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isuisu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Dengan kata lain kompleksitas global memiliki banyak keuntungan bagi yang kuat, tetapi sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaing. Fakta yang berkaitan dengan benturan antarperadaban itu cukup banyak, Oleh karena itu, keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional, perlu diwujudkan nilai-nilai universal (misalnya: nilai Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global 211 kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan, dan kasih sayang) secara seksama, sehingga tercipta kehidupan yang damai, yang merupakan "titik balik" peradaban manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai. Di samping itu, harus mampu memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki. Kesemuanya itu dapat disebut dengan pengembangan pendidikan nilai. Yang dimaksud pendidikan nilai di sini adalah penanaman dan pengembangan nilainilai dalam diri seseorang baik nilai-nilai personal maupun nilai sosial. Pengembangan pendidikan nilai itu tidak sekedar melalui program atau pelajaran khusus, tetapi dijadikan suatu dimensi dalam seluruh usaha pendidikan. Nilai yang dicetuskan UNESCO 1993 diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan, yaitu nilai standar (terukur) secara material dan nilai yang abstrak dan sulit diukur yang berupa keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan persamaan (Mulyana, 2004: 8). Di samping itu, sistem nilai merupakan sekelompok nilai yang saling berkaitan, saling menguatkan dan tidak terpisahkan, seperti nilainilai yang bersumber dari agama atau tradisi humanistik. Ruang lingkup klasifikasi nilai mencakup nilai terminal dan instrumental, instrinsik dan ekstrinsik, personal dan sosial, subjektif dan objektif. Kategorisasi nilai meliputi enam klasifikasi nilai dan enam dunia makna.

 Pembahasan dalam tulisan ini dibatasi pada nilai terminal dan nilai instrumental. Secara hierarkhis nilai instrumental berfungsi sebagai nilai perantara yang akan berujung pada nilai akhir atau terminal yang bersifat inheren, tersembunyi di belakang nilai instrumental. Tentunya pendidikan nilai moral disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara berdasarkan ideologi yang dianutnya.
Nama : Ayu Arinda
NPM : 2213053079

Berdasarkan video tersebut, terdapat permasalahan yaitu seorang siswa yang menganiaya gurunya hingga tewas dan seorang murid yang mengajak beradu kepala sekolah. Yang melatarbelakangi seorang anak yang tiba-tiba melakukan suatu tidak kekerasan adalah ketidakmampuan anak ketika mengelola emosi, yang dimana muncul impuls yang atau terdapat dorongan dan langsung bereaksi dan tidak memikirkan konsekuensinya. Kemampuan untuk mengelola emosi Ini yang harusnya dilatih kepada anak-anak. Peran media informasi sangat berpengaruh pada moral anak bangsa. Saat ini banyak sekali informasi yang dapat diakses kemudian langsung diserap padahal belum tentu informasi penting. Dalam permasalahan tersebut kita harus melihat bagaimana pengasuhan anak dirumah karena sikap dan prilaku tidak terbentuk begitu saja secara tiba-tiba, dan bagaimana guru dikelas melakukan pengelolaan kelas dimana guru menghadapi anak nakal yang pasti selalu ditemukan di setiap sekolah. 
Seperti yang telah diatur dalam Undang-undang, seorang guru harus mempunyai 4 standar kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, Kompetensi profesional, dan kompetensi pedagogi, yang sementara ini baik dalam pembekalan sebelum menjadi guru apalagi dalam pelatihan setelah menjadi guru keempat hal ini belum dilaksanakan secara holistik. Misalnya saat pelatihan sebelum menjadi guru, faktor kepribadian sebelum seseorang memasuki tahapan untuk menjadi calon guru perlu dilakukan screening psikologis supaya ketika memasuki sekolah, guru benar-benar sudah siap untuk menjadi seorang pendidik, dan setelah memasuki proses tersebut, guru juga dikenalkan dengan ragam sekolah-sekolah, ragam anak-anak, yang kemudian dapat menangani bagaimana cara menangani anak dengan perilaku yang berbeda berada di dalam satu kelas. Pembekalan seperti sekarang ini memang tidak cukup, yaitu pembekalan yang bersifat pengetahuan, yang mendominasi dan bersifat penguatan di dalam keterampilan dan pembenahan perilaku ini belum menjadi fokus. Contohnya seperti guru matematika tidak boleh hanya bisa matematika tetapi tetap mengerti bagaimana mengelola satu kelas sosial dan kompetensi sosial dan kepribadian.