Waalaikumsalam wr.wb
Izin menjawab pertanyaan dari
Linda Agustina,
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, terutama untuk anak-anak sekolah dasar di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), beberapa pendekatan, model, dan strategi pembelajaran yang relevan harus memperhatikan kondisi lokal seperti keterbatasan akses terhadap teknologi, sumber daya, serta kesiapan infrastruktur pendidikan. Dari berbagai model dan pendekatan yang ada, berikut beberapa yang paling relevan dan efektif:
1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning - CTL)
Pendekatan kontekstual sangat cocok karena mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Di daerah 3T, banyak siswa yang lebih mudah memahami konsep-konsep yang dihubungkan dengan lingkungan sekitar mereka, seperti alam, budaya lokal, atau aktivitas sehari-hari yang mereka kenal.
Pendekatan ini mendorong pembelajaran berbasis pengalaman yang relevan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan melihat relevansi pelajaran dengan kehidupan mereka.
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning - PjBL)
Model ini sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar melalui proyek nyata. Meskipun terbatasnya akses teknologi bisa menjadi tantangan, proyek-proyek sederhana yang memanfaatkan sumber daya lokal, seperti membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alami atau memecahkan masalah lingkungan, bisa menjadi cara yang efektif untuk menerapkan PjBL di daerah 3T.
Proyek-proyek ini juga dapat melibatkan kolaborasi antar siswa, sehingga membangun keterampilan sosial, kerja tim, dan kemandirian.
3. Pendekatan Belajar Aktif (Active Learning)
Pendekatan ini mendorong siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, baik melalui diskusi, bermain peran, maupun eksperimen sederhana. Di daerah 3T, pembelajaran aktif memungkinkan siswa menggunakan alat-alat dan benda-benda yang ada di sekitar mereka sebagai sumber belajar.
Belajar aktif menekankan pada eksplorasi dan pemecahan masalah, yang bisa diaplikasikan dalam situasi lokal di mana sumber daya mungkin terbatas, tetapi kreativitas dan partisipasi aktif siswa tetap bisa dikembangkan.
4. Pendekatan Multiliterasi
Pendekatan multiliterasi memungkinkan siswa di daerah 3T belajar menggunakan beragam jenis literasi, seperti literasi visual, lingkungan, budaya, dan teknologi sederhana. Literasi visual misalnya, bisa diterapkan melalui gambar, peta, atau simbol-simbol lokal yang akrab bagi siswa.
Melalui multiliterasi, siswa dapat lebih mudah mengakses informasi yang tersedia dalam bentuk yang lebih sederhana dan kontekstual, serta menumbuhkan pemahaman lintas budaya yang penting di daerah yang seringkali memiliki keberagaman budaya lokal.
5. Strategi Pembelajaran Kolaboratif
Dalam situasi di mana sumber daya pendidikan terbatas, strategi pembelajaran kolaboratif sangat efektif karena memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam memahami materi. Kolaborasi dalam kelompok kecil bisa menjadi cara yang bagus untuk memanfaatkan keterbatasan fasilitas dan mendorong siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan.
Strategi ini juga membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan, yang sangat penting di daerah 3T untuk membangun masyarakat yang mandiri dan solid.
6. Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh dan relevan bagi siswa di daerah 3T. Misalnya, sebuah tema tentang "Alam Sekitar" dapat menggabungkan pelajaran sains, bahasa, dan seni dengan menggunakan konteks lokal.
Model ini juga cocok untuk mengatasi keterbatasan waktu dan sumber daya di daerah 3T, karena bisa mengurangi fragmentasi pembelajaran dan memaksimalkan pengalaman belajar melalui pendekatan terpadu.
Kesimpulan:
Dari berbagai model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dijelaskan, Pendekatan Kontekstual (CTL) dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) adalah yang paling relevan dan efektif untuk anak-anak sekolah dasar di daerah 3T dalam konteks Kurikulum Merdeka. Kedua pendekatan ini memungkinkan siswa belajar secara aktif, terhubung dengan realitas lokal mereka, dan tetap mempertahankan semangat kemandirian dan kreativitas. Di samping itu, pendekatan Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Tematik Terpadu juga mendukung pengembangan kompetensi dasar siswa yang sesuai dengan kebutuhan mereka di daerah dengan keterbatasan akses dan fasilitas.
Sekian penjelasan dari saya, terimakasih