Posts made by Refiana Sari 2213053261

Nama : Refiana Sari 

NPM : 2213053261

FILM PENDEK KORUPSI - PELAJAR ANTI KORUPSI

Hanafi seorang siswa SMK, Suatu hari temannya meminta tolong pada Hanafi untuk mengambil fotocopyi tugas. Tetapi hanifi justru membuat nota palsu, harga aslinya hanya 5.000 rupiah tetapi ia menulis 10.000 rupiah. Pada saat jam istirahat, Hanafi duduk di kursi teras depan kelas dengan keadaan badan yang kurang sehat, kemudian teman nya bayu menghampiri Hanafi dan menanyakan keadaan Hanafi , setelah itu bayu bertanya apakah di sekolah nya itu ada yang korupsi atau tidak , kemudia bayu bercerita kata pak ustad kalau makan hasil uang korupsi bisa menjadi penyakit di dalam tubuh , seketika Hanafi ingat dengan nota palsu dan keadaan badan nya . Hanafi pun tersadar apa yang telah ia buat dan ingin mengganti uang yang telah ia pakai dan akhirnya Hanafi mengaku pada ketua kelas dan meminta maaf atas perbuatan nya .


Nama : Refiana Sari

NPM : 2213053261

PERBEDAAN PENDIDIKAN DASAR INDONESIA DENGAN JEPANG

Kebersihan Sejak Dini

Perbedaan antara Indonesia dengan jepang, dapat dilihat dari faktor kebersihan. Di Indonesia kebersihan tidak dimasukkan didalam kurikulum Pendidikan, akibatnya Masyarakat Indonesia sangat kurang sekali menjaga kebersihan lingkungan. Berbeda dengan jepang, dalam kurikulumnya , mengharuskan setiap peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap kebersihan kelasnya. Hal ini di upayakan agar peserta didik dapat saling bekerjasama, saling bertanggung jawab dan peka terhadap kondisi lingkungan. 

Makan Bareng

Di Indonesia, sekolah memiliki kantin yang lebih dari 1 dengan berbagai macam jajanan yang notabene nya kurang sehat. sedangkan di Jepang, proses makan di anggap penting bagi mereka. Maka dari itu Jepang mengatur makanan peserta didik disana. Mulai dari menu, gizi dalam makanan, dan tata cara mereka makan.

Mata Pelajaran Sedikit

Indonesia dikenal memiliki mata pelajaran yang banyak dan diulang dalam kurun waktu satu minggu, sedangkan di Jepang untuk sekolah dasar mata pelajaran yang di ajarkan terbilang sedikit dan hanya di ajarkan di waktu tertentu saja. 

Pendidikan Karakter

Pendidikan di Indonesia memiliki banyak ujian, mulai dari ujian tertulis maupun membaca yang menjadi faktor kenaikan kelas. sedangkan di Jepang tidak melibatkan ujian tertulis maupun membaca untuk pendidikan dasar 3 tahun mereka. namun pada tahun pertama siswa jepang diberikan pelajaran sopan santun, tolong menolong, bersimpati publik.

Membaca

Indonesia menduduki posisi ke 60 dari 61 neegara mengenai minat baca. Indonesia memang memiliki kesadaran yang rendah dalam pentingnya membaca. Di Jepang, mereka membiasakan peserta didik untuk membaca selama 10 menit sebelum jam pelajaran di mulai. Hal ini yang menyebabkan Jepang memiliki minat baca yang tinggi.

Perlengkapan Sekolah

Di Jepang perlengkapan sekolah peserta didik difasilitasi dan sama. Hal ini di upayakan agar tidak ada peserta didik yang iri dengan peserta didik yang lainnya.

Seragam Sekolah 

Di Indonesia seragam sekolah di nilai lebih ribet. Karena jumlah seragam yang lebih dari 2, sedangkan di Jepang hanya memiliki 1 seragam untuk sekolah

 


Nama : Refiana Sari

NPM : 2213053261

POTRET PENDIDIKAN DIDUSUN TERPENCIL – KOMPAS TV

SD N GLAK Kabupaten Sikka sangat membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Alasan tersebut tercipta karena sekolah yang terletak di sebuah dusun terpencil itu terpaksa harus melakukan kegiatan belajar mengajar di teras kelas, hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak kondusif dan tidak fokus karena panasnya matahari menyinari. Sekolah yang terletak di kaki gunung api Egon tersebut hanya memiliki 6 ruangan. Dimana 5 ruangan dipakai sebagai ruang kelas, dan 1 ruangan sebagai ruang guru. Jangankan kelas, perpustakaan saja tak dimiliki sekolah ini. Meski begitu, para siswa tetap bersemangat untuk bersekolah. Setiap hari mereka harus berjalan kaki hingga 2 km  guna bisa belajar di sekolah. Pada masa pandemi covid-19, ketika pemerintah aktif mengkampanyekan belajar daring, sekolah ini tak mampu melaksanakannya. Di wilayah ini, belum ada jaringan telekomunikasi sama sekali. Karena itu, pihak sekolah terpaksa tetap melakukan kegiatan di sekolah. Pihak sekolah pun berharap, pemerintah bisa membuka mata melihat keadaan mereka dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.


Nama : Refiana Sari

NPM : 2213053261

SEPENGGAL CERITA PENGAJAR MIDA DI PELOSOK KALIMANTAN – LENTERA INDONESIA

Martensis Siregar, seorang pendidik muda yang mengajar disalah satu daerah Kalimantan Utara tepatnya didesa Tanjung Matol. Martensis pernah menjadi aktivis peduli HIV AIDS di Jayapura, Papua. Kegiatannya mengajar di desa tanjung matol sudah 6 bulan lamanya, ia mengajar kelas 1 SD sampai dengan membuka les privat bagi anak kelas 6 SD. Anak-anak desa tersebut tak sedikit yang berminat untuk melanjutkan Pendidikan setelah tamat SD, karena banyaknya orang tua yang kurang sadar pentingnya Pendidikan. Ditemukan pula, anak-anak Perempuan yang menikah diusia dini (12 tahun) tak hanya itu, Kurangnya perhatian orang tua kepada Pendidikan anak pun masih menjadi persoalan.  Martensis becita-cita untuk merubah meandset orang tua akan pentingnya Pendidikan serta melihat anak-anak memiliki masa depan yang lebih baik disana. Di desa Tanjung Matol belum ada TK ataupun PAUD oleh karena itu, gerbang utama Pendidikan disana berada pada kelas 1 SD. Tantangan terbesar martensis dalam mengajar disana adalah bagaimana cara menggunakan metode belajar yang menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tetap kondusif, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Oleh karena itu, ia menekankan kepada anak-anak belajar itu bisa dimana saja dan kapan saja. Motivasi belajar diberikan dengan memberikan reward kepada anak-anak yang berprestasi agar yang lainnya dapat mengikuti hal yang sama. Optimis martensis, merekalah penerus estafet Pendidikan indonesia, 

Kami boleh berada dibatas-batas negara, namun cita-cita kami melintasi pelosok hutan-hutan belantara (Martensis Siregar)


Nama : Refiana Sari

NPM : 2213053261

Analisis Juranl 1

Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati

1.Pendidikan Moral di Sekolah

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik utama di sekolah adalah guru. Guru yang baik tentu saja sangat strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik. Sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv) sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu guru juga bertugas untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam diri peserta didik. Oleh karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula. Dengan demikian, pendidikan moral yang dilaksanakan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diteladani oleh para peserta didiknya.

2. Materi Pendidikan Moral

Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab,dan peduli. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan alam semesta dapat diberikan dengan menguatkan nilai-nilai keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam, tidak merusak alam, hemat. Pendidikan moral untuk hubungan manusia dengan Sang Khalik pentingdilaksanakan terlebih Indonesia adalah negara yang berketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 UUD 1945). 

3. Metode Pendidikan Moral

Pendidikan moral pada masa sekarang menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi. Di lingkungan masyarakat religius, tradisional, moral diwariskan kepada generasi berikutnya secara given yaitu indoktrinasi. Artinya suatu ajaran moral harus diterima karena memang sejak dahulu diajarkan demikian. Setelah itu, ajaran tersebut dilaksanakan. Anak-anak yang hidup sekarang ini hidup di zaman modern akhir yang sangat jauh berbeda cara berpikir dan perilakunya dengan anak-anak di masa lalu. Indoktrinasi dipandang para ahli sebagai metode yang sudah usang dan tidak sejalan dengan semangat modern tersebut. Maka, ada metode lain yang lebih sesuai yaitu inkulkasi atau penanaman nilai.

a. Inklusi Nilai

Metode ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Program pendidikan moral dengan cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai

b. Metode keteladanan

Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern. Orang tua dan guru merupakan sosok yang harus memberikan teladan baik kepada subjek didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.

c. Metode klarifikasi nilai

Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan lewat proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek didik. Seberapa jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Di Indonesia, strategi klarifikasi nilai telah diperkenalkan sejak tahun 1980-an dan banyak para pendidik yang mengkritik dan menolaknya. Hal-hal yang tidak dapat diterima, adalah yang terkait dengan pilihan anak, misalnya anak dibiarkan tidak mendirikan salat, sebelum anak sadar akan pentingnya salat. Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan anak tidak akan melakukan salat sampai ia dewasa.

d. Metode fasilitasi nilai

Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok,  misalnya fasilitas

beribadah berupa mesjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.

e. Metode keterampilan nilai moral

Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan. Lama kelamaan pembiasaan itu ditingkatkan dengan caran peserta didik merancang sendiri berbagai tindakan moral yang akan diwujudkan sebagai suatu komitmen diri, action plan mereka sendiri sebagai wujud realisasi diri menjadi orang yang baik dan memperoleh hidup yang bermakna. Kantin kejujuran, berbagai kegiatan sosial yang dirancang oleh siswa di sekolah adalah contoh-contoh dari metode keterampilan nilai yang selama ini telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah menengah. 

4. Evaluasi Pendidikan Moral

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. Berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51). 

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral di sekolah penting dilakukan oleh guru dan segenap komponen warga sekolah agar tercapai pendidikan moral yang komprehensif, sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.