གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ SELVIA NUR SAQINAH 2213053193

Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3 G

Pendidikan nilai dan moral

Nilai artinya memberikan harga suatu konsep yang dihadapi, sedangkan moral berasal dari kata (morse) yang artinya kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang oleh sekelompok orang.

Ada beberapa untuk menanamkan nilai
1. Pemerintah
Pemerintah membuat undangan-undang no 12 tahun 2012 mengenai pendidikan tinggi pasal 35 tentang kurikulum ayat 3 yang mana agama, pancasila, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia wajib ada di dunia pendidikan sebagai upaya menanam nilai.
2. Masyarakat/komunitas
Kebiasaan-kabiasaan dimasyarakat akan membantu menanamkan nilai.
3. Akademisi
Guru maupun dosen atau siapapun yang bekerja di bidang akademisi pasti akan melakukan transfer of knowledge didalamnya
4. Pengusaha/pemiliki modal
Penerapan tentu erat kaitannya dengan bidang tersebut
5. Media
Penanaman nilai dapat dilakukan di media elektronik serta dapat dilakukan melalui media sosial.

Herman (1972) mengemukakan bahwa "value is neither takut nor cought, it is learned" Maknanya adalah bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan. Bagaimana menilai kualitas orang itu dilihat dari penerapan nilai dalam dirinya. Selain itu ada aliran dalam pengajaran nilai
a. Aliran Relativisme
b. Aliran kebebaaan
Penanaman nilai dan penerapan nilai sangatlah penting bagi kehidupan seorang manusia untuk menjalani kehidupan seorang manusia untuk menjalani kehidupan.
Nama: Selvia Nur Sakinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G

Peran Pendidikan SD Dalam Menanamkan Pendidikan Nilai Dan Moral Melalui PPkn

Kesadaran nilai moral mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan, yang akan terjadi pada peserta didik apabila tidak dibekali pendidikan moral yaitu masalah moralmoral dimana hal ini menjadi perhatian banyak kalangan. Surat kabar baik online maupun offline sellaui membawa berita yang mencemasakan, hal ini menunjukan kempsrotan pendidikan moral di masa kini. Tentunya sudah dilakukan usaha untuk menangani masalah moral ini oleh berbagai kalangan.

Pentingnya pendidikan moral ini disosialisasikan kepada seluruh peserta didikdidik karena pendiidkan moral bagi peserta didik sangat berarti bagi kemajuan sekolah , bangsa, maupun negara dalam membentuk kepribadian karakter. Kepribadian karakter peserta didik yang baik akan membentuk generasi masa depan yang cerah. Pendidikan Ppkn mata pelajaran yang memiliki salah satu misinya sebagai pendidikan nilai. Sebagai pendidikan nilai dan moral Ppkn ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman peserta didik tentang nilai dan moral seperti teori yang dikenal luas dalam pendidikan nilai dan moral diantaranya teori kognitif moral.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G

Nama jurnal: JIPSINDO
volume: 6
Nomer: 2
Halaman: 131-145
Tahun terbit: September 2019
Judul Jurnal: PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Nama penulis: Enung Hasanah


ABSTRAK JURNAL
Uraian abstrak
Dengan menggunakan penelitian teori kohlberg Hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak SD yang berusia 11-12 tahun secara umum termasuk dalam tahap pra konvensional tahap ½ yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3, yang cenderung melakukan sesuatu kegiatan bukan karena membutuhkan hasil melainkan karena takut dihukum.

PENDAHULUAN JURNAL
Moralitas dan Pendidikan moral dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi luar dan dari sisi dalam. Dilihat dari luar, moralitas mengatur cara bergaul dengan orang lain, dan dari dalam mengatur cara bergaul dengan diri sendiri. Dengan kata lain, pendidikan moral diperlukan sekaligus sebagai kontrol kondisi sosial dan sarana yang sangat diperlukan untuk aktualisai diri. Bagi seorang pendidik, sangat penting untuk memahami perkembangan moral peserta didiknya. Menurut Duska & Whelan (1984) bahwa kemahiran mengukur tahap-tahap penalaran moral hanya akan dicapai dengan memahami secara seksama deskripsi deskripsi tentang tahap, termasuk kemampuan mengaplikasikan deskripsi-deskripsi tersebut pada jawaban-jawaban dari anak. Sebagai upaya untuk lebih memahami perkembangan moral berdasarkan teori Kohlberg dan supaya memiliki kemampuan mengukur tahap-tahap perkembangan, penulis melakukan sebuah penelitian sederhana melalui melalui angket dengan jawaban terbuka tentang dilema moral untuk menentukan keputusan moral (Judgment Moral) yang dilakukan terhadap 10 siswa Sekolah Dasar kelas VI. Hasil jawaban dari angket tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat perkembangan moral siswa SD yang berusia antara 11-12 tahun, berdasarkan tahapan perkembangan teori Kohlberg.
METODE PENELITIAN
metode penelitian kualitatif.

PEMBAHASAN
Teori Kohlberg, Kohlberg mengidentifikasi beberapa masalah filosofis mendasar yang mendasari studi perkembangan moral, seperti pertanyaan tentang definisi konstruk yang adil secara budaya Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Sebaliknya, kebanyakan ahli psikologi pada masa itu berasumsi bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikologi dan sosial. Dalam mengembangkan teorinya, Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatanny.
Responden/peserta dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar yang berusia antara 11-12 tahun. Berdasarkan teori Kohlberg, pada umumnya anak-anak yang berusia sekitar 10–13 tahun berada pada tahap pra-konvensional, meskipun juga ada orang-orang dewasa yang berhenti perkembangannya pada tahap tersebut. Karena orang dewasa yang terhenti pada tingkatan itu merupakan kekecualian. Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban yang dikemukakan atas dilema moral yang dijawab oleh para responden, secara umum (90%) ternyata perkembangan moral para responden yang berada pada usia 11-12 tahun memang masih berada pada tingkat pra konvensional. Alasan yang mereka katakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sejalan dengan yang dikatakan Kohlberg (Whelan & Duska), dimana pada tingkatan pra konvensional ini, kalau seorang anak mendengar bahwa sesuatu itu baik atau buruk, gambaran yang ada padanya berbeda sekali dengan yang ada pada orang dewasa. Anak pada tingkatan ini mempunyai pandangan yang sempit sekali tentang masyarakat. Tindakan hanya dinilainya dalam ukuran konsekuensi konsekuensi yang mungkin akan terjadi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg, anak-anak usia 11-12 tahun memang masih berada pada tahap pra konvensional tahap ½ yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3, yang cenderung ingin melakukan sesuatu karena takut dihukum. Dalam hasil penelitian sederhana ini, responden yang berusia 11-12 tahun cenderung baru memasuki tingkat 1 tahap 1, meskipun pada kasus tertentu mungkin saja ada pengecualian yaitu pada usia 11-12 bisa saja berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G

Nama jurnal: Cakrawala Pendidikan
Nomer: 2
Halaman: 209-221
Tahun terbit: Juni 2009
Judul Jurnal: PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama penulis: Sudiati

PENDAHULUAN JURNAL
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemukakan dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena ke kerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Era baru tidak serta-merta menjanjikan kehidupan manusia yang lebih baik dengan ditandai munculnya sebuah buku karya Samuel Huntington (1997) dari Universitas Harvard The Clash of Civilizations (Benturan Peradaban). Dalam tesisnya dinyatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dingin akan terjadi konflik atau benturan yang hebat antar peradaban.

PEMBAHASAN
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara, berikut akan dibahas isu pen didikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan Pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan ke- Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global 213 warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen maupun Islam, nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri, agama ditempatkan pada area nila -nilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak.
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan mo ral dan mata pelajaran agama, sedang kan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui se jumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pen didikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat ter gesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

KESIMPULAN
Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara ter sebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masing masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih di arahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.