གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Nadia tri utami 2213053300

3J 2023 Pendidikan Nilai dan Moral -> Forum Analisis Video 2

Nadia tri utami 2213053300 གིས-

Nama : Nadia Tri Utami

NPM : 2213053300

Video ini membahas tentang kekerasan dilingkungan sekolah 

Banyaknya kasus penganiayaan anak di lingkungan sekolah dari pihak teman maupun guru di sekolah hingga meninggal dunia. Kekerasan terjadi karna kurangnya pengawasan dari guru dan orang tua, 

Perundingan dan pembulian sering terjadi di sekolah Karna kelalaian guru dan orang tua.Anak - anak dibawah umur harus mendapatkan perhatian ekstra dari pihak orang tua, bukan semua diserahkan di guru dari pihak sekolah . Dan guru maupun orang tua harus lebih mengawasi dan menjaga mereka dalam menggunakan media sosial .

Guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral pada anak, jika nilai dan moral sudah tertata baik dalam diri anak maka tidak akan ada lagi yang namanya perundungan dan pembulian di antara mereka.

3J 2023 Pendidikan Nilai dan Moral -> Forum Analisis Video 1

Nadia tri utami 2213053300 གིས-

Nama : Nadia Tri Utami

NPM   : 2213953300

Video ini membahas tentang  moralitas 

Philippa foot pada tahun 1967 mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolley problem untuk memahami konteks moral. Eksperimen tersebut bernama Trolley problem.

Trolley problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan. Dalam kehidupan saat ini pemikiran "Harus ada yang dikorbankan untuk meraih keuntungan yang lebih besar." Menjadi pedoman bagi hampir semua manusia. Dalam video ini menegaskan bahwa Sejauh ini moralitas hanya tentang egoisme manusia. 

Nama : Nadia Tri Utami.      

NPM : 2213053300

Jurnal ini berjudul PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI yang ditulis oleh Hidayati 

Dalam jurnal ini membahas Indonesia mengalami krisis multidimensi, termasuk krisis moral dan akhlak. Salah satu faktor penyebabnya adalah kegagalan sistem pendidikan dalam mengembangkan nilai-nilai moral dan menghasilkan individu yang berakhlak mulia. Pendidikan cenderung lebih fokus pada pengembangan aspek kognitif dan konatif, sementara nilai-nilai luhur dalam masyarakat bergeser dan terjadi penyimpangan nilai. Fenomena ini tercermin dalam perilaku kekerasan, kriminalitas, dan degradasi moral, terutama di kalangan generasi muda. Para pendidik mulai menyadari bahwa pendidikan nilai, baik dalam pendidikan formal maupun informal, perlu ditingkatkan untuk membentuk watak, sikap, perilaku, dan moralitas yang baik. Oleh karena itu, penting untuk memprioritaskan pendidikan nilai di sekolah-sekolah sebagai bagian integral dari proses pendidikan.

Nilai terbagi menjadi dua, yaitu nilai ideal (cita-cita individu) dan nilai aktual (diekspresikan dalam perilaku sehari-hari). Nilai memiliki peran penting dalam mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Empat kelompok nilai hierarkis yang disusun dari yang tertinggi hingga terendah adalah nilai-nilai religius-kerohanian, nilai-nilai kejiwaan, nilai-nilai kehidupan, dan nilai-nilai kenikmatan. Pengembangan nilai-nilai ini harus seimbang dan memiliki prioritas yang benar. Selain itu, globalisasi adalah proses di mana gagasan dan norma-norma tersebar dan diterima oleh banyak bangsa di seluruh dunia. Proses ini mempersempit ruang dan mempersingkat waktu dalam interaksi dan komunikasi global. Globalisasi juga memiliki dampak signifikan pada nilai-nilai dan moral masyarakat.

Penulis juga menjelaskan globalisasi adalah proses di mana gagasan dan norma-norma disebarkan dan diterima oleh banyak bangsa di seluruh dunia, dengan ruang dan waktu yang semakin dipersingkat. Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif terhadap nilai-nilai dan moral dalam masyarakat. Dampak positif globalisasi meliputi pemerintahan yang lebih terbuka, ekonomi yang terbuka ke pasar internasional, dan kesempatan kerja yang meningkat. Namun, dampak negatifnya mencakup hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri, peniruan budaya barat yang mengancam identitas nasional, ketidakpedulian sosial, dan kesenjangan sosial yang meningkat.

Globalisasi juga dihubungkan dengan degradasi moral dan perilaku menyimpang, terutama di kalangan remaja yang mengadopsi budaya luar tanpa memahami nilai-nilainya secara bijaksana. Oleh karena itu, perlu sikap bijak dalam menghadapi dampak globalisasi, menggabungkan manfaat teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai dan identitas budaya nasional. pendidikan nilai di Indonesia telah mengalami kegagalan yang merugikan. Fenomena kekerasan, ketidakjujuran, dan kurangnya nilai-nilai moral dalam masyarakat merupakan dampak dari kegagalan pendidikan nilai. Seiring dengan perubahan waktu, pendidikan lebih fokus pada aspek materialistis, ekonomis, dan teknokratis, dan kurang memberi perhatian pada pengembangan nilai-nilai moral, emosi, dan spiritual.

Dalam lingkungan pendidikan, praktik curang dan ketidakjujuran menjadi hal umum, seperti curang dalam ujian nasional atau pungutan uang sekolah yang tidak jelas penggunaannya. Hal ini menciptakan generasi muda yang kurang memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Tidak hanya sekolah, kebobrokan moral juga terjadi di lingkungan luar sekolah yang memengaruhi karakter anak-anak. Penting untuk menyadari dampak negatif dari degradasi nilai-nilai moral dalam pendidikan dan lingkungan sekitarnya, karena hal ini dapat merusak karakter generasi muda dan mengancam masa depan mereka. Perbaikan dalam pendidikan nilai dan pemantapan moral dalam masyarakat menjadi tugas penting dalam menciptakan generasi yang lebih berbudi pekerti luhur.

Pendidikan nilai dan moral memiliki peran penting dalam membentuk pribadi yang bermoral dan beretika. Tujuannya adalah untuk mengembangkan hati nurani dan kepekaan terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan. Pendidikan nilai tidak hanya mencakup pengajaran nilai-nilai, tetapi juga mengharuskan peserta didik untuk mengalami dan menghayati nilai-nilai tersebut melalui pengalaman nyata. Proses pendidikan nilai melibatkan tahap-tahap seperti persiapan, konsentrasi, asimilasi, dan realisasi nilai-nilai. Pendidikan nilai harus berlangsung secara lembut dan tanpa pemaksaan, agar peserta didik memiliki disposisi batin yang benar terhadap nilai-nilai tersebut. Dalam hal ini, penyadaran nilai dan pemahaman nilai memiliki peran penting.

Pendidikan nilai dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lagu dan sarana lainnya juga dapat mendukung proses pendidikan nilai dengan menggugah hati dan menyentuh perasaan. Tujuan akhir dari pendidikan nilai adalah merealisasikan nilai-nilai dalam tindakan dan sikap yang responsif, kreatif, dan produktif.

Kesimpulannya adalah dalam menghadapi dampak negatif globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, penting untuk memiliki pilar-pilar yang kuat dalam menjaga nilai-nilai, moral, dan budaya bangsa. Teks tersebut menyebutkan tiga pilar utama:

1. Nasionalisme, yang merupakan kesadaran bersama sebagai bangsa dengan landasan logis dan rasional. Ini mencakup kesetiakawanan sosial, ketahanan nasional, dan musyawarah nasional.

2. Norma dan agama, yang memberikan aturan dan nilai-nilai moral yang menjadi pedoman dalam memilih dan memilah informasi serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur.

3. Nilai budaya bangsa, seperti gotong royong, rawe-rawe rantas malang-malang putung, dan silih asah silih asuh, yang menjadi filter dan pendukung bagi nilai dan pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat.

Jurnal ini juga menekankan pentingnya pendidikan nilai yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai secara kognitif tetapi juga menghayati dan meresapkan nilai-nilai tersebut ke dalam hati peserta didik. Ini akan membantu mereka menggunakan nalar dan hati secara seimbang dalam menghadapi pengaruh globalisasi. Dalam menghadapi arus globalisasi, pendidik memiliki peran penting dalam mendampingi dan mendorong anak didik untuk menjalani hidup dengan nalar dan hati yang baik serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.

Nama : Nadia Tri Utami

NPM : 2213053300

Jurnal ini berjudul PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH yang ditulis oleh Iwan Fajri, Rahmat, Dadang Sundawa, Mohd Zailani Mohd Yusoff

Jurnal ini membahas tentang pentingnya pendidikan moral dan nilai dalam sistem kurikulum pendidikan di Aceh, Indonesia. Perubahan cepat dalam kehidupan sosial telah menimbulkan kekhawatiran tentang perilaku moral siswa. Pemerintah Aceh telah menerapkan sistem pendidikan Islam yang sesuai dengan spesifikasinya yang diberikan oleh pemerintah pusat. Implementasi pembelajaran Islam di Provinsi Aceh dipandu oleh Qanun No. 9/2015, yang berfokus pada ajaran Islam. Sistem pendidikan di Aceh didasarkan pada budaya dan nilai-nilai Islam. Artikel ini menekankan pentingnya pendidikan moral dan nilai dalam membentuk karakter siswa dan berkontribusi pada perkembangan bangsa.

Pendidikan nilai di Indonesia telah diatur dalam sistem pendidikan nasional dengan delapan belas nilai yang perlu diintegrasikan dalam pembelajaran. Pendidikan nilai juga penting di Aceh, yang memiliki keistimewaan dalam penyelenggaraan pendidikan dengan keunikan dan otonomi khusus provinsi Aceh dengan hukum Islam. Penerapan nilai-nilai tersebut dilakukan melalui semua pembelajaran dan kegiatan pendidikan di sekolah. Guru memiliki peran penting dalam proses pembentukan nilai siswa, dan perlu mempelajari strategi yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai baik kepada siswa. Pendidikan nilai juga berkaitan dengan pendidikan karakter, moral, dan etika. Nilai-nilai moral dalam Islam bertujuan untuk menentukan aktivitas manusia dalam masyarakat Muslim dan membawa manfaat individu dan masyarakat. Di Aceh, pendidikan nilai didasarkan pada ajaran Islam dan diatur oleh qanun yang ada di provinsi Aceh.

Penerapan kurikulum Islam di Aceh didasarkan pada Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Kurikulum ini mencakup mata pelajaran inti seperti Pendidikan Islam, Pendidikan Kewarganegaraan DLL.

Selain itu, implementasi kurikulum Islam di Aceh juga melibatkan pengembangan potensi peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dengan syariat Islam dan budaya Aceh. Salah satu contohnya adalah kegiatan ekstrakurikuler tari Lampuan Aceh, yang sangat diminati oleh siswa. Selain itu, pengembangan karir siswa juga dilakukan melalui kegiatan bimbingan konseling.

Pendidikan nilai dan moral di Aceh didasarkan pada ajaran Islam dan diatur oleh qanun yang ada di provinsi Aceh. Kurikulum Aceh merupakan kurikulum nasional plus, yang mencakup seluruh muatan kurikulum nasional ditambah dengan materi pendidikan Islam dan muatan lokal berbasis budaya syariat Islam di Aceh. Penerapan nilai dan moral dilakukan melalui perumusan visi sekolah berbasis nilai, strategi pembelajaran berbasis nilai Islam, dan integrasi nilai-nilai tersebut dalam setiap mata pelajaran.

Penerapan kurikulum Islam di Aceh didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, demokrasi, dan pendekatan keteladanan. Selain itu, pendidikan di Aceh juga mengutamakan pemberdayaan siswa sepanjang hidup, pengembangan potensi peserta didik secara menyeluruh, pemberian keteladanan, motivasi, keimanan, kecerdasan, dan kreativitas peserta didik, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan dan mengontrol kualitas layanan pendidikan.

Secara keseluruhan, pendidikan moral dan nilai di Aceh sangat penting dalam membentuk karakter siswa dan berkontribusi pada perkembangan bangsa. Implementasi kurikulum Islam dan penerapan nilai-nilai Islam dalam pendidikan di Aceh bertujuan untuk menghasilkan generasi muda yang berakhlak mulia, mengikuti budaya Aceh, dan mengikuti syariat Islam.

3J 2023 Pendidikan Nilai dan Moral -> Forum Analisis Video

Nadia tri utami 2213053300 གིས-

Nama : Nadia Tri Utami

NPM   : 2213053300

Dari video tersebut, nilai-nilai yang harus kita teladani dan lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang maha esa: Bersyukur kepada Tuhan, menghormati agama orang lain, dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Membantu sesama manusia, tidak berbuat kasar pada orang lain, bersikap sopan, dan menolong orang yang kesulitan.

3. Kesatuan Indonesia: Mencintai tanah air, menghargai produk Indonesia, dan memelihara kerukunan antarsuku.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan: Bermusyawarah dalam pengambilan keputusan, menghargai pendapat orang lain, dan menjalankan demokrasi.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Tidak berbuat curang, menghargai hasil karya orang lain, tidak boros, dan berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong.

Untuk menerapkan nilai-nilai ini, terutama dalam era modern yang cenderung mengikis nilai, moral, dan etika, beberapa langkah dapat diambil:

1. Pendidikan: Meningkatkan pendidikan yang mengedepankan pembelajaran nilai-nilai Pancasila di sekolah dan dalam keluarga untuk membentuk karakter generasi muda.

2. Contoh Teladan: Orang dewasa perlu menjadi contoh yang baik dalam menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pembinaan Karakter: Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan program pembinaan karakter di sekolah dan komunitas.

4. Komunikasi Terbuka: Membuka saluran komunikasi antara generasi yang lebih tua dan generasi muda untuk berbicara tentang nilai-nilai ini dan bagaimana menerapkannya dalam konteks modern.

Karena dengan berupaya bersama, kita dapat memahami, menginternalisasi, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di era modern yang penuh dengan tantangan moral dan etika.