Posts made by Destia Rahmah Fitriani 2213053082

Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Video 2
"Potret Pendidikan di Dusun Terpencil"

SD Negeri Glak Kabupaten Sikka merupakan salah satu sekolah yang sangat sekali minim fasilitas, dengan demikian sekolah ini sangat membutuhkan perhatian dari pihak pemerintah. Pendidikan di daerah terpencil sering kali menghadapi tantangan tertentu, seperti akses terbatas terhadap sumber daya, infrastruktur yang mungkin tidak memadai, dan kesulitan dalam menarik guru yang berkualitas. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan pengalaman belajar siswa.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Video 1
"Sepenggal Cerita Pengajar Muda di Pelosok Kalimantan"

Martencis Veronica Siregar merupakan relawan muda dari gerakan Indonesia mengajar yang ditempatkan di sekolah yang bisa terbilang pelosok, yakni di salah satu sekolah dasar negeri di Kalimantan Utara.Saat tiba di desa, Martencis harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dari tempatnya dibesarkan. Martencis tidak menyerah. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Martencis adalah kurangnya minat belajar anak-anak di desa tersebut. Martencis sadar bahwa pendekatan tradisional tidak akan berhasil. Seiring berjalannya waktu, Martencis mulai melihat perubahan positif.

Martencis juga melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran untuk memastikan pendidikan berlanjut di luar ruang kelas. Meski tantangan datang silih berganti, Martencis tetap gigih menjalankan perannya sebagai pengajar muda di pelosok Kalimantan Utara.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Menurut pendapat saya, Hardskill dan softskill memiliki banya perbedaan. Hard skills adalah keterampilan konkret dan terukur yang dapat diajarkan, diukur, dan diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, atau pengalaman praktis. Contohnya, Kemampuan dalam matematika, pemrograman komputer, bahasa asing, penggunaan perangkat lunak khusus, keahlian teknis seperti mengoperasikan mesin tertentu, dan pemahaman ilmu pengetahuan khusus.Hard skills dapat diukur secara objektif dan diuji, seperti melalui ujian tertulis, penilaian praktik, atau sertifikasi khusus.
Sedangkan Soft skills adalah keterampilan yang lebih abstrak dan berkaitan dengan interaksi sosial, kepribadian, dan kemampuan berkomunikasi. Mereka sering kali sulit diukur secara langsung dan berkaitan dengan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain dan mengelola diri sendiri. Contohnya, Kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kemampuan beradaptasi, kerja sama tim, resolusi konflik, kreativitas, empati, dan kemampuan berpikir kritis. Soft skills lebih sulit diukur secara langsung dan biasanya dievaluasi melalui pengamatan perilaku, wawancara, penilaian diri, dan umpan balik dari rekan kerja atau atasan.

Perbedaan utama antara hard skills dan soft skills adalah bahwa hard skills adalah keterampilan konkret yang dapat diajarkan dan diukur secara langsung, sementara soft skills lebih bersifat subjektif dan berkaitan dengan kemampuan interpersonal dan keterampilan lunak dalam berinteraksi dengan orang lain. Kedua jenis keterampilan ini penting dalam berbagai konteks, baik dalam dunia pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari, dan seringkali mereka bekerja bersama untuk mencapai kesuksesan pribadi dan profesional.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Jurnal 2
"Proses pendidikan nilai moral di lingkungan keluarga sebagai upaya mengatasi kenakalan remaja"

Dari jurnal tersebut kita dapat mengetahui bahwa Pendidikan nilai moral di lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengatasi kenakalan remaja. Nilai moral adalah prinsip-prinsip etika dan norma-norma yang membentuk pandangan dan perilaku individu terhadap apa yang dianggap benar dan salah. Membentuk nilai moral yang kuat pada remaja dapat membantu mereka membuat keputusan yang bijak dan menghindari perilaku kenakalan. Berikut adalah beberapa tahapan dalam proses pendidikan nilai moral di lingkungan keluarga, diantaranya :
1. Pemberian Contoh (Modeling)
Orangtua dan anggota keluarga lainnya memiliki peran kunci dalam menjadi contoh bagi remaja. Mereka harus menunjukkan perilaku moral yang konsisten, seperti jujur, empati, dan bertanggung jawab. Remaja akan lebih cenderung meniru perilaku orangtua jika mereka melihat orangtua sebagai model yang baik.
2. Komunikasi Terbuka
Komunikasi yang terbuka dan jujur antara orangtua dan remaja penting dalam proses pendidikan nilai moral. Orangtua harus membuka saluran dialog yang memungkinkan remaja untuk mengajukan pertanyaan, berbicara tentang nilai-nilai, dan berbagi pengalaman mereka. Dalam diskusi, orangtua dapat membahas situasi moral dan membantu remaja memahami konsekuensi dari berbagai tindakan.
3. Pembelajaran Melalui Kasus Nyata
Orangtua dapat menggunakan contoh kasus nyata, baik dari kehidupan sehari-hari atau dari berita, untuk mengajarkan remaja tentang nilai moral. Dengan menguraikan berbagai skenario dan mengajukan pertanyaan etis, remaja dapat lebih memahami bagaimana nilai-nilai moral berlaku dalam situasi yang berbeda.
4. Peningkatan Empati
Mengembangkan empati adalah bagian penting dari pendidikan nilai moral. Orangtua dapat membantu remaja merasakan dan memahami perasaan orang lain, sehingga mereka lebih cenderung untuk mempertimbangkan dampak tindakan mereka pada orang lain sebelum mengambil keputusan.
5. Memberikan Norma dan Batasan
Orangtua harus menetapkan norma dan batasan yang jelas terkait dengan perilaku remaja. Ini mencakup menentukan konsekuensi dari pelanggaran aturan. Dengan memiliki aturan yang konsisten dan mengenakan konsekuensi yang adil, orangtua dapat membantu remaja memahami pentingnya mengikuti nilai moral.
6. Mendorong Pertimbangan Etis
Orangtua dapat mendorong remaja untuk berpikir secara kritis dan etis tentang masalah yang mereka hadapi. Ini melibatkan membimbing mereka untuk mempertimbangkan konsekuensi moral dari tindakan mereka, serta pertimbangan nilai-nilai yang mendasarinya.
7. Dukungan Emosional
Orangtua harus memberikan dukungan emosional yang kuat kepada remaja. Ini mencakup mendengarkan perasaan mereka, memberikan dorongan positif, dan memberikan jaminan bahwa mereka selalu dapat mengandalkan orangtua dalam mengatasi masalah.

Pendidikan nilai moral di lingkungan keluarga bukanlah proses singkat, tetapi merupakan upaya berkelanjutan yang melibatkan komunikasi, pemberian contoh, dan dukungan yang konsisten. Dengan pendekatan ini, keluarga dapat membantu remaja mengembangkan nilai-nilai moral yang kuat, sehingga mereka lebih mampu mengatasi godaan kenakalan remaja dan membuat keputusan yang baik dalam kehidupan mereka.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Jurnal 1
"PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH"

Dari jurnal tersebut kita bisa tarik kesimpulan bahwa Pendidikan moral di sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan formal yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai moral, etika, dan karakter yang baik pada para siswa. Tujuan dari pendidikan moral di sekolah adalah membentuk individu yang lebih sadar akan perbedaan antara benar dan salah, serta mendorong mereka untuk mengadopsi perilaku yang baik, jujur, dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan moral di sekolah biasanya disampaikan melalui berbagai cara, seperti pembelajaran dalam mata pelajaran khusus, kegiatan ekstrakurikuler, program sosialisasi, peran guru sebagai contoh, serta aturan dan peraturan sekolah. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat juga penting dalam memastikan pendidikan moral yang efektif.

Pendidikan moral di sekolah merupakan komponen penting dalam membentuk individu yang berkualitas dan berkontribusi positif pada masyarakat. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai moral, siswa dapat menjadi warga yang lebih baik dan berperan dalam menciptakan dunia yang lebih baik.