Discussions started by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. -

TA C2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Nusantara Properti adalah perusahaan terbuka di Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan dan investasi properti komersial. Dalam laporan keuangannya tahun 2024, manajemen memutuskan untuk mengubah metode pengukuran aset tetap dari biaya historis (historical cost) ke nilai wajar (fair value) sesuai dengan ketentuan PSAK 16 revisi dan IFRS.

Perubahan ini menghasilkan lonjakan signifikan dalam nilai tercatat aset properti perusahaan, yang menyebabkan kenaikan total aset dan ekuitas. Namun, beberapa pemangku kepentingan mempertanyakan keandalan nilai wajar tersebut, terutama karena penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang didasarkan pada asumsi pasar yang bersifat subyektif.

Sebaliknya, auditor perusahaan mencatat bahwa metode nilai wajar memberikan informasi yang lebih relevan bagi investor untuk menilai posisi keuangan dan prospek perusahaan, terutama dalam pasar properti yang sangat fluktuatif.

Pertanyaan Evaluatif:

  1. Evaluasilah kelebihan dan kekurangan penggunaan fair value dibandingkan dengan historical cost dalam konteks pelaporan aset tetap di PT Nusantara Properti.
  2. Dalam konteks Indonesia dan standar global (IFRS), sejauh mana penggunaan nilai wajar dapat meningkatkan relevansi tanpa mengorbankan keandalan informasi akuntansi?
  3. Jika Anda adalah anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (DSAK IAI), apa rekomendasi kebijakan Anda terkait penggunaan nilai wajar dalam pelaporan aset tetap di sektor properti? Berikan argumen yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelaporan keuangan.

TA B 2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Nusantara Properti adalah perusahaan terbuka di Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan dan investasi properti komersial. Dalam laporan keuangannya tahun 2024, manajemen memutuskan untuk mengubah metode pengukuran aset tetap dari biaya historis (historical cost) ke nilai wajar (fair value) sesuai dengan ketentuan PSAK 16 revisi dan IFRS.

Perubahan ini menghasilkan lonjakan signifikan dalam nilai tercatat aset properti perusahaan, yang menyebabkan kenaikan total aset dan ekuitas. Namun, beberapa pemangku kepentingan mempertanyakan keandalan nilai wajar tersebut, terutama karena penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang didasarkan pada asumsi pasar yang bersifat subyektif.

Sebaliknya, auditor perusahaan mencatat bahwa metode nilai wajar memberikan informasi yang lebih relevan bagi investor untuk menilai posisi keuangan dan prospek perusahaan, terutama dalam pasar properti yang sangat fluktuatif.

Pertanyaan Evaluatif:

  1. Evaluasilah kelebihan dan kekurangan penggunaan fair value dibandingkan dengan historical cost dalam konteks pelaporan aset tetap di PT Nusantara Properti.
  2. Dalam konteks Indonesia dan standar global (IFRS), sejauh mana penggunaan nilai wajar dapat meningkatkan relevansi tanpa mengorbankan keandalan informasi akuntansi?
  3. Jika Anda adalah anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (DSAK IAI), apa rekomendasi kebijakan Anda terkait penggunaan nilai wajar dalam pelaporan aset tetap di sektor properti? Berikan argumen yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelaporan keuangan.

TA2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Nusantara Properti adalah perusahaan terbuka di Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan dan investasi properti komersial. Dalam laporan keuangannya tahun 2024, manajemen memutuskan untuk mengubah metode pengukuran aset tetap dari biaya historis (historical cost) ke nilai wajar (fair value) sesuai dengan ketentuan PSAK 16 revisi dan IFRS.

Perubahan ini menghasilkan lonjakan signifikan dalam nilai tercatat aset properti perusahaan, yang menyebabkan kenaikan total aset dan ekuitas. Namun, beberapa pemangku kepentingan mempertanyakan keandalan nilai wajar tersebut, terutama karena penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang didasarkan pada asumsi pasar yang bersifat subyektif.

Sebaliknya, auditor perusahaan mencatat bahwa metode nilai wajar memberikan informasi yang lebih relevan bagi investor untuk menilai posisi keuangan dan prospek perusahaan, terutama dalam pasar properti yang sangat fluktuatif.

Pertanyaan Evaluatif:

  1. Evaluasilah kelebihan dan kekurangan penggunaan fair value dibandingkan dengan historical cost dalam konteks pelaporan aset tetap di PT Nusantara Properti.
  2. Dalam konteks Indonesia dan standar global (IFRS), sejauh mana penggunaan nilai wajar dapat meningkatkan relevansi tanpa mengorbankan keandalan informasi akuntansi?
  3. Jika Anda adalah anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (DSAK IAI), apa rekomendasi kebijakan Anda terkait penggunaan nilai wajar dalam pelaporan aset tetap di sektor properti? Berikan argumen yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelaporan keuangan.

TA C2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Sumber Hijau adalah perusahaan agribisnis besar di Indonesia yang bergerak di bidang kelapa sawit. Perusahaan ini telah mengalami pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun terakhir dan berencana melakukan ekspansi ke wilayah Kalimantan Timur.

Namun, ekspansi ini menimbulkan kritik dari LSM lingkungan dan masyarakat adat karena dikhawatirkan akan merusak hutan hujan tropis dan mengganggu keberlanjutan sumber daya lokal. Di sisi lain, manajemen berargumen bahwa proyek ini akan menyerap banyak tenaga kerja lokal dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi regional.

Seiring dengan meningkatnya tekanan dari investor global yang mendukung prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), PT Sumber Hijau merasa perlu untuk memperkuat pelaporan keberlanjutannya. Mereka ingin menggunakan standar GRI (Global Reporting Initiative) dan juga merujuk pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya:

  • SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim)
  • SDG 15 (Ekosistem Daratan)
  • SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi)

Manajemen juga menghadapi dilema dalam mengintegrasikan informasi keberlanjutan ke dalam laporan keuangan konvensional yang disusun berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), yang belum sepenuhnya mengatur pelaporan isu ESG.

 

Pertanyaan:

  1. Analisislah tantangan utama yang dihadapi PT Sumber Hijau dalam menyelaraskan ekspansi bisnis dengan prinsip keberlanjutan dan pelaporan SDGs.
  2. Jelaskan bagaimana pendekatan teori akuntansi positif dan normatif dapat digunakan untuk memahami pelaporan keberlanjutan dalam kasus ini.
  3. Bagaimana PT Sumber Hijau dapat mengintegrasikan pelaporan SDGs ke dalam laporan keuangannya, meskipun PSAK belum sepenuhnya mengakomodasi pelaporan ESG? Jelaskan pendekatan atau standar pelaporan apa yang bisa digunakan dan bagaimana penerapannya.
  4. Sebagai akuntan yang bertanggung jawab dalam pelaporan keberlanjutan, bagaimana Anda akan menyarankan perusahaan untuk menyusun narasi laporan yang dapat menjawab ekspektasi stakeholder lokal maupun global?

TA B 2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

PT Sumber Hijau adalah perusahaan agribisnis besar di Indonesia yang bergerak di bidang kelapa sawit. Perusahaan ini telah mengalami pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun terakhir dan berencana melakukan ekspansi ke wilayah Kalimantan Timur.

Namun, ekspansi ini menimbulkan kritik dari LSM lingkungan dan masyarakat adat karena dikhawatirkan akan merusak hutan hujan tropis dan mengganggu keberlanjutan sumber daya lokal. Di sisi lain, manajemen berargumen bahwa proyek ini akan menyerap banyak tenaga kerja lokal dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi regional.

Seiring dengan meningkatnya tekanan dari investor global yang mendukung prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), PT Sumber Hijau merasa perlu untuk memperkuat pelaporan keberlanjutannya. Mereka ingin menggunakan standar GRI (Global Reporting Initiative) dan juga merujuk pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya:

  • SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim)
  • SDG 15 (Ekosistem Daratan)
  • SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi)

Manajemen juga menghadapi dilema dalam mengintegrasikan informasi keberlanjutan ke dalam laporan keuangan konvensional yang disusun berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), yang belum sepenuhnya mengatur pelaporan isu ESG.

 

Pertanyaan:

  1. Analisislah tantangan utama yang dihadapi PT Sumber Hijau dalam menyelaraskan ekspansi bisnis dengan prinsip keberlanjutan dan pelaporan SDGs.
  2. Jelaskan bagaimana pendekatan teori akuntansi positif dan normatif dapat digunakan untuk memahami pelaporan keberlanjutan dalam kasus ini.
  3. Bagaimana PT Sumber Hijau dapat mengintegrasikan pelaporan SDGs ke dalam laporan keuangannya, meskipun PSAK belum sepenuhnya mengakomodasi pelaporan ESG? Jelaskan pendekatan atau standar pelaporan apa yang bisa digunakan dan bagaimana penerapannya.
  4. Sebagai akuntan yang bertanggung jawab dalam pelaporan keberlanjutan, bagaimana Anda akan menyarankan perusahaan untuk menyusun narasi laporan yang dapat menjawab ekspektasi stakeholder lokal maupun global?