Tugas 1
Tugas Pertemuan 5
Tugas pertemuan 5 ini berkaitan dengan Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan mahasiswa implementasinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Petunjuk mengerjakan tugas:
- Menjawab pertanyaan dan pemecahan masalah.
- Jawaban ditulis menggunakan font Cambria, ukuran 12 pts, dengan spasi 1.5.
- Mahasiswa diharapkan menjunjung tinggi integritas akademik dengan menghindari perilaku plagiarisme dalam bentuk apapun.
- Mahasiswa dipersilakan untuk menggunakan teori-teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan, dan mengaitkannya dengan kondisi di masyarakat.
Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk PDF hanya diunggah pada tempat unggah tugas pada LMS ini.
Kemendikbud Sosialisasikan Nilai Pancasila
KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berusaha mengenalkan nilai-nilai Pancasila kepada pelajar milenial. Pengenalan ini guna menciptakan Pelajar Pancasila atau pelajar yang memiliki ciri berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hal itu dilakukan, sebab menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul harus bersifat holistik dan tidak terfokus pada kemampuan kognitif saja. Saat ini, Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) pun sudah memiliki strategi untuk mengenalkan Pancasila kepada pelajar milenial. Kepala Puspeka Hendarman menjelaskan, strategi perubahan paradigma dan perubahan perilaku akan dilakukan dengan menciptakan keteladanan bagi peserta. Caranya, dimulai dari strategi komunikasi.
Pada tahap ini, pihaknya akan mengajak pelajar untuk menyadari atau mengenali Pancasila. Selanjutnya, pelajar akan memahami, bergabung, hingga akhirnya turut menyebarluaskannya. “Misal, untuk mengajarkan agar dapat membuang sampah pada tempatnya. Langkah pertama, bagaimana timbul kesadaran bahwa ada akibat kalau sampah tidak dibuang ke tempat sampah,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (7/9/2020). Dengan begitu, seseorang akan menyadari akibat lingkungan yang tidak bersih, seperti dapat menimbulkan penyakit, atau bisa juga mengakibatkan orang terjatuh atau terpeleset akibat kulit pisang. Dalam hal menyadarkan, lanjut Hendarman, guru atau siswa dapat menunjukkan keteladanan dengan menunjukkan bagaimana seharusnya sampah itu dibuang, yaitu ke tempat sampah yang tersedia.
“Hal ini tentu memerlukan waktu dan harus dilakukan konsisten berulang kali, sehingga akhirnya anak mengetahui atau memahami bagaimana seharusnya sampah diperlakukan,” ungkapnya.
Menurutnya, setelah anak mengetahui akibat tidak baik dari keteledoran membuang sampah, maka anak menjadi terbiasa dan melakukan kebiasaan yang sesuai dengan prosedur, sehingga pada akhirnya menularkan kebiasaan baiknya. Terkait media pembelajaran tersebut, Hendarman menyebut, pihaknya memiliki pola penyebaran konten untuk menjangkau para pelajar milenial. Konten akan disebarluaskan melalui berbagai media dengan skala besar, menengah, dan kecil.
Sebagai contoh, pada skala besar, penyebarluasan konten dilakukan lewat televisi, media digital atau sosial, radio, dan siaran pers. Tanggung jawab mengenalkan Pancasila Lebih lanjut, Hendarman menyebut, mengenalkan Pancasila dalam rangka penguatan karakter menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan pendidikan. “Dalam hal ini, maka termasuk siswa atau mahasiswa sendiri tidak harus dijadikan obyek tetapi mereka juga harus mengambil peran dan diberikan peran,” terangnya. Dia pun berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat berperan sebagai agen perubahan dan memberikan pengaruh dan dukungannya.
Sebab, terdapat hubungan jalinan kemitraan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hubungan tersebut, yakni adanya kontribusi manfaat atau pengaruh langsung kepada peserta didik. Hendarman menambahkan, selain menggunakan pendekatan melalui media, penguatan karakterdilakukan melalui sistem pengajaran dengan nuansa pembelajaran yang lebih nyaman. Sebab, murid dapat berdiskusi lebih dengan guru yang akan membentuk karakter peserta didik menjadi lebih berani, mandiri, beradab, sopan, dan berkompetensi. Dalam hal ini, kepala sekolah dan guru juga akan diberikan kesempatan untuk berkreasi. “Ini juga merupakan bagian dari implementasi kebijakan Merdeka Belajar dan juga Guru Penggerak,” terangnya.
Adapun, terkait kepentingan pemerintah untuk menyebarluaskan pendidikan karakter tersebut, Hendarman menyebut, Pancasila merupakan dasar negara dan pedoman bagi bangsa Indonesia. “Sila-sila yang ada pada Pancasila menjadi titik berangkat untuk menjadi manusia Indonesia dan SDM unggul, dan nilai-nilai Pancasila menjadi penciri dari setiap insan individu Indonesia,” tuturnya.
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai pengenalan Pancasila trsebut? Apakah yang bisa anda lakukan supaya masyarakat lebih bisa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila?
2. Pancasila sebagai dasar negara merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Apakah nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat tersebut mengalami kemunduran atau tidak ? Berikan pendapatmu !
3. Bagaimanakah dinamika atau pasang surut wibawa Pancasila sebagai dasar negara dan apa solusi untuk mengatasi dampak negatif globalisasi?