Weekly outline
General
Mata kuliah Geografi Sosial Budaya merupakan kajian tentang interaksi antara manusia dengan ruang hidupnya yang ditinjau dari perspektif sosial dan budaya. Fokus pembelajaran terletak pada bagaimana aktivitas manusia, sistem sosial, nilai budaya, dan kelembagaan masyarakat membentuk serta dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu wilayah.
Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan mempelajari konsep dasar geografi sosial budaya, dinamika populasi, migrasi, mobilitas, struktur masyarakat, perubahan budaya, konflik sosial, hingga integrasi multikultural. Selain itu, mahasiswa diajak untuk menganalisis fenomena sosial budaya kontemporer seperti urbanisasi, globalisasi, pandemi, digitalisasi, dan implikasinya terhadap tata ruang dan keberlanjutan wilayah.
Pendekatan pembelajaran dilakukan melalui kajian teori, analisis kasus, dan proyek lapangan/digital agar mahasiswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam penelitian maupun praktik sosial di masyarakat.
Assalamualaikum,
Tabik Pun..
Para mahasiswa sekalian, berikut ibu sampaikan kontrak kuliah mata kuliah Geografi Sosial Budaya. Mohon untuk dibaca dan dipahami.
PERTEMUAN 1: PENGANTAR GEOGRAFI SOSIAL BUDAYA
1. Pendahuluan
Geografi sosial budaya merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia, masyarakat, budaya, dan ruang. Fokus kajian utamanya adalah bagaimana kegiatan sosial dan budaya membentuk ruang serta bagaimana ruang memengaruhi kehidupan sosial dan budaya manusia.
2. Definisi Geografi Sosial Budaya
- Geografi Sosial: kajian tentang interaksi manusia dalam masyarakat, distribusi sosial, serta pola keruangan yang terbentuk dari aktivitas sosial.
- Geografi Budaya: kajian tentang hasil kebudayaan manusia (materiil maupun non-materiil) yang terdistribusi dalam ruang dan waktu.
- Geografi Sosial Budaya: integrasi keduanya, menelaah bagaimana fenomena sosial dan budaya membentuk pola keruangan, lanskap, serta identitas suatu wilayah.
3. Ruang Lingkup Geografi Sosial Budaya
- Ruang dan Masyarakat → Bagaimana masyarakat memanfaatkan dan memberi makna pada ruang.
- Budaya dan Lingkungan → Adaptasi budaya terhadap kondisi fisik dan ekologis.
- Keragaman Sosial Budaya → Identitas, etnisitas, gender, agama, bahasa.
- Transformasi Sosial Budaya → Dampak modernisasi, urbanisasi, dan globalisasi terhadap pola ruang.
4. Konsep Dasar dalam Geografi Sosial Budaya
- Ruang (space) → wadah kehidupan sosial dan budaya.
- Tempat (place) → ruang yang diberi makna dan identitas.
- Lanskap Budaya (cultural landscape) → wajah bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan.
- Sense of Place → keterikatan emosional manusia terhadap ruang tertentu.
- Diffusi Budaya → penyebaran budaya melalui migrasi, media, atau globalisasi.
5. Contoh Fenomena Geografi Sosial Budaya
- Pola permukiman desa adat vs kota modern.
- Penyebaran bahasa daerah dan bahasa nasional.
- Segregasi etnis di kawasan perkotaan.
- Transformasi ruang publik akibat globalisasi (mall, café, media sosial).
6. Relevansi Geografi Sosial Budaya
- Membantu memahami keragaman budaya Indonesia.
- Menjadi dasar perencanaan tata ruang berbasis sosial budaya.
- Mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial dan budaya.
- Menjawab tantangan era globalisasi dan digitalisasi yang memengaruhi identitas ruang.
Silahkan uploud tugas disini
PERTEMUAN 2: RUANG, MASYARAKAT DAN BUDAYA
1. Pendahuluan
Manusia hidup dalam ruang yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga sosial dan budaya. Ruang yang awalnya netral menjadi bermakna ketika masyarakat memberikan identitas, simbol, dan nilai-nilai budaya. Karena itu, geografi sosial budaya memandang ruang bukan hanya lokasi, tetapi juga sebagai produk sosial.
2. Konsep Ruang dalam Geografi Sosial Budaya
- Ruang Fisik (Physical Space)
- Ruang nyata berupa lahan, permukiman, sungai, hutan, kota.
- Contoh: perumahan elit di pusat kota vs rumah sederhana di pinggiran.
- Ruang Sosial (Social Space)
- Ruang yang terbentuk karena interaksi masyarakat, aturan sosial, dan relasi kekuasaan.
- Contoh: pasar tradisional sebagai tempat jual beli sekaligus interaksi sosial.
- Ruang Budaya (Cultural Space)
- Ruang yang diberi makna budaya, identitas, dan simbolisme.
- Contoh: alun-alun kota Yogyakarta yang memiliki fungsi religius, sosial, dan politik.
3. Konsep Tempat (Place)
- Place adalah ruang yang sudah diberi arti atau makna.
- Sense of Place → ikatan emosional antara manusia dengan ruang.
- Contoh:
- Malioboro bukan sekadar jalan, tapi simbol identitas Yogyakarta.
- Danau Toba menjadi ruang budaya Batak yang penuh nilai spiritual.
4. Hubungan Masyarakat dan Budaya dengan Ruang
- Masyarakat Membentuk Ruang
- Pemukiman, pola jalan, tata ruang desa/kota terbentuk dari kebutuhan sosial.
- Contoh: Desa Bali mengatur ruang dengan konsep Tri Mandala (utama mandala, madya mandala, nista mandala).
- Budaya Memberi Makna pada Ruang
- Ruang dipenuhi simbol, ritual, dan nilai budaya.
- Contoh: Rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang) melambangkan kekerabatan matrilineal.
- Ruang Mempengaruhi Perilaku Sosial
- Ruang padat dan sempit dapat memicu konflik sosial.
- Ruang terbuka hijau memberi kesempatan interaksi sosial positif.
5. Teori tentang Ruang dalam Geografi Sosial Budaya
- Henri Lefebvre (1991) → ruang adalah produk sosial (socially produced space).
- Yi-Fu Tuan (1977) → ruang dan tempat dipahami melalui pengalaman manusia (humanistic geography).
- Edward Soja (1996) → konsep Thirdspace (gabungan ruang fisik, sosial, dan imajiner).
6. Contoh Fenomena Ruang, Masyarakat, dan Budaya
- Kampung Kota → ruang peralihan antara desa dan kota, mencerminkan perpaduan budaya tradisional dan modern.
- Kawasan Pecinan di Semarang/Glodok Jakarta → terbentuk dari identitas etnis Tionghoa dan nilai budaya mereka.
- Masjid, pura, gereja → ruang religius sekaligus ruang sosial yang memperkuat identitas komunitas.
- Media Sosial (ruang virtual) → masyarakat membentuk identitas baru di ruang digital (Instagram, TikTok).
7. Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari
- Membantu memahami kenapa ruang bisa diperebutkan (misalnya konflik agraria).
- Menjelaskan fungsi sosial budaya ruang publik (misalnya taman kota untuk rekreasi, interaksi, dan simbol kota).
- Membantu perencanaan kota yang inklusif dan multikultural.
Silahkan uplod tugas disini
PERTEMUAN 3: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SOSIAL BUDAYA
Silahkan upload tugas disini
PERTEMUAN 4: QUIZ
Kerjakan kuis Geografi Sosial Budaya berikut dengan menjawab setiap pertanyaan berdasarkan pemahaman Anda. Tuliskan jawaban secara jelas dan sistematis.
sebelum menjawab soal tuliskan terlebihdahulu identitas masing-masing (nama dan npm)
PERTEMUAN 5: DINAMIKA POPULASI DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA
1. Pendahuluan
Dinamika penduduk (populasi) tidak hanya berdampak pada jumlah dan kepadatan, tetapi juga pada struktur sosial dan budaya masyarakat. Faktor umur, gender, etnis, serta mobilitas dan migrasi memengaruhi bagaimana ruang sosial budaya terbentuk, berubah, atau bahkan berkonflik. Geografi sosial budaya memandang penduduk bukan hanya angka, tetapi sebagai aktor budaya yang menciptakan makna ruang.
2. Demografi Sosial Budaya
a. Umur
Distribusi umur berpengaruh pada karakter masyarakat.
Populasi muda → lebih dinamis, konsumtif, terbuka terhadap perubahan budaya (contoh: generasi Z dengan budaya digital).
Populasi tua → cenderung menjaga tradisi, religius, dan mempertahankan nilai budaya lokal.
Contoh: Jepang dengan populasi menua menghadapi masalah sosial (kesehatan, tenaga kerja), berbeda dengan Indonesia yang memasuki bonus demografi (dominan usia produktif).
b. Gender
Gender berhubungan dengan peran sosial dalam masyarakat.
Ruang sering terbagi berdasarkan gender: ruang domestik (rumah, dapur) vs ruang publik (kantor, pasar, politik).
Contoh: Di pasar tradisional, pedagang perempuan lebih dominan.
Gerakan feminis memperjuangkan kesetaraan akses ruang (pekerjaan, pendidikan, politik).
c. Etnis
Etnisitas memengaruhi identitas ruang dan pola permukiman.
Masyarakat multietnis menghasilkan interaksi budaya sekaligus potensi segregasi.
Contoh:
Pecinan (Chinatown) di Jakarta, Semarang, Surabaya.
Kampung Arab di Surabaya.
Konflik etnis di Kalimantan (Dayak vs Madura, 1999) terkait perebutan ruang.
3. Mobilitas dan Migrasi dalam Konteks Sosial Budaya
a. Mobilitas Penduduk
Mobilitas sirkuler: pergerakan sementara (berdagang, sekolah, bekerja).
Contoh: mahasiswa Lampung kuliah di Yogyakarta lalu kembali ke daerah asal.
Mobilitas permanen: pindah tempat tinggal.
Contoh: transmigrasi Jawa ke Sumatera.
b. Migrasi
Faktor push (pendorong): kemiskinan, konflik, bencana.
Faktor pull (penarik): peluang kerja, fasilitas pendidikan, keamanan.
Dampak:
Positif → pertukaran budaya, tenaga kerja, keragaman etnis.
Negatif → konflik sosial, marginalisasi etnis tertentu, kehilangan budaya lokal.
Contoh:
Urbanisasi ke Jakarta memunculkan kampung kota dengan identitas campuran.
Migrasi internasional TKI ke Malaysia/Arab Saudi membawa remitan tapi juga perubahan nilai keluarga.
4. Implikasi Demografi terhadap Struktur Masyarakat
a. Struktur Keluarga
Populasi muda → keluarga inti lebih umum (nuclear family).
Populasi tua → cenderung keluarga besar (extended family) untuk dukungan sosial.
Migrasi → memunculkan keluarga “transnasional” (orang tua di luar negeri, anak diasuh kakek-nenek).
b. Stratifikasi Sosial
Perbedaan umur, gender, etnis → melahirkan kelas sosial berbeda.
Migran baru sering berada di strata bawah, kemudian naik secara ekonomi.
c. Perubahan Budaya
Mobilitas mempercepat difusi budaya (contoh: kuliner, musik, bahasa gaul).
Masyarakat homogen berubah menjadi heterogen → meningkatkan peluang inovasi sekaligus potensi konflik.
d. Ruang Sosial
Kepadatan penduduk menciptakan kompetisi ruang (perumahan, pasar, ruang publik).
Multietnis menciptakan “mosaic culture” dalam ruang kota.
Contoh: Jakarta sebagai melting pot → banyak etnis, agama, budaya bercampur dalam satu ruang.
Silahkan upload tugas disini
PERTEMUAN 6: LANSKAP BUDAYA
Mahasiswa membuat video pendek (5-10 menit) yang menampilkan bagaimana masyarakat menggunakan ruang budaya tertentu (contoh: pasar tradisional, pura, upacara adat, ruang digital seperti komunitas gaming).
Output: video dokumenter + narasi analisis singkat.
PERTEMUAN 7: IDENTITAS, SIMBOL DAN RUANG BUDAYA
1. Pendahuluan
Identitas, simbol, dan ruang budaya merupakan tiga konsep penting dalam memahami dinamika sosial budaya suatu masyarakat. Ketiganya saling terkait dalam membentuk ciri khas komunitas, cara berinteraksi, serta pola ruang yang membedakan suatu kelompok dengan kelompok lain. Dalam kajian geografi sosial budaya, analisis terhadap identitas, simbol, dan ruang budaya membantu menjelaskan keterikatan manusia dengan lingkungannya, baik secara fisik maupun non-fisik.
2. Identitas Budaya
a. Pengertian
- Identitas budaya adalah jati diri suatu kelompok masyarakat yang tercermin melalui bahasa, adat istiadat, sistem nilai, kesenian, agama, hingga pola ruang kehidupannya.
- Identitas berfungsi sebagai pembeda sekaligus pengikat anggota kelompok.
b. Bentuk Identitas Budaya
- Bahasa → Bahasa Lampung, Jawa, Bali.
- Pakaian tradisional → Baju kurung Lampung, kebaya Jawa, ulos Batak.
- Kesenian → Tari Saman (Aceh), Angklung (Sunda).
- Ritual dan adat → Sekaten (Yogyakarta), Ngaben (Bali).
- Arsitektur tradisional → Rumah Gadang (Minangkabau), Lamban Pesagi (Lampung).
c. Fungsi Identitas
- Memberikan rasa keterikatan (sense of belonging).
- Menjadi dasar solidaritas sosial.
- Menjadi branding daerah (misalnya batik sebagai identitas bangsa Indonesia di dunia internasional).
3. Simbol Budaya
a. Pengertian
- Simbol budaya adalah representasi nilai, kepercayaan, dan makna yang dituangkan dalam bentuk tanda, lambang, atau artefak.
- Simbol tidak hanya benda fisik, tetapi juga bisa berupa bahasa, gerakan, atau praktik sosial.
b. Bentuk Simbol
- Simbol material: bangunan suci, pakaian adat, senjata tradisional.
- Simbol verbal: bahasa, peribahasa, mantra.
- Simbol non-verbal: gerakan tari, warna, pola batik.
c. Contoh Simbol
- Keraton Yogyakarta → simbol kekuasaan dan kebudayaan Jawa.
- Wayang → simbol filosofi kehidupan Jawa.
- Warna putih dalam budaya Bali → simbol kesucian.
- Pohon beringin → simbol kekuatan dan perlindungan dalam budaya Nusantara.
d. Fungsi Simbol
- Menjadi alat komunikasi sosial.
- Mewariskan nilai-nilai antar generasi.
- Membangun legitimasi kekuasaan atau otoritas.
- Memperkuat identitas kelompok.
4. Ruang Budaya
a. Pengertian
- Ruang budaya adalah ruang geografis yang diproduksi, dimaknai, dan digunakan masyarakat untuk aktivitas sosial, ekonomi, politik, dan religius berdasarkan nilai budaya tertentu.
- Ruang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga simbolik.
b. Karakteristik Ruang Budaya
- Spasial → tata letak permukiman, pusat ritual, pasar tradisional.
- Simbolik → ruang sakral vs ruang profan.
- Sosial → ruang publik sebagai tempat interaksi sosial.
- Ekonomi → ruang produksi dan distribusi budaya.
c. Contoh Ruang Budaya
- Alun-alun Jawa: pusat aktivitas sosial, keagamaan, dan politik.
- Pasar tradisional: ruang ekonomi sekaligus ruang interaksi budaya.
- Pura dan Candi: ruang religius dan spiritual.
- Rumah adat: ruang privat sekaligus representasi identitas budaya.
d. Fungsi Ruang Budaya
- Menjadi wadah interaksi sosial masyarakat.
- Memelihara nilai-nilai tradisi.
- Menjadi pusat produksi dan reproduksi budaya.
- Menjadi simbol keterikatan manusia dengan lingkungannya.
5. Keterkaitan Identitas, Simbol, dan Ruang Budaya
- Identitas tercermin melalui simbol.
- Simbol diwujudkan dan dimaknai dalam ruang budaya.
- Ketiganya membentuk sense of place (rasa tempat) dan cultural landscape (bentang budaya).
- Contoh:
- Batik (simbol) → bagian dari identitas budaya Jawa → diproduksi dan dipasarkan di ruang budaya (sentra batik, pasar, pameran).
- Keraton Yogyakarta → ruang budaya yang sarat simbol → memperkuat identitas budaya Jawa.
6. Tantangan Kontemporer
- Globalisasi → homogenisasi budaya (misalnya budaya pop mendominasi).
- Modernisasi ruang → ruang budaya tradisional terpinggirkan.
- Pariwisata budaya → komodifikasi simbol dan identitas.
- Digitalisasi → ruang budaya virtual (media sosial, game online) ikut membentuk identitas baru.
PERTEMUAN 8: Ujian Tengah Semester
- This week
PERTEMUAN 9: URBANISASI, MODERNISASI DAN PERUBAHAN BUDAYA
1. Pendahuluan
Urbanisasi, modernisasi, dan perubahan budaya adalah tiga fenomena yang saling terkait. Urbanisasi memicu perpindahan penduduk, modernisasi melahirkan nilai baru, dan keduanya mendorong perubahan budaya dalam masyarakat. Pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan memahami dinamika tersebut dalam konteks geografi sosial budaya.
2. Fenomena Urbanisasi dan Perubahan Gaya Hidup
Definisi Urbanisasi
Urbanisasi = proses meningkatnya proporsi penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan, baik karena migrasi desa-kota maupun pertumbuhan alami di kota.Penyebab Urbanisasi
- Faktor penarik: kesempatan kerja, akses pendidikan, fasilitas kesehatan, gaya hidup modern.
- Faktor pendorong: keterbatasan lapangan kerja di desa, rendahnya akses pendidikan & kesehatan, minimnya infrastruktur.
Dampak Urbanisasi terhadap Budaya & Gaya Hidup
- Pergeseran mata pencaharian: dari agraris → industri/jasa.
- Perubahan pola konsumsi: konsumtif, brand-oriented, digitalisasi (e-commerce, transportasi online).
- Perubahan relasi sosial: dari kolektif (desa) → individualis (kota).
- Pergeseran gaya hidup: cepat, pragmatis, kompetitif.
Contoh
- Mahasiswa perantau di kota cenderung meninggalkan pola makan tradisional dan beralih ke fast food.
- Generasi muda urban lebih aktif di media sosial dibandingkan interaksi tatap muka.
3. Modernisasi dan Transformasi Nilai Sosial Budaya
Definisi Modernisasi
Proses perubahan sosial budaya menuju pola kehidupan yang lebih maju, rasional, dan efisien.Ciri-ciri Modernisasi
- Rasionalitas dalam pengambilan keputusan.
- Orientasi pada masa depan dan efisiensi.
- Terbentuknya budaya kerja baru: profesional, berbasis prestasi (achievement-oriented).
- Meluasnya budaya global (musik, film, fashion, gaya hidup digital).
Transformasi Nilai Sosial Budaya
- Nilai kebersamaan → digeser oleh nilai individualisme.
- Gotong royong → digantikan oleh layanan berbasis pasar (market service).
- Norma tradisional → menyesuaikan dengan pola pikir modern (misalnya, peran gender dalam pekerjaan lebih fleksibel).
Contoh
- Tradisi arisan ibu-ibu di kampung kota bertransformasi menjadi arisan online menggunakan aplikasi.
- Nilai kekeluargaan masih ada, tetapi makin jarang terlihat dalam kehidupan perumahan modern yang tertutup pagar.
4. Kampung Kota sebagai Bentuk Ruang Transisi
Definisi Kampung Kota
Kawasan permukiman di perkotaan yang mempertahankan karakter desa (kolektif, solidaritas sosial), tetapi berada dalam tekanan modernisasi.Karakteristik Kampung Kota
- Kepadatan tinggi, bangunan tidak teratur.
- Kehidupan sosial masih kental: interaksi antarwarga, gotong royong, penggunaan ruang publik.
- Berada di tengah kota modern: dekat dengan pusat perbelanjaan, gedung-gedung tinggi, transportasi modern.
Fungsi Kampung Kota
- Menjadi ruang transisi: antara budaya tradisional desa dan modernitas kota.
- Simbol keberlanjutan budaya lokal di tengah modernisasi.
- Wadah akulturasi budaya (desa + kota).
Contoh Kampung Kota
- Kampung Pahoman (Bandar Lampung): diapit perumahan modern, tetapi interaksi sosial masih kental.
- Kampung Code (Yogyakarta): padat, masih mempertahankan ikatan sosial, meski berada di pusat kota.
- Kampung Melayu (Jakarta): kawasan padat di tengah kota besar yang berfungsi sebagai ruang transisi sosial budaya.
5. Implikasi Urbanisasi & Modernisasi
- Sosial: meningkatnya heterogenitas masyarakat, konflik nilai, melemahnya kontrol sosial.
- Ekonomi: terciptanya kelas menengah urban, peluang kerja baru, tetapi juga kemiskinan kota.
- Budaya: munculnya budaya hibrid (campuran lokal-global), erosi tradisi, tumbuhnya budaya populer.
- Spasial: tumbuhnya kawasan permukiman informal (kampung kota) dan kawasan elit (perumahan modern).
Silahkan upload tugas disini
PERTEMUAN 10: GLOBALISASI DAN RUANG BUDAYA
Pendahuluan
Globalisasi membawa percepatan arus informasi, barang, jasa, dan budaya lintas batas negara. Dalam konteks geografi sosial budaya, globalisasi tidak hanya berdampak pada ekonomi dan politik, tetapi juga pada ruang budaya—yakni tempat di mana identitas, simbol, dan praktik budaya diwujudkan.
Fenomena ini menimbulkan dua arah:
- Homogenisasi budaya: budaya global mengikis keragaman lokal.
- Glokalisasi: budaya global dipadukan dengan identitas lokal.
2. Globalisasi dan Homogenisasi Budaya
a. Pengertian
- Homogenisasi budaya adalah proses penyamaan atau penyeragaman budaya di berbagai tempat akibat dominasi budaya global.
- Muncul karena penetrasi media, teknologi, industri hiburan, dan ekonomi kapitalis global.
b. Ciri-Ciri Homogenisasi Budaya
- Konsumsi merek global (McDonald’s, Starbucks, Zara).
- Pola gaya hidup modern: fast food, shopping mall, budaya instan.
- Penyeragaman arsitektur perkotaan (gedung tinggi, perumahan modern).
- Dominasi bahasa internasional (Bahasa Inggris) dalam musik, film, dan internet.
c. Dampak
- Positif: memperluas akses pengetahuan, teknologi, hiburan.
- Negatif: hilangnya identitas lokal, krisis jati diri, budaya tradisional tersingkir.
3. Glokalisasi: Perpaduan Budaya Global dan Lokal
a. Pengertian
- Glokalisasi (global + lokal) adalah proses adaptasi budaya global dengan budaya lokal sehingga menghasilkan bentuk baru yang khas.
- Konsep ini menekankan bahwa globalisasi tidak selalu menyingkirkan budaya lokal, tetapi dapat berbaur.
b. Contoh Glokalisasi
- Kuliner: McDonald’s di Indonesia menjual nasi uduk, KFC menjual ayam geprek.
- Musik: K-pop yang diadaptasi dengan bahasa Indonesia atau dikolaborasikan dengan penyanyi lokal.
- Pariwisata budaya: festival lokal dipromosikan dengan standar global, tetapi tetap mempertahankan tradisi (contoh: Festival Danau Toba, Dieng Culture Festival).
c. Dampak
- Positif: memperkaya kreativitas budaya, meningkatkan pariwisata, memperluas pasar lokal.
- Negatif: nilai asli bisa berkurang karena komodifikasi budaya.
4. Contoh Kasus
a. K-pop
- Dari Korea Selatan menyebar ke seluruh dunia.
- Identitas global: musik pop modern, fashion, dance.
- Identitas lokal: tetap menampilkan bahasa Korea, unsur tradisi (misalnya hanbok di beberapa video klip).
- Dampak: munculnya fandom global, tetapi juga “lokalisasi” (misalnya K-pop cover dance di Indonesia).
b. Kuliner Global
- Pizza, sushi, burger, bubble tea → menjadi tren di banyak negara.
- Proses glokalisasi:
- Pizza di Indonesia ditambah sambal atau topping lokal.
- Sushi diadaptasi dengan isian tempe atau ayam.
- Ruang budaya baru: café, resto franchise internasional, food court mall.
c. Pariwisata Budaya
- Pariwisata mendorong pelestarian sekaligus komodifikasi budaya.
- Contoh: Tari Kecak di Bali → awalnya ritual sakral, kini menjadi atraksi pariwisata.
- Konsekuensi: budaya lokal terjaga eksistensinya, tetapi maknanya bisa berubah.
Silahkan upload tugas disini
PERTEMUAN 11: KONFLIK SOSIAL BUDAYA
1. Pendahuluan
- Konflik sosial budaya merupakan bagian dari dinamika masyarakat yang muncul akibat perbedaan kepentingan, nilai, identitas, dan perebutan sumber daya.
- Dalam konteks geografi sosial budaya, konflik sering berkaitan dengan ruang—siapa yang memiliki, menguasai, dan memanfaatkan ruang tertentu.
- Di sisi lain, konflik tidak selalu negatif. Ia juga dapat menjadi jalan menuju integrasi sosial, bila dikelola dengan baik.
2. Konflik Etnis, Budaya, dan Ruang
a. Konflik Etnis
- Terjadi akibat perbedaan suku, bahasa, agama, atau identitas kultural.
- Biasanya muncul karena diskriminasi, stereotip, dan kesenjangan sosial-ekonomi.
- Contoh: kerusuhan Sampit (2001) antara suku Dayak dan Madura.
b. Konflik Budaya
- Muncul karena perbedaan nilai, norma, dan cara hidup yang dianggap bertentangan.
- Contoh: konflik antar generasi terkait budaya modern vs tradisional (misalnya gaya hidup anak muda vs norma adat).
c. Konflik Ruang
- Terjadi karena perebutan akses, kepemilikan, atau pemanfaatan ruang.
- Bentuk konflik ruang:
- Agraria → perebutan tanah antara masyarakat adat, petani, dan perusahaan.
- Perkotaan → penggusuran warga untuk pembangunan infrastruktur (jalan tol, mall, apartemen).
- Perbatasan → sengketa wilayah antarnegara atau antardaerah.
- Contoh: konflik agraria di Kendeng (Jawa Tengah) terkait pembangunan pabrik semen.
3. Mekanisme Integrasi Sosial
a. Definisi
- Integrasi sosial adalah proses penyatuan kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, atau kepentingan menjadi satu kesatuan yang harmonis.
b. Bentuk Integrasi
- Asimilasi → penggabungan dua budaya sehingga melahirkan budaya baru.
- Contoh: perkawinan campuran etnis di perkotaan.
- Akulturasi → masuknya budaya asing tanpa menghilangkan budaya asli.
- Contoh: masjid dengan arsitektur lokal (Masjid Menara Kudus dengan gaya Hindu-Jawa).
- Konsensus sosial → kesepakatan bersama antar kelompok untuk hidup berdampingan.
- Contoh: perjanjian damai setelah konflik etnis di Poso.
c. Faktor Pendorong Integrasi
- Adanya toleransi antar kelompok.
- Kesediaan untuk saling menghargai perbedaan.
- Adanya interaksi sosial yang intensif.
- Peran institusi sosial dan pemerintah dalam mediasi.
4. Multikulturalisme sebagai Mekanisme Integrasi
a. Pengertian
- Multikulturalisme adalah pandangan hidup yang menekankan penerimaan dan penghargaan terhadap keragaman budaya dalam satu masyarakat.
- Bukan sekadar hidup berdampingan, tetapi juga mengakui semua identitas sebagai bagian sah dari bangsa.
b. Prinsip Multikulturalisme
- Semua kelompok etnis dan budaya memiliki hak yang sama.
- Tidak ada dominasi budaya mayoritas terhadap minoritas.
- Budaya dijadikan sumber kekayaan bersama, bukan pemisah.
c. Contoh Praktik Multikulturalisme di Indonesia
- Perayaan Imlek diakui sebagai hari libur nasional.
- Sekolah-sekolah multikultural yang mewadahi berbagai agama dan etnis.
- Festival budaya daerah (Festival Danau Toba, Cap Go Meh, Sekaten) yang dirayakan lintas komunitas.
5. Studi Kasus: Konflik Perebutan Ruang
a. Konflik Agraria
- Kasus Kendeng (Jawa Tengah): masyarakat adat vs perusahaan semen → konflik karena perbedaan pandangan tentang pemanfaatan ruang (ekonomi industri vs kelestarian lingkungan dan budaya).
- Kasus Mesuji (Lampung-Sumsel): konflik antara masyarakat lokal dan perusahaan perkebunan sawit.
b. Konflik Perkotaan
- Jakarta dan kota besar lain: penggusuran permukiman padat untuk pembangunan jalan tol, waduk, atau proyek properti.
- Isu: hak atas ruang vs kepentingan pembangunan.
c. Konflik Perbatasan
- Sengketa Sipadan dan Ligitan (Indonesia-Malaysia, 2002).
- Ambalat: perebutan wilayah laut karena potensi sumber daya alam.
PERTEMUAN 12: DIGITALISASI DAN RUANG SOSIAL VIRTUAL
Perkembangan teknologi digital telah mengubah pola interaksi sosial dan budaya masyarakat secara signifikan. Media sosial, aplikasi komunikasi, dan platform daring memungkinkan terbentuknya ruang sosial baru yang bersifat global, cepat, dan dinamis. Identitas sosial kini tidak hanya dibangun secara tatap muka, tetapi juga melalui representasi digital yang kadang berbeda dengan realitas sehari-hari. Fenomena ini memunculkan budaya baru seperti influencer culture, ekonomi digital, dan gaya hidup serba instan yang berdampak pada cara masyarakat mengonsumsi informasi, berinteraksi, dan membangun jaringan sosial.
PERTEMUAN 13: PANDEMI, MOBILITAS DAN BUDAYA BARU
a. Mobilitas Lokal
- Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengurangi aktivitas warga di ruang publik.
- Perubahan transportasi: penurunan penggunaan transportasi umum, peningkatan penggunaan kendaraan pribadi.
- Urban-rural linkages: sebagian penduduk kota kembali ke desa akibat hilangnya pekerjaan (reverse migration).
b. Mobilitas Nasional
- Pengetatan mudik lebaran di Indonesia sebagai upaya menekan penyebaran virus.
- Migrasi internal mengalami perlambatan, namun muncul fenomena mobilitas digital (teleworking, telelearning).
c. Mobilitas Global
- Penurunan drastis arus wisatawan mancanegara.
- Hambatan dalam perdagangan internasional dan pergerakan tenaga kerja migran.
- Perubahan peta migrasi tenaga kerja (TKI, pekerja migran di sektor kesehatan).
3. Budaya Baru yang Muncul Pasca Pandemi
a. Digitalisasi Kehidupan Sosial
- Pendidikan: munculnya kelas daring, platform e-learning, blended learning.
- Ekonomi: tumbuhnya e-commerce, layanan pesan-antar makanan, digital banking.
- Sosial budaya: maraknya interaksi virtual (Zoom, Google Meet, WhatsApp Group).
b. Ruang Publik dan Ruang Privat
- Ruang privat (rumah) menjadi pusat kegiatan: belajar, bekerja, beribadah, berbelanja.
- Ruang publik lebih terkendali: protokol kesehatan, pembatasan kapasitas, sertifikat vaksin.
c. Budaya Hidup Sehat
- Kesadaran akan pentingnya kebersihan (cuci tangan, masker, sanitizer).
- Olahraga mandiri di ruang privat atau lingkungan sekitar rumah.
- Pola konsumsi makanan lebih sehat untuk meningkatkan imunitas.
d. Solidaritas dan Adaptasi Sosial
- Muncul komunitas solidaritas warga untuk membantu yang terdampak pandemi.
- Budaya gotong royong dalam bentuk digital (donasi online, penggalangan dana daring).
- Adaptasi tradisi budaya: perayaan keagamaan, hajatan, dan festival dilakukan secara terbatas atau virtual.
4. Implikasi dalam Perspektif Geografi Sosial Budaya
- Ruang: transformasi ruang publik menjadi ruang virtual.
- Mobilitas: pergeseran dari mobilitas fisik ke mobilitas digital.
- Budaya: lahirnya “new normal culture” dengan ciri digitalisasi, higienitas, dan fleksibilitas.
- Identitas Sosial: perbedaan akses teknologi menciptakan kesenjangan baru antara kelompok masyarakat (digital divide).
PERTEMUAN 14-15: PROJECT
PERTEMUAN 16: UJIAN AKHIR SEMESTER
8 December - 14 December