Analisis Jurnal tersebut dengan menggunakan bahasa anda sendiri, terlebih dahulu tulis nama, npm, dan kelas
FORUM JAWABAN ANALISIS JURNAL
Nama: Veni Marisa Aniza
NPM: 2111031076
Kelas: AKT B
Hasil analisis jurnal:
Jurnal membahas tentang konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pembangunan demokrasi di Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres masih mengalami banyak masalah. Pendalaman demokrasi belum terwujud dengan baik karena pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor penguat konsolidasi demokrasi belum efektif. Pilpres 2019 belum mampu menghasilkan suksesi kepemimpinan yang lebih baik dan belum mampu pula membangun kepercayaan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya kerusuhan sosial setelah pengumuman hasil rekapitulasi pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu kandidat menolak hasil pemilu adalah jelas pilpres belum selesai. Sekarang Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil pilpres karena dua kandidat mengklaim sebagai pemenang pilpres.
Pemilu bukan hanya penanda suksesi kepemimpinan, tetapi juga merupakan koreksi/evaluasi terhadap pemerintah dan proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermatabat.
Konsolidasi demokrasi di Indonesia cenderung fluktuatif dan belum berjalan secara regular karena pilar-pilar pentingnya (pemilu, partai politik, civil society, media masa) belum berfungsi secara efektif dan belum maksimal.
Beberapa masalah seperti politisasi identitas dan sengitnya perebutan suara Muslim, permasalahan parpol, dan semua stakeholders terkait pemilu yang belum mampu mengefektifkan dan memaksimalkan peran pentingnyad dengan penuh tanggung jawab, tata kelola pemilu yang belum mampu mengakomodasi keragaman masyarakat, dan kentalnya politisasi birokrasi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi Indonesia.
NPM: 2111031076
Kelas: AKT B
Hasil analisis jurnal:
Jurnal membahas tentang konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pembangunan demokrasi di Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres masih mengalami banyak masalah. Pendalaman demokrasi belum terwujud dengan baik karena pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor penguat konsolidasi demokrasi belum efektif. Pilpres 2019 belum mampu menghasilkan suksesi kepemimpinan yang lebih baik dan belum mampu pula membangun kepercayaan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya kerusuhan sosial setelah pengumuman hasil rekapitulasi pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu kandidat menolak hasil pemilu adalah jelas pilpres belum selesai. Sekarang Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil pilpres karena dua kandidat mengklaim sebagai pemenang pilpres.
Pemilu bukan hanya penanda suksesi kepemimpinan, tetapi juga merupakan koreksi/evaluasi terhadap pemerintah dan proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermatabat.
Konsolidasi demokrasi di Indonesia cenderung fluktuatif dan belum berjalan secara regular karena pilar-pilar pentingnya (pemilu, partai politik, civil society, media masa) belum berfungsi secara efektif dan belum maksimal.
Beberapa masalah seperti politisasi identitas dan sengitnya perebutan suara Muslim, permasalahan parpol, dan semua stakeholders terkait pemilu yang belum mampu mengefektifkan dan memaksimalkan peran pentingnyad dengan penuh tanggung jawab, tata kelola pemilu yang belum mampu mengakomodasi keragaman masyarakat, dan kentalnya politisasi birokrasi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi Indonesia.
Nama :Febriansyah Duwi Saputra
NPM : 2111031047
Kelas : Akt B
Jurnal Penelitian Politik yang disajikan menyajikan 6 artikel yang membahas topik-topik yang terkait dengan isu elektoral. Yang pertama yaitu artikel “Penguatan Sistem Presidensial dalam Pemilu Serentak 2019,” yang mana menjelaskan mengenai dinamika koalisi dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan sekaligus menjelaskan upaya koalisi dalam pemilu serentak 2019. Pada artikel ini juga membahas mengenai penerapan sistem presidensial yang dapat dikatakan ada kelemahan karena diterapkannya sistem multipartai. Kemudian hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemilu Serentak 2019 membawa harapan terjadinya coattail effect, sehingga terjadi peningkatan dukungan politik di legislatif terhadap pemerintahan yang terpilih nantinya. Hal ini menunjukkan terjadinya penguatan terhadap sistem presidensial karena dukungan memadai di legislatif.
Pada artikel selanjutnya yaitu “Upaya Mobilisasi Perempuan Melalui Narasi Simbolik ‘Emak- Emak Dan Ibu Bangsa’ Pada Pemilu 2019”. Yang mana artikel ini membahas upaya mobilisasi suara perempuan dilakukan melalui penyematan label ‘emak- emak’dan ‘ibu bangsa’. Tulisan ini berpendapat bahwa label emak-emak maupun ibu bangsa yang disematkan oleh kedua kubu capres-cawapres kepada pemilih perempuan hanya sebatas narasi simbolis untuk memobilisasi suara perempuan yang mencapai lebih separoh jumlah pemilih. Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya patriarki yang masih berkembang di masyarakat.
Kemudian artikel selanjutnya yaitu “Netralitas Polri Menjelang Pemilu Serentak 2019” Terdapat dua pertimbangan atas ulasan ini. Pertama, karena Polri mengemban fungsi keamanan dan ketertiban umum dalam masyarakat; termasuk dalam hal ini menjaga keamanan pemilu 2019. Kedua, karena Polri juga memiliki fungsi preventif untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan, khususnya menjelang pemilu. Secara umum fungsi ini dijalankan oleh setiap anggota Polri, namun secara khusus fungsi preventif berupa deteksi potensi gangguan keamanan sampai di tingkat desa melekat pada anggota Babinkamtibmas.
Artikel selanjutnya yaitu “Populisme Di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019”.Membahas mengenai transformasi dari persaingan populisme di dua pemilu berbeda dan konsekuensi yang ditimbulkan bagi politik elektoral, termasuk elaborasi pola-pola kerja populisme dalam proses kontestasi politik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kembalinya politik populisme di Indonesia. Kemudian tulisan ini menunjukkan bagaimana politik populis hanya diinstrumentalisasikan sebagai wahana kepentingan elit dan oligarki penyokong dengan mengesksploitasi berbagai aspek mulai dari identitas primordial, relasi klientalistik, prestasi dan personality kandidat secara pragmatis, tetapi tidak memberikan prospek yang lebih besar bagi transformasi politik dan pendalaman demokrasi secara substansial kedepannya.
Artikel selanjutnya membahas tentang “Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019” yang membahas tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pembangunan demokrasi Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres masih mengalami banyak masalah. Pendalaman demokrasi belum terwujud dengan baik karena pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor penguat konsolidasi demokrasi belum efektif. Hal tersebut bisa dilihat dari munculnya kerusuhan sosial setelah pengumuman hasil rekapitulasi pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu kandidat menolak hasil pemilu. Adalah jelas pilpres belum selesai. Kemudian yang pada akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil pilpres karena dua kandidat mengklaim sebagai pemenang pilpres.
Artikel selanjutnya “Menelaah Sisi Historis Shalawat Badar : Dimensi Politik Dalam Sastra Lisan Pesantren” membahas mengenai tradisi lisan pesantren salah satunya Shalawat Badar yang ternyata memperlihatkan karakateristiknya yang beda, yakni tampil kental dengan nuansa politik. Shalawat ini seringkali dijadikan sarana mobilisasi kaum santri dalam berbagai kontestasi politik. Realitas ini menjadi bukti bahwa entitas Shalawat Badar kenyataannya merupakan manifestasi dari relasi antara sastra – agama - politik.
Artikel yang terakhir yaitu “Penataan Demokrasi & Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi”. Membahas beberapa ulasan yang berfokus pada tiga hal yaitu tentang dinamika pelaksanaan demokrasi dan pemilu di Indonesia dengan batasan pasca reformasi, baik dari segi aspek normatif maupun empiris, bagaimana desain sistem penyelenggaraan pemilu, serta bagaimana pemecahan dan harapan untuk masa depan demokrasi dan kelembagaan penyelenggara pemilu agar mampu meng-upgrade demokrasi yang sedang dibangun. Kemudian juga penulis beranggapan bahwa masih perlu adanya penataan demokrasi dan pemilu di Indonesia.
NPM : 2111031047
Kelas : Akt B
Jurnal Penelitian Politik yang disajikan menyajikan 6 artikel yang membahas topik-topik yang terkait dengan isu elektoral. Yang pertama yaitu artikel “Penguatan Sistem Presidensial dalam Pemilu Serentak 2019,” yang mana menjelaskan mengenai dinamika koalisi dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan sekaligus menjelaskan upaya koalisi dalam pemilu serentak 2019. Pada artikel ini juga membahas mengenai penerapan sistem presidensial yang dapat dikatakan ada kelemahan karena diterapkannya sistem multipartai. Kemudian hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemilu Serentak 2019 membawa harapan terjadinya coattail effect, sehingga terjadi peningkatan dukungan politik di legislatif terhadap pemerintahan yang terpilih nantinya. Hal ini menunjukkan terjadinya penguatan terhadap sistem presidensial karena dukungan memadai di legislatif.
Pada artikel selanjutnya yaitu “Upaya Mobilisasi Perempuan Melalui Narasi Simbolik ‘Emak- Emak Dan Ibu Bangsa’ Pada Pemilu 2019”. Yang mana artikel ini membahas upaya mobilisasi suara perempuan dilakukan melalui penyematan label ‘emak- emak’dan ‘ibu bangsa’. Tulisan ini berpendapat bahwa label emak-emak maupun ibu bangsa yang disematkan oleh kedua kubu capres-cawapres kepada pemilih perempuan hanya sebatas narasi simbolis untuk memobilisasi suara perempuan yang mencapai lebih separoh jumlah pemilih. Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya patriarki yang masih berkembang di masyarakat.
Kemudian artikel selanjutnya yaitu “Netralitas Polri Menjelang Pemilu Serentak 2019” Terdapat dua pertimbangan atas ulasan ini. Pertama, karena Polri mengemban fungsi keamanan dan ketertiban umum dalam masyarakat; termasuk dalam hal ini menjaga keamanan pemilu 2019. Kedua, karena Polri juga memiliki fungsi preventif untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan, khususnya menjelang pemilu. Secara umum fungsi ini dijalankan oleh setiap anggota Polri, namun secara khusus fungsi preventif berupa deteksi potensi gangguan keamanan sampai di tingkat desa melekat pada anggota Babinkamtibmas.
Artikel selanjutnya yaitu “Populisme Di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019”.Membahas mengenai transformasi dari persaingan populisme di dua pemilu berbeda dan konsekuensi yang ditimbulkan bagi politik elektoral, termasuk elaborasi pola-pola kerja populisme dalam proses kontestasi politik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kembalinya politik populisme di Indonesia. Kemudian tulisan ini menunjukkan bagaimana politik populis hanya diinstrumentalisasikan sebagai wahana kepentingan elit dan oligarki penyokong dengan mengesksploitasi berbagai aspek mulai dari identitas primordial, relasi klientalistik, prestasi dan personality kandidat secara pragmatis, tetapi tidak memberikan prospek yang lebih besar bagi transformasi politik dan pendalaman demokrasi secara substansial kedepannya.
Artikel selanjutnya membahas tentang “Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019” yang membahas tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pembangunan demokrasi Indonesia sebagaimana tercermin dari pilpres masih mengalami banyak masalah. Pendalaman demokrasi belum terwujud dengan baik karena pilar-pilar demokrasi yang menjadi faktor penguat konsolidasi demokrasi belum efektif. Hal tersebut bisa dilihat dari munculnya kerusuhan sosial setelah pengumuman hasil rekapitulasi pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Satu kandidat menolak hasil pemilu. Adalah jelas pilpres belum selesai. Kemudian yang pada akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi penentu akhir hasil pilpres karena dua kandidat mengklaim sebagai pemenang pilpres.
Artikel selanjutnya “Menelaah Sisi Historis Shalawat Badar : Dimensi Politik Dalam Sastra Lisan Pesantren” membahas mengenai tradisi lisan pesantren salah satunya Shalawat Badar yang ternyata memperlihatkan karakateristiknya yang beda, yakni tampil kental dengan nuansa politik. Shalawat ini seringkali dijadikan sarana mobilisasi kaum santri dalam berbagai kontestasi politik. Realitas ini menjadi bukti bahwa entitas Shalawat Badar kenyataannya merupakan manifestasi dari relasi antara sastra – agama - politik.
Artikel yang terakhir yaitu “Penataan Demokrasi & Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi”. Membahas beberapa ulasan yang berfokus pada tiga hal yaitu tentang dinamika pelaksanaan demokrasi dan pemilu di Indonesia dengan batasan pasca reformasi, baik dari segi aspek normatif maupun empiris, bagaimana desain sistem penyelenggaraan pemilu, serta bagaimana pemecahan dan harapan untuk masa depan demokrasi dan kelembagaan penyelenggara pemilu agar mampu meng-upgrade demokrasi yang sedang dibangun. Kemudian juga penulis beranggapan bahwa masih perlu adanya penataan demokrasi dan pemilu di Indonesia.
Nama: Salsabila Murtaja Harits
NPM: 2111031106
Kelas: B
Hasil Analisis Jurnal:
Jurnal tersebut membahas mengenai tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pendalaman demokrasi belum terealisasi dengan baik sebab pilar demokrasi belum efektif. Untuk mewujudkan makna demokrasi "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" tentu tidak mudah. Perlu proses panjang, seperti konsolidasi demokrasi.
Pilpres merupakan tindak lanjut perwujudan prinsip demokrasi yang menjadi awal penguatan peran masyarakat. Dengan begitu, peran masyarakat bisa senantiasa mewarnai implementasi program pemerintah. Namun, pada realitanya, persoalan hoaks dan ujaran kebencian, isu politisasi agama dalam pilpres 2019 menjadi hal yang menonjol pada kampanye. Akibatnya, demokrasi yang terbangun menafikan budaya positif, seperti saling menghargai dan berempati.
Realitas sosial tersebut jelas tidak hanya mengancam harmoni sosial, tetapi juga berpengaruh terhadap konsolidasi demokrasi. Sebab pemilu bukan hanya penanda bagi suksesi kepemimpinan, tetapi juga merupakan koreksi ataupun evaluasi terhadap pemerintah dan proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermartabat.
Sekian dari saya, Pak, terima kasih.
NPM: 2111031106
Kelas: B
Hasil Analisis Jurnal:
Jurnal tersebut membahas mengenai tantangan konsolidasi demokrasi dalam pemilu presiden (pilpres) 2019. Pendalaman demokrasi belum terealisasi dengan baik sebab pilar demokrasi belum efektif. Untuk mewujudkan makna demokrasi "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" tentu tidak mudah. Perlu proses panjang, seperti konsolidasi demokrasi.
Pilpres merupakan tindak lanjut perwujudan prinsip demokrasi yang menjadi awal penguatan peran masyarakat. Dengan begitu, peran masyarakat bisa senantiasa mewarnai implementasi program pemerintah. Namun, pada realitanya, persoalan hoaks dan ujaran kebencian, isu politisasi agama dalam pilpres 2019 menjadi hal yang menonjol pada kampanye. Akibatnya, demokrasi yang terbangun menafikan budaya positif, seperti saling menghargai dan berempati.
Realitas sosial tersebut jelas tidak hanya mengancam harmoni sosial, tetapi juga berpengaruh terhadap konsolidasi demokrasi. Sebab pemilu bukan hanya penanda bagi suksesi kepemimpinan, tetapi juga merupakan koreksi ataupun evaluasi terhadap pemerintah dan proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermartabat.
Sekian dari saya, Pak, terima kasih.