tugas analisis
2013053141
Izin menjawab Bu
1. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga
2. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Sekolah
3. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Masyarakat
2013053059
Izin menanggapi Bu
1.Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak. Karena anak untuk pertama kalinya mengenal pendidikan di lingkungan keluarga, sebelum
mengenal masyarakat yang lebih luas.Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Baik buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan orang tuanya. Karena, di dalam keluarga itulah anak-anak pertama kali memperoleh pendidikan sebelum pendidikan-pendidikan yang lain. Sejak anak-anak lahir dari rahim ibunya, orang tua selalu memelihara anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Adapun cara menanamkan nilai moral di lingkungan keluarga adalah Salah satu cara menanamkan nilai moral di lingkungan keluarga yaitu:
Hambatan yang di hadapi dalam menamakannya adalah,kurang sadar nya dari diri anak tersebut akan pentingnya Nilai moral berupa menjankan ibadah secara berjamaah
Strategi dan trik yang dapat di pakai adalah,maka ajarkan pemahaman secara detail terlebih dahulu kepada anak akan penting nya Ibadah secara berjamaah dan jelas kan manfaatnya yang akan di dapat dari hal tersebut,
2.Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Karena kemajuan zaman, maka keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat,
Adapun cara menanamkan nilai moral di lingkungan sekolah adalah salah satunya dengan cara, tidak memilih teman dan membedakan teman berdasarkan agama, ras,suku,dan tahta atau kekayaan masing-masing anak.
Hambatan yang dihadapi dalam menanamkan nya adalah kurangnya kepedulian pendidik nya dalam
Strategi dan trik yang dapat dipakai dalam penanaman ini adalah dapat menggunakan strategi melalui mata pelajaran PKN dan Agama dengan melalui mata pelajaran PKN dan agama tersebut maka dapat diberikan pemahaman mengenai sikap toleransi kepada sesama masyarakat dan warga negara Indonesia.
3.Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang“tidak dekat", “tidak dikenal" “tidak memiliki ikatan famili" dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh,
Adapun cara penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat adalah salah satunya dengan cara,Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
Hambatan yang dihadapi dalam menanamkan nya adalah lemahnya pengawasan dari keluarga/orang
tua anak dan kurangnya pemahaman anak akan pentingnya menjaga kebersihan untuk membuang sampah pada tempatnya,dan tidak merusak fasilitas umum.
Strategi dan trik yang dapat dipakai dalam penanaman ini adalah dapat menggunakan trik dan strategi seperti adakan lomba antar masyarakat untuk saling berlomba dalam kebersihan lingkungannya dan bagi siapa yang menang sesuai ketentuan akan mendapatkan reward maka dengan hal demikian masyarakat akan membiasakan hidup sehat dan tidak membuang sampah sembarangan serta tidak merusak fasilitas umum dan hal tersebut akan menjadi kebiasaan baik dalam hidup sehari-hari masyarakat.
2013053123
Izin menjawab
1. PENANAMAN NILAI DI LINGKUNGAN KELUARGA
Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai, moral, dan aturan pergaulan serta pandangan kepada anggota keluarga. Orang tua sangat berperan aktif dalam proses menanamkan nilai-moral karena orang tua merupakan pondasi utama dasar perilaku bagi anak-anaknya. Dengan ditanamkannya nilai-moral oleh orang tua, maka pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah, sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak diharapkan akan lebih mudah membedakan antara perbuatan mana yang perlu diikuti dan perbuatan mana yang harus dihindari.
Pendidikan moral yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua yakni penanaman nilai Kejujuran, penanaman nilai Kerukunan, penanaman nilai Kerjasama, penanaman nilai Sopan Santun, dan penanaman nilai Disiplin. Dalam hal ini orang tua bisa memberikan melalui nasehat secara langsung kepada anak, dan juga orang tua dapat memberikan contoh yang positif dalam bertindak dan berperilaku karena anak ini akan lebih mencontoh perilaku orang tua nya. Orang tua harus memberitahu anaknya bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sopan. Perilaku yang dilakukan orang tua baik atau buruk akan mudah dilihat dan kemudian akan ditiru dan dilakukan oleh anak.
Cara menanmkan nilai moral dalam keluarga diantaranya sebagai berikut.
1. Ketahui nilai-nilai apa yang penting dan ingin diwariskan pada anak
Fokus pada karakter apa yang Anda ingin anak miliki dan buatlah daftar nilai keluarga singkat yang dapat diingat bersama.
2. Temukan cara untuk mendiskusikannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengingat anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda, Anda perlu kreatif untuk mencari cara mengenalkan anak pada nilai-nilai keluarga. Waktu bersama keluarga adalah waktu yang tepat untuk dapat saling berbagi cerita dan mengenalkan nilai-nilai keluarga pada anak. Ceritakan pengalaman Anda dan pasangan dalam mempraktikan nilai kejujuran, kesopanan, kebaikan, maupun agama. Ajak anak berdiskusi mana yang baik dan buruk ataupun apa yang sebaiknya dilakukan. Hal ini akan merangsang Ananda untuk mengembangkan nilai keluarga yang menjadi prinsipnya dalam bertingkah laku.
3. Gunakan aktivitas dan pola asuh yang positif untuk memperkuat nilai
Pola asuh merupakan bagian penting dalam menanamkan nilai keluarga. Apabila Anda ingin mengajarkan nilai kemandirian, beri kesempatan anak untuk melakukan aktivitas yang mengasah kemandiriannya seperti memilih baju sendiri, memilih kegiatan yang disukainya, ataupun memberi kesempatan untuk mengatur keuangannya sendiri. Sesuaikan dengan usia dan kemampuannya.
4. Apresiasi setiap usahanya
Berikan pujian atas pencapaian buah hati ketika berusaha mempraktikan nilai keluarga dan bimbinglah anak menumbuhkan karakternya secara konsisten.
5. Jadilah contoh bagi anak
Anak adalah peniru ulung. Mereka lebih mudah mengikuti jika orang tua mewujudkan nilai-nilai keluarga dalam perilaku sehari-hari, bukan sekadar diskusi dan nasehat.
2. PENANAMAN NILAI MORAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Dunia pendidikan akhir-akhir ini menghadapi persoalan yang kompleks, terutama dalam hal penanaman nilai-nilai moral. Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti, penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran, pornografi, pemerkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, dan pembunuhan, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Untuk mengatasi persoalan tersebut yaitu untuk memperbaiki moral siswanya. Masalah dalam penelitian ini adalah Strategi penanaman nilai-nilai moral pada siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Strategi penanaman nilai-nilai moral pada siswa SMKS,sudah berjalan cukup baik. Dengan menggunakan pendekatan yang baik oleh guru terhadap anak didiknya, strategi yang di gunakan melalui mata pelajaran PPKn,Agama,Pengembangan diri,budaya sekolah, penguatan positif dan negative,Seperti siswa selalu datang tepat waktu kesekolah dan bertutur kata yang baik terhaap sesama temanya, Memberikan salam kepada bapak dan ibu guru sa,at mereka berada di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Pendekatan moral kognitif dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok. Nilai moral yang ditanamkan pada anak didik seperti, religius, jujur,tanggung jawab toleransi, disiplin,demokrasi. Berdasarkan hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa strategi penanaman nilai moral pada siswa, sudah berjalan cukup baik, walaupun didalam proses pelaksanaanya masih ada hambatan.
Cara menanamkan nilai moral di lingkingan sekolah sebagai berikut.
a. Penanaman melalui mata pelajaran Pkn
Penanaman nilai-nilai moral melalui mata pelajaran PKn kurang efektif, karena masih ada siswa yang berada di luar kelas saat tidak ada jam pelajaran, selain itu ketika ada tamu di sekolah siswa kurang sopan, karena masih ada siswa yang celometan/bersiul pada tamu ketika tamu sedang berjalan didepan siswa. Tindakan siswa tersebut mencerminkan bahwa sikap moral yang dimilikinya sangat tidak baik, oleh karena itu sikap moral yang dimiliki siswa tergantung oleh siswa itu sendiri dan lingkungan siswa, sehingga jelas bahwa kholberg memandang penalaran moral dari isi, maka sesuatu dikatakan baik buruk akan sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya tertentu, sehingga sifatnya sangat relative (Buduningsih, 2004:26). Selanjutnya Strategi penanaman nilai-nilai moral pada siswa melalui bidang studi Agma yaitu dengan cara mengajak siswa melakukan do’a bersama Ketika pelajaran akan dimulai, selain itu mengajak siswa untuk sholat duha dan saat pelajaran memasuki waktu duhur maka guru mengajak siswa untuk sholat duhur berjama’ah. Nilai-nilai moral yang disampaikan guru bidang studi agama telah terkandung dalam meteri pembelajaran Agama yang disampaikan secara jelas, tegas dan tersurat. Guru bidang studi agama sering memberikan motivasi pada siswa melalui cerita tentang realita pergaulan sekarang dan dahulu, menunjukkan dampak negatif melakukan penyelewengan moral. Strategi yang digunakan guru agama dalam proses belajar mengajar membuat siswa itu malu jika siswa membuat kerusuhan di dalam kelas, hal itu menjadikan siswa tidak membuat kerusuhan lagi. Selain itu, membuat siswa dan guru menjadi akrab serta lebih dekat seperti teman sendiri. Melalui mata pelajaran agama ketika proses belajar mengajar cukup efektif, tapi setelah proses belajar mengajar selsai siswa masih ada yang melakukan pelanggaran moral seperti, siswa wanita dan laki-laki berpacaran di sekolah dan baju yang dikenakan oleh siswa wanita turun pinggang serta pres body.
b. Pengembangan diri
Penanaman nilai-nilai moral melalui pengembangan diri cukup beragam, tapi pada dasarnya strategi yang digunakan hampir sama, hanya saja ada strategi yang cukup keras dalam menanamkan nilai disiplin pada siswa, salah satunya yaitu pada ekstrakulikuler pramuka. Melalui ekstrakulikuler ini siswa harus memiliki mental yang kuat, karena strategi penanaman nilai-nilai moralnya bersifat semi militer, mulai dari rambut harus pendek dan rapi bagi laki-laki, atribut seragam harus lengkap, dengan penambahan tali kor dilengannya, dan juga sepatu yang dikenakan harus fantovel.
c. Budaya sekolah
Penanaman nili-nilai moral pada siswa bisa melalui budaya sekolah di antaranya yaitu; (a) Budaya amaliah ramadhan kegiatanya yaitu membagikan zakat, seperti beras atau uang kepada orang kurang mampu yang ada di lingkungan sekitar sekolah. (b) Budaya salam dan sapa biasanya dilakukan oleh guru dengan guru, dan siswa dengan guru, hal itu dilakukan ketika bertemu atau ketika siswa masuk kelas tapi guru sudah lebih dahulu ada di dalam kelas. (c) Budaya upacara bendera sudah tidak asing lagi, hampir semua sekolah melakukan budaya upara bendera setiap hari senin. (d) Budaya sholat jum’at, jadi budaya sholat jum’at dilakukan oleh guru dengan siswa ketika hari jum’at di mushola sekolah. (e) Budaya mandiri, disiplin dan tanggungjawab sudah ditanamkan ketika siswa masuk dan menjalani MOS, kegiatan waktu MOS di antaranya yaitu PBB selama 1 (satu) minggu di lapangan, dan selama satu minggu juga diadakan diklat pengambilan bet ambalan beserta involet. Setelah itu ada Persami (Pekemahan sabtu-minggu) sebagai kegiatan penutup MOS, dengan kegiatan MOS siswa baru mentalnya benar-benar di uji. Hal itu dilakukan agar siswa terbiasa dan tidak kaget dengan kerasnya kehidupan yang akan mereka hadapi di dunia kerja kelak.
Ada beberapa hamabatan dalam penerapan nilai moral di sekolah, diantaranya Pertama, kurang sadarnya diri siswa akan pentingnya nilai-nilai moral untuk dirinya. Pada dasarnya kesadaran siswa akan hal ini sangat dibutuhkan, karena kesadaran akan pentingnya nilai-nilai moral akan membawa siswa pada hal yang baik. Jika siswa sadar akan pentingnya nilai moral, maka siswa akan sadar dengan hukum yang didapat jika melangar tatatertib sekolah, siswa sebagai seorang pelajar sudah pasti bisa membedakan mana hal yang baik atau buruk, dan perbuatan yang diperbolehkan atau dilarang. Kurangnya kesadaran diri siswa dalam penanaman nilai-nilai moral terlihat dari beberapa siswa yang terlambat masuk sekolah, keluar kelas ketika jam kosong atau belum ada guru dalam kelas, melakukan pelanggaran sekolah seperti rambut laki-laki yang panjang, atribut yang ada di seragam kurang lengkap, dan baju seragam dikeluarkan.
Kedua, lemahnya pengawasan dari keluarga/orang tua siswa. Lingkungan keluarga sangat memiliki peran penting dalam diri siswa. Terutama dalam hal mendidik moral siswa, moral siswa di sekolah merupakan cermin dari moral siswa di rumah, jika siswa saat di rumah disiplin maka ketika di sekolah siswa juga disiplin. Orang tua kurang memperhatikan dan kurang menanamkan nilai-nilai moral pada siswa ketika ada di rumah secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap siswa ketika berada di lingkunagan sekolah dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena didalam diri siswa tidak tetanam nilainilai moral yang baik. Ketika siswa berada di luar sekolah menjadi anggung jawab keluarga, oleh karena itu kelurga/orang tua siswa harus memperhatikan dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik pada siswa.
Ketiga, pengaruh lingkungan pergaulan siswa. Lingkungan merupakan tempat yang sering menjadi penghambat/kendala dalam penanaman nilai-nilai moral pada siswa, karena lingkungan adalah tempat yang cukup berpengaruh dalam pergaulan siswa, siswa akan lebih muda melakukan penyimpangan moral karena lingkungan pergaulan yang tidak baik. Lingkungan pergaulan akan rentang dalam mempengarui moral siswa, hal itu akan berdampak tidak baik dalam perkembangan siswa kelak, apalagi saat ini dunia kerja membutuhkan siswa yang tidak hanya pintar dari segi intelektual saja tapi moral yang baik juga sangat dibutuhkan.
Keempat, kurangnya kepedulian guru dalam pelaksaan penanaman nilai-nilai moral pada siswa. Penanaman nilai-nilai moral pada siswa tidak hanya di bebankan oleh beberapa pendidik saja di sekolah, tapi semua pendidik yang ada di sekolah, tapi dalam hal ini ada saja hamabatan yang dikarenakan para pendidik yang kurang peduli akan pentingnya penanaman nilai-nilai moral pada siswa, terutama guru kelas. Pada dasarnya guru kelas memang di fungsikan untuk mengajar tapi ada tugas lain yang diantaranya yaitu membantu menanamkan nilai-nilai moral pada siswa. Sebagai guru hendaknya menunjukkan sikap peduli pada tata tertib yang berlaku di sekolah, selain itu guru harus bisa bekerja sama dengan pendidik lain dalam pembinaan siswa, karena siswa sangat membutuhkan kepedulian dari guru, guru harus bisa menegur dan memberikan arahan yang baik, serta menjadi sahabat bagi para siswa. Jika guru bisa dengan baik menanamkan nilai-nilai moral pada siswa maka siswa akan memiliki moral yang baik. Karena guru merupakan contoh dan panutan bagi siswa. Jika guru tidak peduli dengan apa yang di lakukan siswa maka akan banyak siswa yang melakaukan pelanggaran tata tertib sekolah.
Kelima, kurangnya sosialisasi tata tertib kepada para siswa jika ada peraturan baru. Sosialisasi antara pendidik dan siswa sangat di butuhkan, tapi pendidik dalam hal refisi tata tertib jarang di sosialisasikan kepada siswa sehingga banyak siswa yang kurang tau tentang tata tertib yang sudah di tulis di buku saku, hampir semua siswa kurang mengetahui apa saja isi dari buku tata tertib sekolah yang telah mereka dapat saat diterima, pendidik pun kurang konsisten dalam penerapan tata tertib pada siswa, terutama masalah pemberian point pelanggaran, terkadang siswa tidak di berikan point tetapi di berikan sanksi langsung pada siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Seharusnya jika ada perubahan tata tertib sekolah disosialisasikan pada siswa, agar siswa tahu dan tidak melanggar tata tertib yang belum mereka ketahui. Selain itu agar tidak terjadi pemberlakuan dan pemberian sanksi secara tidak konsisten/sewenang-wenang kepada siswa.
3. PENANAMAN NILAI MORAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
Adapun cara menanamkan nilai moral yang terdapat dalam lingkungan msyarakat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain adalah sebagai berikut;
a) Membuang sampah tepat pada tempatnya
b) Membungkukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua
c) Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pemberian dari seseorang
d) Menyantuni anak yatim dan piatu di panti asuhan
e) Memberikan pemberlajaran untuk anak-anak jalanan
f) Menunaikan ibadah tepat pada waktunya
g) Menghargai pendapat orang lain saat rapat sedang berlangsung
h) Mencium tangan orang tua saat hendak keluar rumah
i) Memberikan tempat duduk saat di kendaraan umum untuk orang tua maupun ibu hamil yang tidak mendapat tempat duduk
j) Mengucapkan kata “tolong” ketika ingin meminta bantuan kepad orang lain
k) Tidak berucap kasar ketika berada di rumah, sekolah, dan masyarakat
l) Mengindari segala bentuk KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) ketika diberikan tanggung jawab oleh masyarakat
Izin berpendapat
LINGKUNGAN KELUARGA
Cara Menanamkan Nilai Moral :
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anakanaknya
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
4. Mewujudkan kepercayaan
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak)
6. Kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
7. Orang tua berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataean teoritis maupun praktis
Hambatan-Hambatan :
1. idak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap
Strategi Penanaman Kebiasaan Moral yang baik :
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas rumah
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/mengerjakan tugas sekolahnya
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
11. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
12. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
LINGKUNGAN SEKOLAH
Cara Menanamkan Nilai Moral :
1. Memasukan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara:
a. Menambahkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good)
b. Menggunakan cara yang dapat membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good)
c. Mengembangkan sikap mencintai untuk berbuat baik (loving the good)
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah
3. Pemantauan secara kontinu. Pemantauan secara kontinu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter. Beberapa hal yang harus selalu dipantau diantaranya adalah:
a. Kedisiplinan saat masuk sekolah
b. Kebiasaan saat makan di kantin
c. Kebiasaan dalam berbicara
d. Kebiasaan ketika di sekolah
4. Penilaian orangtua. Rumah merupakan tempat pertama sebenarnya yang dihadapi anak. Rumah merupakan tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itulah, orangtua diberikan kesempatan untuk menilai anak, khususnya dalam pembentukan moral anak.
Hambatan-hambatan :
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh yang diberikan oleh Guru
2. Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
3. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Strategi Penanaman Kebiasaan Moral yang baik :
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2. Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru
3. Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4. Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8. Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah
LINGKUNGAN MASYARAKAT
Cara Menanamkan Nilai Moral :
1. Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah
2. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum
3. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat
4. Tidak ada kepedulian
5. Tidak merasa bertanggung jawab
6. Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Hambatan-Hambatan :
1. Inisiatif dan kontrol yang paling kuat ini dilakukan oleh negara belum bergandengan erat dengan social control
2. Kurangnya Inisiatif masyarakat
3. Adanya keterampasan yang tidak disertai dengan kompensasi.
4. Masyarakat jenuh dengan pola kehidupan yang sama dan merasa sudah mengerti
5. Masyarakat jarang bersosialisasi sehingga menyebabkan individualisme semakin tinggi
6. Kurangnya rasa toleransi di masyarakat bisa menimbulkan perpecahan dan hilangnya rasa persaudaraan
7. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu
Strategi Penanaman Kebiasaan Moral yang baik :
1. Menghargai tetangga yang berbeda agama
2. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong,siskamling
3. Tidak membuang sampah sembarangan
4. Saling membantu ketika dalam kesulitan
5. Membersihkan lingkungan bersama sama
6. Bersikap sopan dan ramah pada tetangga dan juga teman
7. Berkata dengan bijaksana dan lemah lembut kepada orang yang lebih tua
8. Tidak membeda-bedakan manusia karena ras, agama, kebangsaan, maupun disabilitas.
9. Tidak merendahkan dan menghina orang lain karena status sosial maupun karna kegagalannya.
10. Ikut membantu dalam kegiatan sosial bagi korban bencana alam seperti menyumbang barang, uang, mengajak teman untuk turut membantu, ataupun menjadi sukarelawan.
11. Selalu menjawab salam atau sapaan dari orang lain, bahkan lebih baik jika kita menyapa terlebih dulu.
12. Membiasakan berkata tolong saat meminta bantuan dan berkata terimakasih saat dibantu ataupun diberikan sesuatu oleh orang lain.
a. Cara menanamkan nilai dan moral di lingkungan:
• Keluarga -> dalam hal ini orang tua bisa memberikan melalui nasehat secara langsung kepada anak, dan juga orang tua dapat memberikan contoh yang positif dalam bertindak dan berperilaku karena anak ini akan lebih mencontoh perilaku orang tua nya. Orang tua harus memberitahu anaknya bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sopan. Perilaku yang dilakukan orang tua baik atau buruk akan mudah dilihat dan kemudian akan ditiru dan dilakukan oleh anak.
• Sekolah -> peserta didik dapat melakukan bahkan akan mengikuti perbuatan baik yang dicontohkan oleh gurunya di sekolah. Guru di sekolah berfungsi sebagai fasilitator, supaya peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik sehingga dapat tercipta tujuan pendidikan moral yang baik juga. Nilai moral dapat diajarkan di sekolah dasar dengan contoh yang sederhana, misalnya dengan mengajarkan peserta didik membuang sampah pada tempatnya, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, menunaikan ibadah tepat waktu, menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya.
• Masyarakat -> keluarga atau orang tua dapat membiasakan anaknya untuk membuang sampah pada tempanya, mengucapkan “terima kasih” saat mendapat pemberian dari seseorang, mengatakan “tolong” saat membutuhkan bantuan, tidak berucap kasar, dsb.
• Keluarga -> pendidikan karakter erat hubungannya dengan nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Sedangkan tipologi masyarakat Indonesia dalam memahami pendidikan karakter terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelompok bawah, menengah, dan atas. Kelompok bawah, mereka pada dasarnya tidak paham apa dan bagaimana pendidikan karakter ini. Mereka pun tidak ambil pusing untuk mengetahuinya. Ini terjadi karena kelompok bawah lebih mementingkan roda ekonomi keluarga yang belum mapan sehingga pendidikan karakter bagi anak mereka terlupakan. Dengan tipe keluarga seperti ini proses pengenalan pendidikan karakter dalam internal keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
• Sekolah -> adanya formalisasi pendidikan moral, lemahnya unsur pembiasaan dalam pendidikan moral, kurang mendukungnya unsur modeling dalam kehidupan moral, lemahnya pembahasan tentang konflik moral di sekolah.
• Masyarakat -> anak cenderung kurang mampu menahan apabila mereka memperoleh informasi dari luar dan cenderung akan menerapkan/melakukan apa yang diperolehnya secara langsung tanpa menyaring terlebih dahulu informasi yang didapat.
• Keluarga -> penghargaan dan hukuman, nasihat, pembiasaan, keteladanan.
• Sekolah -> storytelling, media komunikasi visual (cerita bergambar, poster, animasi).
• Masyarakat -> kelompok sebaya, organisasi-organisasi keagamaan, media massa.
1.Peran keluarga
Keluarga merupakan komponen dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu,anak serta kerabat lainnya.Keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Keluarga akan menjadi warna hidup dari anak-anaknya. Keluarga yang mengajarkan kasih sayang, cinta kasih, peduli, berakhlak dan bermoral, akan membentuk anak yang memiliki sifat tersebut. Namun, keluarga yang tidak dapat memberikan warna yang baik kepada anak-anaknya, maka akan membentuk pribadi anak menjadi tidak baik. Oleh karena itu, keluarga harus menjadi pemberi warna yang baik kepada anggota keluarganya. Begitu juga dengan penanaman nilai dan moral, Keluarga harus memberikan penanaman nilai-moal yang baik kepada anggota keluarganya guna membentuk keluarga yang beretika dan bermoral. Orang tua berperan mendidik anak-anaknya, mengajarkan sikap dan keterampilan serta menanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik. Hal-hal harus yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam menanamkan nilai moral kepada anak-anaknya yaitu: pertama, nilai yang akan ditanamkan harus jelas. Artinya nilai yang akan ditanamkan harus dapat dimengerti oleh anak. Kedua, konsisten. Artinya nilai yang ditanamkan harus dilakukan secara terus-menerus. Ketiga, teladan. Artinya orang tua harus memberikan keteladanan kepada anak-anaknya. Keempat, konsekuensi. Artinya anak-anak harus belajar bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya. Nilai moral yang dapat ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya yaitu : Pertama, Dalam keluarga harus tercipta rasa cinta dan kasih sayang diantara anggota keluarga lainnya, orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya dan anak anak harus menintai dan menyayangi kedua orang tuanya. Kedua, Orang tua harus menjaga anak-anaknya dan harus memberikan ketenangan terhadapnya. Ketiga, orang tua harus menghormati anak-anaknya dan anak-anaknya harus menghormati kedua orang tuanya. Keempat, Mewujudkan kepercayaan, anak-anak harus ditanamkan nilai nilai kejujuran dan harus dapat mewujudkan kepercayaan. Kelima, Mengadakan kumpul keluarga untuk menambah keharmonisan antar anggota keluarga. Adapun hambatan yang dialami yaitu : pertama, Rendahnya orang tua terhadap pemahaman nilai moral. Ini akan menjadi hambatan bagi penerapan nilai moral anak. Anak yang tidak di ajarkan nilai moral karena orang tua tidak mengetahui nilai dan moral, maka anak tidak akan menerapkan nilai moral dalam kehidupannya. Maka upaya mengatasinya adalah orang tua harus mengetahui dan dapat menanamkan nilai moral kepada anak-anaknya. Kedua, Memberi kebebasan kepada anak. Orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya akan memberikan dampak negative kepada anak-anaknya. Diharapkan orang tua mampu memberikan pengawasan yang lebih terhadap anak-anaknya. Ketiga, Pendidikan nilai moral hendaknya dilakukan secara konsisten. Serta diiringi dengan hukuman bagi yang melanggar sesuai dengan apa yang dilanggar harus dilakukan secara konsisten.
2. Peran Sekolah
Adapun peran sekolah yang dalam penanaman nilai moral yaitu Usaha pembentukan watak melalui sekolah: Pertama, menerapkan pendekatan “modelling”. Artinya Guru atau tenaga pendidik lainnya memberikan keteladanan berupa membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai nilai akhlak dan moral. Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruK, dengan ini peserta didik akan terbiasa untuk menerapkan nilai moral yang jelaskan oleh pendidik. Ketiga, menerapkan pendidikan karakter. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainya. Hambatan yang dialami sekolah dalam menanamkan nilai moral yaitu banyak peserta didik yang tidak menerapkan nilai dan moral yang telah diajarkan, karena berbagai factor, seperti masih banyak anak murid yang tawuran, tidak menghormati peserta didik lainnya, mencontek dan masih banyak lagi. Maka sekolah harus memberikan tindakan tegas bagi anak didik yang melanggar nilai dan moral yang di lakukan peserta didik. Sanksi dan hukuman harus ditegakkan, tidak hanya terpampang di depan kelas guna membentuk anak didik yang disiplin dalam menanamkan nilai dan moral.
3. Peran masyarakat
1) Norma-norma Sosial Budaya
Dalam masyarakat diperlukannya norma untuk mengatur masyarakat. Norma tersebut dapat membentuk kepribadian masyarakatnya, karena norma-norma tersebut harus diikuti oleh masyarakat.
2) Jenis jenis peran serta masyarakat dalam pendidikan
Adapun Jenis jenis peran serta masyarakat dalam pendidikan yang biasa diklasifikasikan dimulai dari tingkat terendah ke tingkat lebih tinggi, yaitu; Pertama, menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Kedua, Peran serta secara pasif Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan lembaga pendidikan lain, kemudian menerima keputusan lembaga tersebut dan mematuhinya. Ketiga, Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada jenis ini, masyarakat berperan aktif dalam perawatan dan pembangunan fisik sarana dan prasaranan pendidikan dengan menyumbangkan dana, barang atau tenaga. Keempat, Peran serta dalam pelayanan. Masyarakat berkontribusi dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya mengajar di sekolah. Kelima, Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan dalam suatu kegiatan. Keenam, Peran serta dalam pengambilan keputusan, artinya rakyat dapat menyalurkan hak berpendapatnya.
Sekian terimakasih banyak bu.
Nama : Dimas Aris Setiawan
NPM : 2013053066
Izin menyampaikan Analisis
Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
A. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga
1) Cara Menanamkan
- Cara Pendampingan, Orang tua Mendampingi anak dalam perkembangan nilai moralnya. Peran utama orang tua dalam pendampingan ini sangatlah besar. Peristiwa sehari-hari bisa dijadikan sebagai alat bagi orang tua untuk menginternalisasikan nilai moral kepada anak
- Keluarga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran nilai moral bagi anak.
- Dalam menanamkan Nilai dan Moral harus jelas. Artinya bahwa dalam menyampaikan nilai moral kepada anak harus menggunakan bahasa sederhana yang dapat diterima oleh anak.
- Menanamkan dengan konsisten atau ajeg. Konsisten antara kedua orang tua dan anggota keluarga yang ada di rumah sangat penting dalam menunjang keberhasilan penanaman nilai moral kepada anak.
- Dengan Keteladanan. Keteladanan dari orang tua sangat berperan demi keberhasilan penanaman nilai moral untuk anak usia dini di lingkungan keluarga. Penting diingat bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang sangat mudah untuk meniru perilaku orang lain yang dilihatnya
- Berikan konsekuensi. Anak-anak dibiasakan untuk memilih konsekuensi terhadap apa yang dilakukan. Jika anak bersalah, maka ia harus mempertanggungjawabkan kesalahannya tersebut.
2) Hambatan-hambatan Proses Penanaman
- Pengaruh pergaulan yang buruk dari temannya
- Pengaruh Globalisasi yang memicu anak-anak melihat konten negatif
- Kurangnya pengetahuan anak mengenai nilai moral
- Ego dan sifat anak yang terkadang keras kepala dalam menerima nasihat orang tua
3) Trik dan Strategi yang tepat dalam Penanaman
- Strategi Keteladanan, Orang tua harus bisa menjadi teladan yang baik dan selalu mengajarkan nilai moral dalam setiap perilakunya di rumah.
- Strategi Reward, Orang tua dapat memberikan reward atau hadiah kepada anak yang menunjukan perilaku nilai moral baik, adapun pemberian reward tersebut harus memperhatikan keadilan dengan anaknya yang lain sehingga tidak menimbulkan rasa diskriminasi atau iri.
- Strategi komunikasi dan kasih sayang, Orang tua harus selalu memperkuat hubungan komunikasi kepada anak sehingga orang tua dapat mengetahui kondisi anak dan dapat memberikan nasehat yang baik sesuai nilai moral. Lalu sikap kasih sayang harus dimiliki oleh setiap orang tua sehingga hubungan baik akan terus terjaga.
- Mengajarkan kebaikan dari hal hal kecil sejak dini, Orang tua harus membimbing anaknya sejak dini mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selain itu orang tua mengajarkan nilai nilia kebaikan dari hal kecil, seperti buang sampah pada tempatnya, memberi salam, izin saat keluar rumah dan lainnya.
B. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Sekolah
1) Cara Menanamkan
- Pendidik menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik melalui semua mata pelajaran, dengan cara menyisispkan nilai-nilai moral tertentu,
- Pendidik menjadi contoh panutan serta teladan perilaku nilai moral yang baik, karena jika pendidik memberikan contoh yang konkret kepada peserta didik maka akan lebih cepat untuk diterima.
- Pendidik dapat mengajarkan nilai moral dengan nasehat, motivasi, dan teguran. Selain itu juga dapat ditanamkan diluar jam pelajaran seperti dilingkungan sekolah maupun di rumah
b. Hambatan-hambatan Proses Penanaman
- Pengaruh Globalisasi, sehingga banyak budaya budaya yang negatif masuk dan mempengaruhi nilai moral bangsa.
- Kurang sadarnya diri peserta didik akan pentingnya nilai-nilai moral untuk dirinya.
- Lemahnya pengawasan dari keluarga/orang tua peserta didik
- Pengaruh lingkungan pergaulan peserta didik
- Kurangnya kepedulian pendidik dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik
- Kurangnya sosialisasi tata tertib kepada para peserta didik jika ada peraturan baru.
c. Trik dan Strategi yang tepat dalam Penanaman
- Pengintegrasian melalui mata pelajaran, contoh upaya pengintegrasian strategi penanaman nilai-nilai moral dilakukan melalui mata pelajaran PKn dan agama.
- Pengembangan diri, Upaya pengembangan diri di sekolah dapat melalui Ekstrakulikuler yang diwujudkan dengan adanya kegiatan pramuka, PMR, Paskibra dan lainnya.
- Budaya sekolah, Upaya melalui budaya sekolah di antaranya yaitu, budaya salam, upacara bendera, budaya sholat jum’at, studi ilmiah ramadhan, budaya disiplin, mandiri & bertanggungjawab.
- Alat Pendidikan, penggunaan alat pendidikan yaitu seperti membuat buku tata tertib sekolah, mading sekolah, dan buku kedisiplinan, serta memperbanyak buku bernilai positif di perpustakaan.
3. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Masyarakat
a. Cara menanamkan
- Masyarakat mengajak anak perlu untuk belajar dan memperdalam ilmu agama. Contohnya di TPA, dan tempat pengajian.
- Masyarakat mengajarkan para anak anak untuk bertingkah laku moral yang baik seperti sopan santun dan tolong menolong di lingkungan desa.
- Masyarakat dapat mengajak anak dalam berpartisipasi di lembaga lembaga/organisasi positif yang ada di daerah tersebut
- Masyarakat dapat sering mengadakan sosialisasi, serta kegiatan kegiatan positif yang berkaitan dengan penanaman nilai dan moral.
b. Hambatan-hambatan proses penanaman
- Penyalahgunaan sebagian ajaran moral dan Konsep- Konsep Moral, serta Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti
- Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)
- Perkembangan Teknologi yang memicu banyak hal negatif
- Lemahnya Mental Generasi Bangsa
- Pergaulan yang kurang baik
c. Trik dan Strategi yang tepat dalam penanaman
- Sosialisasi nilai moral masyarakat, Upaya ini dapat dilakukan dengan cara mensosialisasikan dan mengajarkan nilai dan moral yang baik kepada seluruh warga di daerah tersebut.
- Menerapkan peraturan dan sanksi, apabila diterapkan peraturan dan sanksi pelanggaran nilai dan moral maka warga di daerah tersebut akan waspada dan akan berusaha untuk berprilaku moral baik.
- Mengikutsertakan dalam lembaga/organisasi positif, Contohnya seperti karang taruna, dan organisasi lainnya.
- Ajaran
agama di lingkungan, Contohnya melalui TPA, Pondok pesantren, dan pengajian.
2013053108
1. Penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
Proses penanaman nilai moral kepada anak dalam keluarga, orang tua dapat memulainya dari hal-hal kecil seperti cara berbicara yg baik, cara berpakaian yang sopan, adab sopan santun kepada orang tua, guru, sesama dan lain-lain. Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain :
• Internalisasi
Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.
• Keteladanan
“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
• Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.
• Bermain
Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.
• Cerita
Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
• Nasihat
Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.
• Penghargaan dan Hukuman
Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.
Hambatan :
a. Perubahan zaman dan gaya hidup
b. Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
c. Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
d. Perbedaan tipe kecerdasan anak
Strategi :
• Orang tua harus selalu memantau kegiatan anaknya baik dalam menggunakan media hiburan dan informasi maupun kegiatan sehari-hari, apakah telah sesuai dengan usianya dan bermanfaat atau tidaknya informasi tersebut.
• Berikan teguran jika anak melakukan kesalahan, namun jika teguran tidak dihiraukan perlu diberikan sanksi.
• Berikan penghargaan / hadiah jika anak melakukan hal baik
2. Penanaman nilai moral di lingkungan Sekolah
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendidikan nilai dan moral di sekolah antara lain :
a. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum :
• Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
• Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
• Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
b. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
c. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
d. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
e. Membimbing dan membiasakan siswa sholat Dhuha dan sholat dzuhur berjamaah di sekolah
Hambatan penanaman nilai dan moral:
• Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
• Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
• Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Strategi penanaman nilai dan moral:
• Integrasi Melalui Mata Pelajaran
• Pengembangan Diri ( pendidikan diluar mata pelajaran )
• Budaya Sekolah (integarasi nilai-nilai moral melalui budaya sekolah )
3. Penanaman Nilai Moral di lingkungan Masyarakat
Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
• Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman rumah masing – masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
• Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan , merusak atau mencoret – coret fasilitas umum
• Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hambatan yang dihadapi :
• Tidak ada kepedulian
• Tidak merasa bertanggung jawab
• Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Strategi :
• Memberikan sosialisasi tentang pentingnya nilai dan moral kepada masyrakat
• Memberikan sanksi bagi anggota masyarakat yang melanggar peraturan yang telah di tetapkan.
2013053099
Mohon izin berpendapat Ibu..
1. Lingkungan Keluarga
a. Cara menanamkan nilai moral di lingkungan keluarga
- mengajak seluruh anggota keluarga untuk rutin solat berjamaah.
- peduli dengan anggota keluarga dan mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga.
- membiasakan diri dan keluarga untuk melakukan bersih-bersih di rumah bersama-sama.
- membiasakan diri dan keluarga untuk mengucapkan salam dan bersalaman ketika akan keluar dari dan pulang ke rumah.
- saling membantu anggota keluarga satu sama lain jika ada yang dalam kesulitan.
b. Hambatan proses penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
- anak sulit untuk menerima aturan-aturan dalam keluarga.
- anak malas untuk melakukan bersih-bersih rumah.
- anak malas melakukan ibadah.
c. Cara mengatasi hambatan
- orang tua bisa memberitahukan kepada anak bahwa aturan-aturan yang ada di dalam rumah adalah untuk kebaikan anak tersebut.
- orang tua dapat menyadarkan anak tentang pentingnya menjaga kebersihan rumah untuk kesehatan.
- orang tua bisa memberitahu anak kewajiban sebagai makhluk Tuhan untuk beribadah dan manfaat dari ibadah.
2. Lingkungan Sekolah
a. Cara menanamkan nilai moral di lingkungan sekolah
- mengajak peserta didik untuk solat Dhuha setiap pagi.
- mengadakan program mengaji pagi.
- menyanyikan lagu Indonesia Raya dan salah satu lagu daerah sebelum memulai pembelajaran.
- membiasakan anak untuk ramah kepada sesama teman, pendidik, dan seluruh warga sekolah.
- menerapkan kedisiplinan berupa hadir tepat waktu, wajib memakai seragam rapi, rambut tertata rapi, dan kuku yang selalu bersih.
b. Hambatan proses penanaman nilai moral di lingkungan sekolah
- peserta didik kabur saat akan melaksanakan solat Dhuha.
- peserta didik tidak hapal lagu Indonesia Raya dan lagu daerahnya
- peserta didik datang terlambat.
- peserta didik tidak ramah dengan warga sekolah.
- peserta didik tidak berseragam rapi, rambut gondrong, dan kukunya panjang.
c. Cara mengatasi hambatan
- pendidik bisa memberikan sanksi kepada peserta didik yang kabur saat akan melaksanakan solat Dhuha.
- pendidik bisa mengajarkan dan mengenalkan lagu Indonesia Raya dan lagu daerah kepada peserta didik saat mata pelajaran seni budaya.
- pendidik atau staff sekolah bisa memberikan sanksi kepada peserta didik untuk membersihkan halaman sekolah untuk peserta didik yang datang terlambat.
- pendidik bisa memberikan arahan kepada peserta didik agar ramah terhadap sesama.
- pendidik bersama dengan guru bimbingan konseling bisa memberikan arahan kepada peserta didik untuk rapi dalam berpakaian, memberikan arahan untuk memotong kuku agar tidak ada kuman yang masuk ketika sedang makan.
3. Lingkungan Masyarakat
a. Cara menanamkan nilai moral di lingkungan masyarakat
- mengadakan program kerja bakti seminggu sekali.
- mencanangkan program lingkungan segar, dengan menanam pohon-pohon rindang dan hijau di pekarangan rumah.
- saling membantu jika ada warga yang membutuhkan bantuan.
- membiasakan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
- menciptakan keamanan dalam masyarakat.
b. Hambatan proses penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat
- tidak adanya kepedulian masyarakat.
- masyarakat individualistis.
- terdapat masyarakat yang suka mencuri.
- masyarakat kerap kali membuang sampah di sungai.
c. Cara mengatasi hambatan
- menasehati masyarakat yang kurang peduli pada lingkungannya, agar lebih peduli baik pada lingkungan alamnya maupun dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
- memberikan arahan kepada masyarakat bahwa kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri dan pastinya membutuhkan bantuan dari orang lain. Jika kita bersikap individualistis, maka tidak ada yang membantu kita ketika kita dalam kesulitan.
- mengadakan program siskamling.
- menyediakan fasilitas seperti tempat sampah di tiap-tiap rumah warga.
- rutin mengadakan kegiatan spiritual.
Terimakasih..
Arina Izzati 2013053096
Izin menjawab
A. LINGKUNGAN KELUARGA
- Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan keluarga adalah:
1. Keteladanan
“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
2. Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.
3. Bermain
Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.
4. Cerita
Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Nasihat
Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.
6. Penghargaan dan Hukuman
Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.
- Hambatan-hambatan dalam proses penanamannya:
- Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua.
- Orang tua atau salah satu anggota keluarga ( orang dewasa ) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
- Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang waktu untuk anak
- Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya’.
- Tempat tinggal yang tidak menetap
- Strategi:
1) Menjadi role model
Orangtua yang menunjukkan kualitas karakter yang baik dapat menanamkan nilai-nilai tersebut pada anak sehingga mereka ingin menirunya.
2) Menunjukkan empati
Menunjukkan empati pada anak dapat memungkinkan orangtua untuk mengajarkan semua nilai karakter yang dimilikinya pada anak.
Ketika anak merasa bahwa orangtua memahami dan sangat memerhatikannya, maka mereka akan memiliki motivasi untuk mempelajari nilai dan karakter yang Anda ajarkan.
3) Menggunakan momen yang baik untuk membangun karakter anak
Dalam membangun karakter anak, suatu momen yang baik juga diperlukan. Misalnya, ketika anak melanggar aturan yang orangtua terapkan, maka orangtua dapat menerapkan konsekuensi yang adil
4) Menceritakan kisah dan kehidupan
Orangtua dan guru dapat menggunakan suatu cerita untuk mengajarkan pelajaran moral pada anak
5) Ajari anak mengendalikan diri
Mengajari anak mengendalikan diri merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter anak. Kemampuan dalam mengendalikan diri akan memengaruhi pilihan dan pemikirannya hingga dewasa kelak.
B. LINGKUNGAN SEKOLAH
- Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan sekolah adalah:
1. Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa
Selain memberikan materi akademik, siswa harus mendapatkan contoh berperilaku yang baik. Guru yang merupakan orang tua siswa di sekolah dapat berperilaku atau bertindak yang baik, guna memberikan contoh yang untuk siswanya. Dari contoh tersebutlah murid dapat belajar dan mengikuti perilaku positif dari guru.
2. Memberikan Apresiasi
Selain sebagai ucapan selamat atau Terima kasih atas keberhasilan yang diukir, apresiasi pada murid merupakan salah satu hal yang berharga guna menyemangatkan murid untuk kembali mengukir prestasi. Guru bukan hanya memberikan apresiasi pada pencapaian akademik saja, melainkan memberikan apresiasi kepada murid yang berperilaku baik, jujur dan saling membantu.Misalnya dengan mengapresiasi nilai murid yang masih dibawah rata-rata, karena tidak menyontek saat mengerjakan latihan soal SD atau memberi nasehat kepada siswa yang menyontek. Hal tersebut menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter di kelas.
3. Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
Disamping memberikan bank soal SD, sebagai guru, Anda harus menyisipkan nilai moral dalam pelajaran tersebut. Bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, melainkan penanaman moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Misalnya ketika mengajarkan matematika, guru bukan hanya memberikan rumus, tetapi mengajarkan bahwa hidup seperti mengerjakan soal matematika, ketika ada soal sulit kita harus berusaha, berpikir dan bersabar dalam menyelesaikannya. Dengan menanamkan nilai moral dalam setiap pelajaran, maka siswa akan tumbuh dan siap menghadapi masalah hidup, serta selalu berpikir optimis dan berusaha untuk menyelesaikan masalah.
4. Berbagi Pengalaman Inspiratif
Pada sela-sela pembelajaran di kelas, guru dapat berbagi pengalaman inspiratif guna menginspirasi siswa lebih baik. Bukan hanya bercerita mengenai keberhasilan atau kehebatan saja, melainkan lebih dari itu. Misalnya bercerita mengenai kegagalan dan keputusasaan yang pernah dialami, namun bangkit kembali demi meraih cita-cita. Tentu saja hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi murid dan semangat untuk meraih cita-cita.
Dengan berbagi pengalaman, maka siswa akan belajar dari pengalaman tersebut agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang bermental kerupuk, melainkan berani mengambil langkah untuk mencapai impian.
5. Literasi Sekolah
Cara selanjutnya untuk membangun karakter pada siswa yaitu dengan mendirikan literasi sekolah atau pojok membaca. Berikan motivasi pada siswa bahwa membaca itu sangat penting untuk menambah wawasan dan membuka jendela dunia. Membaca juga dapat mengasah kemampuan daya berpikir, logika dan menyelesaikan masalah.
6. Mengenalkan Tata Tertib Sekolah dan Mematuhinya
Setiap sekolah tentu memiliki tata tertib atau peraturannya sendiri guna mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dapat mengenalkan tata tertib sekolah pada siswa, lalu memintanya untuk melakukan tata tertib tersebut. Hal tersebut menjadikan siswa tumbuh sebagai generasi yang taat pada aturan.
- Hambatan-hambatan dalam proses penanamannya:
- Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengungukur ketercapaiannya.
- Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya.
- Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.
- Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
- Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
- Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.
- Strategi:
1) Sekolah berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud.
2) mendefinisikan karakter dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
3) mencontohkan nilai-nilai karakter, mengkaji dan mendiskusikannya, meng-gunakannya sebagai dasar dalam hubungan antar warga sekolah.
4) mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Hal terpenting, semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.
C. LINGKUNGAN MASYARAKAT
- Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan Masyarakat adalah:
1. Memberikan Pelatihan Mental dan Moral
Lingkungan memiliki peran penting dalam menciptakan atau membentuk karakter seseorang sejak usia dini seperti salah satunya memberi pelatihan mental dan juga moral. Hal ini sangat penting dilakukan agar para generasi penerus tidak memiliki mental dan moral yang buruk sekaligus malas.
Dengan semakin tingginya mental dan moral seseorang, maka nantinya akan dihasilkan suasana yang kondusif sehingga perpecahan tidak terjadi di masa yang akan datang yang juga merupakan cara menghilangkan rasa minder dalam bersosialisasi. Tanpa adanya peran dari lingkungan sekitar, maka banyak anak yang tumbuh dengan karakter malas, mudah menyerah dan berbagai dampak negatif lain yang bisa terjadi.
2. Memberikan Rasa Aman
Seorang anak juga membutuhkan rasa aman dan lingkungan yang stabil sebab jika keadaan lingkungan selalu berubah ubah, maka bisa berbahaya bagi perkembangan karakter khususnya emosi anak dan timbul macam macam sifat manusia yang buruk. Kekacauan emosi yang terjadi bisa terjadi karena tidak adanya rasa aman sehingga akhirnya pertumbuhan seorang individu bisa berdampak buruk terutama dalam pembentukan karakter seseorang.
3. Memberikan Keadilan
Lingkungan juga memiliki andil terhadap memberikan perlakuan adil supaya karakter seseorang bisa dibangun dengan baik. Sebagai contoh, para siswa yang sudah bersekolah belum tentu bisa mendapatkan keadilan meski dalam sekolah tersebut sudah menerapkan begitu banyak sistem pengajaran dan juga belajar bahkan hingga kepada bermain yang sesuai dengan aturan.
4. Memberikan Norma Sosial Budaya
Lingkungan masyarakat yang memiliki peran urutan ketiga sesudah keluarga dan sekolah ini memiliki sifat dan fungsi yang berbeda beda dengan ruang lingkup terbatas yang mempunyai keanekaragaman bentuk kehidupan sosial dan juga jenis budaya. Setiap masyarakat pasti mempunyai karakteristik yang berbeda beda.
5. Membentuk Individu Sebagai Makhluk Sosial
Tugas selanjutnya dari lingkungan dalam pendidikan karakter adalah untuk membentuk setiap individu menjadi makhluk sosial sehingga nantinya bisa bergaul antara satu manusia dengan manusia lain secara baik.
- Hambatan-hambatan dalam proses penanamannya:
- Tidak ada kepedulian
- Tidak merasa bertanggung jawab
- Menganggap perbuatan negatif anak adalah hal yang sudah biasa sehingga menjadi suatu kebiasaan
- Strategi:
1. Memilih lingkungan tempat tinggal yang baik, karena lingkungan masyarakat sangat memengaruhi nilai dan moral anak
2. Melakukan kegiatan keagamaan dan sosial di lingkungan masyarakat seperti penganjian dan kerja bakti.
3. Menetapkan peraturan dan tata tertib di lingkungan masyarakat
2013053081
Izin berpendapat Ibu dan teman-teman.
A. Penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
Kualitas karakter moral seorang anak sejak dini akan menentukan karakter seseorang di kemudian hari. Anak yang dibesarkan dalam suasana yang curiga mencurigai misalnya, ketika dewasa akan mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Bila di masa kecilnya anak sering dipukuli, besar kemungkinan ketika besar ia akanmenjadi pendendam. Demikian pula jika di masa kecil anak sering diejek, maka kelak akan sulit menghargai orang lain. Atas dasar pertimbangan tersebut, Peran keluarga dalam penanaman nilai moral anak usia dini sangatlah besar. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Figur yang ditunjukkan oleh anggota keluarga dalam bentuk perilaku sehari-hari akan diamati oleh anak, dan kemudian diikuti dan ditiru oleh anak. Dengan demikian, orang tua dalam keluarga sebisa mungkin harus mencontohkan perilaku yang positif kepada anak.
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga, anak-anak akan banyak mendapatkan pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam keluarga orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak. Keluarga merupakan tempat yang utama untuk membelajarkan nilai moral kepada anak. Orang tua berperan dalam pendidikan moral. Dengan pendidikan nilai moral yang baik, anak akan menunjukkan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar samapai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga.
Hambatan penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
1. Orang tua sibuk bekerja sehingga kurangnya perhatian terhadap anak;
2. Keluarga jarang memiliki waktu luang untuk sekedar berkumpul, atau dengan kata lain sibuk dengan pekerjaannya masing-masing;
3. Pengaruh lingkungan tempat tinggal yang kurang baik;
4. Orang tua terlalu mengekang dan menuntut anak, sehingga rasa ingin tahu anak semakin tinggi;
5. Orang tua tidak pernah memberi contoh yang baik kepada anak.
Cara dan strategi penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
Dalam rangka penanaman nilai moral pada anak usia dini di dalam keluarga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pertama, nilai yang ditanamkan harus jelas;
2. Kedua, harus ada konsistensi atau keajegan;
3. Ketiga, adanya keteladanan dari orang tua;
4. Keempat, adanya sikap konsekuensi terhadap aturan yang diberlakukan.
B. Penanaman nilai moral di lingkungan sekolah
Keberadaan moral bagi kehidupan seseorang (pelajar) sangat penting dalam keluarga dan masyarakat. Moral pelajar yang baik akan membawa dampak yang baik pula dalam kehidupan. Sebaliknya, moral pelajar yang tidak baik akan mengakibatkan suatu interaksi yang tidak harmonis dalam masyarakat yang selanjutnya akan memunculkan kegelisahan sosial. Atas dasar pernyataan di atas, sekolah merupakan sebuah lembaga yang berusaha memproses input yang berupa siswa menjadi output yang tidak hanya menguasai pengetahuan dari salah satu ranah saja, melainkan dari ketiga ranahnya yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara komprehensif termasuk di dalamnya pendidikan moral. Namun kenyataannya, sering dijumpai penyimpangan perilaku siswa, yang pada akhirnya muncul adanya degradasi moral pada siswa. Sekolah akan bermakna lebih jika sudah menerapkan pendidikan moral pada siswa secara totalitas. Oleh karena itu, sekolah merupakan tempat selain keluarga yang sangat memengaruhi karakter moral seseorang.
Hambatan penanaman nilai moral di lingkungan sekolah
1. Formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral;
2. Lemahnya unsur conditioning/pembiasaan dalam pendidikan moral;
3. Kurangnya unsur modeling dalam pendidikan moral;
4. Lemahnya pembahasan mengenai konflik moral;
5. Lingkungan keluarga, masyarakat, dan pergaulan siswa.
Cara dan strategi penanaman nilai moral di lingkungan sekolah
1. Pendidik selaku role player pendidikan selalu memberi teladan yang baik;
2. Integrasi pendidikan nilai moral melalui mata pelajaran;
3. Penanaman nilai moral melalui pengembangan diri;
4. Penanaman nilai moral melalui budaya sekolah.
C. Penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat
Manusia dan lingkungan merupakan dua faktor yang terus berinteraksi dan terus saling memengaruhi. Perilaku manusia bisa merubah lingkungan, misalnya menebang hutan. Sebaliknya, lingkungan sangat berpengaruh terhadap bagaimana manusia berperilaku. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis. Oleh karena itu, untuk menanamkan pendidikan nilai moral sejak dini, orang tua harus waspada terhadap lingkungan masyarakat yang dapat membawa pengaruh buruk bagi sang anak.
Hambatan penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat
1. Kurangnya keimanan dan ketaqwaan individu;
2. Kurangnya kesadaran diri dalam mendalami pentingnya nilai moral;
3. Lingkungan masyarakat yang tidak baik;
4. Salah dalam memilih teman dan pergaulan.
Cara dan strategi penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan;
2. Pendidikan nilai moral sejak dini yang kokoh keluarga;
3. Meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya nilai moral;
4. Memilah teman pergaulan yang baik;
Rusbiantari Ningsih
2013053153
Izin menanggapi
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam keluarga orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak. Keluarga merupakan tempat yang efektif untuk membelajarkan nilai moral kepada anak.
Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk, 2005:72-81 adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku.
1) Indoktrinisasi
Dalam pendekatan ini orang tua diasumsikan telah memiliki nilai-nilai keutamaan yang dengan tegas dan konsisten ditanamkan kepada anak. Aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaikan secara tegas, terus menerus dan konsisten. Jika anak melanggar maka ia dikenai hukuman, akan tetapi bukan berupa kekerasan.
2) Klarifikasi nilai
Dalam pendekatan ini, orang tua tidak secara langsung menyampaikan kepada anak mengenai benar salah, baik buruk, akan tetapi anak diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Anak diajak untuk mengungkapkan mengapa perbuatan ini benar atau buruk. Dalam pendekatan ini anak diajak untuk mendiskusikan isu-isu moral yang berkembang.
3) Teladan atau contoh
Orang tua hendaknya dapat dijadikan model yang patut dicontoh/ditiru oleh anak. Anak akan melihat perilaku orang tua secara global. Artinya baik perilaku baik maupun akan senantiasa dilihat dan ditiru oleh anak. Oleh karena itu hendaknya orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak agar anak pun meniru perilaku-perilaku yang baik.
4) Pembiasaan dalam perilaku
Nilai-nilai moral yang ditanamkan pada anak harus senantiasa terus menerus dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan pada perilaku anak sehari-hari. Misalnya berdoa sebelum makan, cuci tangan sebelum makan, mengembalikan mainan ke tempatnya, dan lain-lain. Apabila suatu saat anak tidak melakukan hal tersebut, maka hendaknya kepada anak diberikan peringatan.
Dalam mensosialisasikan pendidikan nilai dan moral, orang tua mempunyai beberapa kendala, diantaranya :
1) Perubahan zaman dan gaya hidup
2) Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
3) Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
4) Perbedaan tipe kecerdasan anak
Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan usahanya, serta harus lebih mengenal anak-anak agar penanaman nilai dam moral pada anak dapat berhasil.
Strategi:
3) Orang tua harus selalu memantau kegiatan anaknya baik dalam menggunakan media hiburan dan informasi maupun kegiatan sehari-hari, apakah telah sesuai dengan usianya dan bermanfaat atau tidaknya informasi tersebut.
2) Berikan teguran jika anak melakukan kesalahan, namun jika teguran tidak dihiraukan perlu diberikan sanksi.
3) Berikan penghargaan / hadiah jika anak melakukan hal baik
2. Lingkungan Sekolah
Penanaman nilai-nilai moral sangatlah penting, karena segala sesuatu yang diprogramkan di sekolah bertujuan untuk membentuk anak berpikir tentang isu-isu yang benar dan salah, baik dan buruk, mengharapkan perbaikan sosial serta membantu peserta didik agar mampu berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai dan moral pada peserta didik di sekolah antara lain:
1) Menerapkan program K3 ( Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban ) sehingga menjadi budaya sekolah yg ditekankan dalam praktik. Misalnya Jumat bersih, dan lain-lain.
2) Guru membiasakan untuk mengelola kelas sebelum memulai proses pembelajaran dengan cara mengatur, mengamati, dan lain-lain.
3) Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya baik dalam ucapan dan perilakunya. Mampu memberi contoh nyata yang baik, mengedepankan akhlak yang pada akhirnya membangun karakter peserta didik.
4) Guru harus berupaya menjadi sahabat dan teman curhat bagi peserta didik,sehingga peserta didik suka rela untuk mengadukan permasalahan yg dirasakannya.
5) Guru harus mengintegrasikan materi pelajaran yang diampu dengan nilai-nilai karakter yang ada.
6) Mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan sekolah dalam rangka terus menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
7) Guru berupaya memberikan kepada semua peserta didik untuk berani menyampaikan pendapatnya di kelas, melalui kegiatan diskusi dan pengambilan keputusan secara demokratis.
8) Sekolah selalu mengadakan kegiatan upacara bendera dengan tertib dan hikmat sesuai yg diprogramkan untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter.
Hambatan Proses Penanaman Nilai dan Moral di Sekolah
Hambatan dalam menanamkan nilia-nilai moral pada peserta didik diantaranya adalah sebagai berikut: (1) lingkungan keluarga, (2) teman sepermainan, dan (3) dari bapak/ibu guru yang berbeda pendapat dengan pendidik yang lain, seperti ketika peserta didik datang terlambat masuk sekolah pihak tata tertib sekolah memberikan sanksi pada peserta didik, tapi ketika masuk kelas peserta didik dibiarkan saja tanpa ada tindakan apapun dari guru kelas.
Strategi penanaman nilai dan moral
Penanaman nilai-nilai moral di sekolah diajarkan melalui pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan atau Civic Education. Selain itu juga diintegrasikan melalui pengembangan diri dan budaya sekolah.
1) Integrasi Melalui Mata Pelajaran
Penanaman nilai-nilai moral yang juga merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian yang baik dapat dilakukan melalui mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah. Melalui kedua mata pelajaran itu diharapkan bisa menanamkan nilai-nilai moral pada siswa yang akan membentuk kepribadian yang baik.
2) Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian siswa yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler. Penanaman nilai-nilai moral melalui kegiatan eksrakurikuler pada siswa merupakan kegiatan pendidikan di luar pelajaran untuk membantu pengembangaan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik yang memiliki kemampuan dan kewenagan di sekolah.
3) Budaya Sekolah
Integarasi nilai-nilai moral melalui budaya sekolah sangatlah membantu, karena budaya sekolah merupakan sistem nilai yang mempengaruhi prilaku warga sekolah dan dengan adanya budaya sekolah akan membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah lain.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter nilai dan moral anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan famili “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai moral di masyarakat antara lain:
1) Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
2) Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
3) Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat:
1) Tidak ada kepedulian
2) Tidak merasa bertanggung jawab
3) Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Strategi :
1) Memberikan sosialisasi tentang pentingnya nilai dan moral kepada masyrakat
2) Memberikan sanksi bagi anggota masyarakat yang melanggar peraturan yang telah di tetapkan.
2013053177
Peran pendidik dalam penanaman nilai-nilai moral sangat dibutuhkan, karena pendidik harus memperhatikan aspek-aspek pribadi yang dimiliki setiap peserta didik. Peserta didik tidak mudah untuk ditebak karena ketika peserta didik berada di sekolah sangat patuh tapi hal itu dilakukan untuk menghindari hukuman, mereka juga harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya agar mereka memiliki banyak teman, saat peserta didik menyesuaikan diri maka harus bisa menahan amarah ketika ada hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, hal itu dilakukan agar terhindar dari masalah yang akan ditimbulkannya. Adapun yang menjadi hambatan dalam proses penanaman nilai dan moral pada peserta didik, seperti (1) lingkungan keluarga, (2) teman sepermainan, dan (3) dari bapak/ibu pendidik yang berbeda pendapat dengan pendidik yang lain, seperti ketika peserta didik datang terlambat masuk sekolah pihak tata tertib sekolah memberikan sanksi pada peserta didik, tapi ketika masuk kelas peserta didik dibiarkan saja tanpa ada tindakan apa pun dari peserta didik kelas.
Upaya mengatasi hambatan dalam penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik di antaranya adalah sebagai berikut: (1) hambatan dari pendidik, maka kepala sekolah harus tegas dan berwibawa dalam menghadapi bawahannya; (2) melakukan teguran dan hukuman pada peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah; (3) menghubungi wali murid yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah yang melakukan pelanggaran lebih dari tiga kali oleh guru BP; (4) melakukan kerja sama dengan warga sekolah dan wali murid sehingga bisa terjadi komunikasi yang baik.
Adapun trik atau strategi yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai dan moral pada peserta didik, yaitu :
1. Melalui integrasi dalam mata pelajaran
Penanaman nilai-nilai moral yang juga merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian yang baik dapat dilakukan melalui mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah. Melalui kedua mata pelajaran itu diharapkan bisa menanamkan nilai-nilai moral pada siswa yang akan membentuk kepribadian yang baik.
2. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan yang berperan dalam penanaman nilai-nilai moral, pengembangan potensi dan prestasi peserta didik. Penanaman nilai-nilai moral melalui kegiatan ekstrakurikuler pada siswa merupakan kegiatan pendidikan di luar pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik yang memiliki kemampuan dan kewenangan di sekolah.
3. Budaya Sekolah
Merupakan tindakan yang dianut oleh seluruh warga sekolah dalam membentuk perilaku, sikap, cara berpikir dan nilai-nilai yang tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya sekolah merupakan kerangka kerja yang disadari untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang terumuskan dalam visi dan misi sekolah demi kepentingan bersama. Jadi dengan integrasi nilai-nilai moral melalui budaya sekolah sangat lah membantu, karena budaya sekolah merupakan sistem nilai yang mempengaruhi perilaku warga sekolah dan dengan adanya budaya sekolah akan membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah lain.
Terima Kasih
2013053101
Izin menjawab bu,
1. Keluarga
• Cara menanamkannya yaitu dengan orang tua dapat mengajarkan sikap baik kepada anak seperti sikap saling menghargai terhadap sesama, mengajarkan sikap jujur dan jangan berbohong, mengajarkan sikap rendah hati dan suka menolong sesama, tanamkan sikap disiplin, dan mengajarkan sikap bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat.
• Hambatan dalam menanamkan nilai dan moral di lingkungan keluarga adalah seperti anak sulit diatur, kurang adanya bimbingan orang tua dalam mengisi waktu luang anak, dan minimnya pengawasan orang tua.
• Straregi dalam menanamkan nilai dan moral agar menjadi kebiasaan dalam keluarga yaitu orang tua sering memberikan pelajaran yang baik, memberi nasihat kepada anak, dan hal yang paling penting orang tua mengimplementasikan ajaran-ajaran yang telah diajarkan kepada anak sehingga anak akan mengimplementasikannya juga dalam sehari-hari.
2. Sekolah
• Cara menanamkannya yaitu pendidik dapat mengajarkan dari hal-hal yang kecil seperti membiasakan peserta didik berbudaya senyum, sapa, dan salam. Selain itu pendidik juga dapat memberikan pembelajaran agar tidak berkelahi dengan teman, tidak menyontek ketika ujian, membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori kelas, dan pendidik juga dapat mengarahkan peserta didik untuk membiasakan agar peserta didik berbicara dengan bahasa yang baik dan santun terhadap siapapun.
• Hambatan dalam menanamkan nilai dan moral di lingkungan sekolah adalah seperti peserta didik sulit diatur, peserta didik asyik sendiri ketika pendidik menjelaskan materi, dan peserta didik yang tidak suka diberi nasihat dan menurutnya dia lah yang paling benar.
• Straregi dalam menanamkan nilai dan moral agar menjadi kebiasaan dalam sekolah yaitu pendidik dapat membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar peserta didik fokus dengan apa yang dikatakan oleh pendidik setelah itu pendidik dapat menjelakan pembelajaran penanaman nilai moral kemudian penanaman nilai moral ini diharapkan pendidik juga mengimplementasikannya baik dalam sekolah maupun sehari-hari sehingga peserta didik akan mengimplementasikannya juga di sekolah maupun kehidupan sehari-hari.
3. Masyarakat
• Cara menanamkannya yaitu masyarakat dapat membiasakan gotong royong, misalnya membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah. Kemudian masyarakat juga dapat membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum, dan menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
• Hambatan dalam menanamkan nilai dan moral di lingkungan masyarakat yaitu seperti tidak ada kepedulian masyakat terhadap lingkungan sekitar, memiliki sifat individualis, dan masyarakat yang cenderung mementingkan diri sendiri.
• Straregi dalam menanamkan nilai dan moral agar menjadi kebiasaan dalam masyarakat yaitu membuat jadwal pos ronda sehingga dapat mempererat tali silahturahmi dan mengadakan kegiatan membersihkan desa setiap sebulan sekali sehingga dapat membangkitan jiwa gotong royong antar masyarakat.
Terima kasih
Berdasarkan hasil analisis saya, penanaman nilai dan moral dilingkungan:
Keluarga, ayah dan ibu selalu menasehati anaknya ketika anaknya melakukan kesalahan, ayah dan ibu si anak selalu mencontohkan bagaimana cara bertutur kata yang sopan dan santun, menghormati yang lebih tua, menghargai sesama saudaranya, dan juga tidak memaksa anak untuk melakukan tindakan diluar kemampuan anak.
Sekolah, sama halnya dengan dilingkungan keluarga, dilingkungan sekolah guru selalu menunjukkan perilaku yang baik misalnya bertutur kata yang sopan, selalu menasehati ketika anak-anaknya melakukan kesalahan, tidak membentak, tidak menggunakan kata-kata yang kasar dan juga selalu memberikan keceriaan untuk murid-muridnya.
Masyarakat, dilingkungan masyarakat penanaman nilai dan moral yang dilakukan yaitu selalu menunjukkan perilaku gotong royong dalam melakukan suatu pekerjaan dengan bersama-sama, toleransi, dan selalu musyawarah dalam mencapai mufakat.
Dari ketiga hal diatas tentunya pembiasaan akan dapat dilakukan oleh peserta didik secara perlahan-lahan karena sesuatu hal yang baik dapat dimulai dari diri sendiri misalnya orang tua terlebih dahulu, gurunya dahulu dan juga masyarakat yang lebih tua terlebih dahulu, secara langsung dan tidak langsung peserta didik anak anak akan mengikuti kebiasaan baik tersebut.
Terimakasih
NPM : 2013053136
A. Dilingkungan keluarga
Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan keluarga :
1. Beri contoh yang baik. Anak cenderung menirukan apa yang dilakukan oleh orang- orang di sekitarnya. Karena itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik pada anak. Dalam menerapkannya, akan lebih baik jika orang tua memberikan contoh langsung pada anak, dibanding hanya menyuruh anak melakukan sesuatu. Misalnya, dalam menerapkan sikap sopan santun, orang tua dapat memberi contoh saat berinteraksi dengan sesama anggota keluarga. Jika anak melihat perilaku sopan santun yang dicontohkan, mereka akan melakukan hal yang sama ketika berinteraksi.
2. Libatkan anak. Ajari anak perilaku bertanggung jawab dengan melibatkannya dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Hal ini bisa diterapkan ketika anak bertengkar dengan saudaranya karena ingin mainan yang sama. Ketika ini terjadi, orang tua dapat memberikan pilihan yang harus dipilih anak agar masalahnya dapat diatasi. Lalu, biarkan ia memilih solusi terbaik menurut dirinya sendiri, sehingga ia dapat belajar bertanggung jawab dengan pilihannya.
3. Tanamankan kepercayaan. Seorang anak perlu memiliki kepercayaan diri agar ia dapat melakukan tugas- tugasnya dengan baik. Orang tua tentu berperan enting dalam menanamkan hal ini pada anak. Berikan ia tugas yang sesuai dengan tingkatan usianya dan selalu yakinkan anak jika ia bisa melakukan tugas yang diberikan.
4. Sistem ‘Reward and Punishment’. Ajarkan kedisiplinan dengan menerapkan ‘reward and punishment’. Jika anak bisa melakukan tugasnya dengan baik, maka beri ia imbalan. Berikan hadiah- hadiah kecil seperti pujian atau makanan kesukaannya. Dengan begitu, anak bisa termotivasi untuk tetap mempertahankan perilaku baiknya. Sebaliknya, jika anak berperilaku kurang baik, berikan ia hukuman. Tapi, perlu diingat, bahwa orang tua perlu mempertimbangkan hukuman yang tepat. Berikan hukuman yang tak terlalu berat atau keras, tapi tetap bisa membuat anak jera untuk melakukan kesalahan yang sama.
5. Ajak anggota keluarga untuk bekerja sama. Pendidikan nilai moral dalam keluarga, tak hanya melibatkan orang tua dan anak saja, namun anggota keluarga lainnya. Ajak mereka bekerja sama dalam memberikan contoh yang baik, serta mendorong kepercayaan diri anak. Dengan begitu, pendidikan nilai moral yang ditanamkan pada anak bisa memberikan hasil yang lebih optimal.
Hambatan penanaman nilai dan moral dilingkungan keluarga :
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap
B. Dilingkungan sekolah
Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan sekolah :
1. Memberikan teladan. Siswa harus mendapatkan contoh bagaimana berperilaku yang baik kapan saja dan di mana saja. Predikat guru melekat tidak hanya saat berada di sekolah. Di mana pun Guru berada, akan selalu menjadi perhatian segala tindak tanduknya. Guru yang merupakan orang tua siswa di sekolah harus selalu bertingkah laku baik dan berhati-hati dalam setiap berucap atau berbuat sesuatu supaya dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa. Sering kali seorang guru diingat bukan saja karena pelajaran yang diajarkan, tetapi juga karena sifat yang dimilikinya, seperti sabar, tegas, dsb.
2. Memberikan penghargaan/apresiasi. Strategi pendidikan nilai moral yang dapat Guru terapkan adalah dengan memberikan apresiasi pada siswa. Ucapan selamat dan terima kasih jangan hanya diberikan saat murid atau siswa berhasil mengukir sebuah prestasi. Berikan apresiasi pada setiap kemajuan yang siswa buat sekecil apapun. Misalnya saat siswa datang tepat waktu, bersedia membantu temannya, atau berani jujur.
3. Menyisipkan pesan moral dalam setiap pelajaran. Pengembangan nilai moral peserta didik dapat dilakukan dengan menyisipkan pesan moral dalam setiap pelajaran. Ajarkan siswa untuk mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang dipelajari. Dengan demikian siswa dapat mengetahui bahwa ilmu yang sedang dipelajarinya memang penting untuk masa depannya.
4. Mengajarkan sopan santun. Strategi pendidikan nilai moral di sekolah salah satunya dengan menerapkan 5S yaitu salam, senyum, sapa, sopan dan santun. Mengajarkan sopan santun tidak hanya dengan menuliskannya di lorong-lorong sekolah atau di dinding kelas. Sopan santun dapat diajarkan lagi-lagi dengan teladan.
5. Menanamkan Leadership. Leadership atau jiwa kepemimpinan adalah salah satu karakter siswa yang harus dibangun. Sifat kepemimpinan dapat dilatihkan melalui pendidikan nilai moral. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menjadi pemimpin secara bergantian adalah salah satu contoh pendidikan nilai moral di sekolah.
Hambatan penanaman nilai dan moral dilingkungan sekolah :
1. Kurang sadarnya diri siswa akan pentingnya nilai-nilai moral untuk dirinya. Pada dasarnya kesadaran siswa akan hal ini sangat dibutuhkan, karena kesadaran akan pentingnya nilai-nilai moral akan membawa siswa pada hal yang baik. Jika siswa sadar akan pentingnya nilai moral, maka siswa akan sadar dengan hukum yang didapat jika melangar tatatertib sekolah, siswa sebagai seorang pelajar sudah pasti bisa membedakan mana hal yang baik atau buruk, dan perbuatan yang diperbolehkan atau dilarang.
2. Lemahnya pengawasan dari keluarga/orang tua siswa. Lingkungan keluarga sangat memiliki peran penting dalam diri siswa. Terutama dalam hal mendidik moral siswa, moral siswa di sekolah merupakan cermin dari moral siswa di rumah, jika siswa saat di rumah disiplin maka ketika di sekolah siswa juga disiplin. Orang tua kurang memperhatikan dan kurang menanamkan nilai-nilai moral pada siswa ketika ada di rumah secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap siswa ketika berada di lingkunagan sekolah dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena didalam diri siswa tidak tetanam nilainilai moral yang baik.
3. Pengaruh lingkungan pergaulan siswa. Lingkungan merupakan tempat yang sering menjadi penghambat/kendala dalam penanaman nilai-nilai moral pada siswa, karena lingkungan adalah tempat yang cukup berpengaruh dalam pergaulan siswa, siswa akan lebih muda melakukan penyimpangan moral karena lingkungan pergaulan yang tidak baik. Lingkungan pergaulan akan rentang dalam mempengarui moral siswa, hal itu akan berdampak tidak baik dalam perkembangan siswa kelak, apalagi saat ini dunia kerja membutuhkan siswa yang tidak hanya pintar dari segi intelektual saja tapi moral yang baik juga sangat dibutuhkan.
4. Kurangnya kepedulian guru dalam pelaksaan penanaman nilai-nilai moral pada siswa. Penanaman nilai-nilai moral pada siswa tidak hanya di bebankan oleh beberapa pendidik saja di sekolah, tapi semua pendidik yang ada di sekolah, tapi dalam hal ini ada saja hamabatan yang dikarenakan para pendidik yang kurang peduli akan pentingnya penanaman nilai-nilai moral pada siswa, terutama guru kelas. Pada dasarnya guru kelas memang di fungsikan untuk mengajar tapi ada tugas lain yang diantaranya yaitu membantu menanamkan nilai-nilai moral pada siswa.
5. Kurangnya sosialisasi tata tertib kepada para siswa jika ada peraturan baru. Sosialisasi antara pendidik dan siswa sangat di butuhkan, tapi pendidik dalam hal refisi tata tertib jarang di sosialisasikan kepada siswa sehingga banyak siswa yang kurang tau tentang tata tertib yang sudah di tulis di buku saku, hampir semua siswa kurang mengetahui apa saja isi dari buku tata tertib sekolah yang telah mereka dapat.
C. Dilingkungan masyarakat
Cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan masyarakat :
1. Membuang sampah tepat pada tempatnya
2. Membungkukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua
3. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pemberian dari seseorang
4. Menyelesaikan tugas di sekolah tepat pada waktunya
5. Menyantuni anak yatim dan piatu di panti asuhan
6. Memberikan pemberlajaran untuk anak-anak jalanan
7. Menunaikan ibadah tepat pada waktunya
8. Menghargai pendapat orang lain saat rapat sedang berlangsung
9. Mencium tangan orang tua saat hendak keluar rumah
10. Memberikan tempat duduk saat di kendaraan umum untuk orang tua maupun ibu hamil yang tidak mendapat tempat duduk
11. Mengucapkan kata “tolong” ketika ingin meminta bantuan kepad orang lain
12. Tidak berucap kasar ketika berada di rumah, sekolah, dan masyarakat
13. Mengindari segala bentuk KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) ketika diberikan tanggung jawab oleh masyarakat
14. Tidak memanipulasi data penelitian saat menyusun tugas di sekolah maupun perkuliahan
15. Tidak mencotek saat ujian
Hambatan penanaman nilai dan moral dilingkungan masyarakat :
1. Inisiatif dan kontrol yang paling kuat ini dilakukan oleh negara belum bergandengan erat dengan social control
2. Kurangnya inisiatif masyarakat
3. Adanya keterampasan yang tidak disertai dengan kompensasi
4. Masyarakat jenuh dengan pola kehidupan yang sama dan merasa sudah mengerti
5. Masyarakat jarang bersosialisasi sehingga menyebabkan individualisme semakin tinggi
6. Kurangnya rasa toleransi di masyarakat bisa menimbulkan perpecahan dan hilangnya rasa persaudaraan
7. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu
NPM 2013053116
KELUARGA
Peran keluarga dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral kepada anak sebagai berikut:
1) Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya
2) Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak
3) Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
4) Mewujudkan kepercayaan
5) Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak)
Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai moral dalam Keluarga:
1) Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua.
2) Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
3) Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
4) Tempat tinggal yang tidak menetap
Solusi atau pencegahannya yaitu sebagai berikut:
1) Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
2) Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3) Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas rumah
4) Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
5) Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
6) Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7) Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
8) Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
9) Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
10) Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
11) Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
12) Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
SEKOLAH
Peran sekolah dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral sebagai berikut:
1) Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2) Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru
3) Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4) Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5) Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6) Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7) Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8) Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah
Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai moral dalam sekolah sebagai beirkut:
1) Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
2) Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
3) Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Solusi atau pencegahannya yaitu sebagai berikut:
1) Pertama, menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan.
2) Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.
3) Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainya.
MASYARAKAT
Peran masyarakat dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral sebagai berikut
1) Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
2) Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
3) Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat
4) Tidak ada kepedulian
5) Tidak merasa bertanggung jawab
6) Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa.
NPM : 2013053094
Izin menanggapi
Cara Penanaman nilai moral di Lingkungan Keluarga
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan
berolahraga
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas–
tugas rumah
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang
yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang
pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan
pulang ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan
berjamaah
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam
keluarga
Hambatan di lingkungan keluarga
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang
diberikan oleh orang tua.
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa)
yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang
diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga,
baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang
menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan
kasih sayang yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap
Cara menanamkan nilai moral di lingkungan sekolag
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2. Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium
tangan guru.
3. Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis
di sekolah
4. Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan
santun
6. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah
disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8. Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan
shalat Dzuhur berjamaah di sekolah
Hambatan hambatan
yang dihadapi di sekolah:
1. idak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
2. Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang
telah ditetapkan
3. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Penanaman moral di lingkungan masyarakat
1. Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan
halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air,
menanami pekarangan rumah.
2. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di
jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
3. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hambatan yang dihadapi dimasyarakat:
1. Tidak ada kepedulian
2. Tidak merasa bertanggung jawab
3. Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Strategi agar perilaku penanaman nilai moral menjadi kebiasaan
1. Lakukan hal tersebut secara konsisten
2. Fokus pada tujuan yang hendak di capai
3. Berikan edukasi mengenai manfaat dari kegiatan tersebut
2013053179
1. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai, moral, dan aturan pergaulan serta pandangan kepada anggota keluarga. Orang tua sangat berperan aktif dalam proses menanamkan nilai-moral karena orang tua merupakan pondasi utama dasar perilaku bagi anak-anaknya. Dengan ditanamkannya nilai-moral oleh orang tua, maka pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah, sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak diharapkan akan lebih mudah membedakan antara perbuatan mana yang perlu diikuti dan perbuatan mana yang harus dihindari.
Pendidikan moral yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua yakni penanaman nilai Kejujuran, penanaman nilai Kerukunan, penanaman nilai Kerjasama, penanaman nilai Sopan Santun, dan penanaman nilai Disiplin. Dalam hal ini orang tua bisa memberikan melalui nasehat secara langsung kepada anak, dan juga orang tua dapat memberikan contoh yang positif dalam bertindak dan berperilaku karena anak ini akan lebih mencontoh perilaku orang tua nya. Orang tua harus memberitahu anaknya bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sopan. Perilaku yang dilakukan orang tua baik atau buruk akan mudah dilihat dan kemudian akan ditiru dan dilakukan oleh anak.
2. Lingkungan sekolah
Pendidikan moral memang sangat diharapkan perbaikannya. Apalagi dalam dunia pendidikan agar seluruh komponen dalam masyarakat terutama pada dunia pendidikan menjadi lebih baik dan dapat mencetak generasi muda yang lebih bermoral.
Semua itu tidak akan terwujud tanpa partisipasi dari pembentukan moral oleh lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, tenaga pendidik peserta didik, serta pengendali moral dari agama.
Moral sangat penting diajarkan pada pendidikan, apalagi sejak pendidikan sekolah dasar untuk menanamkan sikap dan perilakunya sejak usia dini. Moral ditanamkan kepada peserta didik agar mereka dapat berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
Nilai moral dapat diajarkan di sekolah dasar dengan contoh yang sederhana, misalnya dengan mengajarkan peserta didik membuang sampah pada tempatnya, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, menunaikan ibadah tepat waktu, menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya.
Dengan begitu, peserta didik dapat melakukan bahkan akan mengikuti perbuatan baik yang dicontohkan oleh gurunya disekolah.Guru di sekolah berfungsi sebagai fasilitator, supaya peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik sehingga dapat tercipta tujuan pendidikan moral yang baik juga.
Apalagi di zaman sekarang ini yang sering disebut “zaman now” masih banyak terjadi perilaku-perilaku menyimpang, karena pendidikan intelegensi sering tidak diimbangi dengan kecerdasan spiritual.
Contohnya saja saat ini masih sering terjadi kasus bullying di sekolah dasar, tidak sedikit murid yang menjadi bahan olok-olokan temannya atau bahkan malah menjerumus pada tindak kekerasan.
Selain itu, yang paling utama adalah nilai moral harus diimbangi dengan spiritual untuk mencegah tindakan-tindakan asusila di masyarakat.
Dengan menanamkan nilai moral sejak dini, berarti kita dapat membantu mengurangi tindakan penyimpangan ini.Karena tanpa mengerti agama, kelak seseorang bisa saja terjerumus dalam perbuatan buruk seperti ini.
3. Lingkungan masyarakat
Penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat yaitu Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pemberian dari seseorang.
Hambatannya lebih ke diri masing-masing karena menurut saya di generasi seperti sekarang ini cukup susah menjumpai orang yang di beri mengucapkan terimakasih, tetapi kita seorang calon pendidik harus memberi contoh tersebut agar bisa menjadi contoh bagi orang lain
NPM : 2013053156
Izin menjawab,
Menurut saya penanaman nilai dan moral yang ada di lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat adalah suatu hal yang sangatlah harus dilakukan. Terutama di lingkungan keluarga yaitu orang tua yang berperan sebagai wadah utama dalam pemberian pendidikan moral terhadap anaknya. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal pemberian pendidikan dasar moralitas kepada anaknya. Selain itu di lingkungan sekolah ada pendidik yang juga membantu peran orang tua dalam memberikan pendidikan moral untuk peserta didiknya. Adapun cara menanamkan nilai dan moral melalui pendidikan nilai dan moral dapat dilakukan dengan menggunakan metode ialah sebagai berikut.
1) Metode bercerita
2) Metode bernyanyi
3) Metode bermain peran
4) Metode meneladani
5) Metode pembiasaan perilaku
6) Metode karyawisata
7) Metode diskusi
Kemudian, adapula beberapa hambatan yang bisa saja terjadi pada saat melakukan penanaman nilai dan moral pada anak sebagai beriku.
1) Pendidik masih sering kesulitan dalam merumuskan nilai - nilai nasionalisme yang akan diintegrasikan ke dalam pembelajaran
2) Belum adanya buku panduan yang khusus yang merujuk per mata pelajaran juga menjadi penghambat pendidik dalam merencanakan perencanaan
3) Anak kerap kali merasa bosan di suasana tertentu
4) Anak terkadang terlalu sibuk dengan bermain sehingga tidak fokus dengan apa yang disampaikan
5) Adanya perbedaan lingkungan antara lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga juga menjadi sebuah kendala tersendiri
6) Keluarga yang kurang memperhatikan dan kurang memberi dukungan, padahal seperti yang kita ketahui bahwa keluarga merupakan faktor yang pertama dan utama dalam mempengaruhi perkembangan anak
7) Bergaul di lingkungan yang salah
Selanjutnya adalah beberapa strategi/trik yang dapat dipakai agar penanaman nilai dan moral dapat menjadi kebiasaan dan dilakukan secara terus menerus oleh anak didik sebagai berikut.
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak sejak dini
2) Mengenalkan anak pada lingkungan sekitar yang memiliki keterkaitan yang erat pada penanaman nilai dan moral
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku baik
4) Memberi contoh berupa perilaku yang baik supaya dapat ditiru oleh anak
5) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
6) Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemapuan yang dimiliki anak
7) Senantiasa memberi anak asupan nasehat, dan motivasi untuk selalu berprilaku jujur, hormat dan patuh kepada orang tua, disiplin, mematuhi peraturan yang ada, tegas, dan yang pasti senantiasa beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
NPM: 2013053109
Izin menanggapi bu,
Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
A. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga
1.) Cara Menanamkan
*Cara Pendampingan,
2.) Hambatan-hambatan Proses Penanaman
*Pengaruh pergaulan yang buruk dari temannya
*Pengaruh Globalisasi yang memicu anak-anak melihat konten negatif
*Kurangnya pengetahuan anak mengenai nilai moral
*Ego dan sifat anak yang terkadang keras kepala dalam menerima nasihat orang tua.
3.) Trik dan Strategi yang tepat dalam Penanaman
*Strategi Keteladanan,
*Strategi Reward,
*Strategi komunikasi dan kasih sayang,
1.) Cara Menanamkan
*Pendidik menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik melalui semua mata pelajaran, dengan cara menyisispkan nilai-nilai
*Pendidik menjadi contoh panutan serta teladan perilaku nilai moral yang baik, karena jika pendidik memberikan contoh yang
Pendidik dapat mengajarkan nilai moral dengan nasehat, motivasi, dan teguran. Selain itu juga dapat ditanamkan diluar jam
2.) Hambatan-hambatan Proses Penanaman
*Pengaruh Globalisasi, sehingga banyak budaya budaya yang negatif masuk dan mempengaruhi nilai moral bangsa.
*Kurang sadarnya diri peserta didik akan pentingnya nilai-nilai moral untuk dirinya.
*Lemahnya pengawasan dari keluarga/orang tua peserta didik
*Pengaruh lingkungan pergaulan peserta didik
*Kurangnya kepedulian pendidik dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik
*Kurangnya sosialisasi tata tertib kepada para peserta didik jika ada peraturan baru.
3.) Trik dan Strategi yang tepat dalam Penanaman
*Pengintegrasian melalui mata pelajaran, contoh upaya pengintegrasian strategi penanaman nilai-nilai moral dilakukan melalui
*Pengembangan diri, Upaya pengembangan diri di sekolah dapat melalui Ekstrakulikuler yang diwujudkan dengan adanya
*Budaya sekolah, Upaya melalui budaya sekolah di antaranya yaitu, budaya salam, upacara bendera, budaya sholat jum’at, studi
*Alat Pendidikan, penggunaan alat pendidikan yaitu seperti membuat buku tata tertib sekolah, mading sekolah, dan buku
C. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Masyarakat
1.) Cara menanamkan
*Masyarakat mengajak anak perlu untuk belajar dan memperdalam ilmu agama. Contohnya di TPA, dan tempat pengajian.
*Masyarakat mengajarkan para anak anak untuk bertingkah laku moral yang baik seperti sopan santun dan tolong menolong di
*Masyarakat dapat mengajak anak dalam berpartisipasi di lembaga lembaga/organisasi positif yang ada di daerah tersebut
*Masyarakat dapat sering mengadakan sosialisasi, serta kegiatan kegiatan positif yang berkaitan dengan penanaman nilai dan
2.) Hambatan-hambatan proses penanaman
*Penyalahgunaan sebagian ajaran moral dan Konsep- Konsep Moral, serta Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti
*Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)
*Perkembangan Teknologi yang memicu banyak hal negatif
*Lemahnya Mental Generasi Bangsa
*Pergaulan yang kurang baik.
3.) Trik dan Strategi yang tepat dalam penanaman
*Sosialisasi nilai moral masyarakat,
*Mengikutsertakan dalam lembaga/organisasi positif,
*Ajaran agama di lingkungan,
Terima kasih.
2063053004
Izin meberikan tanggapan Bu
- Penanaman Nilai dan Moral dilingkungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
a. Cara menanamkannya
Cara untuk menanamkan nilai dan moral anak di lingkungan keluarga adalah mendidik anak agar menjadi anak yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah itu mengajarkan anak untuk selalu jujur, baik dalam perkataan atau perbuatan. Juga diajarkan tanggung jawab, misalnya seorang kakak disuruh untuk menjaga adiknya saat Ibu pergi ke pasar atau juga disuruh untuk melakukan pekerjaan rumah. Selain anak memiliki rasa tanggung jawab, secara tidak sadar akan tumbuh sikap saling menyayangi diantara keduanya. Dan yang paling penting ajarkan anak untuk bersosialisasi, agar bisa mengenal dan juga toleransi dengan temannya yang memiliki perbedaan keyakinan.
Cara untuk menanamkan nilai dan moral dilingkungan sekolah adalah mengajarkan anak untuk disiplin, seperti masuk sekolah tepat waktu, mengumpul tugas tepat waktu, dan juga disiplin untuk menjalankan segala tata tertib yang ada di sekolah. Juga diajarkan agar anak dapat menghormati pendapat temannya saat sedang berdiskusi, dan berusaha untuk menanggapi setiap apa yang sudah disampaikan temannya.
Dan yang terakhir cara menanamkan nilai dan moral dilingkungan masyarakat adalah memilih pergaulan yang baik, karena lingkungan pertemanan ini sangat berpengaruh. Lalu anak diajarkan agar selalu menyapa setiap bertemu dengan tetangganya, karena sikap ramah ini sangat perlu untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang harmonis. Serta memperkenalkan nilai adat budaya yang ada.
b. Hambatan saat Proses Penanamannya
Hambatan yang sering terjadi saat proses penanaman nilai dan moral dilingkungan rumah adalah kurangnya waktu kedua orang tua untuk membersamai anaknya, sehingga ini perlu adanya kerjasama dengan pendidik disekolah. Dan juga hambatan yang dialami oleh orang tua serta pendidik adalah lingkungan masyarakat yang tidak baik atau kurang mendukung dalam penerapan nilai dan moral ini, sehingga saat anak di rumah nurut dan di sekolah pun demikian setelah anak bergaul di masyarakat yang kurang mendukung tadi mereka akan membawanya ke lingkungan rumah dan sekolah tadi.
c. Trik atau Strategi
a. Mulai dari hal yang sederhana
b. Kenalkan dengan nilai-nilai agama
c. Ajarkan kejujuran
d. Latihlah tanggung jawab
e. Tanamkan Disiplin
f. Melalui cerita dongeng
g. Lakukan secara konsisiten
Npm : 2013053117
izin menjawab
1). Penanaman nilai di lingkungan Keluarga
keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat dengan anak harus mengajarkan dan mencontohkan hal-hal kecil yang bermanfaat sebagai pondasi dalam pembentukan nilai moral anak
Beberapa contoh kebiasaan yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga :
- Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
- Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas – tugas rumah
- Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang – barang yang dimilikinya
- Membiasakan dan mendampingi anak belajar / mengulang pejaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
- Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
-. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
-. Menerapkan pelaksanaan ibadah sholat sendiri dan berjamaah
-. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
-. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
- Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
- Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
Kendala – kendala yang dihadapi dalam keluarga :
- Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua.
- Orang tua atau salah satu anggota keluarga ( orang dewasa ) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
- Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya’.
- Tempat tinggal yang tidak menetap
2). Penanaman nilai di lingkungan Sekolah
Jika dilingkungan rumah/ keluarga , anak dapat dikatakan “ menerima apa adanya” dalam menerapkan sesuatu perbuatan, maka dilingkungan sekolah sesuatu hal menjadi “mutlak”adanya, sehingga kita sering mendengar anak mengatakan pada orang tuanya “ Ma, Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu “ Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi diatas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani .
Contoh – contoh perilaku yang dapat diterapkan disekolah:
· Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum :
- Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
- Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
- Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
· Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
· Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
· Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
· Membimbing dan membiasakan siswa sholat Dhuha dan sholat dzuhur berjamaah di sekolah
Kendala – kendala yang dihadapi di sekolah ;
· Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
· Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
· Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
3). Penanaman nilai di lingkungan Peran Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan family “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak . Orang – orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Contoh – contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat :
- Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman rumah masing – masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
- Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan , merusak atau mencoret – coret fasilitas umum
- Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat ;
- Tidak ada kepedulian
- Tidak merasa bertanggung jawab
- Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
-Strategi agar anak penanaman nilai bisa menjadi kebiasaan adalah dengan membuat peraturan baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang bersifat mengekang sehingga anak akan terikat pada peraturan tersebut dan mereka akan memilih mengikuti peraturan daripada melanggar peraturan tersebut
NPM: 2013053130
1. Dilingkungan Keluarga
- Cara dari penanaman nilai moral kepada anak, dimulai dari orang tua mengajarkan hal-hal kecil dalam kegiatan sehari-hari misalnya cara berbicara, cara berpakaian, adab sopan santun, dsb. Kemudian, orang tua juga harus menanamkan sifat baik kepada anak agar nantinya terbentuk karakter yang berbudi luhur dan melekat dalam diri anak sehingga dijadikan kebiasaan. Sifat baik itu meliputi kejujuran, rendah hati, sabar, dsb. Dalam pengajarannya tentu harus dimulai dari kebiasaan orang tua terlebih dahulu yang nantinya akan dijadikan teladan oleh anak dan anak akan mudah memahami karena mendapatkan pengalaman langsung.
Hambatan dalam pelaksanaan penanaman nilai moral di lingkungan keluarga adalah adanya pengaruh berkembang pesatnya teknologi, dimana anak lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain gadget. Sehingga, lama kelamaan hubungan antar orang tua dan anak tidak terjalin harmonis karena terlalu sibuk dengan gadget. Hal itu pula akan berdampak pada nilai moral yang ada dalam diri anak, dimana anak akan terkontaminasi oleh berbagai hal di gadget dan orang tua tidak menghiraukan pada pendidikan nilai moral anak.
Strategi dalam penanaman nilai moral pada anak dilingkungan keluarga, yaitu pertama, nilai yang akan ditanamkan haruslah jelas dengan menggunakan bahasa yang sederhana agar dapat diterima oleh anak. kedua, orang tua dan anggota keluarga lainnya harus konsisten dalam proses penanaman nilai moral. Ketiga, orang tua harus berperan sebagai role model untuk dijadikan contoh teladan bagi anak demi keberhasilan penanaman nilai moral. Keempat, anak harus diberikan konsekuensi atau sanski tanpa menyakiti fisik anak jikalau melakukan kesalahan atau berprilaku negative.
Penanaman nilai moral kepada peserta didik disekolah dapat dilakukan oleh pendidik melalui semua mata pelajaran yang ada, yaitu dengan menyisipkan nilai moral tertentu seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, demokrasi, dsb. Lalu, bisa juga dengan pendidik guru menjadi sebagai contoh panutan bagi peserta didik dengan tingkah laku yang dimunculkan. Apabila hal itu diterapkan peserta didik akan lebih cepat untuk menyerap nilai moral yang diajarkan. Penanaman nilai moral juga dilakukan saat berada di luar kelas meliputi seluruh kegiatan disekolah termasuk kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka, dan tentu pada kegiatan tersebut akan memuat pendidikan nilai moral. Terakhir, penanaman nilai moral dapat diintegrasikan melalui budaya sekolah yang akan mempengaruhi perilaku warga sekolah. Penanaman nilai moral tidak hanya ditanamkan dilingkungan sekolah, tetapi perlu kesinambungan antara keluarga dan masyarakat pula.
Hambatan dalam penanaman nilai moral dilingkungan sekolah yaitu kurangnya kesadaran diri peserta didik akan pentingnya nilai moral untuk pengembangan diri mereka, kurangnya pengawasan dan pendidikan nilai dari orang tua sehingga tidak terjadi kesinambungan antar sekolah dan keluarga, berbagai pengaruh dari pergaulan peserta didik karena lingkungan dinilai sangat berpengaruh pada nilai moral anak dan permasalahan yang terjadi, dan pendidik kurang memperdulikan akan penanaman nilai moral peserta didik dan hanya mementingkan mengajar akademik ketimbang pembentukan watak anak
Strategi dalam penanaman nilai moral dilingkungan sekolah yaitu pertama, pendidik harus meningkatkan komunikasi dengan peserta didik ataupun orang tua sehingga pendidik tahu bagaimana latar belakang peserta didik agar bisa menyesuaikan dalam penanaman nilai moral. Hal itu pula dapat dijadikan sebagai pantauan bagaimana keseharian peserta didik. Kedua, sekolah ataupun pendidik melakukan kerja sama dengan orang tua dalam penanaman nilai moral anak, guna memantau bagaimana perkembangan peserta didik. Ketiga, pemberian hukuman apabila terdapat peserta didik melakukan penyimpangan agar menciptakan efek jera dan pemberian penghargaan terhadap anak yang melakukan perilaku baik.
Cara penanaman nilai moral dilingkungan masyarakat adalah dengan memberikan contoh nyata dan mengajak untuk melakukan hal-hal yang baik dan berguna untuk perkembangan moral anak seperti kegiatan gotong royong, pengajian, karang taruna dsb. Hal itu akan membuat anak mengerti tentang bagaimana berprilaku yang baik dilingkungan masyarakat.
Hambatan dalam penanaman nilai moral dimasyarakat adalah kurangnya perhatian dalam diri individu khsusnya orang dewasa untuk memberikan pengajaran nilai moral yang baik dimasyarakat. Saat ini masyarakatnya cenderung individualis sehingga kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Strategi dalam penanaman nilai moral dimasyarakat adalah dengan tokoh masyarakat mensosialisasikan tentang pentingnya penanaman nilai moral dikehidupan bermasyarakat, memberikan sanksi sosial terhadap perilaku penyimpangan nilai moral di masyarakat, mengajak anak ataupun remaja untuk ikut serta dalam kegiatan bermasyarakat dan kegiatan positif lainnya seperti karang taruna.
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Uraian jawaban pendapat saya tentang cara, hambatan dan strategi dalam penanaman nilai moral pada anak di lingkungan keluarga sekolah, dan masyarakat
Izin menanggapi
Menurut saya cara menanamkan pendidikan nilai dan moral untuk peserta didik dapat dilakukan dengan cara menjelaskan tindakan-tindakan yang baik dan buruk disertai dengan contohnya dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain, menanamkan nilai-nilai agama, menanamkan nilai moral dengan metode bercerita yang didalam cerita tersebut terdapat nilai moral, kemudian kita sebagai pendidik juga harus dapat berperilaku baik di depan peserta didik agar mereka dapat melihat tingkah laku baik dari gurunya tersebut. Contohnya ketika seorang anak membuang sampah sembarangan, kita dapat menasehati anak tersebut dan mencontohkan perilaku membuang sampah pada kehidupan sehari-hari. kemudian pendidik dapat mencontohkan perilaku disiplin dengan cara datang tepat waktu pada proses pembelajaran berlangsung.
Hambatan penanaman nilai moral pada anak ada beberapa faktor yaitu
-faktor lingkungan keluarga, keluarga yang sikap mendidik nya terlalu keras menurut saya dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis anak, beberapa anak akan memberontak dan berakhir melakukan tindakan yang buruk.
-faktor lingkungan masyarakat, masyarakat harus dapat berperan dalam pembentukan nilai dan moral anak karena jika masyarakat menjadi contoh yang buruk, anak remaja yang sifatnya sering mencontoh perbuatan orang dewasa akan mengikuti perilaku buruk yang ada dimasyarakat
-faktor pergaulan, pergaulan atau pertemanan anak harus diperhatikan oleh orang dewasa karena di dalam pergaulan tersebut anak dapat terjerumus pada tindakan yang buruk seperti diajak merokok, harus mencuri agar dapat berteman dengan mereka, mengajak anak membolos, dll
-faktor pendidikan, pendidikan harus dapat memberikan yang terbaik dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral
Strategi penanaman nilai dan moral
1. Memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, pendidik dan orangtua harus dapat menjadi role model bagi anak agar anak dapat mencontoh sikap baik yang dilakukan oleh pendidik dan orangtua.
2. Memberikan Apresiasi, ketika anak melakukan sesuatu tindakan yang baik sebaiknya kita harus dapat memuji anak tersebut, karena anak cenderung termotivasi karena adanya pujian yang diberikan.
3. Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran.
4. Pendidik dan orangtua harus melakukan tindakan hukuman jika anak melakukan kesalahan dan berperilaku tidak sesuai moral, agar anak dapat belajar dari kesalahan dan mendapat efek jera
5. Mengajarkan Sopan Santun, jujur, dan menghormati sesama manusia
2013053157
Izin menanggapi
1.Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak. Karena anak untuk pertama kalinya mengenal pendidikan di lingkungan keluarga, sebelum
mengenal masyarakat yang lebih luas.Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Baik buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan orang tuanya. Karena, di dalam keluarga itulah anak-anak pertama kali memperoleh pendidikan sebelum pendidikan-pendidikan yang lain. Sejak anak-anak lahir dari rahim ibunya, orang tua selalu memelihara anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Adapun cara menanamkan nilai moral di lingkungan keluarga adalah Salah satu cara menanamkan nilai moral di lingkungan keluarga yaitu:
Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama dalam keluarga.
Hambatan yang di hadapi dalam menamakannya adalah,kurang sadar nya dari diri anak tersebut akan pentingnya Nilai moral berupa menjankan ibadah secara berjamaah
di dalam keluarga tersebut.
Strategi dan trik yang dapat di pakai adalah,maka ajarkan pemahaman secara detail terlebih dahulu kepada anak akan penting nya Ibadah secara berjamaah dan jelas kan manfaatnya yang akan di dapat dari hal tersebut,
maka setelah anak mengetahui secara detail anak akan membiasakan dirinya untuk melakukan ibadah tersebut dalam kehidupan sehari-hari nya.
2.Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Karena kemajuan zaman, maka keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat,
semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise).
Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan.
Adapun cara menanamkan nilai moral di lingkungan sekolah adalah salah satunya dengan cara, tidak memilih teman dan membedakan teman berdasarkan agama, ras,suku,dan tahta atau kekayaan masing-masing anak.
Hambatan yang dihadapi dalam menanamkan nya adalah kurangnya kepedulian pendidik nya dalam
pelaksaan penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik sehingga pendidik tidak memperhatikan peserta didiknya dalam memperlakukan teman satu sama lainnya. Lalu hambatan yang kedua adalah kurangnya sosialisasi dan pemahaman yang dipahami oleh peserta didik betapa pentingnya bersikap toleransi antara sesama.
Strategi dan trik yang dapat dipakai dalam penanaman ini adalah dapat menggunakan strategi melalui mata pelajaran PKN dan Agama dengan melalui mata pelajaran PKN dan agama tersebut maka dapat diberikan pemahaman mengenai sikap toleransi kepada sesama masyarakat dan warga negara Indonesia.
3.Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang“tidak dekat", “tidak dikenal" “tidak memiliki ikatan famili" dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh,
mengajak atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter.
Adapun cara penanaman nilai moral di lingkungan masyarakat adalah salah satunya dengan cara,Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
Hambatan yang dihadapi dalam menanamkan nya adalah lemahnya pengawasan dari keluarga/orang
tua anak dan kurangnya pemahaman anak akan pentingnya menjaga kebersihan untuk membuang sampah pada tempatnya,dan tidak merusak fasilitas umum.
Strategi dan trik yang dapat dipakai dalam penanaman ini adalah dapat menggunakan trik dan strategi seperti adakan lomba antar masyarakat untuk saling berlomba dalam kebersihan lingkungannya dan bagi siapa yang menang sesuai ketentuan akan mendapatkan reward maka dengan hal demikian masyarakat akan membiasakan hidup sehat dan tidak membuang sampah sembarangan serta tidak merusak fasilitas umum dan hal tersebut akan menjadi kebiasaan baik dalam hidup sehari-hari masyarakat.
Julida Patimah
2013053070
1. Contoh penanaman
kebiasaan yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga:
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas–tugas rumah
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
11. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
12. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
Kendala–kendala yang dihadapi dalam keluarga :
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua.
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap
Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
4. Mewujudkan kepercayaan
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak)
2. Penanaman perilaku yang dapat diterapkan di sekolah:
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2. Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
3. Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4. Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
Kendala – kendala yang dihadapi di sekolah:
1. idak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
2. Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
3. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Solusi dari kendala yang dihadapi
1. mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan
2. Menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.
3. Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education).
3. Contoh penanaman dilingkungan masyarakat
1. Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
2. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah dijalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
3. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat:
1. Tidak ada kepedulian
2. Tidak merasa bertanggung jawab
3. Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa.
2063053003
Izin menjawab bu
1. penanaman nilai dan moral dilingkungan keluarga
salah satu contoh penanaman moral yang bisa dilakukan dilingkungan keluarga seperti kenalkan kepadanya sejak dini siapa tuhannya,
Biasakan mereka untuk menjalankan ibadah sebagai wujud kewajiban kepada tuhan, Mencontohkan kepadanya untuk menolong orang lain yang membutuhkan. lakukan hal ini terus menerus maka si anak akan merekam di otaknya dan akan mengingat ini terus menerus, apabila anak menolak untuk di ajak beribadah maka sebagai pendidik atau orang tua harus sabar atau bisa juga diganti dengan kisah kisah nabi yang kaumnya menolak untuk beribadah.
2. penanaman nilai dan moral dilingkungan sekolah
salah satu contoh penanaman moral yang bisa dilakukan dilingkungan sekolah seperti membantu teman yang kesulitan, tidak mencela atau mencemooh teman, menjaga lingkungan sekolah, menyimak saat guru menjelaskan materi. hendaknya pendidik mengajarkan cara menjaga lingkungan sekolah dan memberi sanksi jika peserta didik melanggar. saat sedang di kelas pendidik di tuntut untuk bisa mengkondisikan kelas apabila ada peserta didik yang tidak memperhatikan ada baiknya pendidik mencari tau mengapa ia tidak bisa fokus saat pembelajaran.
3. penanaman nilai dan moral dilingkungan masyarakat
salah satu contoh penanaman moral yang bisa dilakukan dilingkungan masyarakat seperti Mendorong anak untuk ikut kegiatan di sekitar rumah, orang tua hendaknya mencontohkan untuk menghargai aturan pada daerah atau budaya.pada dasarnya anak itu akan mencontoh apa yang di contohkan oleh pendidik atau orang tua, jadi sebagai pendidik kita harus berhati hati dalam berperilaku karna itu akan berpengaruh ke peserta didik.
NPM : 2013053127
Izin menanggapi bu,
- Cara menanamkannya yaitu : Dalam hal ini orang tua bisa memberikan melalui nasehat secara langsung kepada anak, dan juga orang tua dapat memberikan contoh yang positif dalam bertindak dan berperilaku karena anak ini akan lebih mencontoh perilaku orang tua nya. Orang tua harus memberitahu anaknya bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sopan. Perilaku yang dilakukan orang tua baik atau buruk akan mudah dilihat dan kemudian akan ditiru dan dilakukan oleh anak.
- Hambatan yang dihadapi yaitu : anak yang susah diatur, teknologi seperti gawai yang membuat anak lupa dengan waktu serta tidak mendengarkan ucapan orang tuanya
- Trik atau strategi yang dipakai : selalu mengawai perilaku anak, mengajak dan membiasakan anak pada kegiatan positif.
- Cara menanamkannya yaitu : Nilai moral dapat diajarkan di sekolah dasar dengan contoh yang sederhana, misalnya dengan mengajarkan peserta didik membuang sampah pada tempatnya, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, menunaikan ibadah tepat waktu, menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya.
- Hambatan yang dihadapi yaitu : peserta didik yang sulit diatur dan pergaulan teman. Ketika anak tersebut bersama teman yang malas maka anak tersebut akan mengikutinya.
- Trik atau strategi yang dipakai : memberikan hukuman ketika peserta didik melakukan kesalahan supaya peserta didik dapat jera, membiasakan hal-hal positif seperti salaman pagi, bergotong royong, dan menghias kelas.
- Cara menanamkannya yaitu : Menunduk Saat Berjalan ketika bertemu orang tua, berbicara Pelan Dan Sopan Kepada Orang Tua, membuang Sampah Pada Tempatnya, menghormati Tetangga Yang Berbeda Agama, menjenguk Tetangga Yang Sakit, menaati Peraturan Yang Diberlakukan Dalam Lingkungan Masyarakat Setempat.
- Hambatan yang dihadapi : Globalisasi adalah salah satu hambatan yang dihadapi dalam penanaman moral di lingkungan masyarakat. Karena globalisasi atau kemajuan zaman membuat masyarakat menjadi individualisme sehingga tidak ada interaksi sosial yang menanamkan moral dalam lingkungan tersebut.
- Trik atau strategi yang diterapkan : mengadakan kembali kegiatan-kegiatan sosial dalam masyarakat seperti bergotong-royong, mengadakan bakti sosial, pengadaan siskamling, dan menerapkan kembali norma dan peraturan masyarakat. Dengan begitu, maka masyarakat akan menjadi lebih baik
a. Kelurga
Cara: mebantu sesama anggota keluarga, mengajak anak untuk sholat berjamaah, bangun dan tidur tepat waktu, dsb.
Hambatan: pergaulan dari luar, sifat anak yang egois.
Strategi: nasihat, pembiasaan, keteladanan, penghargaan dan hukuman.
b. Sekolah
Cara: membiasakan berdoa sebelum memulai pembelajaran, mengucapkan salam saat bertemu dengan warga di sekolah, disiplin saat jajan di kantin, dsb.
Hambatan: kurangnya kesadaran diri dalam diri peserta didik, pengaruh pergaulan.
Strategi: melalui mata pelajaran yang dikaitkan dengan nilai dan moral, memberikan sanksi bagi yang melanggar tatib, dsb.
c. Masyarakat
Cara: membiasakan untuk membuat sampah pada tempatnya, ikut serta jika ada kerja bakti di lingkungan sekitar, membantu tetangga yang kesulitan, dsb.
Hambatan: tidak peduli dengan lingkungan sekitar, masa bodoh, tidak mau ikut campur, dsb.
Strategi: meningkatkan kesadaran pada diri sendiri, mengadakan sosialisasi tentang pentingnya bekerja sama untuk menjaga lingkungan serta mempererat kerukunan masyarakat, dsb.
2013053080
Izin menjawab bu,
Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga
a. Cara menanamkannya yaitu:
- Mengajak anak untuk melakukan sholat berjama'ah di rumah
- Mengajak anak untuk membersihkan tempat tidur/ mainan yang selesai dipakai
- Mengajak anak untuk belajar
b. Hambatan-hambatan proses penanamannya yaitu:
- Anak malas untuk sholat walaupun hanya beberapa menit
- Anak meninggalkan tempat tidur/ mainan dalam keadaan berserakan
- Anak tidak mau belajar dan memilih bermain
c. Trik atau strategi agar menjadi kebiasaan:
- Mengajaknya untuk sholat di masjid (apabila ia laki-laki), walaupun mereka bisa jadi main atau tidur saat sholat setidaknya ada peningkatan setiap waktunya.
- Mencontoh cara merapihkan tempat tidur atau mainan, maupun menemaninya membersihkannya.
- Menerapkan cara belajar yang menyenangkan, agar anak tidak terbebani saat belajar.
Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Sekolah
a. Cara menanamkannya yaitu:
- Mengajak peserta didik untuk salam dan menyapa guru yang ditemuinya
- Mengajak peserta didik untuk membuang sampah pada tempatnya
- Mengajak mereka untuk berangkat tepat waktu
b. Hambatan-hambatan proses penanamannya yaitu:
- Anak tidak salam ataupun menyapa guru yang ditemuinya
- Anak membuang sampah sembarangan
- Anak sering terlambat datang ke sekolah
c. Trik atau strategi agar menjadi kebiasaan:
- Menyapa anak-anak terlebih dahulu sehingga muncul rasa dari anak-anak sehingga mereka mau melakukan hal yang sama.
- Mempraktekkan membuang sampah pada tempatnya sehingga mereka dapat menirukannya juga.
- Pendidik datang lebih awal ke sekolah sehingga muncul rasa inisiatif dari anak agar berangkat tepat waktu.
Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Masyarakat
a. Cara menanamkannya yaitu:
- Menghargai dan menerima perbedaan pendapat pada saat musyawarah
- Menerapkan rasa empati dan membantu tetangga yang kesulitan
- Menyapa warga yang ditemui dijalan walaupun beberapa saat
b. Hambatan-hambatan proses penanamannya yaitu:
- Adanya perbedaan pendapat yang dapat berubah menjadi suatu permusuhan antar warga
- Tidak adanya rasa empati terhadap tetangga
- Sikap acuh tak acuh pada warga yang ditemui
c. Trik atau strategi agar menjadi kebiasaan:
- Mendengarkan masing-masing pendapat mereka dan menyimpulkannya sehingga menemui titik keluar solusinya
- Berusaha empati terhadap tetangga di sebelahnya, walaupun hanya memberikan satu piring jajanan yang ada dirumah
- Belajar basa-basi dengan warga yang ditemui, setidaknya mencoba terlebih dahulu
Penanaman nilai moral kejujuran baik dilingkungan keluarga sekolah dan masyarakat sangatlah penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sosial.
Cara menanamkannya dilingkungan keluarga dengan mengajarkan dan melatih anak dengan pembiasaan sikap:
- Mengatakan yang tujuan sebenarnya saat pamit bepergian
- Meminta uang kepada orangtua sesuai dengan kebutuhan
- Mengakui kelalaian melaksanakan pesan orangtua
- Mengembalikan sisa uang belanja titipan orangtua
- Tidak mencontek saat ulangan
- menempati janji kepada teman
- Mengembalikan barang yang dipinjam milik
- Mengatakan alasan yang sebenarnya jika terlambat masuk kelas
- Membayar jumlah uang sesuai dengan yang dibeli saat jajan
- Mau bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan
- Tidak memfitnah orang lain
- ketika di tanya orang tentang suatu maka kita memberitahukan yang sebenarnya
- Pengaruh dari lingkungan atau pergaulan.
- Rasa takut dan belum terbiasa untuk bersikap jujur
- Sering berbohong
- Kurang penanaman pembiasaan bersikap jujur dikehidupan sehari-hari.
- Memberikan pemahaman mengenai sikap jujug dan kebermanfaatannya
- Orang tua, guru, dan masyarakat sekitar perlu menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai panutan peserta didik
- Memberi dorongan pada anak agar tidak merasa takut berkata jujur dan hindari hukuman.
- Beri Pujian kepada anak didik agar merasa senang bersikap jujur dan menjadi kebiasaannya
2013053138
Moralitas yang rendah disebabkan oleh
pendidikan moral yang kurang efektif.
Untuk itu
bahwa urusan kebrobokan moral tidak
bisa diperbaiki hanya dengan himbauan,
pidato, sandiwara, seminar, rapat kerja,
dan berbagai bentuk upaya sejenis lainnya,
tetapi harus dengan ketepatgunaan
pendidikan moral.
POLA ASUH ORANG TUA DALAM
KELUARGA
Pendidikan dalam keluarga memiliki
nilai strategis dalam pembentukan
kepribadian anak. Anak sejak kecil sudah
mendapat pendidian dari kedua orang
tuanya melalui keteladanan dan pembiasaan
hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik
tidaknya keteladanan yang diberikan dan
bagaimana kebiasaan hidup orang tua
akan mempengaruhi perkembangan jiwa
anak Selanjutnya
dikatakan keteladanan dan kebiasaan
orang tua tampilkan dalam bersikap dan
perilaku tidak terlepas dari perhatian
dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan
hidup orang tua adalah suatu hal yang
sering anak lakukan, karena memang pada
masa perkembangannya, anak selalu ingin
menuruti apa apa yang orang tua lakukan.
Anak selalu ingin meniru ini dalam
pendidikan dikenal dengan istilah anak
belajar melalui imitasi.
sangat mendukung
jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan
dengan permusuhan, ia belajar dengan
berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan
cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak
dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar
menyesali diri. Jika anak dibesarkan
dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia
belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan
dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaikbaiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak
dibesarkan dengan dukuingan, ia belajar
menyenangi diri. Jika anak dibesarkan
dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan”
PERAN SEKOLAH DALAM RANGKA
PENDIDIKAN NILAI
Pedoman suasana sekolah yang
konduksif dalam rangka pembudayaan
budi pekerti luhur bagi warga sekolah
bahwa faktor-faktor dominan yang perlu
ditumbuhkembangkan pembinaannya
dalam rangka pendidikan budipekerti/
nilai antara lain, keimanan, ketaqwaan,
kejujuran, keteladanan, demokratis,
kepedulian, keterbukaan, kebersamaan,
keamanan, ketertiban, kebersihan,
kesehatan, keindahan, sopa santun.
Keimanan sangat mempengaruhi
perilaku seseorang. Keimanan ini perlu
dibina dan ditumbuhkembangkan sesuai
keyakinan agama masing-masing. Dengan
keimanan diharapkan setiap peserta
didik dapat membina dirinya menjadi
manusia yang berbudi pekerti luhur.
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak
dini kepada peserta didik masuk sekolah
melalui berbagai kegiatan, karena pada
dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh
ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan
cerminan dari nilai keimanan berupa
perilaku yang terwujud dalam menjalankan
perintah agama dan menjauhi larangannya.
Dalam berbagai hal, sikap dan
perilaku tidak berbohong, tidak curang,
berani dan rela berkorban demi kebenaran
serta mengakui kesalahan. Tindakan
ini harus diwujudkan dan ditumbuh
kembangkan sehingga menjadi bagian
dalam kehidupan sehari- hari, baik yang
berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri
maupun dengan orang lain. Kejujuran
menjadi sikap dan perilaku yang tegas
yang harus dilaksanakan. Keteladan
merupakan satu kunci dalam pembudayaan
budi pekerti. Kepala sekolah dapat
memberi keteladanan kepada guru. Guru
dapat memberikan keteladanan kepada
para siswanya, demikian pula kakak
kelas kepada adik kelasnya. Keteladanan
jauh lebih penting daripada memberikan
pelajaran secara verbal, Karena
keteladanan adalah memberikan contoh
melalui perbuatan atau tindakan nyata.
PERAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN MORAL
kemasyarakatan yang langsung ikut
serta melatih serta membina anak-anak
dan remaja untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik,
kelompok sebaya, kelompok sebaya
ini paling besar pengaruhnya terhadap
pembentukan kepribadaian anak. Peranan
kelompok sebaya ini menjadi bertambah
penting terutama pada saat anak berusaha
melepaskan diri atas pengaruh kekuasaan
orang tua. Maksud dari kelompok
sebaya adalah suatu kelompok yang
terdiri dari orang-orang yang bersamaan
usianya; (2) organisasi-organisasi
keagamaan. Karena semua organisasi
keagamaan mempunyai keinginan
untuk melestarikan keyakinan agama
anggota-anggotanya, maka organisasiorganisasi tersebut menyediakan programprogram pengajaran bagi anak-anak.
Fungsi organisasi keagamaan dalam
hubungannya dengan pendidikan anak
antara lain: mengajarkan keyakinan
serta praktek-praktek keagamaan
dengan cara memberikan pengalamanpengalaman yang menyenangkan bagi
mereka, mengajarkan kepada tingkah
laku dan prinsip-prinsip moral yang
sesuai dengan keyakinan-keyakinan
agamanya, dan memberikan modelmodel bagi perkembangan watak; (3)
Organisasi-organisasi pelayanan pemuda.
Organisasi ini tidak berorientasi pada
suatu keyakinan agama tertentu yang juga
menyelenggarakan kegiatan bagi anak-anak
maupun pemuda. Organisasi-organisasi
semacam ini ada yang disponsori oleh
lembaga keagamaan sekolah, pemerintah
maupun oleh kumpulan orang-orang
yang memiliki perhatian tertentu terhadap
anak-anak muda, contohnya seperti,
organisasi pramuka, himpunan bidang
studi, himpunan kesenian, himpunan
olah raga dan sebagainya; (4) lembaga
ekonomi dan politik. Salah satu aspek dari
proses sosialisasi anak-anak muda adalah
keikutsertaan dalam lembaga-lembaga
politik dan perekonomian masyarakat.
Dua aspek penting yang tercakup di
dalamnya yaitu, mempelajari bidang
pekerjaan yang menghasilkan nafkah,
dan mempelajari ideologi ekonomi
dan politik; (5) Organisasi-organisasi
kebudayaan dan rekreasi. Lembaga ini
biasanya terbuka untuk semua kelompok
umur. Karena partisipasi dalam kegiatan
lembaga-lembaga ini bersifat sukarela,
maka pengaruhnya terhadap kelompok
usia atau kelompok sosial tidak bersifat
merata. Bagi mereka yang mau belajar
dan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki,
seperti perpustakaan, museum. Tempattempat hiburan komersial, seperti tempat
main bowling, tempat main ski es dan lain
sebagainya
2013053064
Izin menjawab
1. Penanaman nilai moral di lingkungan keluarga
Proses penanaman nilai moral kepada anak dalam keluarga, orang tua dapat memulainya dari hal-hal kecil seperti cara berbicara yg baik, cara berpakaian yang sopan, adab sopan santun kepada orang tua, guru, sesama dan lain-lain. Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain :
• Internalisasi
Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.
• Keteladanan
“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
• Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.
• Bermain
Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.
• Cerita
Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
• Nasihat
Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.
• Penghargaan dan Hukuman
Memberi penghargaan kepada anak penting untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.
Hambatan :
a. Perubahan zaman dan gaya hidup
b. Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
c. Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
d. Perbedaan tipe kecerdasan anak
Strategi :
• Orang tua harus selalu memantau kegiatan anaknya baik dalam menggunakan media hiburan dan informasi maupun kegiatan sehari-hari, apakah telah sesuai dengan usianya dan bermanfaat atau tidaknya informasi tersebut.
• Berikan teguran jika anak melakukan kesalahan, namun jika teguran tidak dihiraukan perlu diberikan sanksi.
• Berikan penghargaan / hadiah jika anak melakukan hal baik
2. Penanaman nilai moral di lingkungan Sekolah
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penerapan pendidikan nilai dan moral di sekolah antara lain :
a. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum :
• Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
• Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
• Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
b. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
c. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
d. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
e. Membimbing dan membiasakan siswa sholat Dhuha dan sholat dzuhur berjamaah di sekolah
Hambatan penanaman nilai dan moral:
• Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
• Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
• Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Strategi penanaman nilai dan moral:
• Integrasi Melalui Mata Pelajaran
• Pengembangan Diri ( pendidikan diluar mata pelajaran )
• Budaya Sekolah (integarasi nilai-nilai moral melalui budaya sekolah )
3. Penanaman Nilai Moral di lingkungan Masyarakat
Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
• Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman rumah masing – masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
• Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan , merusak atau mencoret – coret fasilitas umum
• Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hambatan yang dihadapi :
• Tidak ada kepedulian
• Tidak merasa bertanggung jawab
• Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Strategi :
• Memberikan sosialisasi tentang pentingnya nilai dan moral kepada masyrakat
• Memberikan sanksi bagi anggota masyarakat yang melanggar peraturan yang telah di tetapkan.
2013053131
Izin Menanggapi
1. Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dalam keluarga pendidikan berlangsung dengan sendirinya dengan tatanan yang berlaku didalamnya, tanpa harus diumumkan dan dituliskan terlebih dahulu serta kehidupan keluarga selalu mempengaruhi perkembangan budi pekerti/akhlak setiap manusia. Pendidikan keluarga diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan, kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena hubungan demikian itu berlangsung hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti sangat penting.
Peranan keluarga dalam proses penanaman pendidikan nilai bagi seseorang tidak dapat tergeserkan oleh suatu lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Sebab, keluarga memiliki salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam pencapaian pendidikan. Dalam hal ini seorang anak memperoleh pendidikan yang pertama kali diajarkan oleh orang-orang disekitarnya seperti ayah, ibu, maupun saudara-saudara lainnya.
Selain itu, pendidikan di dalam lingkungan keluarga muncul disebabkan manusia memiliki naluri asli untuk memperoleh keturunan demi mempertahankan eksistensinya. Oleh karenanya manusia selalu mendidik keturunannya dengan sebaik-baiknya menyangkut aspek jasmani dan rohani. Setiap manusia memiliki kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak anaknya, sehingga hakikat keluarga itu adalah semata-mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung secara amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki andil yang terlibat dalam pendidikan anak. Melalui pendidikan keluarga, anak diharapkan memiliki pribadi yang mantap, akhlak yang baik dan mandiri untuk menjalani kehidupannya. Sehingga dalam hal ini pendidikan keluarga dapat dikatakan sebagai wadah persiapan anak untuk kehidupan bermasyarakat.
Peran keluarga dalam pendidikan tanggung jawab pada anak sangat penting, pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah pembinaan nilai-nilai tanggung jawab yang diberikan sebagai bekal, agar kelak anak mampu melaksanakan kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan nilai-nilai kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan yang diberikan dan kebiasaan kehidupan orang tuanya sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang orang tua tampilkan dijadikan panduan untuk anak dalam mengembangkan sikap tanggung jawab.
2. Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah
Mengutip pendapat Hawkes, bahwa pendidikan nilai di lingkungan sekolah pada dasarnya adalah “proses bagaimana suatu nilai yang diyakini dan dipercaya, kemudian diimplementasikan kedalam seluruh aspek kehidupan di sekolah". Hal tersebut memberikan suatu pemahaman bahwasanya pendidikan nilai bukan hanya sebatas menjelaskan apa pendidikan nilai itu dan bagaimana proses nilai itu bisa didapatkan oleh seseorang. Namun ternyata lebih jauh dari pandangan tersebut bahwa langkah-langkah implementasi atau pengaplikasian pendidikan nilai sebagai proses pembinaan, pengawasan, serta pembimbingan peserta didik. Artinya pendidikan nilai tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran atau subjek terpisah yang ada dalam kurikulum, namun lebih sebagai sebuah etos pembimbingan/pembinaan mental anak. Karenanya pendidikan nilai sangat penting untuk dikembangkan di lingkungan sekolah yang dilandasi oleh nilai dan moral seperti sikap hormat dan menghargai, tanggung jawab, disiplin, keteguhan, toleransi, kedamaian, dan kasih sayang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan setelah keluarga memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak agar pintar, cerdas, serta memiliki karakter positif sebagaimana diharapkan setiap orang tua. Selain itu, sekolah juga harus mampu membantu peserta didik agar mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dapat digunakan dalam hidupnya. Dengan begitulah sekolah berfungsi sebagai peletak dasar hubungan sosial yang harmoni dan manusiawi sehingga ia mampu mewujudkan realisasi dirinya secara bersama-sama di sekolah dan masyarakat nantinya.
Selain itu, pendidikan nilai juga haruslah berupa sebuah sikap yang secara sengaja ditransformasikan kedalam seluruh aspek kegiatan sekolah baik kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan melibatkan seluruh warga sekolah, wali murid, dan lingkungan sekitar sekolah. Kemudian mampu mengintegrasikan pendidikan nilai dan moral kedalam setiap proses belajar mengajar sehingga guru memiliki perspektif nilai-moral dalam mendesain aktivitas kependidikan mereka.
3.. Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat seseorang untuk mengadikan dirinya setelah ia menerima nilai-nilai moralitas di keluarga dan pembelajaran pendidikan berbasis karakter di sekolah. Karena proses pembinaan pendidikan nilai tidak terhenti sebatas di keluarga dan sekolah saja namun perlu sebuah pengimplementasian diri kepada masyarakat sekitar mengenai nilai-nilai yang ada pada seseorang.
Pendidikan nilai tidak akan terlepas dari hubungan interaksi dengan masyarakat setempat, dimana kita hidup berdampingan dengaan masyarakat dalam membangun pola interaksi sehari-hari sehingga dapat terbentuklah pendidikan nilai didalamnya.
Salah satu bentuk implementasi pendidikan nilai adalah saat seorang anak dapat memberikan nilai-nilai norma, agama, dan sosial yang dapat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Misalnya bentuk perilaku kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bentuk kesopanan dan kehalusan dalam menggunakan bahasa pada saat seseorang berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan memperhatikan tentang adab, tertib, sopan santun dan mengadung nilai-nilai rasa hormat yang tinggi.
Nama: Hesti Sundari
NPM: 2013053160
Di Lingkungan Keluarga
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat atau pemerintah. Sekolah sebagai pembentuk kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.
Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak- anaknya
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
4. Mewujudkan kepercayaan
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak)
Beberapa contoh kebiasaan yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga:
1. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga
2. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
3. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas–tugas rumah
4. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
5. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya
6. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
7. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
8. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
9. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga
10. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
11.Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu
12.Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin
Kendala–kendala yang dihadapi dalam keluarga:
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua.
2. Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan
3. Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
4. Tempat tinggal yang tidak menetap
Di Lingkungan Sekolah
Jika dilingkungan rumah/ keluarga, anak dapat dikatakan “menerima apa adanya” dalam menerapkan sesuatu perbuatan, maka dilingkungan sekolah sesuatu hal menjadi “mutlak”adanya, sehingga kita sering mendengar anak mengatakan pada orang tuanya “Ma,Pa, kata Bu guru/ Pak guru begini bukan begitu “Ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola piker dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi ‘Bapak dan Ibu’ guru seperti dalam ilustrasi diatas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani.
Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan di sekolah:
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2.Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
3.Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4.Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5.Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6.Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7.Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8.Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah
Kendala – kendala yang dihadapi di sekolah:
1.Tidak ada / kurangnya keteladanan / contoh yang diberikan
2.Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
3.Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Usaha pembentukan watak melalui sekolah, secara berbarengan dapat pula dilakukan melalui pendidikan nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup (living exemplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.
2.menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-langkah; memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegaskan nilai-nilai yang baik dan buruk secara terbuka dan kontinu; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan tindakan; membiasakan bersikap dan bertindak atas niat dan prasangka baik (husn al-zhan) dan tujuan-tujuan ideal; membiasakan bersikap dan bertindak dengan pola-pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan konsisten.
3.menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainya.
Di Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan famili “ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Contoh-contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat:
1.Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.
2.Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum.
3.Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat:
4.Tidak ada kepedulian
5.Tidak merasa bertanggung jawab
6.Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya. Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat, dimanapun berada pasti punya karakteristik sendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Norma-norma yang terdapat di Masyarakat harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Dan normanorma tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi berikutnya. Penularan-penularan itu dilakukan dengan sadar dan bertujuan, hal ini merupakan proses dan peran pendidikan dalam masyarakat.
Terimakasih.
NPM : 2013053167
Izin menjawab Bu
1. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Keluarga
Peran keluarga dalam pendidikan nilai moral untuk anak sangatlah besar, mengingat keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Salah satu contoh penanaman nilai dan moral di lingkungan keluarga adalah orang tua mendidik anaknya agar melaksanakan ibadah dengan penuh iman dan taqwa mulai dari hal kecil misalnya dibiasakan doa sebelum makan, doa sebelum tidur, rajin beribadah ke tempat ibadah, dll. Namun terkadang hal ini terdapat hambatan, yaitu sang anak merasa malas dan tidak ingin melakukannya, mereka lebih memilih melakukan hal lain seperti bermain. Untuk mengatasinya, sebagai orang tua tentunya harus menasehatinya, apabila sang anak tetap tidak mau untuk beribadah, maka orang tua boleh menghukumnya dengan cara memukul tanpa melukai. Orang tua juga bisa memberikaan reward kepada anak jika dia melakukan kebiasaan ibadah dengan rajin.
2. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Sekolah
Moral sangat penting diajarkan pada pendidikan, apalagi sejak pendidikan sekolah dasar untuk menanamkan sikap dan perilakunya sejak usia dini. Moral ditanamkan kepada peserta didik agar mereka dapat berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Salah satu contoh penanaman nilai dan moral di lingkungan sekolah adalah pendidik/guru mengajarkan kepada peserta didik/siswa agar selalu berbuat baik menghormati orang lain. Namun terkadang hal ini terdapat hambatan, yaitu beberapa siswa ada yang melakukan bullying/mengganggu temannya yang lain. Untuk mengatasinya, sebagai pendidik/guru tentunya harus menasehatinya. Apabila siswa yang melakukan bullying tetap melakukannya, pendidik harus memberikan sanksi dengan tegas. Hal ini merupakan salah satu trik atau strategi agar anak selalu berbuat baik dan menghormati orang lain dan menjadikannya sebagai kebiasaan.
3. Penanaman Nilai dan Moral di Lingkungan Masyarakat
Nilai moral bisa dikatakan sebuah nilai yang bermuatan kebiasaan yang dilakukan oleh individu kepada lingkungannya. Salah satu contoh penanaman nilai dan moral di lingkungan masyarakat adalah orang tua mengajarkan anak agar selalu sopan dan santun kepada siapapun terutama kepada orang yang lebih tua. Namun terkadang hal ini terdapat hambatan, yaitu pada anak zaman sekarang tidak memperhatikan hal ini, contohnya seorang anak yang berbicara kepada orang yang lebih tua seperti saat anak tersebut berbicara dengan teman. hal ini tentunya dirasa kurang sopan. Sebagai orang tua, biasakan anak untuk selalu berbicara sopan dan berperilaku santun saat dirumah. Hal ini merupakan salah satu trik atau strategi agar anak menjadikan bicara sopan dan berperilaku santun menjadi kebiasaan dalam dirinya.
2013053092
Izin menjawab,
Di lingkungan keluarga :
Cara Menanamkan Nilai Moral >> - Saling menyayangi antar satu anggota dengan anggota keluarganya yang lain.
- Kedua orang tua wajib menberikan pendidikan agama kepada anak sejak dini.
- Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
- Memberikan hukuman\ peringatan kepada anak agar anak tau mana baik dan tidak baik dengan disesuaikan dengan apa yang dilakukan\ diperbuat.
- Kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia.
- Orang tua harus mencontohkan bagaimana prilaku prilaku yang sesuai dengan ketentuan beragama, bermasyarakat dan berbudaya.
Hambatan-Hambatan :
- Kurang terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada ungkapan yang menyatakan bahwa ’kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih sayang yang diterimanya.
- Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua
- Orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten dalam melaksanakan usaha yang sedang diterapkan.
Strategi Penanaman : Kebiasaan Moral yang baik :
- Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur, beribadah, dan berolahraga
- Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih
- Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas– tugas rumah
- Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya
- Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/mengerjakan tugas sekolahnya
- Membiasakan anak pamit jika keluar rumah
- Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah
Lingkungan Sekolah :
Cara Menanamkan Nilai Moral >> 1. Memasukan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara:
a. Menambahkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good)
b. Menggunakan cara yang dapat membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good)
c. Mengembangkan sikap mencintai untuk berbuat baik (loving the good)
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah
3. Pemantauan secara kontinu. Pemantauan secara kontinu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter. Beberapa hal yang harus selalu dipantau diantaranya adalah:
a. Kedisiplinan saat masuk sekolah
b. Kebiasaan saat makan di kantin
c. Kebiasaan dalam berbicara
d. Kebiasaan ketika di sekolah
4. Penilaian orangtua. Rumah merupakan tempat pertama sebenarnya yang dihadapi anak. Rumah merupakan tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itulah, orangtua diberikan kesempatan untuk menilai anak, khususnya dalam pembentukan moral anak.
Hambatan-hambatan :
1. Tidak ada/kurangnya keteladanan/contoh yang diberikan oleh Guru
2. Guru yang tidak konsisten dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
3. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif untuk pembelajaran
Strategi Penanaman Kebiasaan Moral yang baik :
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2. Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru
3. Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4. Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8. Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah
Lingkungan Masyarakat :
Cara Menanamkan Nilai Moral >> 1. Membiasakan gotong royong, misalnya: membersihkan halaman rumah masing-masing, membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah
2. Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum
3. Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat
4. Tidak ada kepedulian
5. Tidak merasa bertanggung jawab
6. Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa
Hambatan-Hambatan :
1. Inisiatif dan kontrol yang paling kuat ini dilakukan oleh negara belum bergandengan erat dengan social control
2. Kurangnya Inisiatif masyarakat
3. Adanya keterampasan yang tidak disertai dengan kompensasi.
4. Masyarakat jenuh dengan pola kehidupan yang sama dan merasa sudah mengerti
5. Masyarakat jarang bersosialisasi sehingga menyebabkan individualisme semakin tinggi
6. Kurangnya rasa toleransi di masyarakat bisa menimbulkan perpecahan dan hilangnya rasa persaudaraan
7. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu
Strategi Penanaman Kebiasaan Moral yang baik :
1. Menghargai tetangga yang berbeda agama
2. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong,siskamling
3. Tidak membuang sampah sembarangan
4. Saling membantu ketika dalam kesulitan
5. Membersihkan lingkungan bersama sama
6. Bersikap sopan dan ramah pada tetangga dan juga teman
7. Berkata dengan bijaksana dan lemah lembut kepada orang yang lebih tua
8. Tidak membeda-bedakan manusia karena ras, agama, kebangsaan, maupun disabilitas.
9. Tidak merendahkan dan menghina orang lain karena status sosial maupun karna kegagalannya.
10. Ikut membantu dalam kegiatan sosial bagi korban bencana alam seperti menyumbang barang, uang, mengajak teman untuk turut membantu, ataupun menjadi sukarelawan.
11. Selalu menjawab salam atau sapaan dari orang lain, bahkan lebih baik jika kita menyapa terlebih dulu.
12. Membiasakan berkata tolong saat meminta bantuan dan berkata terimakasih saat dibantu ataupun diberikan sesuatu oleh orang lain
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan dikenal oleh seorang individu. Keluarga merupakan tempat belajar utama, dari penerapan nilai moral yang akan berlaku dikalangan masyarakat hingga. Sebagai seorang anggota keluarga, kita harus berperan dalam menanamkan nilai moral kepada keluarga kita. Contohnya, sebagai orang tua kita harus menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, dan sopan santu kepada anak sejak dini, agar nilai-nilai tersebut tertanam kepada diri anak.
Hambatan-hambatan yang akan didapatkan saat menanamkan nilai moral kepada anak di lingkungan keluarga diantaranya karena pengaruh lingkungan sekitar, yaitu pergaulan anak dengan teman-teman nya.
2. Dilingkungan sekolah
Cara menanamkan nilai moral dilingkungan sekolah adalah, dengan membiasakan siswa untuk berbuat baik, sesuai dengan nilai moral yang berlaku dikalangan masyarakat. Cara menanamkannya contohnya yaitu penerapan nilai-nilai seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab di kelas.
3. Dilingkungan masyarakat.
Penerapan nilai moral dilingkungan masyarakat yaitu dengan mencontohkan nilai-nilai kebaikan yang banyak berlaku dikalangan masyarakat. Serta tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dengan nilai moral yang berlaku dikalangan masyarakat tersebut.