berikan tanggapan kalian mengenai macam macam pendekatan dalam pendidikan nilai dan moral, dijelaskan ya sesuai dengan halaman 12 di dalam ppt. terimakasih.
forum pertanyaan
Arina Izzati 2013053096
Izin menjawab
1. Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development:
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L metccalf dan Imam Al Ghazali disebut Affektive Moral Development:
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development:
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development -> menurut saya pada teori ini terdapat beberapa tingkatan guna mengetahui sampai di mana tahapan perkembangan moral oleh setiap individu dan menjadi dasar perbedaan tingkah laku dan sikap.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development -> menurut saya pada teori ini diterangkan tentang bagaimana perasaan individu apabila ia melakukan perbuatan yang salah. Seperti jika anak memikirkan orang tuanya, maka orang tua di dalam diri anak itulah yang akan menghukum sehingga menimbulkan rasa bersalah pada diri anak tersebut.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development- > menurut saya pada teori ini peran orang tua sangat penting sebagai pemberi contoh (teladan) mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang salah. Karena pendekatan ini berpusat pada tingkah laku anak sesuai dengan keadaan internalnya.
2013053072
Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori Lawrence Kohlberg tentang perkembangan kognitif-moral berfokus pada proses berpikir tentang isu-isu moral daripada nilai-nilai moral itu sendiri. Pendekatan semacam itu menghindari benturan antara sistem nilai sekuler dan agama, masalah indoktrinasi, dan bahkan masalah relativisme moral. Meskipun pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun.
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi itu tidak jelek. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
2013053108
Izin menanggapi
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Menurut pandangan konstruktivisme, seorang anak secara aktif membangun pemahaman dan pengetahuan dengan terus menerus menyesuaikan dan mengakomodasi sebuah informasi baru, sehingga dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang memberikan penekanan pada keaktifan siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang pengalaman yang mereka dapatkan dari kehidupan realita.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral atau budi pekerti selanjutnya perlu diberikan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Dalam hal pemberian pendidikan budi pekerti di sekolah muncul perbedaan tentang modus pemberian pendidikan budi pekerti itu sendiri. Dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
teori pembelajaran Albert Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya.
2013053059
Izin menanggapi Bu
Mira Desrina
2013053059
Izin menjawab Bu
1.Dalam Perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral Development) yang dipelopori oleh L. Kohlberg; yang meyakini bahwa NMNr atau dunia afektif hanya mampu berkembang jika terjadi proses kognitif khususnya cognitive conflict dan penalaran.
bukti yang mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku.serta itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2.Dalam Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lainnyabyang meyakini bahwa dunia afektif bisa dibina sekaligus di didik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan NMNr.
Tingkah laku afektif merupakan tingkah laku yang menyangkut beberapa keanekaragaman perasaan seperti, takut, marah, sedih, gembira,dan lainnya.dalam hal ini tingkah laku ini tidak dapat terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karena itu juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
3.Dalam Perkembangan Moral secara Social Learning Approach atau social Behavioral Moral Development atau Self Regulation Model melalui Immitation Learning Model fengan tokoh yaitu: Walter Michel, A. bandura, dan Skinner.
Dari pendekatan ini skinner menggunakan media seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Terima kasih
NPM: 2013053130
Izin menanggapi, Bu
1. Pendekatan moral kognitif dari Lawrence Kholhberg ini dinilai lebih bergerak secara mendalam kepada lapisan bawah sadar jiwa manusia. Kemudian, pendekatan ini menekankan seseorang pada proses berpikir moral berupa adanya perbedaan pemikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat menghadapi berbagai dilema moral. Hal itu termasuk kedalam penalaran moral yang dilakukan secara kognitif dengan menggunakan akal pikiran seseorang. Pendekatan ini menggunakan bahan berupa cerita masalah atau sebuah situasi terjadinya dilema moral yang nantinya hal itu akan menjustifikasi tindakan d yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan pikirannya apabila terjadi permasalahan moral yang sama.
2. Pendekatan moral afektif dari L Metccalf dan Iman al Ghozalli ini menekankan pada bagaimana strategi pembentukan kepribadian peserta didik, misalnya pada perasaan, emosi ataupun sikap, meliputi rasa kepedulian, mengindahkan orang lain dan memperhatikan perasaan diri sendiri ataupun orang lain. Pendekatan ini bergerak dalam pengajarannya melalui peserta didik secara rasional itu menganalisis konflik nilai yang berlaku dimasyarakat dan juga menggunakan modelling atau contoh penerapannya sehingga hal itu akan membuat peserta didik dapat meniru atau dijadikan contoh dalam watak berprilakunya.
3. Pendekatan moral behavior dari Albert Bandura dan Skiner ini berdasar pada tindakan laku moral seseorang. Dalam pengajarannya, pendekatan ini menggunakan stimulan-stimulan yang menggugah proses kerja dari munculnya perilaku moral, dimana hal itu nantinya akan melahirkan konsekuensi tertentu dan akan mengubah seseorang untuk mengulangi perilaku yang sama dari segi maksud dan tujuan. Misalnya dengan penguatan dan hukuman, dimana pada pendekatan ini tingkah laku yang diberi penguatan atau pujian akan cenderung diulang sebaliknya, jika suatu tingkah laku itu tidak seharusnya terjadi maka seseorang itu diberikan hukuman guna memperkecil pengulangan perilaku tersebut.
Terima kasih
NPM : 2013053156
Izin menanggapi,
Menurut tanggapan saya mengenai 3 (tiga) pendekatan yang telah disebutkan di dalam PPT yaitu:
1) Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development, merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada proses berfikir kognitif seseorang, dengan kata lain sikap dan permasalahan moral kognitif seseorang lebih diutamakan dalam pendekatan ini.
2) Pendekatan l Metccalf dan Iman Al Ghozalli disebut Affektive Moral Development, merupakan salah satu jenis pendekatan yang memiliki arah pada perilaku moral afektif/ menggarah kepada moral feeling seseorang.
3) Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development, merupakan perluasan dari teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar prinsip – prinsip dari teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
2013053081
Izin berpendapat Ibu dan teman-teman mengenai pendekatan pendidikan nilai moral.
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu:
A. Pendekatan Lawrence Kolhberg yang disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi. Pendekatan kognitif memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.
B. Pendekatan L. Metccalf dan Iman al Ghozalli yang disebut Affektive Moral Development
Secara sederhana, istilah afektif dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, suasana hati, emosi, yang akan terlihat pada sikap, nilai, minat , apresiasi, karakter, penyesuaian, moral, dan tingkah laku individu. Dalam konteks pendidikan, afektif juga sering disangkutpautkan dengan moral.
C. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner yang disebut Behavior Moral Development
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Aplikasi pendekatan behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus‐responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Sebaliknya jika respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon justru malah semakin kuat juga.
2013053123
Izin menjawab
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
Pra-Konvesional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terima kasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik.
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekadar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
Pasca Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakikat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Gagasan pendidikan moral menurut al-Gazali dan L Metccalf sejalan dengan konsep pendidikan Islam. Konsep pendidikan Islam merangkul gagasan kedua tokoh tersebut dengan mendudukkan pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip pengembangan moral baik individu maupun masyarakat. Relevansi pendidikan Islam dengan sumber pendidikan pendidikan moral yang diungkapkan oleh kedua tokoh tersebut dapat dilihat pada prinsip pendidikan Islam yaitu bersifat universal dan menyeluruh, yaitu antara ilmu empirik, sosial, dan wahyu saling berkaitan, dan ketiga ilmu tersebut berasal dari Allah. Meskipun kedua tokoh tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda dalam memandang atau menilai moralitas. Moralitas dalam perspektif pendidikan Islam memandang harus menggunakan pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusia. Hal tersebut tercermin pada prinsip pendidikan Islam yaitu prinsip universal dan prinsip keseimbangan. Pendidikan Islam juga mengungkapkan peranan lembaga pendidikan (sekolah) untuk membantu individu menum-buhkan dan membentuk moralitasnya. Melalui pendidikan formal, umat manusia akan mencapai perada-ban dan memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang tinggi sebagai bekal untuk melanjutkan dan memperjuangkan agamanya. Oleh karena itu, bukan sebuah kekeliruan ketika al-Gazali dan Émile Durkheim menjadikan sekolah sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan moralitasnya.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Menurut Albert Bandura, proses perkembangan sosial dan moral siswa selalu berkaitan dengan proses belajar karena menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat.
Teori pembelajaran ini disebut teori pembelajaran social-kognitif atau teori pembelajaran melalui peniruan. Teori ini berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu: a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama perilaku-perilaku orang lain. b. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi. c. Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Secara garis besar, ada tiga hal yang menjadi pemikiran Albert Bandura berkenaan dengan pendidikan moral, yaitu: a. Albert Bandura memandang pendidik sebagai model atau teladan yang baik sebab anak selalu meniru apa yang dilakukan oleh model. Sedangkan peserta didik merupakan subyek pendidikan yang selalu memperhatikan model (lebih cenderung sebagai pengamat). b. Tentang lingkungan, bahwa lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat) mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan moral siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Terdapat dua metode dalam pendidikan moral, yaitu conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Hal ini berarti membiasakan suatu perilaku dengan menunjukkan mana perilaku yang mendapat rewards (hadiah) dan mana yang mendapatkan punishment (hukuman) sehingga nantinya perilaku tersebut akan ditirunya. Dengan kata lain, seorang anak itu meniru suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang ada di sekitarnya apakah perilaku itu mendapat hadiah atau mendapat hukuman.
NPM : 2013053066
Izin menanggapi
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg (Cognitive Moral Development)
Pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, Namun teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Dalam Pendekatan ini perkembangan moral individu dilihat dari perkembangan tingkat kognitif atau kemampuan berpikirnya dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus peserta didik untuk berfikir aktif mengenai masalah-masalah moral dan menentukan keputusan dalam proses menginternalisasikan karakter nilai-nilai moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun. Dalam teori ini terdapat tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli (Affektive Moral Development)
Dalam hal ini Imam Al-Ghozalli memandang moral dengan Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus pembentukan karakter nilai-nilai moral melalui masalah-masalah di lingkungan sekitar. Sehingga peserta didik nantinya mampu merespons atau bersikap terhadap persoalan-persoalan di masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan atau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner (Behavior Moral Development)
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Oleh karena itu pendekatan ini menekankan pada orang lain dan kondisi stimulus yang merupakan hasil dan conditionong (kondisi) dan modeling (teladan). sehingga perilaku moral yang didapat berasal dari model atau seseorang yang ditiru atau diteladani. Lalu dalam pendekatan ini mengenal proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, dan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial.
Menurut pendapat saya dari ketiga pendekatan pendidikan niai dan moral tersebut. Pendekatan pendidikan nilai dan moral yang menurut saya paling sesuai yaitu Pendekatan menurut Lawrence Kolhberg, karena didalamnya berlangsung pada tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa. Lalu tahapan-dalam perkembangan ini bersifat universal. Dalam pendekatan menurut lawrence Kohlberg juga disebutkan bahwa setiap orang yang memiliki tahap perkembangan yang lebih tinggi atau usia lebih tinggi akan memiliki pengaruh yang sangat besar. Dikarenakan hal-hal tersebut saya berpikir bahwa pendekatan menurut Lawrence Kolhberg sangat relevan dan sesuai dengan hal yang terjadi dalam proses perkembangan moral dalam kehidupan.
Terima Kasih
NPM: 2013053109
Izin menanggapi bu,
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Menurut Lawrence Kohlberg, tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral dalam pandangan al-Gazali bernuansa religius dan sufistik. Konsep ini jelas terlihat dari pandangannya tentang moral. Hakikat pendidikan moral al-Gazali menekankan pada aspek kejiwaan individu. Bagi al-Gazali, tujuan hidup manusia sebagai individu adalah untuk mencari kebahagiaan. Kebahagian yang paling penting adalah merealisasikan kebahagiaan di kehidupan yang akan datang atau kehidupan akhirat. Pencapaian tujuan ini dapat dicapai melalui perilaku yang baik sesama manusia berdasarkan tuntunan agama, serta mengupayakan secara batin untuk mencapai keutamaan jiwa. Tujuan pendidikan moral bagi al-Gazali adalah memproduksi manusia sempurna yang memiliki kepribadian yang baik, kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Amin Abdullah mengungkapkan bahwa al-Gazali menempatkan wahyu sebagai petunjuk utama atau bahkan cenderung satu-satunya dalam tindakan etis, dan dengan keras menghindari intervensi rasio dalam merumuskan prinsip-prinsip dasar universal tentang petunjuk al-Qur’an bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, sumber pendidikan moral menurut al-Gazali adalah wahyu al-Qur’an sebagai otoritas utama dalam pembentukan moral. Adapun peran rasio (akal) hanya sebagai sumber pendukung dalam tindakan etis-manusia. Dalam hal ini, rasio (akal) berperan memberikan keseimbangan dan rohani yang bersih kepada seseorang sehingga melahirkan moral yang baik.
Kurikulum pendidikan moral al-Gazali didasarkan pada dua kecenderu-ngan yaitu, Pertama, kecederungan agama dan tasawuf. Kecenderungan ini membuat al-Gazali menempatkan ilmu-ilmu agama di atas segalanya, dan memandangnya sebagai alat untuk mensucikan diri dan membersihkan seseorang dari pengaruh kehidupan dunia. Dengan kecenderungan ini, al-Gazali sangat mementingkan pendidikan moral karena ilmu ini bertalian erat dengan pendidikan agama. Kedua, kecenderungan pragmatis. Kecederungan ini tampak dalam karya tulisnya. Al-Gazali beberapa kali mengulang penilaiannya terhadap ilmu berdasarkan manfaatnya bagi manusia, baik untuk kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat. Ia juga menjelaskan bahwa ilmu netral/non syariat yang tidak dipergunakan pemiliknya pada hal-hal yang bermanfaat merupakan ilmu yang tak bernilai. Bagi al-Gazali, setiap ilmu harus dilihat dari segi fungsi dan kegunaannya dalam bentuk amaliah. Setiap amaliah yang disertai ilmu itu harus pula disertai dengan kesungguhan dan niat yang tulus ikhlas.
Dengan melihat sisi pemanfaatan dari suatu ilmu ini, al-Gazali tergolong sebagai penganut paham pragmatis teologis, yaitu pemanfaatan yang didasarkan atas tujuan keagamaan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari sikapnya sebagai seorang sufi yang memiliki tren praktis dan faktual. Adapun syarat pendidik moral bagi al-Gazali adalah sebagai uswatun hasanah. Pendidik dalam pendidikan merupakan komponen yang sangat menentukan keberlangsungan proses pembelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Teori Bandura berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu:
a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran menurut proses kognitif individu dan kecakapan dalam membuat keputusan.
b. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-
faktor pribadi.
c. Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Individu akan mengamati perilaku di lingkungannya sebagai model, kemudian ditirunya sehingga menjadi perilaku miliknya. Dengan demikian, maka teori Bandura ini disebut teori pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu perilaku model (contoh), pengaruh perilaku model, dan proses internal pelajar. Jadi individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat, pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru.
Setiap proses belajar dalam hal ini belajar sosial terjadi dalam urutan tahapan peristiwa. Tahap-tahap ini berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil atau perolehan belajar seorang siswa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap perhatian (attentional phase)
2. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
3. Tahap reproduksi (reproduction phase)
4. Tahap motivasi (motivation phase)
Seperti dalam proses-proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan. Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan sosial. Diantara ragam mazhab, perkembangan sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan ialah; aliran teori cognitive psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg dan aliran teori social learning dengan tokoh utama Albert Bandura dan R.H. Walters. Tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian perkembangan sosial anak-anak usia sekolah dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Maksudnya, setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan oleh ibu bapak dan agen-agen yang lain adalah positif dan jika anak-anak menerimanya dengan baik, sedangkan pengaruh lain adalah sama maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Teori pembelajaran sosial melihat bagaimana norma-norma yang diterima masyarakat dipindahkan dalam lingkungan keluarga. Jika pengajaran ini lemah atau tidak dilakukan dengan berkesan, anak-anak cenderung untuk melakukan yang sebaliknya.
Terima kasih.
Izin menanggapi bu
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tingkat Teori perkembangan moral kohlberg adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral individu dari segi proses penalaran yang mendasarinya bukan dari perbuatan moral. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai stadium perkembangan dengan tingkat yang teridentifikasi
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Perkembangan Moral Afektif, Kasih sayang meliputi perasaan atau emosi yang dimiliki setiap siswa, yang juga perlu diperhatikan dalam belajar.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori belajar Bandura disebut kognisi sosial karena proses kognitif individu berperan dalam belajar, sedangkan belajar terjadi secara sosial karena pengaruh lingkungan. Individu mengamati perilaku di lingkungan mereka sebagai model dan meniru perilaku ini dalam perilaku mereka sendiri. Oleh karena itu, teori Bandura disebut sebagai teori belajar imitasi. Perilaku individu dibentuk oleh peniruan di lingkungan. Belajar adalah proses meniru untuk beradaptasi sebanyak mungkin dengan situasi dan tujuan Anda. Proses pembelajaran menurut teori Bandura dilakukan oleh tiga komponen (faktor): perilaku model (misalnya), pengaruh perilaku model, dan proses internal siswa.
NPM : 2013053113
Izin menanggapi ibu,
2. Pendekatan affective moral development
Pendekatan afektive memandang perkembangan moral peserta didik melalui perkembangan sikap. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus pembentukan karakter nilai-nilai moral melalui masalah-masalah di lingkungan sekitar. Sehingga peserta didik nantinya mampu merespons atau bersikap terhadap persoalan-persoalan di masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral.
3. Pendekatan behavior moral development
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang digunakan untuk memodifikasi tingkah laku yang menyimpang akibat pengaruh lingkungan social. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus peserta didik untuk mampu merubah penyimpangan tingkah laku menjadi tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
2013053099
Mohon izin menanggapi Bu..
*1. Lawrence Kohlberg (cognitive moral development)*
Menurut Kohlberg, manusia berkembang secara moral melalui tiga tahap yang sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Ia meyakini bahwa dengan semakin berkembangnya kognisi manusia maka kemampuan manusia untuk memberikan penilaian moral yang baik juga akan berkembang.
Tanggapan saya.. pendekatan dari Kohlberg ini menyesuaikan dengan umur dan kemampuan seseorang dan dengan tingkat dan tahapan yang berbeda..
*2. L Metccalf dan Imam Al Ghozali (affective moral development)*
Tanggapan saya mengenai pendekatan moral afektif ini yaitu lebih menekankan pada aspek kejiwaan individu. Yang mana pendidikan moralnya bersumber dari kitab suci dan menggunakan akal untuk mendukung perbuatan atau etika seseorang.. moral.
*3. Albert Bandura dan Skinner (behavior moral development)*
Tanggapan saya mengenai pendekatan tingkah laku moral ini, yaitu lebih menekankan kepada tingkah laku seseorang.. baik proses pembentukan maupun proses perbaikan tingkah laku seseorang..
Terimakasih
2013053152
1. Cognitive Moral Development
Disebut sebagai pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach) karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat sebagai perkembangan tingkat berfikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Dengan adanya pendekatan moral kognitif ini menjadikan peserta didik lebih memahami persoalan yang terjadi dari aspek-aspek yang paling sederhana hingga kompleks, sehingga dalam mencari solusi persoalan yang adapun juga bisa tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.Pendekatan moral kognitif juga bisa menjadikan pola pikir peserta didik lebih tersistematis dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam hidupnya.
2. Affektive Moral Development
Memahami perkembangan aspek afektif peserta didik merupakan salahsatu faktor untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pendidikan, tidak hanyadalam hasil akademik tapi juga dalam hal pembentukan moral.Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap pesertadidik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahamanguru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Setiap peserta didik memiliki emosi yang berbeda, sehinggarangsangan yang diberikan juga harus berbeda. Reaksi emosional dapat berkembang menjadi kebiasaan, sehinggamempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu ataupun pesertadidik. Penjelasan di atas menjelaskan tentang bagaimana keterkaitan emosional pada tingkah laku yang akan dilakukan.
3. Behavior Moral Development
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadikebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative..Evaluasi atau Penilaian didadari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Izin menaggapi,
1. Pendekatan lawrence kohlberg disebut cognitive moral development yaitu mengevaluasi sikap sadar terhadap perilaku etis, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) bergerak lebih dalam ke lapisan bawah sadar jiwa manusia. Teori dari kohlberg inj berpandangan bahwa penalaran moral yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Salah satu hasil pemikiran yang provokatif mengenai perkembangan moral adalah pandangan Kholberg yang berpendapat bahwa perkembangan moral di dasarkan pada penalaran moral yang kemudian berkembang dalam enam tahap perkembangan.
2. Pendekatan L Metcalf dan Imam Al Ghazali yaitu Perkembangan Moral secara Afektual (affective Moral Development). Mereka meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan. Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. penilaian afektif fokus pada sikap dan nilai, maka penilaian ini tidak bisa dilakukan hanya dari tes. Penilaian bisa berjalan secara efektif melalui non-tes
3. Pendekatan albert bandura dan skinner disebut behavior moral development
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri
2013053177
Izin menanggapi,
Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori ini berarah bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang bisa teridentifikasi. Beliau mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget. Kohlberg memakai cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan beliau tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang bertambah adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap pesertadidik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pembentukan akhlak mulia melalui penerapan pendidikan afektif yang direpresentasikan pada sikap perhatian, sikap kasih sayang, dan sikap lemah lembut terdapat bukti yang meyakinkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesadaran ibadah, prestasi akademik, dan perilaku terpuji peserta didik pada pendidikan tingkat dasar. Sikap perhatian menciptakan suasana belajar terarah, terkontrol dan terukur. Aktivitas jiwa guru tertuju pada kondisi peserta didik untuk dimengerti, dipahami, dievaluasi dan diperbaiki serta dioptimalkan potensinya, dan ditunjang sikap kasih sayang yang menciptakan suasana belajar penuh kehangatan dan keharmonisan dalam berkomunikasi antar guru dan peserta didik.
Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya. Menurutnya aturan-aturan (benar-salah) untuk mengontrol tingkah laku anak diperoleh melalui proses modelling. Anak belajar benar-salah diberitahu secara khusus oleh orang tua dengan cara mencontoh perilaku mereka (orang tua teladan anak).
2013053179
Izin menjawab
1. Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development:
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L metccalf dan Imam Al Ghazali disebut Affektive Moral Development:
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development:
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2013053182
Izin menanggapi,
• Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori Lawrence Kohlberg tentang perkembangan kognitif-moral berfokus pada proses berpikir tentang isu-isu moral daripada nilai-nilai moral itu sendiri. Pendekatan semacam itu menghindari benturan antara sistem nilai sekuler dan agama, masalah indoktrinasi, dan bahkan masalah relativisme moral. Meskipun pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun.
• Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
• Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi itu tidak jelek. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
2013053153
Izin menanggapi
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Moral development Kohlberg mengacu pada moral Judgment atau pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu pada penilaian moral. Agar dapat konsisten dalam bernalar untuk mengambil keputusan moral ketika menghadapi kondisi yang dilematis, seseorang harus menapaki tahapan demi tahapan yang disebut dengan tahap perkembangan moral.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner
disebut Behavior Moral Development
Dalam pengajarannya, pendekatan ini menggunakan stimulan-stimulan yang menggugah proses kerja dari munculnya perilaku moral, dimana hal itu nantinya akan melahirkan konsekuensi tertentu dan akan mengubah seseorang untuk mengulangi perilaku yang sama dari segi maksud dan tujuan. Misalnya dengan penguatan dan hukuman, dimana pada pendekatan ini tingkah laku yang diberi penguatan atau pujian akan cenderung diulang sebaliknya, jika suatu tingkah laku itu tidak seharusnya terjadi maka seseorang itu diberikan hukuman guna memperkecil pengulangan perilaku tersebut.
2013053064
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development -> dinilai lebih bergerak secara mendalam kepada lapisan bawah sadar jiwa manusia. Kemudian, pendekatan ini menekankan seseorang pada proses berpikir moral berupa adanya perbedaan pemikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat menghadapi berbagai dilema moral. Hal itu termasuk kedalam penalaran moral yang dilakukan secara kognitif dengan menggunakan akal pikiran seseorang. Pendekatan ini menggunakan bahan berupa cerita masalah atau sebuah situasi terjadinya dilema moral yang nantinya hal itu akan menjustifikasi tindakan d yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan pikirannya apabila terjadi permasalahan moral yang sama.
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development -> Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
Pendidikan moral atau budi pekerti selanjutnya perlu diberikan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Dalam hal pemberian pendidikan budi pekerti di sekolah muncul perbedaan tentang modus pemberian pendidikan budi pekerti itu sendiri. Dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development- > merupakan perluasan dari teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar prinsip – prinsip dari teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
NPM 2013053116
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development-CMD) bergerak lebih dalam ke dalam lapisan bawah sadar jiwa manusia. Teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development-CMD) adalah cara berpikir moral (moral thinking process), apa yang membuat seorang individu dalam menghadapi sebuah dilema (Mintchik & Farmer, 2009). Bersifat kognitif, Kohlberg berfokus pada proses berpikir yang terjadi ketika seseorang memutuskan apakah suatu penlaku itu benar atau salah Jadi, teori penekanan adalah pada bagaimana seseorang memutuskan untuk menanggapi dilema moral, bukan apa yang memutuskan atau apa yang sebenarnya dilakukan.
2. Pendekatan L Metecalf dan Iman al Ghozali disebut Affektive Moral Development Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lain-lain; yang meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempriba dikan NMNI.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behevior Moral Development, Prinsip dasarbelajarhasal temuan Bandura meliputi proses belajar sosial dan moral. Menurut Bandura sebagan besar dan yang dipelajan manusia terjadi melalui peninuan (imitasi) dan contoh perilaku (modeling). Anak mempelajari respon-respon bani dengan cara mengamati tethadap model penlaku cortoh dani orang lain yang menjadi idola, seperti guru, orang tua. teman sebaya, dan atau film insan yang setiap saat muncul di tayangan televisi.
NpM : 2013053094
Macam-macam Pendekatan Pendidikan Nilai dan Moral
Pendekatan dalam pendidikan nilai dan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun. Dalam teori ini terdapat tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori
pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui
peniruan. Teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial.
Izin menanggapi ibu dan teman teman
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Pendidikan nilai moral dapat disebut sebagai pendidikan etik, pendidikan budi pekerti, pendidikan nilai (value education) atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan dalam pendidikan nilai moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi : perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.
Dalam pendidikan nilai moral sering kita dengar tentang pendekatan pendidikan nilai dan moral. Pendekatan dalam pendidikan moral berkaitan dengan bagaimana cara menyampaikan nilai-nilai moral itu kepada peserta didik. Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
- Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan Cognitive Moral Development ini menganggap moralitas yang matang merupakan logika atau rasionalitas yang melekat dalam hubungan sosial.Moralitas dalam pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu terutama pada penilaian moral dari nilai-nilai preskriptif benar dan salah, yang dimana perkembangan pemikiran moral perlu disertai dengan pengembangan komponen afektif. Dalam proses perkembangan moral, kedua komponen tersebut, yaitu kognitif dan afektif sama pentingnya. Aspek kognitif memungkinkan seseorang dapat menentukan pilihan moral secara tepat, sedangkan aspek afektif menajamkan kepekaan hati nurani, yang memberikan dorongan untuk melakukan tindakan bermoral.
Dari pernyataan di atas bisa kita ketahuia bahwa pendekatan cognitive moral development menekankan pada perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut dengan cognitive-developmental theory of moralization, yang bermula dari karya Piaget. Asumsi yang diberikan Piaget yakni bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses dari perkembangan kognisi secara murni. Bertolak belakang dengan asumsi dari para ahli psikologi pada masa itu yang mengatakan bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikolog dan social.
Menurut pendapat saya terlihat sangat jelas bahwa pendekatan cognitive moral development lebih menekankan pada kecerdasan peserta didiknya. Dan dikatakan bahwa teori moral development Kohlberg mengacu pada moral Judgment atau pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu pada penilaian moral
- Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Menurut saya Pendekatan affective moral development ini lebih menekankan pada ranah yang berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan pengembangan diri peserta didik. Atau pendekatan affective moral development adalah pendekatan afektif moral yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Contohnya ekspresi seseorang yang dalam merespon sesuatu yang menunjukan sikap atau tingkah laku. Pendekatan ini lebih mengarah kepada perkembangan emosi dari peserta didik.
- Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Sebelum kita ke pendekatan behavior moral development, kita akan mengenal sedikit tentang teori belajar behavior yang dikemumakan oleh albert bandura dan Skinner yang nantinya menjadi pendekatan dalam pendidikan nilai moral. teori belajar behavior ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavior ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Yang dimana Elvi, T dkk (2019) beranggapan bahwa teori belajar Skinner berpusat kepada tingkah laku dan konsekuensikonsekuensinya, teori behavioral bepedoman menganggap bahwa kepribadian manusia merupakan bentukan hasil dari lingkungan sosial tempat dirinya berada. Dari pernyatan diatas tentang teori belajar yang telah dikemukanan oleh Albert Bandura dan Skiner adalah sama sama tentang perubahan tingkah laku yang dijadikan dalam teori ini. jadi pendekatan behavior moral development adalah hasil dari tingkah laku yang nantinya menjadi kebiasaan.
NPM : 2013053136
Izin menanggapi,
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Tahap ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya. Perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral Development) yang dipelopori oleh L. Kohlberg; yang meyakini bahwa NMNr atau dunia afektif hanya mampu berkembang jika terjadi proses kognitif khususnya cognitive conflict dan penalaran.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral dalam pandangan al-Gazali bernuansa religius dan sufistik. Konsep ini jelas terlihat dari pandangannya tentang moral. Hakikat pendidikan moral al-Gazali menekankan pada aspek kejiwaan individu. Bagi al-Gazali, tujuan hidup manusia sebagai individu adalah untuk mencari kebahagiaan. Kebahagian yang paling penting adalah merealisasikan kebahagiaan di kehidupan yang akan datang atau kehidupan akhirat. Pencapaian tujuan ini dapat dicapai melalui perilaku yang baik sesama manusia berdasarkan tuntunan agama, serta mengupayakan secara batin untuk mencapai keutamaan jiwa. Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lain-lain; yang meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan NMNr.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori belajar Bandura disebut kognisi sosial karena proses kognitif individu berperan dalam belajar, sedangkan belajar terjadi secara sosial karena pengaruh lingkungan. Individu mengamati perilaku di lingkungan mereka sebagai model dan meniru perilaku ini dalam perilaku mereka sendiri. Oleh karena itu, teori Bandura disebut sebagai teori belajar imitasi. Perilaku individu dibentuk oleh peniruan di lingkungan. Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Perkembangan Moral secara Social Learning Approach atau social Behavioral Moral Development atau Self Regulation Model melalui Immitation Learning Model fengan tokoh yaitu: Walter Michel, A. bandura, dan Skinner.
NPM : 2013053127
Izin menjawab, Bu
1. Pendekatan moral kognitif dari Lawrence Kholhberg ini dinilai lebih bergerak secara mendalam kepada lapisan bawah sadar jiwa manusia. Kemudian, pendekatan ini menekankan seseorang pada proses berpikir moral berupa adanya perbedaan pemikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat menghadapi berbagai dilema moral. Hal itu termasuk kedalam penalaran moral yang dilakukan secara kognitif dengan menggunakan akal pikiran seseorang. Pendekatan ini lebih berfokus pada isu-isu moral yang terjadi dibandingkan dengan nilai-nilai moral yang terjadi.
2. Pendekatan moral afektif dari L Metccalf dan Iman al Ghozalli ini menekankan pada bagaimana strategi pembentukan kepribadian peserta didik, misalnya pada perasaan, emosi ataupun sikap, meliputi rasa kepedulian, rasa tanggung jawab, rasa empati, dan memperhatikan perasaan diri sendiri ataupun orang lain. Pendekatan ini bergerak dalam pengajarannya melalui peserta didik secara rasional itu menganalisis konflik nilai yang berlaku dimasyarakat dan juga menggunakan modelling atau contoh penerapannya sehingga hal itu akan membuat peserta didik dapat meniru atau dijadikan contoh dalam watak berprilakunya. Pendekatan ini peserta didik memilah panutan yang baik agar berperilaku yang baik
3. Pendekatan moral behavior dari Albert Bandura dan Skiner ini berdasar pada tindakan laku moral seseorang. Dalam pengajarannya, pendekatan ini menggunakan rangsangan yang menggugah proses kerja dari munculnya perilaku moral. Dengan begitu, akan melahirkan konsekuensi/akibat tertentu dan akan mengubah seseorang untuk mengulangi perilaku yang sama dari segi maksud dan tujuan. Misalnya dengan penguatan dan hukuman, dimana pada pendekatan ini tingkah laku yang diberi penguatan atau pujian akan cenderung diulang sebaliknya, jika suatu tingkah laku itu tidak seharusnya terjadi maka seseorang itu diberikan hukuman guna memperkecil pengulangan perilaku tersebut. Pada peserta didik ketika dia melakukan hal yang baik maka pendidik memuji peserta didik agar peserta didik terus melakukan hal baik tersebut. Sebaliknya jika peserta didik melakukan kesalahan pendidik berhak menegur peserta didik atau memberikan hukuman agar peserta didik dapat jera atas perbuatannya tersebut.
Universitas Lampung
Dashboard My courses Fakultas KIP FKIP GANJIL 2021/2022 PEND NILAI MORAL PGSD 3 B PERTEMUAN TIGABELAS forum pertanyaan
Search forums
Search forums
Dashboard
Site home
Calendar
Badges
All courses
PEND NILAI MORAL PGSD SEMESTER 3 KELAS B (Senin, 09.50-11.30)
Course dashboard
forum pertanyaan
Display mode
Display replies in nested form
forum pertanyaan
Friday, 5 November 2021, 10:16 PM
Number of replies: 25
berikan tanggapan kalian mengenai macam macam pendekatan dalam pendidikan nilai dan moral, dijelaskan ya sesuai dengan halaman 12 di dalam ppt. terimakasih.
Picture of Arina izzati 2013053096
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Arina izzati 2013053096 - Monday, 15 November 2021, 9:50 AM
Arina Izzati 2013053096
Izin menjawab
1. Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development:
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L metccalf dan Imam Al Ghazali disebut Affektive Moral Development:
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development:
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Picture of Wildah Aprilia Dharma
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Wildah Aprilia Dharma - Monday, 15 November 2021, 9:50 AM
Wildah Aprilia Dharma 2013053078
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development -> menurut saya pada teori ini terdapat beberapa tingkatan guna mengetahui sampai di mana tahapan perkembangan moral oleh setiap individu dan menjadi dasar perbedaan tingkah laku dan sikap.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development -> menurut saya pada teori ini diterangkan tentang bagaimana perasaan individu apabila ia melakukan perbuatan yang salah. Seperti jika anak memikirkan orang tuanya, maka orang tua di dalam diri anak itulah yang akan menghukum sehingga menimbulkan rasa bersalah pada diri anak tersebut.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development- > menurut saya pada teori ini peran orang tua sangat penting sebagai pemberi contoh (teladan) mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang salah. Karena pendekatan ini berpusat pada tingkah laku anak sesuai dengan keadaan internalnya.
Picture of Yasinta Almaida
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Yasinta Almaida - Monday, 15 November 2021, 9:50 AM
Yasinta Almaida
2013053072
Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori Lawrence Kohlberg tentang perkembangan kognitif-moral berfokus pada proses berpikir tentang isu-isu moral daripada nilai-nilai moral itu sendiri. Pendekatan semacam itu menghindari benturan antara sistem nilai sekuler dan agama, masalah indoktrinasi, dan bahkan masalah relativisme moral. Meskipun pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun.
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi itu tidak jelek. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Picture of Dewi mustikawati 2013053108
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Dewi mustikawati 2013053108 - Monday, 15 November 2021, 9:51 AM
Dewi Mustikawati
2013053108
Izin menanggapi
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Menurut pandangan konstruktivisme, seorang anak secara aktif membangun pemahaman dan pengetahuan dengan terus menerus menyesuaikan dan mengakomodasi sebuah informasi baru, sehingga dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang memberikan penekanan pada keaktifan siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang pengalaman yang mereka dapatkan dari kehidupan realita.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral atau budi pekerti selanjutnya perlu diberikan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Dalam hal pemberian pendidikan budi pekerti di sekolah muncul perbedaan tentang modus pemberian pendidikan budi pekerti itu sendiri. Dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
teori pembelajaran Albert Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya.
Picture of MIRA DESRINA 2013053059
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by MIRA DESRINA 2013053059 - Monday, 15 November 2021, 9:55 AM
Mira Desrina
2013053059
Izin menanggapi Bu
Mira Desrina
2013053059
Izin menjawab Bu
1.Dalam Perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral Development) yang dipelopori oleh L. Kohlberg; yang meyakini bahwa NMNr atau dunia afektif hanya mampu berkembang jika terjadi proses kognitif khususnya cognitive conflict dan penalaran.
bukti yang mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku.serta itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2.Dalam Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lainnyabyang meyakini bahwa dunia afektif bisa dibina sekaligus di didik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan NMNr.
Tingkah laku afektif merupakan tingkah laku yang menyangkut beberapa keanekaragaman perasaan seperti, takut, marah, sedih, gembira,dan lainnya.dalam hal ini tingkah laku ini tidak dapat terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karena itu juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
3.Dalam Perkembangan Moral secara Social Learning Approach atau social Behavioral Moral Development atau Self Regulation Model melalui Immitation Learning Model fengan tokoh yaitu: Walter Michel, A. bandura, dan Skinner.
Dari pendekatan ini skinner menggunakan media seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Terima kasih
Picture of Okta Mirnawati 2013053130
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Okta Mirnawati 2013053130 - Monday, 15 November 2021, 9:56 AM
Nama: Okta Mirnawati
NPM: 2013053130
Izin menanggapi, Bu
1. Pendekatan moral kognitif dari Lawrence Kholhberg ini dinilai lebih bergerak secara mendalam kepada lapisan bawah sadar jiwa manusia. Kemudian, pendekatan ini menekankan seseorang pada proses berpikir moral berupa adanya perbedaan pemikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat menghadapi berbagai dilema moral. Hal itu termasuk kedalam penalaran moral yang dilakukan secara kognitif dengan menggunakan akal pikiran seseorang. Pendekatan ini menggunakan bahan berupa cerita masalah atau sebuah situasi terjadinya dilema moral yang nantinya hal itu akan menjustifikasi tindakan d yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan pikirannya apabila terjadi permasalahan moral yang sama.
2. Pendekatan moral afektif dari L Metccalf dan Iman al Ghozalli ini menekankan pada bagaimana strategi pembentukan kepribadian peserta didik, misalnya pada perasaan, emosi ataupun sikap, meliputi rasa kepedulian, mengindahkan orang lain dan memperhatikan perasaan diri sendiri ataupun orang lain. Pendekatan ini bergerak dalam pengajarannya melalui peserta didik secara rasional itu menganalisis konflik nilai yang berlaku dimasyarakat dan juga menggunakan modelling atau contoh penerapannya sehingga hal itu akan membuat peserta didik dapat meniru atau dijadikan contoh dalam watak berprilakunya.
3. Pendekatan moral behavior dari Albert Bandura dan Skiner ini berdasar pada tindakan laku moral seseorang. Dalam pengajarannya, pendekatan ini menggunakan stimulan-stimulan yang menggugah proses kerja dari munculnya perilaku moral, dimana hal itu nantinya akan melahirkan konsekuensi tertentu dan akan mengubah seseorang untuk mengulangi perilaku yang sama dari segi maksud dan tujuan. Misalnya dengan penguatan dan hukuman, dimana pada pendekatan ini tingkah laku yang diberi penguatan atau pujian akan cenderung diulang sebaliknya, jika suatu tingkah laku itu tidak seharusnya terjadi maka seseorang itu diberikan hukuman guna memperkecil pengulangan perilaku tersebut.
Terima kasih
Picture of Ni Made Viska
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Ni Made Viska - Monday, 15 November 2021, 9:56 AM
Nama : Ni Made Viska
NPM : 2013053156
Izin menanggapi,
Menurut tanggapan saya mengenai 3 (tiga) pendekatan yang telah disebutkan di dalam PPT yaitu:
1) Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development, merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada proses berfikir kognitif seseorang, dengan kata lain sikap dan permasalahan moral kognitif seseorang lebih diutamakan dalam pendekatan ini.
2) Pendekatan l Metccalf dan Iman Al Ghozalli disebut Affektive Moral Development, merupakan salah satu jenis pendekatan yang memiliki arah pada perilaku moral afektif/ menggarah kepada moral feeling seseorang.
3) Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development, merupakan perluasan dari teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar prinsip – prinsip dari teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Picture of Serly Setyowati 2013053081
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Serly Setyowati 2013053081 - Monday, 15 November 2021, 9:56 AM
Serly Setyowati
2013053081
Izin berpendapat Ibu dan teman-teman mengenai pendekatan pendidikan nilai moral.
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu:
A. Pendekatan Lawrence Kolhberg yang disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi. Pendekatan kognitif memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.
B. Pendekatan L. Metccalf dan Iman al Ghozalli yang disebut Affektive Moral Development
Secara sederhana, istilah afektif dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, suasana hati, emosi, yang akan terlihat pada sikap, nilai, minat , apresiasi, karakter, penyesuaian, moral, dan tingkah laku individu. Dalam konteks pendidikan, afektif juga sering disangkutpautkan dengan moral.
C. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner yang disebut Behavior Moral Development
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Aplikasi pendekatan behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus‐responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Sebaliknya jika respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon justru malah semakin kuat juga.
Picture of Sinta Novita Sari 2013053123
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Sinta Novita Sari 2013053123 - Monday, 15 November 2021, 9:56 AM
Sinta Novita Sari
2013053123
Izin menjawab
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
Pra-Konvesional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terima kasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik.
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekadar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
Pasca Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakikat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Gagasan pendidikan moral menurut al-Gazali dan L Metccalf sejalan dengan konsep pendidikan Islam. Konsep pendidikan Islam merangkul gagasan kedua tokoh tersebut dengan mendudukkan pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip pengembangan moral baik individu maupun masyarakat. Relevansi pendidikan Islam dengan sumber pendidikan pendidikan moral yang diungkapkan oleh kedua tokoh tersebut dapat dilihat pada prinsip pendidikan Islam yaitu bersifat universal dan menyeluruh, yaitu antara ilmu empirik, sosial, dan wahyu saling berkaitan, dan ketiga ilmu tersebut berasal dari Allah. Meskipun kedua tokoh tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda dalam memandang atau menilai moralitas. Moralitas dalam perspektif pendidikan Islam memandang harus menggunakan pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusia. Hal tersebut tercermin pada prinsip pendidikan Islam yaitu prinsip universal dan prinsip keseimbangan. Pendidikan Islam juga mengungkapkan peranan lembaga pendidikan (sekolah) untuk membantu individu menum-buhkan dan membentuk moralitasnya. Melalui pendidikan formal, umat manusia akan mencapai perada-ban dan memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang tinggi sebagai bekal untuk melanjutkan dan memperjuangkan agamanya. Oleh karena itu, bukan sebuah kekeliruan ketika al-Gazali dan Émile Durkheim menjadikan sekolah sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan moralitasnya.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Menurut Albert Bandura, proses perkembangan sosial dan moral siswa selalu berkaitan dengan proses belajar karena menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat.
Teori pembelajaran ini disebut teori pembelajaran social-kognitif atau teori pembelajaran melalui peniruan. Teori ini berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu: a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama perilaku-perilaku orang lain. b. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi. c. Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Secara garis besar, ada tiga hal yang menjadi pemikiran Albert Bandura berkenaan dengan pendidikan moral, yaitu: a. Albert Bandura memandang pendidik sebagai model atau teladan yang baik sebab anak selalu meniru apa yang dilakukan oleh model. Sedangkan peserta didik merupakan subyek pendidikan yang selalu memperhatikan model (lebih cenderung sebagai pengamat). b. Tentang lingkungan, bahwa lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat) mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan moral siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Terdapat dua metode dalam pendidikan moral, yaitu conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Hal ini berarti membiasakan suatu perilaku dengan menunjukkan mana perilaku yang mendapat rewards (hadiah) dan mana yang mendapatkan punishment (hukuman) sehingga nantinya perilaku tersebut akan ditirunya. Dengan kata lain, seorang anak itu meniru suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang ada di sekitarnya apakah perilaku itu mendapat hadiah atau mendapat hukuman.
Picture of Dimas Aris Setiawan
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Dimas Aris Setiawan - Monday, 15 November 2021, 9:57 AM
Nama : Dimas Aris Setiawan
NPM : 2013053066
Izin menanggapi
Tentang macam-macam Pendekatan Pendidikan Nilai dan Moral yang dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg (Cognitive Moral Development)
Pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun. Dalam teori ini terdapat tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli (Affektive Moral Development)
Dalam hal ini Imam Al-Ghozalli memandang moral dengan Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan atau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner (Behavior Moral Development)
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Oleh karena itu pendekatan ini menekankan pada orang lain dan kondisi stimulus yang merupakan hasil dan conditionong (kondisi) dan modeling (teladan). sehingga perilaku moral yang didapat berasal dari model atau seseorang yang ditiru atau diteladani. Lalu dalam pendekatan ini mengenal proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, dan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial.
Menurut pendapat saya dari ketiga pendekatan pendidikan niai dan moral tersebut. Pendekatan pendidikan nilai dan moral yang menurut saya paling sesuai yaitu Pendekatan menurut Lawrence Kolhberg, karena didalamnya berlangsung pada tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa. Lalu tahapan-dalam perkembangan ini bersifat universal. Dalam pendekatan menurut lawrence Kohlberg juga disebutkan bahwa setiap orang yang memiliki tahap perkembangan yang lebih tinggi atau usia lebih tinggi akan memiliki pengaruh yang sangat besar. Dikarenakan hal-hal tersebut saya berpikir bahwa pendekatan menurut Lawrence Kolhberg sangat relevan dan sesuai dengan hal yang terjadi dalam proses perkembangan moral dalam kehidupan.
Terima Kasih
Picture of Ida Lestari 2013053109
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Ida Lestari 2013053109 - Monday, 15 November 2021, 10:00 AM
Nama: Ida Lestari
NPM: 2013053109
Izin menanggapi bu,
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Menurut Lawrence Kohlberg, tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal (Principled conscience)
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral dalam pandangan al-Gazali bernuansa religius dan sufistik. Konsep ini jelas terlihat dari pandangannya tentang moral. Hakikat pendidikan moral al-Gazali menekankan pada aspek kejiwaan individu. Bagi al-Gazali, tujuan hidup manusia sebagai individu adalah untuk mencari kebahagiaan. Kebahagian yang paling penting adalah merealisasikan kebahagiaan di kehidupan yang akan datang atau kehidupan akhirat. Pencapaian tujuan ini dapat dicapai melalui perilaku yang baik sesama manusia berdasarkan tuntunan agama, serta mengupayakan secara batin untuk mencapai keutamaan jiwa. Tujuan pendidikan moral bagi al-Gazali adalah memproduksi manusia sempurna yang memiliki kepribadian yang baik, kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Amin Abdullah mengungkapkan bahwa al-Gazali menempatkan wahyu sebagai petunjuk utama atau bahkan cenderung satu-satunya dalam tindakan etis, dan dengan keras menghindari intervensi rasio dalam merumuskan prinsip-prinsip dasar universal tentang petunjuk al-Qur’an bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, sumber pendidikan moral menurut al-Gazali adalah wahyu al-Qur’an sebagai otoritas utama dalam pembentukan moral. Adapun peran rasio (akal) hanya sebagai sumber pendukung dalam tindakan etis-manusia. Dalam hal ini, rasio (akal) berperan memberikan keseimbangan dan rohani yang bersih kepada seseorang sehingga melahirkan moral yang baik.
Kurikulum pendidikan moral al-Gazali didasarkan pada dua kecenderu-ngan yaitu, Pertama, kecederungan agama dan tasawuf. Kecenderungan ini membuat al-Gazali menempatkan ilmu-ilmu agama di atas segalanya, dan memandangnya sebagai alat untuk mensucikan diri dan membersihkan seseorang dari pengaruh kehidupan dunia. Dengan kecenderungan ini, al-Gazali sangat mementingkan pendidikan moral karena ilmu ini bertalian erat dengan pendidikan agama. Kedua, kecenderungan pragmatis. Kecederungan ini tampak dalam karya tulisnya. Al-Gazali beberapa kali mengulang penilaiannya terhadap ilmu berdasarkan manfaatnya bagi manusia, baik untuk kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat. Ia juga menjelaskan bahwa ilmu netral/non syariat yang tidak dipergunakan pemiliknya pada hal-hal yang bermanfaat merupakan ilmu yang tak bernilai. Bagi al-Gazali, setiap ilmu harus dilihat dari segi fungsi dan kegunaannya dalam bentuk amaliah. Setiap amaliah yang disertai ilmu itu harus pula disertai dengan kesungguhan dan niat yang tulus ikhlas.
Dengan melihat sisi pemanfaatan dari suatu ilmu ini, al-Gazali tergolong sebagai penganut paham pragmatis teologis, yaitu pemanfaatan yang didasarkan atas tujuan keagamaan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari sikapnya sebagai seorang sufi yang memiliki tren praktis dan faktual. Adapun syarat pendidik moral bagi al-Gazali adalah sebagai uswatun hasanah. Pendidik dalam pendidikan merupakan komponen yang sangat menentukan keberlangsungan proses pembelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Teori Bandura berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu:
a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran menurut proses kognitif individu dan kecakapan dalam membuat keputusan.
b. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-
faktor pribadi.
c. Hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Individu akan mengamati perilaku di lingkungannya sebagai model, kemudian ditirunya sehingga menjadi perilaku miliknya. Dengan demikian, maka teori Bandura ini disebut teori pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu perilaku model (contoh), pengaruh perilaku model, dan proses internal pelajar. Jadi individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat, pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru.
Setiap proses belajar dalam hal ini belajar sosial terjadi dalam urutan tahapan peristiwa. Tahap-tahap ini berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil atau perolehan belajar seorang siswa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap perhatian (attentional phase)
2. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
3. Tahap reproduksi (reproduction phase)
4. Tahap motivasi (motivation phase)
Seperti dalam proses-proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan. Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan sosial. Diantara ragam mazhab, perkembangan sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan ialah; aliran teori cognitive psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg dan aliran teori social learning dengan tokoh utama Albert Bandura dan R.H. Walters. Tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian perkembangan sosial anak-anak usia sekolah dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Maksudnya, setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan oleh ibu bapak dan agen-agen yang lain adalah positif dan jika anak-anak menerimanya dengan baik, sedangkan pengaruh lain adalah sama maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Teori pembelajaran sosial melihat bagaimana norma-norma yang diterima masyarakat dipindahkan dalam lingkungan keluarga. Jika pengajaran ini lemah atau tidak dilakukan dengan berkesan, anak-anak cenderung untuk melakukan yang sebaliknya.
Terima kasih.
Picture of Anjelly Triane Chaterina
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Anjelly Triane Chaterina - Monday, 15 November 2021, 10:00 AM
Anjelly Triane Chaterina 2063053003
Izin menanggapi bu
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tingkat Teori perkembangan moral kohlberg adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral individu dari segi proses penalaran yang mendasarinya bukan dari perbuatan moral. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai stadium perkembangan dengan tingkat yang teridentifikasi
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Perkembangan Moral Afektif, Kasih sayang meliputi perasaan atau emosi yang dimiliki setiap siswa, yang juga perlu diperhatikan dalam belajar.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori belajar Bandura disebut kognisi sosial karena proses kognitif individu berperan dalam belajar, sedangkan belajar terjadi secara sosial karena pengaruh lingkungan. Individu mengamati perilaku di lingkungan mereka sebagai model dan meniru perilaku ini dalam perilaku mereka sendiri. Oleh karena itu, teori Bandura disebut sebagai teori belajar imitasi. Perilaku individu dibentuk oleh peniruan di lingkungan. Belajar adalah proses meniru untuk beradaptasi sebanyak mungkin dengan situasi dan tujuan Anda. Proses pembelajaran menurut teori Bandura dilakukan oleh tiga komponen (faktor): perilaku model (misalnya), pengaruh perilaku model, dan proses internal siswa.
Picture of NABILA BILQISTI PUTRI 2013053113
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by NABILA BILQISTI PUTRI 2013053113 - Monday, 15 November 2021, 10:01 AM
Nama : Nabila Bilqisti Putri
NPM : 2013053113
Izin menanggapi ibu,
1. Pendekatan cognitive moral developmen
Pendekatan ini melihat perkembangan moral individu dilihat dari perkembangan tingkat kognitif atau kemampuan berpikirnya dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus peserta didik untuk berfikir aktif mengenai masalah-masalah moral dan menentukan keputusan dalam proses menginternalisasikan karakter nilai-nilai moral.
2. Pendekatan affective moral development
Pendekatan afektive memandang perkembangan moral peserta didik melalui perkembangan sikap. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus pembentukan karakter nilai-nilai moral melalui masalah-masalah di lingkungan sekitar. Sehingga peserta didik nantinya mampu merespons atau bersikap terhadap persoalan-persoalan di masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral.
3. Pendekatan behavior moral development
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang digunakan untuk memodifikasi tingkah laku yang menyimpang akibat pengaruh lingkungan social. Dalam pendekatan ini pendidik menstimulus peserta didik untuk mampu merubah penyimpangan tingkah laku menjadi tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Picture of Febi Eka Putri
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Febi Eka Putri - Monday, 15 November 2021, 10:01 AM
Febi Eka Putri
2013053099
Mohon izin menanggapi Bu..
*1. Lawrence Kohlberg (cognitive moral development)*
Menurut Kohlberg, manusia berkembang secara moral melalui tiga tahap yang sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Ia meyakini bahwa dengan semakin berkembangnya kognisi manusia maka kemampuan manusia untuk memberikan penilaian moral yang baik juga akan berkembang.
Tanggapan saya.. pendekatan dari Kohlberg ini menyesuaikan dengan umur dan kemampuan seseorang dan dengan tingkat dan tahapan yang berbeda..
*2. L Metccalf dan Imam Al Ghozali (affective moral development)*
Tanggapan saya mengenai pendekatan moral afektif ini yaitu lebih menekankan pada aspek kejiwaan individu. Yang mana pendidikan moralnya bersumber dari kitab suci dan menggunakan akal untuk mendukung perbuatan atau etika seseorang.. moral.
*3. Albert Bandura dan Skinner (behavior moral development)*
Tanggapan saya mengenai pendekatan tingkah laku moral ini, yaitu lebih menekankan kepada tingkah laku seseorang.. baik proses pembentukan maupun proses perbaikan tingkah laku seseorang..
Terimakasih
Picture of Nazla Asa 2013053152
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Nazla Asa 2013053152 - Monday, 15 November 2021, 10:01 AM
Nazla Asa Luqyana
2013053152
1. Cognitive Moral Development
Disebut sebagai pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach) karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, perkembangan moral dilihat sebagai perkembangan tingkat berfikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Dengan adanya pendekatan moral kognitif ini menjadikan peserta didik lebih memahami persoalan yang terjadi dari aspek-aspek yang paling sederhana hingga kompleks, sehingga dalam mencari solusi persoalan yang adapun juga bisa tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.Pendekatan moral kognitif juga bisa menjadikan pola pikir peserta didik lebih tersistematis dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam hidupnya.
2. Affektive Moral Development
Memahami perkembangan aspek afektif peserta didik merupakan salahsatu faktor untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pendidikan, tidak hanyadalam hasil akademik tapi juga dalam hal pembentukan moral.Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap pesertadidik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahamanguru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Setiap peserta didik memiliki emosi yang berbeda, sehinggarangsangan yang diberikan juga harus berbeda. Reaksi emosional dapat berkembang menjadi kebiasaan, sehinggamempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu ataupun pesertadidik. Penjelasan di atas menjelaskan tentang bagaimana keterkaitan emosional pada tingkah laku yang akan dilakukan.
3. Behavior Moral Development
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadikebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative..Evaluasi atau Penilaian didadari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Picture of Elysia Vitaloka
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Elysia Vitaloka - Monday, 15 November 2021, 10:02 AM
Elysia Vitaloka 2013053150)
Izin menaggapi,
1. Pendekatan lawrence kohlberg disebut cognitive moral development yaitu mengevaluasi sikap sadar terhadap perilaku etis, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) bergerak lebih dalam ke lapisan bawah sadar jiwa manusia. Teori dari kohlberg inj berpandangan bahwa penalaran moral yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Salah satu hasil pemikiran yang provokatif mengenai perkembangan moral adalah pandangan Kholberg yang berpendapat bahwa perkembangan moral di dasarkan pada penalaran moral yang kemudian berkembang dalam enam tahap perkembangan.
2. Pendekatan L Metcalf dan Imam Al Ghazali yaitu Perkembangan Moral secara Afektual (affective Moral Development). Mereka meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan. Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. penilaian afektif fokus pada sikap dan nilai, maka penilaian ini tidak bisa dilakukan hanya dari tes. Penilaian bisa berjalan secara efektif melalui non-tes
3. Pendekatan albert bandura dan skinner disebut behavior moral development
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri
Picture of Ridha Rizkyka Azammi
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Ridha Rizkyka Azammi - Monday, 15 November 2021, 10:03 AM
Ridha Rizkyka Azammi
2013053177
Izin menanggapi,
Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori ini berarah bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang bisa teridentifikasi. Beliau mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget. Kohlberg memakai cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan beliau tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang bertambah adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap pesertadidik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pembentukan akhlak mulia melalui penerapan pendidikan afektif yang direpresentasikan pada sikap perhatian, sikap kasih sayang, dan sikap lemah lembut terdapat bukti yang meyakinkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kesadaran ibadah, prestasi akademik, dan perilaku terpuji peserta didik pada pendidikan tingkat dasar. Sikap perhatian menciptakan suasana belajar terarah, terkontrol dan terukur. Aktivitas jiwa guru tertuju pada kondisi peserta didik untuk dimengerti, dipahami, dievaluasi dan diperbaiki serta dioptimalkan potensinya, dan ditunjang sikap kasih sayang yang menciptakan suasana belajar penuh kehangatan dan keharmonisan dalam berkomunikasi antar guru dan peserta didik.
Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya. Menurutnya aturan-aturan (benar-salah) untuk mengontrol tingkah laku anak diperoleh melalui proses modelling. Anak belajar benar-salah diberitahu secara khusus oleh orang tua dengan cara mencontoh perilaku mereka (orang tua teladan anak).
Picture of Perhanda Hapit 2013053179
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Perhanda Hapit 2013053179 - Monday, 15 November 2021, 10:03 AM
Perhanda Hapit
2013053179
Izin menjawab
1. Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development:
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L metccalf dan Imam Al Ghazali disebut Affektive Moral Development:
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development:
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Picture of Nadia Salsabila Adzkia 2013053182
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Nadia Salsabila Adzkia 2013053182 - Monday, 15 November 2021, 10:05 AM
Nadia Salsabila Adzkia
2013053182
Izin menanggapi,
• Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Teori Lawrence Kohlberg tentang perkembangan kognitif-moral berfokus pada proses berpikir tentang isu-isu moral daripada nilai-nilai moral itu sendiri. Pendekatan semacam itu menghindari benturan antara sistem nilai sekuler dan agama, masalah indoktrinasi, dan bahkan masalah relativisme moral. Meskipun pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun.
• Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
• Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi itu tidak jelek. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Picture of Rusbiantari Ningsih 2013053153
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Rusbiantari Ningsih 2013053153 - Monday, 15 November 2021, 10:08 AM
Rusbiantari Ningsih
2013053153
Izin menanggapi
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Moral development Kohlberg mengacu pada moral Judgment atau pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu pada penilaian moral. Agar dapat konsisten dalam bernalar untuk mengambil keputusan moral ketika menghadapi kondisi yang dilematis, seseorang harus menapaki tahapan demi tahapan yang disebut dengan tahap perkembangan moral.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Dalam pengajarannya, pendekatan ini menggunakan stimulan-stimulan yang menggugah proses kerja dari munculnya perilaku moral, dimana hal itu nantinya akan melahirkan konsekuensi tertentu dan akan mengubah seseorang untuk mengulangi perilaku yang sama dari segi maksud dan tujuan. Misalnya dengan penguatan dan hukuman, dimana pada pendekatan ini tingkah laku yang diberi penguatan atau pujian akan cenderung diulang sebaliknya, jika suatu tingkah laku itu tidak seharusnya terjadi maka seseorang itu diberikan hukuman guna memperkecil pengulangan perilaku tersebut.
Picture of Widya Mitasari
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Widya Mitasari - Monday, 15 November 2021, 10:09 AM
Widya Mitasari
2013053064
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development -> dinilai lebih bergerak secara mendalam kepada lapisan bawah sadar jiwa manusia. Kemudian, pendekatan ini menekankan seseorang pada proses berpikir moral berupa adanya perbedaan pemikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan saat menghadapi berbagai dilema moral. Hal itu termasuk kedalam penalaran moral yang dilakukan secara kognitif dengan menggunakan akal pikiran seseorang. Pendekatan ini menggunakan bahan berupa cerita masalah atau sebuah situasi terjadinya dilema moral yang nantinya hal itu akan menjustifikasi tindakan d yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan pikirannya apabila terjadi permasalahan moral yang sama.
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development -> Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
Pendidikan moral atau budi pekerti selanjutnya perlu diberikan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Dalam hal pemberian pendidikan budi pekerti di sekolah muncul perbedaan tentang modus pemberian pendidikan budi pekerti itu sendiri. Dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development- > merupakan perluasan dari teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar prinsip – prinsip dari teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Picture of SHERLY IKA SAVITRI
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by SHERLY IKA SAVITRI - Monday, 15 November 2021, 10:09 AM
Sherly Ika Savitri
NPM 2013053116
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development, teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development-CMD) bergerak lebih dalam ke dalam lapisan bawah sadar jiwa manusia. Teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development-CMD) adalah cara berpikir moral (moral thinking process), apa yang membuat seorang individu dalam menghadapi sebuah dilema (Mintchik & Farmer, 2009). Bersifat kognitif, Kohlberg berfokus pada proses berpikir yang terjadi ketika seseorang memutuskan apakah suatu penlaku itu benar atau salah Jadi, teori penekanan adalah pada bagaimana seseorang memutuskan untuk menanggapi dilema moral, bukan apa yang memutuskan atau apa yang sebenarnya dilakukan.
2. Pendekatan L Metecalf dan Iman al Ghozali disebut Affektive Moral Development Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lain-lain; yang meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempriba dikan NMNI.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behevior Moral Development, Prinsip dasarbelajarhasal temuan Bandura meliputi proses belajar sosial dan moral. Menurut Bandura sebagan besar dan yang dipelajan manusia terjadi melalui peninuan (imitasi) dan contoh perilaku (modeling). Anak mempelajari respon-respon bani dengan cara mengamati tethadap model penlaku cortoh dani orang lain yang menjadi idola, seperti guru, orang tua. teman sebaya, dan atau film insan yang setiap saat muncul di tayangan televisi.
Picture of Utchi Umairoh 2013053094
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Utchi Umairoh 2013053094 - Monday, 15 November 2021, 10:10 AM
Nama : Utchi Umairoh
NpM : 2013053094
Macam-macam Pendekatan Pendidikan Nilai dan Moral
Pendekatan dalam pendidikan nilai dan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan Kohlberg tidak mengidentifikasi nilai-nilai tertentu atau peringkat nilai hierarkis, teorinya menetapkan hierarki tingkat pemikiran tentang masalah moral. Kohlberg menyimpulkan bahwa tingkat penalaran moral setiap orang berkembang sejak masa kanak-kanak dalam urutan yang tidak berubah melalui enam tahap, meskipun prosesnya dapat berakhir pada tahap apa pun. Dalam teori ini terdapat tahap-tahap yang teratur dan selalu berkaitan dengan perkembangan kognitif manusia dalam moralitas yang di tunjukan pada proses belajar berkesinambungan dari usia-usia tertentu sampai dewasa.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan danatau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori
pembelajaran social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui
peniruan. Teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial.
Picture of Fadilatun Nisa Aulia
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Fadilatun Nisa Aulia - Monday, 15 November 2021, 10:11 AM
Izin menanggapi ibu dan teman teman
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Pendidikan nilai moral dapat disebut sebagai pendidikan etik, pendidikan budi pekerti, pendidikan nilai (value education) atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan dalam pendidikan nilai moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi : perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.
Dalam pendidikan nilai moral sering kita dengar tentang pendekatan pendidikan nilai dan moral. Pendekatan dalam pendidikan moral berkaitan dengan bagaimana cara menyampaikan nilai-nilai moral itu kepada peserta didik. Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan Cognitive Moral Development ini menganggap moralitas yang matang merupakan logika atau rasionalitas yang melekat dalam hubungan sosial.Moralitas dalam pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu terutama pada penilaian moral dari nilai-nilai preskriptif benar dan salah, yang dimana perkembangan pemikiran moral perlu disertai dengan pengembangan komponen afektif. Dalam proses perkembangan moral, kedua komponen tersebut, yaitu kognitif dan afektif sama pentingnya. Aspek kognitif memungkinkan seseorang dapat menentukan pilihan moral secara tepat, sedangkan aspek afektif menajamkan kepekaan hati nurani, yang memberikan dorongan untuk melakukan tindakan bermoral.
Dari pernyataan di atas bisa kita ketahuia bahwa pendekatan cognitive moral development menekankan pada perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut dengan cognitive-developmental theory of moralization, yang bermula dari karya Piaget. Asumsi yang diberikan Piaget yakni bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses dari perkembangan kognisi secara murni. Bertolak belakang dengan asumsi dari para ahli psikologi pada masa itu yang mengatakan bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikolog dan social.
Menurut pendapat saya terlihat sangat jelas bahwa pendekatan cognitive moral development lebih menekankan pada kecerdasan peserta didiknya. Dan dikatakan bahwa teori moral development Kohlberg mengacu pada moral Judgment atau pendekatan perkembangan kognitif yang mengacu pada penilaian moral
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Menurut saya Pendekatan affective moral development ini lebih menekankan pada ranah yang berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan pengembangan diri peserta didik. Atau pendekatan affective moral development adalah pendekatan afektif moral yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Contohnya ekspresi seseorang yang dalam merespon sesuatu yang menunjukan sikap atau tingkah laku. Pendekatan ini lebih mengarah kepada perkembangan emosi dari peserta didik.
Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Sebelum kita ke pendekatan behavior moral development, kita akan mengenal sedikit tentang teori belajar behavior yang dikemumakan oleh albert bandura dan Skinner yang nantinya menjadi pendekatan dalam pendidikan nilai moral. teori belajar behavior ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavior ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Yang dimana Elvi, T dkk (2019) beranggapan bahwa teori belajar Skinner berpusat kepada tingkah laku dan konsekuensikonsekuensinya, teori behavioral bepedoman menganggap bahwa kepribadian manusia merupakan bentukan hasil dari lingkungan sosial tempat dirinya berada. Dari pernyatan diatas tentang teori belajar yang telah dikemukanan oleh Albert Bandura dan Skiner adalah sama sama tentang perubahan tingkah laku yang dijadikan dalam teori ini. jadi pendekatan behavior moral development adalah hasil dari tingkah laku yang nantinya menjadi kebiasaan.
Picture of Yozha Fatonah 2013053136
In reply to First post
Re: forum pertanyaan
by Yozha Fatonah 2013053136 - Monday, 15 November 2021, 10:14 AM
Nama : Yozha Fatonah
NPM : 2013053136
Izin menanggapi,
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Tahap ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya. Perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral Development) yang dipelopori oleh L. Kohlberg; yang meyakini bahwa NMNr atau dunia afektif hanya mampu berkembang jika terjadi proses kognitif khususnya cognitive conflict dan penalaran.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendidikan moral dalam pandangan al-Gazali bernuansa religius dan sufistik. Konsep ini jelas terlihat dari pandangannya tentang moral. Hakikat pendidikan moral al-Gazali menekankan pada aspek kejiwaan individu. Bagi al-Gazali, tujuan hidup manusia sebagai individu adalah untuk mencari kebahagiaan. Kebahagian yang paling penting adalah merealisasikan kebahagiaan di kehidupan yang akan datang atau kehidupan akhirat. Pencapaian tujuan ini dapat dicapai melalui perilaku yang baik sesama manusia berdasarkan tuntunan agama, serta mengupayakan secara batin untuk mencapai keutamaan jiwa. Perkembangan Moral secara Afektual (affective/attitudional/psychological Moral Development) yang dianut oleh L. Metcalf, Justian Aronfreed, Imam Al Ghazali dan lain-lain; yang meeyakini bahwa dunia afektif bisa dibina dan dididik melalui pendekatan dan strategi khusus, dengan mempribadikan NMNr.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori belajar Bandura disebut kognisi sosial karena proses kognitif individu berperan dalam belajar, sedangkan belajar terjadi secara sosial karena pengaruh lingkungan. Individu mengamati perilaku di lingkungan mereka sebagai model dan meniru perilaku ini dalam perilaku mereka sendiri. Oleh karena itu, teori Bandura disebut sebagai teori belajar imitasi. Perilaku individu dibentuk oleh peniruan di lingkungan. Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Perkembangan Moral secara Social Learning Approach atau social Behavioral Moral Development atau Self Regulation Model melalui Immitation Learning Model fengan tokoh yaitu: Walter Michel, A. bandura, dan Skinner.
Jump to...
Jump to...
Skip My courses
My courses
KONSEP DASAR IPA BIOLOGI (PGSD KELAS B)
PEND NILAI MORAL PGSD SEMESTER 3 KELAS B (Senin, 09.50-11.30)
Landasan Kependidikan PGSD B
PS PGSD 3B Pendidikan Multikultural
PS PGSD 3B Pendidikan Multikultural
PS PGSD Pendidikan Agama Islam B
Strategi Pembelajaran Kelas B
PS PGSD Pendidikan Agama Islam A 2020
Belajar dan Pembelajaran PGSD Metro 2B 2020/2021
Strategi Pembelajaran PGSD 2B METRO
MKU PBI PGSD (2B)
Microteaching Kelas B PGSD
Perencanaan Pembelajaran PGSD B SMT 2 TA 2020/2021
Keterampilan Berbahasa Indonesia (PGSD 2B)
KONSEP DASAR FISIKA KELAS B
PGSD KELAS B SEMESTER 2 PKN
Geometri dan Pengukuran Kelas 3B
PGSD_MK Pembelajaran IPA SD_Kelas B_Ganjil 21/22
PGSD.3B_TEORI DAN APRESIASI SASTRA ANAK
PS PGSD B Manajemen Pendidikan
pendidikan pancasila PGSD kelas B
Pendidikan Seni Tari di SD PGSD KELAS B
Pendidikan Seni Tari di SD PGSD Kelas A
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN KELAS B METRO TA 2020/2021
Bilangan dan Pengolahan Data Kelas B Metro TA 2020/2021
PJOK SD dan Olah Gizi Kelas 3B
Pendidikan Etika dan Kearifan Lokal Kelas B
PGSD PSIKOLOGI PENDIDIKAN GENAP 2020/2021 B
All courses ...
Skip Navigation
Navigation
Dashboard
Site home
Site pages
My courses
Fakultas KIP
FKIP GANJIL 2020/2021
FKIP GENAP 2020/2021
FKIP GANJIL 2021/2022
PEND NILAI MORAL PGSD 3 B
Participants
Badges
Competencies
Grades
General
Pertemuan 1 Kontrak Perkuliahan
Pertemuan 2 Hakikat Pendidikan Nilai dan Moral
Pertemuan 3 Nilai-Nilai Moral Bangsa
pertemuan empat
pertemuan lima
pertemuan enam
PERTEMUAN TUJUH
pertemuan delapan
PERTEMUAN SEMBILAN
PERTEAMUAN SEPULUH
PERTEMUAN SEBELAS
PERTEMUAN DUABELAS
PERTEMUAN TIGABELAS
Forumabsensi awal
FileMATERI pendekatan nilai
Forumforum pertanyaan
AssignmentTUGAS
Forumkuis 2
Forumabsensi akhir
3B Pendiikan Multikultural
PS PGSD 3B Pendidikan Multikultural
G&P Kls 3B
PIPASD_B_Ganjil 21/22
TEORI DAN APRESIASI SASTRA ANAK_PGSD3B
PGSD Manajemen
Courses
Skip Administration
Administration
Forum administration
Optional subscription
Subscribe to this forum
Course administration
Pusat Pembelajaran Pengembangan Daring dan Pendidikan Jarak Jauh.
LP3M Unila.
Gedung Rektorat Lt. 4
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng
Bandar Lampung.
2013053060
Izin menanggapi bu, berdasarkan ketiga pendekatan diatas sebagai berikut:
Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Developmen adalah pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu.
Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli tentang Affektive Moral Development, menurut teori ini diterangkan tentang bagaimana perasaan individu apabila ia melakukan perbuatan yang salah. Seperti jika anak memikirkan orang tuanya, maka orang tua di dalam diri anak itulah yang akan menghukum sehingga menimbulkan rasa bersalah pada diri anak tersebut.
Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini.
Terimakasih bu
Pendekatan dalam pendidikan moral dibedakan menjadi tiga (3) yaitu;
1.Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini lebih menekankan tingkat berfikir peserta didik, dari permasalahan rendah menuju permasalahan yang tinggi. Adapaun tujuan dari pendekatan ini yaitu membantu peserta didik dalam membuat pertimbangan yang lebih kompleks dan mendorong peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok serta dapat menjelaskan alasan-alasan dari hasil diskusinya.
2.Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan ini lebih menekankan pada afektif siswa atau sikap peserta didik. Maka disini diperlukannya hubungan timbale balik antara pendidik dan peserta didik.
3.Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development . Adapun tahapan pembelajaran dalam teori ini yaitu :
a.Tahap perhatian (attentional phase)
pendidik dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu
b.Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
Pada tahap kedua ini, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Biasanya peserta didik akan menangkap apa yang telah dijelaskan oleh pendidik.
c.Tahap reproduksi (reproduction phase)
pendidik dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post-test.
d.Tahap motivasi (motivation phase)
pendidik dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan.
Sekian terimakasih banyak.
2013053131
Izin menanggapi
1. teori mengenai perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD).
Menurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif terdiri atas enam tahap hirarkhis yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: prakonvensional (tahap 1 dan 2), konvensional (tahap 3 dan 4), dan pascakonvensional (tahap 5 dan 6).
Proposisi yang mendasari teori Kohlberg ini adalah: keputusan iindividu mengenai perilakunya berasal dari kemampuan individu itu untuk menganalisis kewajiban-kewajiban moralnya
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan afektif merupakan suatu sudut pandang yang digunakan oleh para pendidik dalam mengambil langkah untuk menentukan metode pengajaran dengan tujuan agar proses pendidikan lebih humanis dan lebih mudah mencapai tujuannya
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya. Teorinya ini juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan.
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori belajar Bandura ini dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1986.
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
Salah satu asumsi paling awal mendasari teori Teori belajar Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku.
Fokus pembelajaran adalah pengalaman-penglaman tak terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain
2063053004
Izin menjawab,
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development => dalam pendekatan ini memiliki 6 tahap perkembangan yang dapat terindetifikasi, dan dalam enam tahap ini terbagi menjadi 3 tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca konvensional.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development => tingkah laku afektif yang menyangkut perasaa, yang menunjukkan bagaimana perasaan seseorang.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development => Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2013053080
Izin menanggapi,
Disebutkan dalam powerpoint bahwa terdapat tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Lawrence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development
Pendekatan ini lebih mengacu pada hubungan pengembangan moral kognitif anak, yang mana mereka diajak berdiskusi untuk membahas isu-isu moral dan bagaimana
cara menyelesaikannya.
2. Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli disebut Affektive Moral Development
Pendekatan ini berhubungan dengan pengembangan moral sikap. Anak-anak mengalami adanya berbagai sikap yang dialami, seperti sedih, senang, marah, kecewa, dan
lainnya. Mereka belajar untuk memandang bagaimana sikap yang mereka lakukan yang dihasilkan dari pengalaman belajar.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development
Pendekatan ini mengacu pada pengembangan moral dan tingkah laku anak. Para pendidik atau orang tua menjadi aktor utama dalam menuntun anak-anak agar mereka
dapat bisa membedakan mana perilaku yang benar dan yang salah.
2013053157
Izin menjawab
1. Pendekatan Laurence Kolhberg disebut Cognitive Moral Development:
Atau Pendekatan berorientasi kognitif adalah untuk melibatkan para siswa dalam diskusi-diskusi tentang isu-isu moral yang relevan dengan harapan bahwa siswa yang mendengar rekan-rekan mereka membahas masalah tersebut dari tingkat yang lebih tinggi akan tertarik untuk posisi itu. Sementara teknik yang digunakan dalam pendekatan ini telah terbukti efektif dalam mengubah cara berpikir, ada sedikit bukti untuk mendukung keyakinan bahwa cara berpikir dapat berubah secara otomatis dan akan menghasilkan perubahan perilaku. Dan itu berdampak pada perilaku yang membedakan pendidikan nilai-nilai dari pendidikan karakter.
2. Pendekatan L metccalf dan Imam Al Ghazali disebut Affektive Moral Development:
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.’ Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar nilai dan moral apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran nilai dan moral yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai ‘‘sistem nilai diri’’. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
3. Pendekatan Albert Bandura dan Skiner disebut Behavior Moral Development:
Dalam penelitiannya, Skinner menggunakan seekor tikus sebagai subyek penelitiannya. Seekor tikus percobaan yang ditaruh dalam sebuah kurungan. Dari percobaan tersebut lah Skiner memiliki pemahaman belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari pendekatan ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranaan lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.