forum diskusi

forum diskusi

Number of replies: 30

dari materi yang tadi telah anda baca, ibu mau kalian silahkan menuliskan dan menjelaksan metode metode apa yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik..

silahkan dijawab

In reply to First post

Re: forum diskusi

by Ridha Rizkyka Azammi -
Ridha Rizkyka Azammi
2013053177

Izin menanggapi
Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangat lah bervariasi, di antaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata. Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya.
Penjelasan lebih rinci masing-masing metode tersebut sebagai berikut:
1. Metode Bercerita
Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.

2. Metode Bermain
Bermain dapat mempengaruhi dalam menanamkan nilai pada anak, karena dalam bermain terdapat aturan, disiplin, kemandirian, kerja sama dengan kelompok, tanggung jawab serta pengenalan tentang norma yang harus diikuti oleh anak-anak. Dengan bermain, anak akan belajar mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian serta belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dalam suasana bermain tersebut, para pendidik dapat melatih dan memberikan kesempatan pada anak untuk menampilkan gagasan-gagasan baru secara lancar dan orisinal. Pembelajaran atau menanamkan nilai-nilai pada anak akan lebih dapat diterima dengan metode bermain, karena dalam bermain anak dapat belajar tentang banyak hal.

3. Metode Bernyanyi
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.

4. Metode Bersajak atau Syair
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Di samping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.29)

5. Metode Outbound

Metode Outbound merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbound siswa jalan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan makhluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.


6. Bermain Peran

Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

7. Metode Diskusi
Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.


8. Metode Teladan

Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : :364-370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.

Terima kasih
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Arina izzati 2013053096 -
Arina Izzati 2013053096

Izin menjawab
Metode-metode yang tepat untuk menanamkan nilai dan moral kepada peserta didik adalah:
 1. Metode bercerita
Penanaman nilai-nilai moral dan agama yang dilakukan melalui metode bercerita ini, guru melakukan metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan. Diamana pada kegiatan tersebut, guru dilihat oleh anak-anak dan dilakukan dengan bersama-sama peserta didik yang lainnya setiap hari pada awal inti dan akhir kegiatan dengan guru memberikan contoh dan anak menirukan.

2. Metode Karya wisata
Misalnya berkarya wisata ke kebun jeruk. Melalui metode karya wisata tersebut, anak menjadi lebih mampu memahami bahwa Allah SWT maha pengasih lagi maha penyayang, hal ini karena anak bisa melihat langsung pohon buah jeruk yang di kunjungi dan mengetahui bahwa buah tersebut ciptaan Allah. Mereka juga dapat merasakan hasil memetik buah yang telah didapat nya, dimana disana buah jeruk nya banyak dan kebun nya yang luas, sehingga ketika anak berada disana merasa bahagia.

3. Metode Demonstrasi
Misalnya praktek shalat subuh. Dengan adanya praktek shalat subuh yang direncanakan setiap hari di ruang shalat secara bersama-sama dengan dipimpin oleh guru. Dengan ini diharapkan sebagai tempat bagi anak-anak untuk berlatih melakukan shalat dengan gerakan dan bacaan yang sesuai. Demonstrasi berupa shalat subuh yang dilakukan seorang pendidik dengan memberikan pengarahan kepada peserta didik untuk melaksakan shalat secara bersama-sama diruang sholat dengan catatan pendidik sedang tidak halangan atau ada kegiatan yang lain

4. Metode Pemberian Tugas 
Guru melakukan metode pemberian tugas dengan melakukan kegiatan menempel bendera secara bersama-sama dengan mengajak peserta didik. Penanaman nilai-nilai moral dan agama dalam metode pemberian tugas dengan indikator, guru telah memberikan alat dan bahan untuk tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pada saat anak-anak melakukan pembelajaran tersebut anak akan dilatih dalam penanaman nilai-nilai moral dan agama, dengan kegiatan menempel bendera saja, tetapi dengan adanya kegiatan-kegiatan yang lain yang dapat mengembangkan penanaman nilai-nilai moral dan agama anak usia dini.

5. Metode Pembiasaan
Dengan adanya kegiatan pembiasaan ini anak terbiasa melakukan kegiatan-
kegiatan positif sehingga anak dapat menirunya, supaya anak mampu melakukan kegiatan pembiasaan tanpa instruksi guru, dan peserta didik merasa senang melakukan hal positif tanpa paksaan. Guru menggunakan metode pembiasaan dengan kegiatan yang baik, dimulai dari kedatangan anak ke sekolah sampai pulang. Setiap hari setibanya anak di sekolah anak bersalaman dan mengucapkan salam dengan guru dan orang tua serta anak-anak lainnya. Kepala sekolah menjelaskan bahwa penanaman nilai-nilai moral dan agama tidak hanya bersalaman saja tetapi, mengantri juga merupakan sebuah pembiasan dalam penanaman nilai-nilai moral dan agama anak usia dini.

Terimakasih
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Wildah Aprilia Dharma -
Wildah Aprilia Dharma 2013053078

Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang mereka dapatkan sehingga diharapkan anak-anak di masa yang akan datang mempunyai moral yang baik, karena kalau dibiarkan semenjak kecil maka akan mungkin mengahancurkan generasi-generasi muda pada masa yang akan datang.
Paul Suparno, dkk, 2002 mengatakan “Adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : 1). religiusitas, 2). sosialitas, 3). gender, 4). keadilan, 5). demokrasi, 6). kejujuran, 7). kemandirian, 8). daya juang, 9). tanggung jawab, 10). pnghargaan terhadap lingkungan alam” (dalam Zuriah, 2007:46-50).
Metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral pada peserta didik adalah:
• bercerita -> dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya
• karyawisata -> bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak, misal yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.
• demonstrasi -> metode yang dilakukan dengan cara menunjukkan cara atau memperagakan suatu cara atau suatu ketrampilan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata. Contohnya mempraktikkan gerakan solat.
• pemberian tugas -> pendidik dapat memberikan tugas kepada peserta didiknya, bisa berkelompok atau individu. Dengan memberikan mereka tugas, peserta didik dapat memahami apa itu tanggung jawab karena mereka harus menyelesaikan tugas itu. Mereka juga mempelajari nilai moral yang ada di tugas itu, seperti menempelkan gambar pancasila lalu menuliskan makna dari gambar tersebut.
• pembiasaan -> dengan mencontohkan sikap yang baik yaitu mengucapkan salam, berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan, terbiasa menunggu antrian, membuang sampah paada tempatnya, dll. Nah, dengan demikian penanaman moral, lebih banyak dipergunakan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses.
• bercakap-cakap -> berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara peserta didik dengan pendidik atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Misal, seorang pendidik bertanya kepada peserta didiknya tentang bagaimana niat solat wajib atau apa isi dari rukum iman, bisa disertai dengan gerakan atau lagu agar si peserta didik tadi tertarik untuk melakukan percakapan dengan pendidiknya.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Ni Made Viska -
Nama: Ni Made Viska
NPM: 2013053156
Izin berpendapat,
Menurut saya metode yang paling tepat digunakan untuk menanamkan nilai dan moral pada peserta didik ialah sebagai berikut.
1) Metode ceramah
Metode ceramah memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pengajaran lebih luas mengenai materi nilai dan moral yang akan diajarkan. Disamping itu pemahaman materi juga akan menjadi lebih khusyuk.
2) Metode tanya jawab
Setelah dengan khusyuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh pendidik, peserta didik dipersilakan seleluasa mungkin untuk bertanya mengenai apa yang ada dalam benak mereka. Dengan begitu pendidik akan lebih mudah untuk mengevaluasi apa yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Metode bermain peran
Setelah mendengarkan materi melalui metode ceramah kemudian bertanya jawab antara peserta didik dan pendidik, supaya suasana lebih asyik dan pelajaran yang telah diberikan akan lebih mudah diingat dalam jangka waktu yang panjang diperlukan metode bermain. Tujuannya agar peserta didik akan lebih semangat dan asyik dalam proses belajar, memahami materi, serta mengimplementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Nazla Asa 2013053152 -
Nazla Asa Luqyana
2013053152
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya.
 
Kedua, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.
 
Ketiga, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten.
 
Keempat, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak SD. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.
 
Kelima, metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.
 
Keenam, metode teladan. Menurut Cheppy Hari Cahyono, guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Nama:Mira Desrina
Npm:2013053059

Izin menjawab Bu

Dalam pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak usia dini banyak metode yang dapat digunakan oleh guru atau pendidik. Namun sebelum
memilih dan menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru atau pendidik harus
memahami metode yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan penanaman nilai moral tersebut. Metode dalam
penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata. Dari masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Penggunaan salah satu metode penanaman
nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya.

1. Metode bercerita bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dalam cerita atau dongeng yang dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya dan sebagainya. Ketika bercerita seorang pendidik dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan peserta didik yang belum mampu untuk berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain seperti boneka, tanaman,benda-benda tiruan, dan lain sebagainya. Dan juga seorang pendidik bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimilikinya untuk membantu dalam bercerita agar lebih hidup sehingga lebih menarik perhatian peserta didiknya.
2. Metode bernyanyi, dalam metode ini suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat peserta didik sandang dan bergembira. Peserta didik diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, serta mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada-nada. Pesan-pesan pendidik berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada peserta didik tentunya tidak mudah untuk diterima dan di pahami dengan baik. Sebab peserta didik yang tergolong tingkat rendah tidak dapat disamakan dengan orang yang dewasa.
3. Metode bersajak atau syair, dalam pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan juga bahagia pada diri anak melalui metode sajak pendidik bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didiknya. Disamping itu peserta didik juga bisa dibawa untuk menghargai arti sebuah seni.
4. Metode karya wisata, bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak. misalnya pengembangan aspek kognitif ,bahasa,kreativitas, emosi,kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.
5. Metode pembiasaan dalam berperilaku, metode ini dapat dilihat misalnya pada berdoa sebelum dan sesudah belajar ,berdoa sebelum makan dan minum, mengucapkan salam kepada guru dan juga teman.
6. Metode bermain di dalam metode ini banyak sekali tergantung nilai dan moral diantaranya nya, kerjasama antara satu dengan yang lain, tolong menolong sesama, budaya, menghormati teman- temannya.
7. Metode Outbound, dalam hal ini merupakan satu kegiatan yang memungkinkan peserta didik untuk bersatu dengan aman. Melalui hal ini ini peserta didik dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, jenis hewan, dan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Cara outbound ini ini dilakukan agar peserta didik tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh pendidiknya di dalam kelas,melainkan mereka juga diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
8. Metode bermain peran, dalam hal ini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada peserta didik dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan Jika ia menjadi seorang yang ada di perankan dalam kegiatan bermain peran, misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga maka k.h. nak tersebut akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarganya, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarganya, begitu pula juga bagaimana dengan anak-anaknya.
9. Metode diskusi, dalam metode ini diskusi yang dimaksud adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa biasanya dilakukan dengan cara peserta didik diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD kemudian setelah selesai peserta didik diajak berdiskusi dengan gurunya tentang isi tayangan CD tersebut, isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, dan mengapa harus menyayangi ,dan sebagainya.
10. Metode yang terakhir adalah metode teladan, dalam metode ini ini guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya, secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihatnya. Oleh karena itu apalagi anak-anak ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.

Terim kasih.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Lia Setianingsih -
Lia Setianingsih
2013053141

Izin menjawab Bu
Menurut saya metode mengajar yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik salah satunya adalah adalah metode bercerita.
Dengan metode ini pendidik dapat menceritakan sebuah kisah yang mengandung nilai moral. Contohnya seperti, seorang pendidik bercerita tentang kisah legenda Malin Kundang, lalu pendidik menyampaikan nilai moral yang terkandung di dalam kisah tersebut yaitu kita tidak boleh durhaka kepada orang tua terutama Ibu, selain itu, kita juga tidak boleh lupa diri dalam kemewahan, hal ini juga dapat membuat diri kita sombong.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Dewi mustikawati 2013053108 -
Dewi Mustikawati
2013053108
Izin menanggapi

1) Pembiasaan Dan Keteladanan
Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.
2) CTL (Contextual Teaching and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari .
3) Bermain Peran (Role Playing)
Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran.
4) Pembelajaran Partisipasif (Participative Instruction).
merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
5) Metode Bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by SHERLY IKA SAVITRI -
Sherly Ika Savitri
NPM 2013053116
Izin menanggapi Ibu

Menurut saya yang cocok digunakan untuk penanaman nilai dan moral yakni metode bercerita dan bermain peran. Mengapa demikian, karena menurut saya dengan bercerita mengenai nilai moral yang akan disampaikan kepada peserta didik akan menarik fokus peserta didik untuk dapat mendengarkan cerita pendidik. Seperti yang dikatakan oleh Fadlillah, (2014:172) metode bercerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut disampaikan kepada peserta didik melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang unik yang mampu menarik perhatian peserta didik untuk mendengarkan. Setelah itu pendidik juga dapat mengambil metode bermain peran untuk meningkatkan semangat peserta didik dalam menanamkan nilai moral yang disampaikan pendidik. Seperti yang dikatakan oleh Amri dalam Ningsih (2014, hal. 52) metode bermain peran adalah pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memakai materi yang dipelajari. Dengan ini penanaman pendidikan nilai dan moral dapat terlaksana dengan baik. Bukan berarti metode yang lain tidak baik atau tidak cocok, tetapi menurut saya kedua metode ini bisa dianggap efektif untuk diterapkan pada peserta didik sekolah dasar atau anak anak.

Terima kasih.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Yozha Fatonah 2013053136 -
Nama : Yozha Fatonah
NPM : 2013053136

Metode-metode yang tepat untuk menanamkan nilai dan moral peserta didik adalah :
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang pendidik juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu pendidik juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian peserta didik.

Kedua, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.

Ketiga, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

Keempat, metode teladan. Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364370) pendidik moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Pendidik hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh peserta didiknya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Rusbiantari Ningsih 2013053153 -
Rusbiantari Ningsih
2013053153

Izin menjawab
Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya.

  1. Metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain.
  2. Metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada.
  3. Metode bersajak atau syair. Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak.
  4. Metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.
  5. Pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya.
  6. Metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.
  7. Metode outbond. Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain.
  8. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga.
  9. Metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut.
  10. Metode teladan. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Yasinta Almaida -
Yasinta Almaida
Npm 2013053072
Menurut saya metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik, yaitu:
1. Metode bercerita, pendidik dapat memulai cerita dengan menggali pengalaman anak yang berkaitan dengan sholat ataupun agama yang dianut oleh peserta didik. Sebagai contoh pendidik menjelaskan jika kita semua beragama Islam, maka kita harus banyak bersyukur atas apa yang telah diberi oleh Allah SWT. Yang telah memberikan kita anggota tubuh yang lengkap sehingga kita harus menjaganya, juga melaksanakan sholat lima waktu sebagai bentuk kewajiban kita terhadap-Nya.
2. Metode pembiasaan, ketika peserta didik datang ke sekolah diantar oleh orang tua mereka baik ayah ataupun ibu, untuk tidak lupa bersalaman dengan orang tua dan dengan guru yang berada didepan gerbang yang menyambut peserta didik ke sekolah. Selain itu membiasakan untuk berdoa terlebih dahulu bersama-sama sebelum memulai pembelajaran. Sebelum makan peserta didik diarahkan untuk berdoa, kemudian membentuk barisan untuk mencuci tangan dengan tertib.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Ayudia Lintang Ranumasari 2013053154 -
Ayudia Lintang Ranumasari 2013053154

Metode yang dapat dipakai dalam menanamkan nilai moral kepada peserta didik antara lain: bercerita, bernyanyi, syair, bermain, bermain peran, diskusi, pembiasaan perilaku, dan teladan.

- Metode bercerita
Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.

- Metode bernyanyi
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak dapat disampaikan melalui lirik suatu nyanyian.

- Metode bersajak atau syair
Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak.

- Metode bermain
Dalam bermain banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala peserta didik mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.

- Metode bermain peran
Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

- Metode diskusi
Diskusi yang dimaksud adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara peserta didik diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan video atau gambar, kemudian setelah selesai peserta didik diajak berdiskusi dengan guru tentang isi video atau gambar tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, dan sebagainya.

- Metode pembiasaan dalam berperilaku
Penanaman moral lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

- Metode teladan
Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh peserta didiknya. Manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Dimas Aris Setiawan -
Nama : Dimas Aris Setiawan
NPM : 2013053066

Izin menjawab
Menurut saya Metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral kepada peserta didik terdiri dari 3 metode yaitu Metode Keteladanan, bercerita, dan bermain peran. Adapun penjelasan dan alasan ketiga metode tersebut sangat tepat diterapkan untuk menanamkan nilai moral peserta didik yaitu sebagai berikut.

1. Metode Keteladanan
Metode keteladanan sangat tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik karena pada kenyataannya anak-anak atau peserta didik suka meniru hal-hal dan melakukan sesuatu yang mereka lihat. Dalam metode keteladanan, seorang guru menempatkan dirinya sebagai seseorang yang harus ditiru dalam penanaman nilai dan moral yang baik. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menjadi model teladan yang baik dan memiliki nilai dan moral yang baik. Agar para peserta didik dapat meniru dan meneladani perilaku dan sikap nilai moral baik dari Guru tersebut.

2. Metode Bercerita
Metode ini merupakan metode yang efektif untuk menanamkan nilai moral peserta didik karena peserta didik akan merasa senang dan ceria jika mendengar sebuah cerita yang menarik. Sehingga Guru dapat memilih cerita yang mempunyai pesan moral dan nilai nilai kebaikan moral yang terkandung didalamnya. Seperti nilai kedisiplinan, tanggung jawab, tolong menolong dan sebagainya. Agar metode bercerita dapat lebih efektif, seorang Guru dapat menggunakan alat peraga dalam bercerita seperti boneka, wayang, tanaman dan benda benda tiruan lain agar cerita mudah dipahami dan terlihat lebih hidup. Sehingga pesan nilai dan moral yang terkandung dalam cerita dapat dipahami dan melekat secara kuat dalam diri peserta didik.

3. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran sangat efektif untuk menanamkan nilai moral peserta didik karena dengan bermain peran peserta didik akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Dan peserta didik akan berusaha sebisa mungkin untuk menghayati dan memainkan sikap serta perilaku peran yang dimainkan. Contohnya peran yang bertemakan Kekeluargaan, maka peserta didik akan merasakan dan belajar untuk dapat menanamkan sikap kasih sayang dan peduli serta ikatan yang kuat terhadap anggota keluarga.
Terima Kasih
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Serly Setyowati 2013053081 -
Serly Setyowati
2013053081
Izin berpendapat Ibu dan teman-teman.

Menurut pendapat saya setelah membaca materi yang telah Ibu Dayu berikan, pendekatan nilai dan moral yang paling tepat bagi peserta didik SD adalah pendekatan Contextual Learning dengan keteladanan.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu pendidik dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata peserta dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pengertian di atas, sudah sangat jelas bahwa pendekatan ini sangat mengaharapkan adanya aksi nyata yang dilakukan oleh peserta didik setelah belajar sesuatu. Melihat kenyataan di lapangan, banyak orang hanya mengetahui teori namun nol dalam praktik. Dengan pendekatan ini, peserta didik didorong untuk menggunakan teori yang ia punya agar menerapkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Pada dasarnya, anak-anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang yang lebih tua di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan guru. Oleh karena itu, orang tua, kakak, dan guru perlu memberikan contoh perilaku moral yang baik sebagai keteladanan karena mereka merupakan role player atau suri tauladan yang utama bagi pendidikan moral dan karakter peserta didik.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Okta Mirnawati 2013053130 -
Nama: Okta Mirnawati
NPM: 2013053130
Izin menjawab, Bu.
Menurut saya, metode yang tepat dalam menanamkan nilai moral pada peserta didik, yaitu:
1. Metode bercerita, yaitu dengan memberikan penjelasan kepada peserta didik melalui sebuah cerita secara lisan maupun tulisan. Metode ini dinilai dapat menarik perhatian peserta didik untuk mendengarkan dan memperhatikan sebuah kisah serta terhindar dari rasa jenuh dalam proses pembelajaran. Melalui metode ini juga anak akan mengambil makna yang terkandung dan memberikan pengalaman belajar yang unik bagi peserta didik.
2. Metode bercakap-cakap, dengan penerapan dalam kegiatan pembelajarannya berupa lisan atau percakapan antar peserta didik dengan pendidik atau peserta didik satu dengan lainnya. Metode ini bisa dilakukan dalam bentuk bebas, bertema, berdasarkan pengalaman atau berdasarkan gambar dan video.
3. Metode demonstrasi, yaitu dengan penerapanya berupa penunjukkan cara atau pemeragaan sesuatu kegiatan, dan hasil akhir yang diperoleh dari metode ini adalah peserta didik dapat memahami dan mempraktikan dengan benar di kehidupan nyata, seperti mengenalkan perilaku sopan atau baik maupun sebaliknya.
4. Metode bermain peran, dengan penerapan dalam kegiatan pembelajaran berupa peserta didik memainkan peran tertantu dalam suatu permainan peran, dimana hal itu akan langsung memberikan pengalaman kepada peserta didik. Misalnya seperti peserta didik melakukan adegan menolong orang dijalan, menyayangi anggota keluarga, dsb.
Terima kasih
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Elysia Vitaloka -
Elysia Vitaloka (2013053150)

Izin menjawab,
Menurut saya metode yang tepat untuk menanamkan pendidikan nilai moral peserta didik sekolah dasar adalah metode bermain peran, demonstrasi, bercerita dan keteladanan.
- Metode bermain peran, peserta didik akan mendapatkan stimulasi permainan agar perkembangan moral ank mengalami peningkatan. Dengan metode bermain dapat mendorong anak memiliki kemampuan mengekspresikan dan mengontrol emosi, sikap empati, adil, tidak membeda-bedakan dalam berteman, memiliki kesadaran akan hak dan tanggungjawab serta mampu menghargai cara berpikir orang lain yang berbeda dengan dirinya.
-Metode demonstrasi, yaitu dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan. Dengan metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga dengan pendidik yang memperagakan atau dapat dilakukan dengan memberikan video mengenai pendidikan nilai dan moral.
-Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita. Dalam sebuah cerita yang mendidik akan mengandung nilai moral atau amanat, pendidik dan peserta didik dapat membaca sebuah cerita kemudian dapat menentukan nilai moral yang terkandung dalam cerita tersebut, contohnya cerita kancil dan buaya yang memiliki nilai moral yaitu tidak boleh menyalahgunakan kecerdikan agar tidak membuat orang lain merasa dirugikan.
- Metode keteladanan yaitu suatu metode menanamkan pendidikan nilai dan moral dengan cara pendidik memberikan contoh-contoh teladan yang baik kepada peserta didik, agar ditiru dan dilaksanakan, sebab keteladanan yang baik akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Contohnya perilaku pendidik seperti membuang sampah pada tempatnya, berbicara sopan santun kepada yang lebih tua, berperilaku baik kepada murid, tata Krama makan dengan sopan, perilaku yang dilakukan oleh pendidik secara tidak langsung akan dilihat oleh peserta didik dan kemudian mereka akan meniru.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by hidayatullah 2013053117 -

Nama : Hidayatullah

Npm   : 2013053117


1. Metode bercerita.
Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, bendabenda tiruan, dan lainlain. Selain
itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.

2. Metode karyawisata
Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhannya. seperti pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain

3. Pembiasaan dalam berperilaku. 

Kurikulum yang berlaku di SD terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.


. Metode bermain
Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu
jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.

5. Metode Outbond
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond
siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.

6. Bermain peran
Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anakanaknya.

7. Metode diskusi
Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

8. Metode teladan
Guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anakanak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.

In reply to First post

Re: forum diskusi

by Fadilatun Nisa Aulia -
Izin menjawab
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 206305002

Metode Penanaman nilai moral pada anak adalah :
1. Bermain peran
2. Karyawisata
3. Bercakap – cakap
4. Demonstrasi
5. Proyek
6. Bercerita
7. Pemberian tugas
 8. Keteladanan
 Atau bisa juga bernyanyi, syair, dan berdiskusi

 Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.

Kedua, metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.

Ketiga, metode bersajak atau syair. Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia.

Keempat, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain.

Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan.

Ketujuh, metode outbond. Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
Kedelapan, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi 10 seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran.

Kesembilan, metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

Kesepuluh, metode teladan. Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364- 370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Regita Nurliana Sukma -
Regita Nurliana Sukma
2063053004

Izin Menanggapi,
Dari materi yang telah saya baca, metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik adalah:
1. Metode Bercerita
Dimana guru menjelaskan dan menceritakan nilai moral mana yang baik dan nilai moral mana yang buruk. Dan memberikan kelebihan-kelebihan atau manfaat jika peserta didik melakukan atau memiliki moral yang baik.
2. Metode Keteladanan
Metode ini harus dilakukan oleh semua guru, kita harus memberikan contoh sikap perilaku yang baik agar menjadi tauladan bagi peserta didik. Karena pada dasarnya peserta didik apalagi yang masih anak-anak akan meniru atau mencontoh, jadi jika guru memberi contoh yang baik mereka pun akan mengikutinya.
3. Metode Bermain Peran
Dengan menggunakan metode ini bertujuan membantu peserta didik memecahkan atau mencari solusi dari permasalahan yang ada. Jadi misalnya peserta didik berperan sebagai sosok orang yang melakukan korupsi, lalu apa yang dirasakannya dari hal tersebut. Dan juga peserta didik diminta berperan menjadi sosok anak yang sholeh/sholehah yang memiliki ilmu agama yang baik, maka apa yang dia rasakan. Jadi dengan ini mereka dapat menyimpulkan hal mana yang harus dilakukan dan juga ditinggalkan.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Febi Eka Putri -
Febi Eka Putri
2013053099

Izin menjawab Bu..
Menurut saya, metode metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral pada peserta didik yaitu keteladanan, demonstrasi, dan bermain peran..

1. Keteladanan
Pada hakikatnyanya, peserta didik adalah produk cerminan dari pendidiknya.
Kemudian, ada pendapat juga yang menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang digugu dan ditiru.
Peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap pengetahuan termasuk pengetahuan mengenai nilai moral jika pendidik memberikan teladan mengenai nilai moral tersebut.

Seperti ungkapan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari".
Peserta didik akan meniru atau mencontoh pendidiknya sesuai dengan apa yang telah pendidiknya ajarkan, bahkan lebih..
Artinya, jika pendidik memberikan teladan dalam penanaman nilai moral yang baik kepada peserta didik, maka peserta didik akan dapat meneladani dan menerapkan nilai moral lebih dari apa yang disampaikan dan dicontohkan pendidiknya.

2. Demonstrasi
Kegiatan penanaman nilai moral kepada peserta didik, pendidik bisa memberikan pemahaman atau gambaran mengenai nilai dan moral terlebih dahulu.. sehingga akan timbul gambaran dan pemahaman di dalam diri peserta didik..

3. Bermain Peran
Penanaman nilai moral akan lebih menarik dan bermakna apabila dilakukan dengan bermain peran. Karena bermain peran merupakan metode yang menyenangkan dan peserta didik tentunya akan tertarik serta berpartisipasi dalam memahami nilai dan moral.

Terimakasih..
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Ida Lestari 2013053109 -
Nama: Ida Lestari
NPM: 2013053109

Izin menanggapi bu,
Menurut saya, metode-metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik adalah:

1. Metode bercerita.
Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.

2. Metode bernyanyi.
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondis psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.

3. Metode bersajak atau syair.
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.29).

4. Metode karyawisata.
Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.

5. Pembiasaan dalam berperilaku.
Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.

7. Metode outbond.
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbondsiswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.

8. Metode bermain peran.
Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

9. Metode diskusi.
Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

10. Metode teladan.
Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-370), guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.

Nah, metode cerita dianggap paling efektif karena anak-anak lebih tertarik dengan metode tersebut dibandingkan dengan metode penanaman nilai moral yang lain. Meskipun dengan menggunakan metode ini seorang guru harus lebih memahami dahulu nilai moral yang hendak ditanamkan dan penguasaan teknik becerita. Teknik bercerita ini misalnya dapat dilihat ketika seorang guru mengisahkan tokoh yang sedang bersedih, maka ia harus mampu membawa siswa untuk menghayati dan hanyut dalam perasaan sedih seperti yang dirasakan oleh tokoh yang sedang diceritakan. Sebaliknya, ketika seorang guru menceritakan tokoh yang sedang memiliki rasa gembira, maka guru harus dapat membawa siswa untuk turut serta merasakan kegembiraan yang dirasakan oleh seorang tokoh.

Mungkin sekian dari saya bu,
Terima kasih.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by RAHMAH NUR'AINI 2013053127 -
Nama : Rahmah Nur'Aini
NPM : 2013053127

Izin menanggapi bu,
Metode yang dapat ditanamkan nilai moral kepada peserta didik yaitu :

1. Metode bercerita.
Bercerita dapat dijadikan metode untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai
moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita
seorang pendidik juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan
anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat
digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain
itu pendidik juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk
membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian peserta didik.

2. Metode bernyanyi.
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan
pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira.
Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak
tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja. Sehingga dilakukan dengan metode bernyanyi anak-anak lebih memahami dengan cepat

3. Metode karyawisata.
Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.

4. Pembiasaan dalam berperilaku.
Kurikulum yang berlaku di sekolah terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

5. Metode bermain.
Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong,
budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini.

6. Metode outbond.
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan
yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond
siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.

7. Bermain peran.
Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak anak. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan
bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang
ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

8. Metode diskusi.
Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa
diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai
siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

9. Metode teladan.
Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-
370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru
hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia
akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Utchi Umairoh 2013053094 -
Nama : Utchi Umairoh
NPM : 2013053094
Izin Menjawab
Metode metode untuk menanamkan nilai moral peserta didik :
• Bermain peran, Melalui metode ini, diharapkan agar anak lebih menerapkan pengembangan moral dalam kehidupan sehari-hari agar anak memiliki perilaku yang lebih baik di masa depan. Melalui bermain peran, anak juga dapat berinteraksi dengan teman-temannya yang juga memainkan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan melakukan hal berkaitan dengan pembentukan moral.
• Karyawisata, yaitu metode dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya. Penerapan metode karyawisata berpengaruh terhadap perkembangan nilai moral anak usia dini terlihat pada saat anak memiliki pemahaman setelah berkaryawisata dan menghargai karya dan jasa orang lain. Untuk itu maka peneliti melakukan penelitian mengenai adakah pengaruh penerapan metode karyawisata terhadap aspek perkembangan nilai moral anak
• Bercakap-cakap, Diantara metode pembelajaran yang melibatkan akan secara aktif adalah metode bercakap-cakap. Sebab metode ini dalam penerapannya dapat meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif. Sujiono (2009:122) menyebutkan bahwa melalui metode bercakap-cakap, anak akan membangun pengetahuan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, sehingga anak dapat menjawab dan menanyakan informasi yang ingin diperoleh. Metode bercakap-cakap dengan menggunakan media gambar yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membedakan akhlak yang baik dan buruk dilaksanakan dengan mengikuti langkah dan prosedur pelaksanaan metode bercakap-cakap dan lebih ditekankan adanya interaksi antara guru dan anak serta dengan memperhatikan karakteristik anak.
• Demonstrasi, Penerapan metode demonstrasi terhadap perkembangan nilai moral anak dilakukan dengan memperagakan tentang kebersihan diri dan lingkungan sehingga perkembagan moral anak dapat berkembang sesuai harapan. Metode demonstrasi dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan nilai moral, seperti kegiatan menggosok gigi, membuang sampah pada keranjang sampah dan mencuci tangan
• Proyek, Metode proyek memberikan konteks yang sering dan nyata di mana anak-anak dibantu dalam mengembangkan berbagai macam pengetahuan sosial, keterampilan sosial, pembawaan, dan perasaan sosial pada sifat antar pribadi. Warsono dan Hariyanto (2012: 153) menyatakan bahwa pembelajaran proyek merupakan suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari- hari yang akrab dengan siswa atau dengan suatu proyek sekolah
• Bercerita, Metode bercerita adalah cara bertutur kata penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan, dalam upaya mengenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada anak. Metode bercerita dapat mengubah etika anak-anak karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikan, serta merekam peristiwa dan imajinasi yang ada dalam cerita
• Pemberian tugas, Metode pemberian tugas menjadi pilihan sebagai metode pembelajaran untuk penerapan moral anak. Melalui metode pemberian tugas, guru dapat membuat agar perhatian anak didik waktu bealajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan.
• Keteladanan, Keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orng lain yang melakukan atau mengwujudkannya, sehingga orang yang diikuti tersebut disebut teladan.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Atri Putri 2013053060 -
Atri Putri
2013053060

Menurut saya semua metode yang di sebutkan sangat baik untuk diterapkan disekolah dasar hanya saja yang membedakan adalah pada apa yang akan di jelaskan atau dipraktekkan, namun jika harus memilih salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode bercerita karena dengan bercerita kita akan menjelaskan materi pembelajaran yang disertai dengan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari adar lebih mudah dipahami peserta didik.
Terimakasih
In reply to First post

Re: forum diskusi

by INDRIE TARISA PUTRI -
Indrie Tarisa Putri
2013053131
Izin menjawab
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat,2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Kedua, metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.

Ketiga, metode bersajak atau syair. Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.29)

Keempat, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak- kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.

Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.

Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.

Ketujuh, metode outbond. Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka. Kedelapan, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan
bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.

Kesembilan, metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.

Kesepuluh, metode teladan. Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Rima Anggraini -
Nama : Rima Anggraini
NPM : 2013053062
Izin menanggapi Bu
Pertama, metode bercerita. Masa anak-anak masih senang bercerita. Hal ini mendukung proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik dapat menikmati pembelajaran sesuai dengan kesenangannya. Karena masa anak-anak akan belajar sesuai dengan kesenangannya. Metode bercerita sesuai dengan realita yang disenangi anak anak menjadi alternatif dalam pembelajaran yg efektif.
Kedua, metode bernyanyi. Salah satu metode yang disukai anak-anak adalah menyanyi. Menyanyi juga mengasah kemampuan vokal peserta didik dan kemampuan menghafal peserta didik sambil bernyanyi.Maka metode bernyanyi salah satu metode yang menjadi alternatif pembelajaran anak usia dini.
Ketiga, metode bersajak atau syair.Secara psikologis anak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia
Keempat, metode karyawisata. melalui metode ini pengembangan aspek kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau jasa orang lain
Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Pembiasaan ini hendaknya
dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.
Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali
terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman.
Ketujuh, metode outbond. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas.
Kedelapan, bermain peran. Dengan
bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran.
Kesembilan, metode diskusi. Isi
diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu
dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.
Kesepuluh, metode teladan. Anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Fahri Fadhil Mahardika -
Fahri Fadhil Mahardika
2013053080

Izin menjawab
Metode yang tepat untuk menanamkan nilai moral peserta didik, yaitu
1. Metode bermain peran, dimana kita mengajak peserta didik untuk memainkan perannya masing-masing dari sebuah cerita yang akan di pentaskan. Gunanya untuk melatih mereka dalam menguasai pembawaan nilai moral.
2. Metode karya wisata, peserta didik diajak untuk pergi ke suatu tempat, seperti kekebun apel atau tempat wisata. Dengan begitu secara tidak langsung mereka berusaha untuk bersyukur atas keindahan alam yang telah di buat oleh Allah SWT.
3. Metode demonstrasi, peserta didik diajak untuk mendemonstrasikan salah satu bentuk penerapan nilai moral. Gunanya agar mereka dapat memahami dari apa yang sedang di terapkan oleh mereka.
4. Metode bercerita. Pendidik memberikan sebuah cerita baik berupa dongeng, drama, atau kisah lainnya. Peserta didik diajak untuk memahami nilai-nilai yang terdapat dalam cerita tersebut.
5. Metode keteladanan, dimana pendidik memberikan beberapa contoh penerapan nilai moral seperti membuang sampah pada tempatnnya, menghormati orang yang lebih tua. Dengan begitu, diharapkan peserta didik dapat meneladani perilaku pendidik dan berusaha menerapkannya juga.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Sinta Novita Sari 2013053123 -
Sinta novita sari 2013053123 izin menjawab
Dalam pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak usia dini banyak metode yang dapat digunakan oleh guru atau pendidik. Namun sebelum memilih dan menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru atau pendidik harus memahami metode yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan penanaman nilai moral tersebut. Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bernyanyi, bermain, bersajak dan karya wisata. Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya. Penjelasan lebih rinci masingmasing metode tersebut sebagai berikut:
Pertama, metode bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat,
2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain, boneka, tanaman, benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu guru juga bisa memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Kedua, metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak merupakan pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Pola pikir dan kedewasaan seorang anak dalam menentukan sikap dan perilakunya juga masih jauh dibandingkan dengan orang dewasa. Anak tidak cocok hanya dikenalkan tentang nilai dan moral melalui ceramah atau tanya jawab saja.
Ketiga, metode bersajak atau syair. Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dialami atau mdilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak ini merupakan metode yang juga membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia. Melalui sajak anak dapat dibawa ke dalam suasana indah, halus, dan menghargai arti sebuah seni. Disamping itu anak juga bisa dibawa untuk menghargai makna dari untaian kalimat yang ada dalam sajak itu. Secara nilai moral, melalui sajak anak akan memiliki kemampuan untuk menghargai perasaan, karya serta keberanian untuk mengungkap sesuatu melalui sajak sederhana (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.29)
Keempat, metode karyawisata. Metode karya wisata bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, kehidupan bermasyarakat, dan penghargaan pada karya atau
jasa orang lain. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak. Tema yang sesuai adalah tema: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.
Kelima, pembiasaan dalam berperilaku. Kurikulum yang berlaku di TK terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.
Keenam, metode bermain. Dalam bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri, menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini. Seringkali terjadi sikap moral tidak terpuji seperti perusakan dan tindakan anarkis lainnya yang dilakukan oleh oknum tertentu ketika ia kalah dalam suatu persaingan, misalnya dalam pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, atau bahkan dalam pemilihan presiden. Oleh karena itu betapa penting untuk menanamkan nilai moral untuk mau menerima kekalahan sejak usia dini.
Ketujuh, metode outbond. Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond
siswa alan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
Kedelapan, bermain peran. Bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral kepada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi 10 seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran. Misalnya tema bermain peran tentang kasih sayang dalam keluarga. Anak akan merasakan bagaimana seorang ayah harus menyayangi anggota keluarga, bagaimana seorang ibu harus menyayangi keluarga, begitu juga bagaimana dengan anak-anaknya.
Kesembilan, metode diskusi. Diskusi yang dimaksud di sini adalah mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdiskusi dengan guru tentang isi tayangan CD tersebut. Isi
diskusinya antara lain mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyayangi dan sebagainya.
Kesepuluh, metode teladan. Menurut Cheppy Hari Cahyono (1995 : 364-370) guru moral yang ideal adalah mereka yang dapat menempatkan dirinya
sebagai fasilitator, pemimpin, orang tua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orang lain dalam melakukan refleksi. Guru
hendaknya menjadi figur yang dapat dicontoh dalam bertingkah laku oleh siswanya. Secara kodrati manusia merupakan makhluk peniru atau suka melakukan hal yang sama terhadap sesuatu yang dilihat. Apalagi anak-anak, ia akan senantiasa dan sangat mudah meniru sesuatu yang baru dan belum pernah dikenalnya, baik itu perilaku maupun ucapan orang lain.
In reply to First post

Re: forum diskusi

by Widya Mitasari -
Izin menanggapi

1) Pembiasaan Dan Keteladanan
Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten. Jika anak melanggar segera diberi peringatan.
2) CTL (Contextual Teaching and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari .
3) Bermain Peran (Role Playing)
Dengan bermain peran anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran.
4) Pembelajaran Partisipasif (Participative Instruction).
merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
5) Metode Bercerita. Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Otib Satibi Hidayat, 2005 : 4.12). Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya.