Assalamu'aikum warahmatullahi wabarakatuh Bu, saya Befri Rahikmah NPM 2013054049 izin menjawab Bu.
Dengan cara yaitu, baik orang tua, guru, ataupun masyarakat dapat menstrategi stimulasi kecerdasan mengarahkan sekaligus mengupayakan berbagai kegiatan pengembangan anak. Pengembangan satu aspek dapat dirangsang secara integratif dari berbagai kecerdasan. Stimulasi kecerdasan memungkinkan anak memperoleh rangsang-rangsang pengembangan secara lebih bervariasi, adil, dan menantang. Menurut teori MI, tidak ada rangkaian strategi pengajaran yang dapat selalu bekerja secara efektif untuk semua anak. Setiap anak memiliki kecenderungan tertentu pada sembilan kecerdasan yang terdapat dalam MI. Suatu strategi mungkin akan berhasil pada sekelompok anak, tetapi mungkin akan gagal apabila diterapkan pada sekelompok anak yang lain (Armstrong, 2003). Multiple inteligences mengarahkan kegiatan pengembangan anak, karena strategi dalam stimulasi kecerdasan berefek langsung pada perkembangan anak. Masing-masing aspek perkembangan anak saling mempengaruhi. Bila salah-satu aspek terhambat maka aspek lain akan terhambat pula. Sebagai contoh, keterlambatan pada perkembangan fisik akan berpengaruh pada perkembangan emosi, kepribadian, kreativitas, dan sosial anak. Oleh karena itu, pendidik dan orang tua harus menaruh perhatian pada semua aspek perkembangan anak. Dengan menerapkan konsep MI dalam kegiatan pengembangan anak, sebenarnya hal itu sudah tercakup kesemuanya. Pada pendidik turut bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didiknya. Sebagai wujud tanggung jawabnya, pendidik hendaknya menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pengembangan anak. Berikut ini akan diuraikan mengenai kaitan MI dengan aspek-aspek perkembangan anak usia dini.
1. MI dan Pengembangan Fisik Motorik -> Perkembangan fisik adalah aspek perkembangan yang penting di awal kehidupan masa kanak-kanak. Gerakan-gerakan tubuh sangat vital peranannya dalam pertumbuhan fisik. Oleh karena itu, baik orang tua, guru dan masyarakat hendaknya dapat melibatkan anak dalam berbagai gerakan tubuh, seperti senam, atletik maupun permainan agar fisikmotorik anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. MI dan Pengembangan Kemampuan Bahasa ->Anak yang cerdas secara linguistik akan berkembang dengan baik kemampuan bahasa dan komunikasinya. Oleh karena itu, stimulasi kecerdasan verbal-linguistik akan menunjang pengembangan bahasa secara optimal. Konsep multiple intelligences yang sangat memperhatikan kekhasan individu anak, mendorong pendidik untuk menciptakan situasi yang mendukung bagi anak-anak yang enggan berbicara di depan sebuah kelompok kecil, termasuk mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Bisa juga orang tua dan masyarakat mengajarkan anak bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. MI dan Pengembangan Kognitif -> Pengembangan kognitif bergayut erat dengan kecerdasan logismatematis dan naturalis. Stimulasi kecerdasan logis-matematis akan mendorong perkembangan kognitif, terutama dalam hal kemampuan berpikir logis, mengolah informasi, kapasitas berpikir, memorisasi, penalaran, akuisisi konsep, klasifikasi, pemecahan masalah, dan pemusatan perhatian.
4. MI dan Pengembangan Sosial-Emosional -> Kecerdasan intrapersonal dan interpersonal bergayut kuat dengan kegiatan pengembangan sosial-emosi anak. Mereka yang cerdas secara intrapersonal maupun interpersonal akan berkembang dengan baik sosialemosinya. Oleh karena itu, stimulasi kecerdasan intrapersonal dan interpersonal bakal menunjang pengembangan aspek sosial-emosi secara optimal. Menurut Hurlock, (1978) lima bentuk cara belajar yang paling penting ialah dengan coba-ralat (trial and error), dengan menirukan (imitation), dengan mempersamakan (identification), dengan pengondisian (conditioning), dan dengan pelatihan (training). Pendidik, orang tua dan masyarakat hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan berbagai proses belajar untuk memahami diri, orang lain, dan lingkungannya, serta membuat kegiatan yang benar-benar berorientasi pada pengembangan beberapa indikator kecerdasan interpersonal dan intrapersonal yang terkait dengan perasaan, motivasi, cinta sesama, dan kemampuan berinteraksibersosialisasi.
5. MI dan Pengembangan Moral -> Anak yang cerdas dalam ketiga kecerdasan ini akan berkembang dengan baik aspek moralnya. Oleh karena itu, stimulasi tiga kecerdasan tersebut bakal menunjang kegiatan pengembangan moral secara optimal. Selain itu, adanya rangsang eksistensial akan memicu kemampuan anak mencerna hakikat moral, dan karenanya rangsang eksistensial menjadi suatu keniscayaan yang benar-benar harus diupayakan oleh pendidik. Tidak seorang anak pun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Sebaliknya, kepada setiap anak harus diajarkan standar kelompok mengenai yang benar dan yang salah. Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga masa remaja. Ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa kanak-kanak.
6. MI dan Pengembangan Seni -> Pengembangan seni pada anak meliputi musik, tari, seni rupa dan seni kriya terkait erat dengan stimulasi visual-spasial, musikal, kinestetik, dan naturalistik. Hal ini berarti stimulasi kecerdasan dalam multiple intelligences akan menjadi kegiatan pengembangan seni pada anak. Stimulasi kecerdasan visual-spasial dan kinestetik mendorong pengembangan seni rupa dan seni kriya. Pengembangan seni, selain distimulasi dengan kecerdasan musikal, visual-spasial, dan kinestetik, dapat pula dirangsang dengan kecerdasan lain, seperti seni tentang alam, kemanusiaan, ketuhanan, atau perasaan. Seni musik mungkin berupa curahan perasaan, kekaguman terhadap alam, rasa syukur pada Tuhan, dan simpati pada sesama manusia.
7. MI dan Pengembangan Pengertian dan Kreativitas -> Singkatnya, mengerti adalah kemampuan untuk memahami. Pengertian dicapai dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya ke pengalaman atau situasi baru (Hurlock, 1978). Konsep MI sangat penting dimiliki oleh pendidik dalam pengembangan pengertian. Pendidik hendaknya melatih anak agar mampu melakukan interkoneksi berbagai pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dengan berbagai hal baru yang merupakan aspek-aspek kecerdasan yang menonjol pada seorang anak. Dengan demikian, anak akan memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Anak, misalnya diajak menghubungkan konsep warna yang dimilikinya dengan pemandangan alam, dengan suasana hati, dengan nuansa kata, dan sebagainya.