FORUM DISKUSI 1
Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.
Jadi menurut tanggapan saya kita dapat menanamkan implementasi yang disampaikan oleh dave yaitu Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua wilayah. Oleh karena itu, perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Dan Pemerintah juga perlu menyiapkan strategi kekinian dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di generasi muda. Memanfaatkan platform media sosial maupun teknologi informasi yang ada merupakan metode efektif.
Bahkan, pemerintah bisa memanfaatkan sejumlah tokoh pemengaruh (influencer) di media sosial sebagai media untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila. Gali berbagai nilai Pancasila yang bisa disampaikan dengan metode yang tidak menggurui dan sesuai dengan selera generasi milenial.
Itu saja tanggapan dari saya sesuai yang saya dapat dari sumber yang ada diinternet yaitu http://www.lemhannas.go.id tentang pancasila diera globalisasi
Terimakasih
Berikut tanggapan dari saya, saya memperoleh dari sumber https://journal.upy.ac.id tentang pudarnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan masyarakat di era globalisasi.
Terimakasih
Npm : 2113053087
Kelas/prodi : D/PGSD
Tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai" luhur Pancasila
Di era globalisasi waktu,ruang dan jarak bukan
lagi menjadi pembatas. Era globalisasi sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai nilai budaya suatu bangsa baik perubahan negatif ataupun positif. Hal ini bisa menjadi ancaman, tantangan,juga peluang untuk berkreasi dan berinovasi pada generasi muda.
Lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai nilai luhur Pancasila merupakan Masalah yang serius karena mereka adalah tunas penerus bangsa. Jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri ciri luhur bangsa ini (Literasi:http://www.knpikotasemarang.org/2016/09/lunturnya-ideologi-pancasila-dalam-era.html?m=1)
Tantangan tantangan yang dihadapi ialah
1. Banyak ideologi masuk yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Seperti radikalisme, terorisme, ekstremisme,dan konsumerisme
2. Adanya arus globalisasi mengarah pada kecenderungan sosial yang berbasis SARA.
Dengan demikian sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan luar yang dapat merusak serta mengajak generasi muda untuk mempertahankan identitas bangsa dan meningkatkan ketahanan mental, ideologi bangsa ( literasi: http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-era-globalisasi )
Dengan demikian, kita sebagai generasi muda seharusnya dapat menumbuhkan sikap lebih selektif dalam perkembangan zaman juga globalisasi serta dapat mengadopsi aspek positif dari proses globalisasi saat ini. Selain itu, generasi muda juga harusnya dituntut untuk memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme agar mampu menghadapi semua tantangan dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi, terutama di era globalisasi seperti saat ini.
Sekian tanggapan dari Maya Bu. Terima kasih.
Akibat dari memudarnya nilai-nilai Pancasila ini ini dapat dilihat dari munculnya masalah yang bertentangan dengan Pancasila yaitu diantaranya terjadinya tawuran terjadinya ketidakadilan hukum banyaknya kasus korupsi si dan maraknya perilaku diskriminasi atau perlakuan tidak adil karena hal tertentu.
Hal-hal yang dapat dilakukan agar nilai-nilai Pancasila yang sudah pudar ini tumbuh kembali adalah dengan cara selektif dalam pengaruh globalisasi baik itu dari sektor politik ideologi ekonomi dan sosial budaya, menanamkan serta mewujudkan nilai Pancasila yang memiliki 6 karakteristik utama, yaitu bernalar kritis, kreatif mandiri beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, bergotong-royong, serta kebhinekaan global.
Sumber dari https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1402/pdf
Npm : 2113053170
Kelas/ Prodi : D/ PGSD
Menurut tanggapan saya mengenai tantangan diera globalisasi terhadap lunturnya pemahaman para generasi tentang nilai luhur pancasila adalah pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka dalam menyerap nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun dibalik itu terdapat banyak tantangan yang dihadapi bangsa.
Seperti yang disampaikan anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Disini juga bapak Dave memberikan beberapa rekomendasi implementasi nilai-nilai pancasila diera globalisasi pertama dengan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak.
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.
Sekian tanggapan dari saya, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih
Sumber : http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-era-globalisasi
Perilaku generasi muda di Indonesia mengalami perubahan dikarenakan adanya pengaruh dari negara luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung diserap begitu saja tanpa memilah mana yang baik mana yang buruk. Dahulu, sebelum era globalisasi merajai, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Kebudayaan barat mudah sekali keluar masuk ke Indonesia secara bebas. Sehingga menyebabkan kebudayaan yang ada di Indonesia semakin luntur, dan nilai-nilai Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup generasi muda Indonesia.
Indonesia pada saat ini telah dihadapkan pada permasalah krisis moralitas. Permasalahan
ini sudah menjalar sampai pada semua aspek kehidupan. Beberapa krisis moral yang dapat
kita lihat diantaranya adalah dari sistem pendidikan kita, ketidakpedulian dengan sesama, mulai hilangnya etika dan akhlak, kenakalan-kenakalan remaja, tayangan-tayangan di televisi yang kurang mendidik, perilaku para pejabat kita yang tidak amanah dan masih banyak lagi krisis moralitas yang lain.
Indonesia sebagai negara timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran ala Pancasila pun sudah mulai luntur. Apabila hal ini tidak dicegah sedari dini, akan menyebabkan tidak dihargai dan dihormati lagi Pancasila sebagai tatanan dan pedoman hidup bangsa.
Krisis moral terjadi juga karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai semboyan belaka. Dalam bertindak, kebanyakan orang sudah tidak mengindahkan asas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri bangsa sekarang ini telah luntur, sehingga timbul perilaku amoral yang merugikan orang lain dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Kenakalan remaja seperti free sex, pergaulan bebas, dan pemakaian narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa. Belum lagi, maraknya video perzinaaan yang semakin mudah diakses dan didapatkan. Dengan hanya merogoh uang yang tak seberapa,
orang dapat mengunduhnya dari situs-situs di internet. Mau menjadi apa bangsa ini apabila
para generasi mudanya saja seperti itu. Sehingga sangat jelas sekali bahwa arus globalisasi dari teknologi yang semakin canggih tidak disaring dengan baik menimbulkan dampak yang sangat negatif bagi para pelajar yang nantinya sebagai penerus bangsa.
Terjadinya krisis moralitas dikarenakan kurangnya agama, dampak dari budaya luar serta sistem pendidikan yang lebih mengutamakan duniawi daripada akhirat.
Tantangan penerus generasi ialah menjaga generasinya tetap baik dan lebih baik dari yang dulu. Dan sebagai agent of change dituntut untuk mengambil peran didalam tantangan yang berupa perubahan sosial. Maka dari itu diperlukan strategi
penanaman nilai etika, moral, dan akhlak di kalangan para generasi muda penerus bangsa.
Adapun penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak.
Itulah tanggapan saya mengenai tantangan generasi muda di era globalisasi tentang nilai luhur Pancasila berdasarkan sumber utama yang ada di internet yakni
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1622488&val=18063&title=DAMPAK%20GLOBALISASI%20TERHADAP%20MORAL%20GENERASI%20MUDA
tentang dampak globalisasi terhadap moral generasi muda penerus bangsa.
1) Pengaruh Budaya Luar
Pesatnya perkembangan teknologi memiliki dampak yang positif juga negatif, dampak negatifnya dapat melunturkan nilai luhur Pancasila, contohnya: gaya busana dan cara berbicara yang tidak sopan terhadap orang yang lebih tua menjadi penyebab lunturnya nilai Pancasila
2) Longgarnya Pegangan Agama
Dengan memahami ajaran agama seseorang tidak akan melakukan perbuat yang bertentangan serta merugikan,baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Menurunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai-nilai agama akan menurunkan moralitas bangsa.
Contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral Pancasila sebagai berikut:
a. Pergaulan bebas
b. Korupsi
c. Tawuran
d. Kriminal
e. Ujaran kebencian
3) Pengaruh Lingkungan
Perilaku manusia dapat mengubah lingkungan, sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia.
- lingkungan masyarakat yang ramah akan menanamkan perilaku yang ramah pula
-lingkungan yang masyakaratnya menghayati ajaran agama, membiasakan gotong royong,maka akan memiliki sikap dan perilaku seperti masyarakat tersebut.
-lingkungan yang masyakaratnya lebih mementingkan diri sendiri pun akan memiliki sikap perilaku individualis
Upaya yang dapat dilakukan dalam tujuan menumbuhkan sikap lebih selektif dalam perkembangan zaman juga globalisasi dan mengadopsi aspek positif dari proses globalisasi. Salah satu aspek yang penting dalam upaya ini yakni orang tua. Orang tua merupakan orang yang berperan penting dalam mendidik anak, orang tua diharapkan mampu memahami juga memilah kiranya dampak positif dan dampak negatif yang disebabkan dari globalisai dari hal yang terkecil, sehingga anak tidak akan tertelan oleh pengaruh negatif globalisasi.
Sekian analisa dari saya, analisa ini saya peroleh dari youtube https://www.youtube.com/watch?v=G3WZJo1gHKU dan juga dari Jurnal PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021 oleh Devyanne Oktari dan Dinie Anggraeni Dewi dengan judul jurnal "Pemicu Lunturnya Nilai Pancasila Pada Generasi Milenial"
terimakasih...
Npm: 2113053008
Kelas/Prodi: D/PGSD
Globalisasi ialah suatu fenomena unik yang terjadi pada peradaban manusia yang berjalan terus-menerus dalam masyarakat di seluruh dunia dan merupakan bagian dari proses manusia itu (Nurhaidah & Musa, 2015).
Tantangan tentang pemahaman Pancasila. Saat ini generasi muda mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas dan daya tarik pembelajaran Pancasila. Hal ini tidak terlepas dari rendahnya tingkat kedalaman literasi masyarakat Indonesia secara umum.
Faktor-faktor penyebab pudarnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di era globalisasi diantaranya, melonggarnya pegangan terhadap agama yang disebabkan oleh kemajuan zaman yang membuat segala sesuatu mudah dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan terhadap agama hanya sebagai simbol saja sementara perintah dan larangan-larangannya diabaikan. Selanjutnya, pembinaan moral yang dilakukan oleh pendidikan baik yang bersifat formal atau nonformal tidak berjalan dengan semestinya.
Rajasa (2007) berpendapat bahwa pengembang karakter nasionalisme bangsa Indonesia adalah para generasi muda yang melewati tiga proses, sebagai berikut:
1. Pembangun Karakter (character builder)
2. Pemberdaya Karakter (character enabler)
3. Perekayasa Karakter (character engineer)
Berdasarkan uraian tersebut bisa dilihat jika generasi muda mempunyai tugas yang fundamental, dan nasib dari bangsa Indonesia yang akan datang bergantung pada sikap dan tindakan generasi muda. Menjunjung nilai-nilai pancasila ketika melakukan aktivitas rutin sangat penting untuk dilaksanakan. Oleh karena itu penumbuhan kembali nilai-nilai pancasila harus segera dilakukan.Globalisasi tidak bisa dihindari oleh seluruh dunia terutama masyarakat Indonesia. Maka dari itu, upaya dalam rangka menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila yang mulai terkikis oleh globalisasi perlu dilakukan.
Literasi https://news.detik.com/berita/d-4761759/ketua-mpr-sebut-5-tantangan-untuk-pemuda-di-era-globalisasi
https://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/PEKAN/article/download/1170/911
Sekian tanggapan dari saya.
Terima kasih.
Nama : Yulianti
NPM: 2113053215
Pembukaan UUD 1945 menunjukkan Pancasila kedudukannya sebagai ideologi Indonesia yang menjadi inti NKRI, dan semua itu harus dijalankan atau diaplikasikan dengan tetap pada aktivitas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktor-faktor penyebab memudarnya nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di era globalisasi diantaranya, melonggarnya pegangan terhadap agama yang disebabkan oleh kemajuan zaman yang membuat segala sesuatu yang mudah dicapai dengan ilmu, sehingga agama hanya dijadikan simbol saja dan perintah-larangannya diabaikan. Kemudian pembinaan moral yang dilakukan pendidikan baik yang bersifat formal atau nonformal tidak berjalan dengan semestinya. generasi muda memiliki tugas yang fundamental, dan nasib dari bangsa Indonesia yang akan datang bergantung pada generasi muda. Upaya dalam rangka menumbuhkan kembali nilai yang Pancasila yang mulai terkikis oleh globalisasi perlu dilakukan . Bisa dimulai dengan melakukan pada pendidikan yang ada di Indonesia, mulai dari pendidikan SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Penumbuhan kembali nilai Pancasila dimulai dari pendidikan karena Pancasila memili kaitan yang kuat dengan pendidikan terutama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), selanjutnya dapat dilakukan dengan menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada setiap warga negara. Rasa nasionalisme dan patriotisme dapat dipupuk kembali dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan yang berbau nasional seperti kebangkitan hari kemerdekaan Indonesia, hari lahirnya Pancasila dan sebagainya.
Bagi pelajar, mereka bisa menumbuhkan rasa nasionalisme dengan cara belajar dengan serius, semangat dan gigih dengan tujuan menjaga nama baik Indonesia, mencintai dan senang dalam memakai produk Indonesia, membuat karya seni yang bertema cinta tanah air.
Didapat dari (jurnal kewarganegaraan, vol 5 No. 1 Juni 2021; Ega Regiani dan Donnie Anggraeni Dewi; Universitas Pendidikan Indonesia)
https://jurnal.upy.ac.id
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1402/pdf
NPM: 2113053113
Kelas/Prodi: D/PGSD
Menurut artikel dari https://wantimpres.go.id/id/penguatan-pancasila-di-kalangan-generasi-muda/
Budaya Indonesia cenderung memiliki budaya segan, yang muda segan terhadap yang tua. Hal ini bagus tetapi ketika tidak tahu harus berani bertanya. Ini yang harus dijembatani, caranya adalah dengan memanfaatkan berbagai media cetak lokal maupun internasional, media sosial, dan bisa pula diintegrasikan dengan membuat semacam wadah atau perkumpulan dimana anak muda bisa berinteraksi langsung, bertanya langsung, maupun brainstorming. Harus ada sikap saling terbuka antara generasi muda dan generasi tua.
Profesi saya mengatakan bahwa saya tidak bisa jugdemental, menghakimi seseorang dari penampilan fisik atau pemikirannya. Saya pernah bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa Pancasila tidak relevan, dan mengatakan pengaruh ideologi barat semakin laten. Dikatakan bahwa budaya luar lebih mengasyikan dan tidak banyak aturan, bahwa Pancasila tidak relevan dengan kemajuan jaman. Namun, disampaikan agar caranya menjadi kekinian adalah dengan yang di “atas-atas” lebih banyak turun ke mereka, bertanya ke generasi muda, karena banyaknya perbedaan cara hidup. Kritik itu cukup menyentil dan memang ternyata harus ada wadah sebagai sosialisasi, yang bisa dilakukan secara bertahap. Anak-anak muda sudah saatnya dilibatkan secara aktif karena di masa depan kondisi jaman mengharuskan berbeda. Tidak bisa dengan cara-cara konservatif atau satu arah, tetapi harus dua arah atau dari segala arah. Terbuka dan harus tahu segala pandangan. Pancasila adalah hayat hidup bangsa Indonesia sebagai penguatan karakter. Dengan saling memahami antara generasi muda dan generasi tua diharapkan ada penyesuaian dengan kondisi jaman. Peran media cukup krusial. Kalau jaman dahulu media hanya berupa televisi, radio, surat kabar atau majalah, tetapi era saat ini, ada perkembangan media yang cukup besar, terutama media sosial, yang memegang kunci di kalangan generasi muda. Melalui media sosial berbagai informasi mudah didapatkan. Media sosial ini yang dahulu tidak ada. Karena itu, menjadi tugas bersama untuk saling memahami dan memanfaatkannya. Selain itu, harus ada integrasi antara media sosial dengan media televisi atau media cetak.
Terimakasih
NPM :2113053229
Kelas : 1D/PGSD
Berdasarkan materi dan bahan ajar yang telah diberikan,serta beberapa referensi yang saya baca,dan berikut merupakan tanggapan saya mengenai tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya nilai-nilai Pancasila.
Indonesia merupakan negara dengan menganut asas Ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Penerapan Pancasila sebagai Ideologi di Indonesia dikarenakan nilai-nilai yang ada pada Pancasila mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai itu telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka.
Dalam berkembangnya zaman serta memasuki era globalisasi ini,pemahaman generasi muda mengenai nilai-nilai Pancasila mengalami penurunan.
Menurut Dave Akbarshah Fikarno Laksono,M.E.,tantangan di era globalisasi yang pertama ialah banyaknya ideologi alternatif yang disebarkan melalui media informasi seperti paham radikalisme,ekstrimisme,dan konsumerisme.
Pancasila mengalami tantangan dalam menghadapi sikap serta perilaku yang menyimpang dari norma-norma masyarakat umum,dan tantangan terbesar pada masa kini adalah tantangan narkoba dan terorisme (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, 2016 ;125- 126).
Sehingga dapat kita pahami bahwa memang dalam era globalisasi ini, penurunan nilai-nilai Pancasila perlu menjadi perhatian yang lebih serius. Adanya terorisme,pemakaian narkoba,penyimpangan norma sosial tentunya perlu untuk diatasi.
Dalam mengatasi penyimpangan penyimpangan serta penurunan nilai-nilai Pancasila tersebut maka sesuai dengan ketentuan UU RI No.12 Tahun 2012 pasal 2 tentang pentingnya pendidikan Pancasila serta UU RI No.12 Tahun 2012 pasal 35 ayat (5), pendidikan Pancasila dapat menjadi upaya agar nilai-nilai Pancasila yang kita miliki tidak luntur dan tetap kita terapkan dalam kehidupan.
Saya Adeilla Najwa Salsabila. NPM: 2113053288. Izin menanggapi..
Analisa saya mengenai tantangan globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi muda tentang pemahaman nilai2 pancasila,
Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya suatu bangsa, yang mau tidak mau telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda Indonesia.Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental, di dalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut adalah proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu : munculnya sikap individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis, dan lunturnya budaya leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada genersi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka adalah tunas penerus bangsa, yang jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri nilai luhur PANCASILA bangsa ini.
Saya mengambil literasi dari: http://www.knpikotasemarang.org/2016/09/lunturnya-ideologi-pancasila-dalam-era.html?m=1 sebagai referensi.
Sekian dari saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan..
Wassalaamu'alaikum
2113053261
Berdasarkan kutipan [unpad.ac.id ,13/0/2020]
Diskusi bertajuk "Mencari Bentuk Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Globalisasi" ini dibuka secara resmi Oleh Deputi Bidang Pengkajian Strategis Lemhanas RI atas kerja sama antara Lemhanas RI dengan Unpad.
Rektor menjelaskan, beragam faham dan aksi yang bertentangan dengan nilai Pancasila akan mendorong Indonesia menjadi kurang kompetitif. Padahal Indonesia diprediksi akan menduduki peringkat ke-5 negara dengan PDB tertinggi di dunia pada 2045 mendatang
Penanaman nilai Pancasila pada generasi milenial merupakan salah satu hal yang penting untuk menghadapi tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi milenial tentang nilai-nilai luhur Pancasila.
Namun, ada strategi khusus dalam menanamkan nilai Pancasila pada generasi muda. Rektor menjelaskan, "pengamalan tidak boleh dilakukan dengan metode indoktrinasi. Fleksibilitas harus dilakukan"
Senada dengan Rektor, Prof. Arry Bainus menjelaskan, ada perbedaan strategi penanaman nilai Pancasila pada generasi muda
"Kedepankan budaya mendengar ketimbang menggurui. Dengar apa yang anak milenial inginkan tentang Pancasila"
Pemerintah juga perlu menyiapkan strategi kekinian dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila di generasi muda. Dengan memanfaatkan platform media sosial maupun teknologi informasi yang ada merupakan metode efektif.
Bahkan, kata Prof. Arry, "Pemerintah bisa memanfaatkan sejumlah tokoh berpengaruh (influencer) di media sosial sebagai media untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila. Gali berbagai nilai Pancasila yang disampaikan dengan metode yang tidak menggurui dan sesuai dengan selera generasi milenial"
Tanggapan saya mengenai kutipan literasi diatas dalam diskusi bertajuk "Mencari Bentuk Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Globalisasi" mengenai lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai-nilai luhur Pancasila
Saya setuju dengan Rektor Unpad yang mengatakan bahwa pengamalan tidak boleh dilakukan dengan metode indoktrinasi. melainkan Fleksibilitas harua dilakukan. Yang dimana penanaman nilai Pancasila pada generasi milenial secara doktrinisasi atau menggurui akan membuat pemahaman generasi muda tentang nilai nilai luhur Pancasila semakin luntur. Dan seperti yang dikatakan Prof. Arry Karena untuk penanaman nilai Pancasila pada generasi milenial ini seharusnya tidak dilakukan dengan metode tersebut. melainkan mendengarkan terlebih dahulu apa yang diinginkan generasi milenial tentang Pancasila,yang menurut saya metode ini digunakan guna menanamkan nilai Pancasila pada generasi muda agar penanaman nilai Pancasila semakin membuat mereka pintar, memiliki sikap toleransi, kohesif, dan punya literasi keagamaan yang baik serta Pancasila
Dan dalam mengamalkan nilai Pancasila hendaknya kita membangun semangat kebhinekaan yang dimana merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan. Dan penguatan nilai Pancasila berbasis kearifan lokal. seperti nilai Pancasila yang dihasilkan dari akar rumput budaya masyarakat Indonesia. Maka, kearifan lokal pun jangan pernah kita lupakan
Dan kita juga dapat membumikan nilai-nilai pancasila melalui pendidikan pembelajaran pastinya, yang dimana diperlukan kurikulum serta pembelajaran disetiap satuan pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, misalnya yaitu pembelajaran tentang Pendidikan Pancasila Dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Sekian terimakasih
Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E.,yaitu tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai nilai luhur pancasila adalah mudah dijangkau nya informasi yang memberi dampak buruk bagi evektifitas pembelajaran nilai nilai pancasila pada generasi muda dan kebanyakan generasi muda lebih tertarik dengan informasi yang mengandung nilai nilai ini, misalnya di internet banyak sekali konten konten yang mengandung unsur, radikalisme, sarkasme, ekstrimisme, dan konsumerisme yang jelas sudah menyimpang dari nilai pancasila.Itu saja tanggapan dari saya sesuai yang saya dapat dari sumber yang ada diinternet yaitu http://www.lemhannas.go.id tentang pancasila diera globalisasi
Terimakasih
Tantangan yang dihadapi negara dalam sejauh ini adalah berkembangnya berbagai paham yang kurang sesuai dengan nilai-nilai ideologi Pancasila. Kondisi seperti itu menghasilkan adanya dialektik dan terjadinya tarik-menarik nilai di dalam diri warga negara.Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam dirinya, meliputi pemahaman dan kesadaran terhadap nilai-nilai bersama serta kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan meliputi seputar masyarakat tempatnya berinteraksi maupun hasil koneksi dengan dunia maya.
Pertama, tantangan nilai Sila Kesatu dari Pancasila pada diri anak.Spiritualitas sila Ketuhanan yang Maha Esa antara lain mengandung nilai dasar cita-cita kenegaraan dan nilai kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia, dan negara dan dalam hal itu setiap warga negara memiliki kebebasan dalam memeluk agama sesuai keimanan dan ketakwaan masing-masing.
Kedua, tantangan sila kedua dari Pancasila pada diri anak bangsa.Tantangan aktualisasi nilai sila kedua adalah pengakuan atas hak-hak asasi manusia. Hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk mendapatkan penghormatan atas martabat diri, dan juga hak untuk beribadah sesuai keimanan seseorang termasuk nilai yang seharusnya dijamin. Era keterbukaan informasi sekarang ini dimaknai secara bebas tanpa batas, sehingga tercatat beberapa hasil dari perilaku perundungan, persekusi, dan menghujat orang.
Ketiga, tantangan nilai sila ketiga Pancasila pada diri anak bangsa. Sila Ketiga ini mengandung nilai kebersamaan dengan keragaman dan terikat dalam kesatuan integral sebagai suatu bangsa. keanekaragaman keindonesiaan meliputi manusia, keluarga, kelompok, golongan, suku bangsa, keragaman wilayah, namun menjadi satu kesatuan integral baik lahir maupun batin.Tantangan aktualisasi nilai sila ketiga terlihat dari orientasi persatuan sebagian anggota masyarakat dari perspektif kepentingan kelompok.
Keempat, tantangan nilai sila keempat dari Pancasila.Sila keempat ini mengandung nilai penghormatan terhadap demokrasi disertai tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dalam hidup bersama. Tantangan sila keempat terlihat dari praktik politik identitas, politik irasional, dan politik uang. Politik identitas adalah praktik demokrasi yang didasarkan pada sentiment primordial.Tanggapan saya mengenai tantangan tersebut adalah :Bahwa kita generasi muda Harus menjunjung tinggi nilai luhur dari pancasila serta menanamkan sejak dini nilai dari pancasila seperti:
•Menjalankan perintah agama sesuai kepercayaan masing-masing
•Ikut bergotong-royong.
• Melestarikan budaya Indonesia.
•Menghormati/toleransi agama.
•Aktif dalam kegiatan sekolah.
•Diskusi dalam membuat pekerjaan.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi. Tidak dapat di pungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak anak.
Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.
Itu tanggapan yang saya dapatkan dari sumber internal http://www.lemhannas.go.id mengenai Pancasila di Tengah Era Globalisas Terimakasih
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/163965/nilai-nilai-pancasila-bagi-generasi-milenial-di-zaman-now
Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” yang menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideoLogi baru
Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Jadi sesuai yg dikatakan oleh Dave kita dapat Mengimplementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.yaitu
http://www.lemhannas.go.id tentang pancasila diera globalisasi
pedoman, inspirasi, motivasi, berperilaku
sekaligus standar pembenarannya. Dengan begitu perilaku bangsa Indonesia, kebiasaan, aktivitas dan semuanya
mencerminkan nilai-nilai pancasila (Untari, 2012 : 22). Dari kutipan tersebut tanggapan saya adalah seiring arus globalisasi, menjadikan pentingnya pengembangan pancasila terhadap generasi muda dengan cara salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan Pancasila, Dalam pendidikan dapat ditanamkan rasa nasionalisme terhadap generasi muda, seperti pelajar yang belajar dengan bersungguh sungguh. menghargai dan menghormati jasa pahlawan. Meningkatkan rasa nasionalisme yang tinggi. sehingga dapat menseleksi di era globalisai yang semakin canggih dan modern. dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan cara mempelajari budaya indonesia, serta dapat membedakan hal yang baik dan buruk yang ada dalam pengaruh teknologi industri saat ini. Dengan memanfaatkan sosial media dengan cara memperkenalkan budaya indonesia. Agar kita selalu bisa menjadi generasi muda yang bersikap nasionalis dan optimis serta dapat mewujudkan cita cita bangsa indonesia.
Literasi : https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/download/1265/483
NPM:2113053151
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.
tanggapan saya mengenai tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya generasi muda tentang nilai luhur Pancasila.http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.phparticle=1622488&val=18063&title=DAMPAK%20GLOBALISASI%20TERHADAP%20MORAL%20GENERASI%20MUDA
Perilaku generasi muda di Indonesia mengalami perubahan dikarenakan adanya pengaruh dari negara luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung diserap begitu saja tanpa memilah mana yang baik mana yang buruk. Dahulu, sebelum era globalisasi merajai, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Kebudayaan barat mudah sekali keluar masuk ke Indonesia secara bebas. Sehingga menyebabkan kebudayaan yang ada di Indonesia semakin luntur, dan nilai-nilai Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup generasi muda Indonesia.
Indonesia pada saat ini telah dihadapkan pada permasalah krisis moralitas. Permasalahan
ini sudah menjalar sampai pada semua aspek kehidupan. Beberapa krisis moral yang dapat
kita lihat diantaranya adalah dari -----sistem pendidikan kita, ketidakpedulian dengan sesama, mulai hilangnya etika dan akhlak, kenakalan-kenakalan remaja, tayangan-tayangan di televisi yang kurang mendidik, perilaku para pejabat kita yang tidak amanah dan masih banyak lagi krisis moralitas yang lain.
Indonesia sebagai negara timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran ala Pancasila pun sudah mulai luntur. Apabila hal ini tidak dicegah sedari dini, akan menyebabkan tidak dihargai dan dihormati lagi Pancasila sebagai tatanan dan pedoman hidup bangsa.
Krisis moral terjadi juga karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai semboyan belaka. Dalam bertindak, kebanyakan orang sudah tidak mengindahkan asas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri bangsa sekarang ini telah luntur, sehingga timbul perilaku amoral yang merugikan orang lain dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Kenakalan remaja seperti free sex, pergaulan bebas, dan pemakaian narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa. Belum lagi, maraknya video perzinaaan yang semakin mudah diakses dan didapatkan. Dengan hanya merogoh uang yang tak seberapa,
orang dapat mengunduhnya dari situs-situs di internet. Mau menjadi apa negara kita ini jika para generasi muda saja melakukan hal tersebut.
Adapun penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak.
Itulah tanggapan saya mengenai tantangan generasi muda di era globalisasi tentang nilai luhur Pancasila
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak.
Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.
“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek.
Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.
Ada banyak faktor yang penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila:
1. Longgarnya pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan hanya sebagai simbol, larangan-larangan dan perintah-perintah Tuhan tidak diindahkan lagi.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang
dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan
oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semestinya atau yang sebiasanya.
3. Budaya materialistis, hedonistis dan
sekularistis.
4. belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh
dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui
memiliki kekuasaan ( power ), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Dan seterusnya
Ada banyak cara mengantisipasinya yaitu meningkatkan rasa nasionalisme yang tangguh dengan cara menggunakan produk dalam negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
Itu saja tanggapan saya yang berdasarkan dari sumber http://staffnew.uny.ac.id/upload/132093042/pendidikan/lunturnya-budaya-pancasilasiap-upload.pdf
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
http:/www.lemhannas.go.id
Pancasila di era globalisasi
Terimakasih
Izin menjawab pertanyaan bu,
Tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai luhur Pancasila yaitu
Mengutip dari perkataan Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan di era globalisasi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.
Analisa saya yaitu :
Pada era globalisasi sekarang ini para generasi muda khususnya pelajar banyak yang kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan corak apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Generasi muda saat ini juga bersifat anarkis dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan generasi sekarang lebih banyak disibukkan oleh tawuran dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian atau sekolah tidak kondusif yang menimbulkan krisis nilai moral.
Masih dari perkataan Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E.,
kemudian tantangan selanjutnya yaitu eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi sehingga mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, dan menguatnya gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA.
Analisa saya yaitu :
Eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi dapat menyebabkan menurunnya aspek dalam berbudaya. Karena, pada saat ini masyarakat merasa malas untuk melestarikan budaya sendiri. Budaya
Indonesia yang identik ramah, gotong
royong, saling membantu dan sopan santun telah tergeser oleh budaya asing. Apalagi pada saat ini gaya berpakaian remaja Indonesia yang selama ini selalu mengikuti kaidah tata krama mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Seperti Di kota besar, banyak remaja putri cenderung mengenakan pakaian minim dan ketat (ala kebarat-baratan ataupun ala Korea) untuk memamerkan bagian tubuh tertentu.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman mengenai nilai luhur Pancasila yaitu dengan mempelajari Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN) baik di sekolah ataupun di perguruan tinggi. Hal ini diperlukan agar para generasi penerus bangsa khususnya siswa dapat menumbuhkan nilai - nilai kemanusiaan untuk menjadi warga negara yang baik. Lalu kita juga harus memperkuat agama dan Budi pekerti kita. Karena dengan pendidikan agama yang kuat, secara otomatis dengan sendirinya budi pekerti akan sejalan menuju kebaikan yang dapat membentuk pribadi hebat yang tidak dipengaruhi oleh faham radikalisme.
Sekian jawaban Annisa bu, terima kasih
Dikutip dari :
Jurnal PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021
" Pemicu Lunturnya Nilai Pancasila Pada Generasi Milenial"
NPM : 2113053074
Izin menjawab pertanyaan bu,
Tantangan di era globalisasi terhadap lunturnya pemahaman generasi muda tentang nilai luhur Pancasila yaitu
Mengutip dari perkataan Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan di era globalisasi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.
Analisa saya yaitu :
Pada era globalisasi sekarang ini para generasi muda khususnya pelajar banyak yang kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan corak apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Generasi muda saat ini juga bersifat anarkis dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan generasi sekarang lebih banyak disibukkan oleh tawuran dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian atau sekolah tidak kondusif yang menimbulkan krisis nilai moral.
Masih dari perkataan Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E.,
kemudian tantangan selanjutnya yaitu eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi sehingga mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, dan menguatnya gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA.
Analisa saya yaitu :
Eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi dapat menyebabkan menurunnya aspek dalam berbudaya. Karena, pada saat ini masyarakat merasa malas untuk melestarikan budaya sendiri. Budaya
Indonesia yang identik ramah, gotong
royong, saling membantu dan sopan santun telah tergeser oleh budaya asing. Apalagi pada saat ini gaya berpakaian remaja Indonesia yang selama ini selalu mengikuti kaidah tata krama mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Seperti Di kota besar, banyak remaja putri cenderung mengenakan pakaian minim dan ketat (ala kebarat-baratan ataupun ala Korea) untuk memamerkan bagian tubuh tertentu.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman mengenai nilai luhur Pancasila yaitu dengan mempelajari Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN) baik di sekolah ataupun di perguruan tinggi. Hal ini diperlukan agar para generasi penerus bangsa khususnya siswa dapat menumbuhkan nilai - nilai kemanusiaan untuk menjadi warga negara yang baik. Lalu kita juga harus memperkuat agama dan Budi pekerti kita. Karena dengan pendidikan agama yang kuat, secara otomatis dengan sendirinya budi pekerti akan sejalan menuju kebaikan yang dapat membentuk pribadi hebat yang tidak dipengaruhi oleh faham radikalisme.
Sekian jawaban Annisa bu, terima kasih
Dikutip dari :
•http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-era-globalisasi
•Jurnal PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021
" Pemicu Lunturnya Nilai Pancasila Pada Generasi Milenial" .
Npm : 2113053268
Tanggapan saya ialah nilai-nilai Pancasila mulai luntur dalam
semua aktivitas yang dilakukan oleh setiap
warga negara, ditambah kini memasuki era
globalisasi, yang mana pada era ini ilmu
pengetahuan serta teknologi berkembang
pesat. Perkembangan teknologi di era
globalisasi ini dapat mengikis nilai-nilai
dari pancasila dalam bermasyarakat. Pada
era globalisasi semua budaya maupun
ideologi yang bersumber dari negara luar
bisa masuk ke Indonesia dengan
mudahnya.
Pudarnya nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat dapat sangat
berakibat bagi bangsa Indonesia,
diantaranya mulai maraknya aksi tawuran
yang dipicu oleh hal sepele. Kemudian
terjadi kasus penistaan agama dan terjadi
kejahatan-kejahatan yang mengatasnama-
kan agama seperti terorisme. Terorisme ini
merupakan contoh akibat dari mulai
pudarnya nilai-nilai pancasila sila pertama.
Lalu maraknya terjadi pelecehan seksual,
banyak terjadi korupsi, dan masih banyak
lagi kasus-kasus lainnya.
Salah satu kasus yang terjadi karena
mulai pudarnya penerapan nilai-nilai
pancasila adalah aksi terorisme. Menurut
Junaid (2013) terorisme merupakan
sebuah pandangan yang meyakini jika
penggunaan cara-cara kekerasan, ancaman
atau sejenisnya yang dapat mengakibatkan
kekhawatiran maupun kepanikan, hingga
menimbulkan korban jiwa dan harta, aksi
ini dilakukan demi meraih sebuah tujuan,
yang dilakukan baik secara individu
maupun berkelompok atau dalam sebuahorganisasi, yang memiliki koneksi yang
luas, baik bersekala nasional maupun
internasional. Berdasarkan pengertian
terorisme menurut Junaid tersebut, dapat
dilihat bahwa aksi terorisme bukanlah hal
yang dapat disepelekan. Aksi terorisme ini
menyeleweng sekali dari beberapa nilai-
nilai pancasila yaitu sila pertama, kedua,
dan sila ketiga.
Telah terlihat jelas bagaimana
kacaunya bangsa Indonesia jika nilai-nilai
mulia yang tercantum pada Pancasila tidak
kita implikasikan dalam kegiatan rutin kita.
Maka dari itu, pengembalian nilai-nilai
pancasila ini mesti segera dilakukan
terhadap seluruh masyarakat Indonesia,
terutama pada generasi muda Indonesia
yang merupakan penerus serta pilar
bangsa Indonesia.
Demikian tanggapan saya, sumber https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/1402/pdf
Terimakasih ibuk..
Npm :2113053119
Kelas: D
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh berikut ini merupakan tanggapan saya mengenai tantangan di era globalilasi terhadap lunturnya generasi muda tentang nilai luhur
"Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.
Semakin mudahnya generasi muda dalam menjangaku internet, banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.
berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya lunturnya generasi muda tentang nilai luhur akibat perkembangan teknologi yaitu dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat sehingga tidak hanya memberi pengaruh yang negatif, mengenal nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua wilayah nusantara serta mengajak generasi muda untuk lebih paham lagi tentang nilai nilai luhur dan pancasila.
pada generasi milenial ini sangat
berpengaruh kepada kemajuan bangsa
dan juga kelangsungan hidup warga
negara Indonesia hingga beberapa tahun
kedepan. Dari munculnya
masalahmasalah yang bertentangan
dengan Pancasila diantaranya, yang tidak
sesuai dengan sila pertama yaitu terjadinya
kasus penistaan agama, dan terjadinya
kejahatankejahatan yang mengatasnamakan agama seperti aksi terorisme.
Terjadinya perbudakan dan
meperkerjakan anak dibawah umur serta
terjadinya ketidakadilan pemerintah dalam
memberi bantuan kepada orang yang
membutuhkan tidak sesuai dengan sila
kedua Pancasila. Terjadinya tawuran,
perang antar suku serta banyak munculnya
berbagai aliran sesat menjadi contoh
perilaku yang tidak sesuai dengan sila
ketiga. Untuk contoh tingkah laku yang
tidak sesuai dengan nilai sila keempat
yaitu, terjadinya ketidakadilan hukum,
banyaknya kasus korupsi, dan masih
banyak lagi kasus lainnya. Kemiskinan,
maraknya perilaku diskriminasi atau
perlakuan tidak adil karena hal tertentu
adalah contoh perbuatan yang tidak sesuai
dengan sila kelima Pancasila. Perjuangan untuk
mendapatkan kemerdekaan dari bangsa
penjajah sudah berakhir, tetapi
tantangan untuk mempertahankan
kemerdekaan nya yang belum selesai
dan tidak akan selesai sepertinya,
karena perkembangan zaman akan terus
berlangsung dan tidak dapat dihindari
maupun ditolak. Oleh sebab itu
mengingat pentingnya peran edukasi
dan pembelajaran kepada warga negara
republik Indonesia agar dapat
memelihara juga mempertahankan
semangat juang demi kemerdekaan,
rasa kebangsaan juga cinta tanah air.
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Indonesia
yang semakin modern, juga Revolusi
Industri ke 4.0 yang mulai memasuki
Indonesia. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga tidak
terlepas dari nilai budaya dan agama
yang menjadi moral bangsa. Contoh nya
ialah pada menerapan sila ketiga
mengenai persatuan, namun saat ini,
masyarakat hidup jauh dari nilai
persatuan dan lebih banyak menikmati
perkembangan teknologi saat ini untuk
mencapai hal yang ia butuhkan maupun
inginkan. Pengaruhnya lainnya berkisar
dari dalam dan luar masyarakat
Indonesia. Pancasila diharapkan dapat
eksis sebagai ideologi, dan dapat
memperkuat sikap dan karakter
masyarakat untuk menerima tantangan
zaman. Hal yang dapat
kita lakukan agar nilai-nilai Pancasila yang
sudah pudar ini tumbuh kembali dalam
kehidupan kita yaitu dengan cara,
menanamkan serta menjalankan ajaran
agamanya dengan baik, lalu kita dapat
menanamkan serta mewujudkan nilai
pancasila dengan baik, menegakkan
supremasi hukum, serta selektif dalam
pengaruh globalisasi baik itu dari sektor
politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa juga merupakan cara-cara yang
dapat kita lakukan untuk menumbuhkan
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 1 Juni 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ega Regiani & Dinie Anggraeni Dewi– Universitas Pendidikan Indonesia 38
kembali nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan kita.
Bagi pelajar, mereka bisa
menumbuhkan rasa nasionalismenya
dengan cara belajar dengan serius,
semangat dan gigih dengan tujuan untuk
menjaga nama baik bangsa Indonesia,
mencintai dan senang dalam memakai
produk-produk lokal sehingga
perekonomian Indonesia pun akan maju.
literasi : https://julnal.stkippersada.ac.id https://journal.upy.ac.id