1. Berikan contoh masalah sosial yang konstektual dan berikan solusinya yang dilandasi dengan teori yang relevan
2. dikumpul paling lambat, 30 Okt 25, pukul 12.30 wib
1. Berikan contoh masalah sosial yang konstektual dan berikan solusinya yang dilandasi dengan teori yang relevan
2. dikumpul paling lambat, 30 Okt 25, pukul 12.30 wib
Masalah Sosial
Ketimpangan Ekonomi dan Lapangan Kerja
Di satu sisi, kota besar seperti Jakarta atau Surabaya bersinar seperti pusat galaksi, penuh gedung kaca dan peluang. Tapi di sisi lain, masih banyak daerah di mana anak-anak berangkat sekolah sambil harap-harap cemas apakah nasi di piring besok masih ada. Masih banyak masyarakat kelas pekerja, terutama anak muda, yang kesulitan mendapatkan pekerjaan layak meski berpendidikan.
Solusi Sesuai Teori
Untuk mencari solusi yang tepat, perlu didasari pada teori-teori ekonomi dan sosial yang menjelaskan akar dan mekanismenya. Berikut beberapa landasan teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai dasar solusi:
1. Teori Modal Manusia (Human Capital Theory) – Gary S. Becker (1964)
Inti teori: Pendidikan dan pelatihan meningkatkan produktivitas individu, yang kemudian meningkatkan peluang kerja dan pendapatan.
Implikasi solusi:
a. Fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi agar selaras dengan kebutuhan industri.
b. Mendorong link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
c. Pengembangan lifelong learning agar tenaga kerja tidak tertinggal oleh perubahan teknologi.
2. Teori Ketimpangan Struktural (Structural Inequality Theory) – Blau & Duncan (1967)
Inti teori: Ketimpangan ekonomi muncul karena struktur sosial yang tidak merata dalam akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan peluang.
Implikasi solusi:
a. Pemerintah perlu melakukan reformasi struktural, seperti pemerataan pembangunan antarwilayah.
b. Subsidi dan insentif ekonomi bagi daerah tertinggal dan UMKM.
c. Redistribusi sumber daya (misal: infrastruktur, akses internet, dan modal usaha).
3. Teori Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Theory) – Amartya Sen (1999)
Inti teori: Pembangunan seharusnya tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tapi dari perluasan kapabilitas manusia (kemampuan memilih kehidupan yang mereka nilai berharga).
Implikasi solusi:
a. Membangun ekonomi berbasis kapabilitas: pendidikan, kesehatan, dan kesempatan berusaha.
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah.
c. Mendorong pembangunan inklusif dan ramah lingkungan agar berkelanjutan.
4. Teori Pasar Tenaga Kerja Dualistik (Dual Labor Market Theory) – Doeringer & Piore (1971)
Inti teori: Pasar tenaga kerja terbagi menjadi sektor “primer” (gaji tinggi, stabil) dan “sekunder” (upah rendah, tidak pasti).
Implikasi solusi:
a. Program peningkatan keterampilan agar tenaga kerja bisa berpindah dari sektor sekunder ke primer.
b. Kebijakan upah layak dan jaminan sosial untuk sektor informal.
c. Penguatan kewirausahaan sosial dan ekonomi kreatif.
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory) – Andre Gunder Frank (1966)
Inti teori: Ketimpangan ekonomi antara pusat (kota besar) dan pinggiran (daerah) muncul karena ketergantungan ekonomi dan arus modal yang timpang.
Implikasi solusi:
a. Desentralisasi ekonomi dan pemberdayaan ekonomi lokal.
b. Penguatan industri daerah dan rantai pasok lokal.
c. Kebijakan fiskal yang mendorong pemerataan investasi.
6. Teori Pembangunan Inklusif (Inclusive Growth Theory) – World Bank (2009)
Inti teori: Pertumbuhan ekonomi harus mencakup seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok miskin dan muda.
Implikasi solusi:
a. Investasi dalam UMKM dan kewirausahaan muda.
b. Akses luas terhadap kredit mikro dan teknologi digital.
c. Pendidikan kewirausahaan dan literasi finansial.
KESIMPULAN
Ketimpangan ekonomi dan sulitnya lapangan kerja terjadi bukan hanya karena kurangnya pekerjaan, tetapi karena akses pendidikan, sumber daya, dan kesempatan belum merata. Teori-teori di atas menekankan bahwa solusi harus menyentuh akar masalah: meningkatkan kualitas manusia lewat pendidikan dan pelatihan, memperbaiki struktur ekonomi agar peluang tidak hanya terkumpul di kota besar, serta mendorong pembangunan yang inklusif dan berpihak pada kelompok rentan. Singkatnya, jalan keluar bukan hanya “lebih banyak pekerjaan,” tetapi membangun sistem yang memberi setiap orang kemampuan, peluang, dan dukungan untuk berkembang. Dengan pendekatan itu, pertumbuhan ekonomi tidak lagi hanya dinikmati segelintir, melainkan menjadi kekuatan bersama menuju kesejahteraan yang adil.