1. Norma Gender di Indonesia
Indonesia memiliki budaya patriarkal di banyak daerah, yang menekankan peran tradisional:
Pria → dianggap sebagai pencari nafkah, pelindung keluarga, kuat dan tegas.
Wanita → dianggap lebih peduli rumah tangga, keluarga, sopan, lembut, dan tunduk pada suami.
Norma ini berbeda-beda tergantung suku, agama, dan daerah, tapi secara umum masih memengaruhi harapan sosial terhadap perilaku laki-laki dan perempuan.
2. Pengaruh terhadap Identitas Diri
Pembentukan peran sosial: Orang cenderung menyesuaikan perilaku, penampilan, dan pilihan hidup mereka agar sesuai dengan harapan gender. Misal, laki-laki mungkin merasa harus tegas atau tidak boleh menangis, perempuan merasa harus ramah atau mengutamakan keluarga.
Pilihan karier dan pendidikan: Norma gender bisa memengaruhi profesi yang dianggap “sesuai”: laki-laki lebih diarahkan ke bidang teknik atau bisnis, perempuan ke bidang pendidikan, kesehatan, atau perawatan.
Ekspektasi diri: Banyak individu menginternalisasi standar gender, sehingga identitas diri mereka dibentuk oleh apa yang dianggap “layak” untuk laki-laki atau perempuan.
3. Perubahan Modern
Generasi muda di kota besar semakin menolak batasan gender tradisional.
Media sosial dan globalisasi membuat orang lebih bebas mengekspresikan diri, misalnya perempuan memilih karier ambisius, atau laki-laki menekuni bidang yang dulu dianggap “perempuan”.
Namun, norma tradisional masih kuat di beberapa daerah, sehingga identitas diri sering terbentuk dari kombinasi antara harapan sosial dan keinginan pribadi.