Konsumen cenderung lebih mudah mengingat pengalaman buruk atau negatif karena beberapa alasan psikologis, yaitu efek negatifitas yang membuat manusia lebih memperhatikan dan mengingat informasi negatif daripada positif karena pengalaman negatif sering kali diasosiasikan dengan risiko atau ancaman, pengalaman buruk seringkali disertai dengan emosi yang kuat seperti kekecewaan, marah, atau frustrasi sehingga membuat pengalaman tersebut lebih mudah diingat, serta adanya konfirmasi bias di mana konsumen mungkin lebih cenderung mencari dan mengingat informasi yang mendukung pengalaman buruk mereka sebelumnya. Untuk merubah pandangan konsumen yang sudah terlanjur punya pengalaman buruk, brand dapat melakukan beberapa hal seperti menjadi responsif dan transparan terhadap keluhan konsumen dan transparan dalam menyelesaikan masalah, fokus pada perbaikan layanan atau produk yang menyebabkan pengalaman buruk, menunjukkan empati dan kesediaan untuk mendengarkan dan memperbaiki kesalahan melalui komunikasi yang empati, menciptakan pengalaman positif baru yang dapat membantu mengubah persepsi konsumen, mempertimbangkan program loyalitas atau kompensasi untuk konsumen yang memiliki pengalaman buruk, serta menggunakan storytelling untuk menunjukkan perbaikan dan komitmen brand terhadap kualitas. Pemulihan kepercayaan konsumen membutuhkan waktu dan usaha konsisten, dan konsistensi dalam komunikasi dan tindakan brand sangat penting.