Ketiklah resume 3 esensi penting dari 3 artikel di atas.
ACTIVITY: TELAAH ARTIKEL
Resume 3 Esensi Penting dari Ketiga Artikel
Esensi 1: Transformasi Digital Mengubah Fundamental Pelaporan Keuangan di Pasar Berkembang
Teknologi digital seperti komputasi awan, kecerdasan buatan, dan blockchain sedang merombak praktik pelaporan keuangan tradisional di negara berkembang. Adopsi teknologi ini memungkinkan pengumpulan data secara real-time, otomasi proses pelaporan, dan peningkatan akurasi informasi finansial. Negara berkembang yang sebelumnya terhambat oleh infrastruktur terbatas, inkonsistensi regulasi, dan literasi digital rendah kini memiliki peluang untuk melampaui metode konvensional. Studi kasus dari M-Pesa (Kenya), GCash (Filipina), Nubank (Brasil), dan Paytm (India) menunjukkan bahwa platform digital berhasil meningkatkan transparansi, mengurangi penipuan, dan memperluas inklusi keuangan. Namun, perjalanan ini menghadapi tantangan signifikan seperti keterbatasan keterampilan digital, infrastruktur teknologi yang belum memadai, dan resistensi terhadap perubahan organisasi yang memerlukan strategi komprehensif untuk mengatasinya.
Esensi 2: Tata Kelola Perusahaan Sebagai Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan
Mekanisme tata kelola korporat memainkan peran krusial dalam memastikan kualitas pelaporan keuangan melalui berbagai jalur. Kemandirian dewan direksi dan komite audit mengawasi proses pelaporan untuk mencegah manipulasi dan bias, sementara pengendalian internal yang efektif mengurangi risiko kesalahan dan kecurangan. Penelitian empiris dari berbagai negara menunjukkan hasil yang bervariasi mengenai dampak ukuran dewan, keberagaman gender, konsentrasi kepemilikan, dan frekuensi pertemuan audit terhadap kualitas pelaporan. Meskipun temuan kadang kontradiktif, konsensus umum menegaskan bahwa struktur tata kelola yang kuat berkorelasi positif dengan pelaporan berkualitas tinggi. Standar etika, transparansi praktik, dan akuntabilitas yang ditegakkan melalui kerangka tata kelola efektif mampu menghambat praktik tidak etis dan membangun kepercayaan pemangku kepentingan terhadap integritas informasi finansial.
Esensi 3: Pengukuran Kualitas Pelaporan Memerlukan Pendekatan Multi-Dimensi
Kualitas pelaporan keuangan diukur melalui karakteristik kualitatif fundamental (relevansi dan representasi tepercaya) serta karakteristik pendukung (dapat dipahami, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, dan ketepatan waktu). Metode pengukuran yang beragam mencakup skor terstandarisasi, model berbasis akrual, model Beneish untuk deteksi manipulasi, indeks pengendalian internal, dan tingkat konservatisme akuntansi. Peneliti belum mencapai konsensus tentang proksi tunggal yang ideal, sehingga studi sering menggunakan multiple proxies untuk hasil yang komprehensif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas mencakup manajemen laba, pasar modal, sistem pelaporan internal, standar akuntansi, teknologi informasi, audit, reputasi perusahaan, budaya organisasi, dan karakteristik eksekutif. Kesenjangan dalam literatur menunjukkan kebutuhan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar, cakupan variabel lebih luas, dan integrasi perusahaan non-publik serta usaha kecil menengah untuk pemahaman holistik tentang dinamika kualitas pelaporan finansial.
nama : febiola Salsabila
npm : 2513031022
Esensi 1: Perubahan Fundamental Pelaporan Keuangan melalui Transformasi Digital
Kemajuan teknologi digital—seperti cloud computing, artificial intelligence, dan blockchain—telah mengubah pola pelaporan keuangan konvensional, khususnya di negara-negara berkembang. Pemanfaatan teknologi ini mendorong otomatisasi, meningkatkan akurasi data, serta memungkinkan akses informasi secara real-time. Jika sebelumnya keterbatasan infrastruktur, regulasi yang tidak konsisten, dan rendahnya literasi digital menjadi kendala utama, kini teknologi justru membuka peluang untuk melampaui praktik tradisional. Contoh penerapan dari M-Pesa (Kenya), GCash (Filipina), Nubank (Brasil), dan Paytm (India) memperlihatkan keberhasilan digitalisasi dalam memperluas inklusi keuangan, mengurangi risiko kecurangan, serta meningkatkan transparansi. Kendati demikian, tantangan tetap ada, terutama terkait keterampilan digital yang belum merata, infrastruktur teknologi yang kurang memadai, dan resistensi budaya organisasi yang menuntut strategi adaptasi yang matang.
Esensi 2: Peran Tata Kelola Perusahaan terhadap Kualitas Pelaporan
Kualitas laporan keuangan sangat ditentukan oleh efektivitas tata kelola perusahaan. Kemandirian dewan direksi maupun komite audit berfungsi untuk meminimalisir potensi bias dan manipulasi, sedangkan sistem pengendalian internal membantu menekan risiko kesalahan serta kecurangan. Berbagai penelitian lintas negara memang menunjukkan hasil yang tidak selalu konsisten, terutama terkait ukuran dewan, keragaman gender, kepemilikan saham, dan intensitas rapat audit. Namun, kesimpulan umum tetap menegaskan bahwa tata kelola yang baik berhubungan positif dengan kualitas pelaporan yang lebih tinggi. Transparansi, akuntabilitas, dan etika yang ditegakkan melalui mekanisme governance menjadi pilar penting untuk menjaga kepercayaan pemangku kepentingan terhadap integritas informasi finansial.
Esensi 3: Pendekatan Multi-Dimensi dalam Mengukur Kualitas Pelaporan
Kualitas pelaporan keuangan tidak dapat dinilai hanya dengan satu ukuran, melainkan perlu pendekatan multi-dimensi. Aspek mendasar mencakup relevansi serta representasi yang andal, sedangkan aspek pendukung meliputi keterbandingan, keterpahaman, verifiabilitas, dan ketepatan waktu. Untuk mengukurnya, berbagai metode digunakan, mulai dari model akrual, skor kualitas laporan, indeks pengendalian internal, hingga model Beneish untuk mendeteksi manipulasi. Karena tidak ada satu proksi yang sepenuhnya ideal, penelitian umumnya menggunakan kombinasi beberapa ukuran agar hasil lebih komprehensif. Faktor penentu kualitas sendiri cukup beragam, antara lain praktik manajemen laba, standar akuntansi, audit, budaya organisasi, reputasi perusahaan, hingga peran eksekutif. Hal ini menandakan perlunya riset lanjutan dengan cakupan lebih luas, termasuk melibatkan perusahaan non-publik dan UMKM, agar diperoleh pemahaman menyeluruh tentang dinamika kualitas pelaporan keuangan.
Esensi Penting:
1. Transformasi digital (AI, cloud, blockchain) meningkatkan akurasi, kecepatan, dan transparansi laporan keuangan.
2. Teknologi digital memperkuat akuntabilitas dengan mencegah kecurangan, meningkatkan akses data, dan membangun kepercayaan stakeholder.
3. Tantangan utama di negara berkembang: literasi digital rendah, infrastruktur lemah, regulasi belum seragam, dan risiko keamanan data.
2) Financial Reporting Quality: A Literature Review (1.pdf)
Esensi Penting:
1. Kualitas pelaporan keuangan ditentukan oleh relevansi, representasi setia, reliabilitas, komparabilitas, keterpahaman, dan ketepatan waktu.
2. Faktor yang memengaruhi: manajemen laba, tata kelola, standar akuntansi, teknologi informasi, audit, reputasi perusahaan, etika, dan karakteristik manajemen.
3. Banyak penelitian masih terbatas: sampel kecil, data minim di negara berkembang, dan kurang memperhatikan perusahaan non-terdaftar/UMKM.
3) IJEBMR_1436.pdf (Journal of Economics, Business and Management Research – file 1436)
Esensi Penting:
1. Artikel membahas hubungan antara pelaporan keuangan dengan praktik tata kelola perusahaan di berbagai konteks.
2. Ditekankan bahwa laporan keuangan yang transparan menjadi dasar pengambilan keputusan investor dan stabilitas pasar.
3. Perlu peningkatan standar akuntansi internasional dan penerapan teknologi agar laporan semakin andal dan sesuai tuntutan global.
Kemajuan teknologi digital—termasuk cloud computing, artificial intelligence, dan teknologi blockchain—tengah mengubah secara mendasar cara pelaporan keuangan dilakukan di negara-negara berkembang. Penerapan teknologi-teknologi ini memfasilitasi pengumpulan informasi secara instan, automasi prosedur pelaporan, serta peningkatan ketepatan data keuangan. Negara berkembang yang sebelumnya menghadapi kendala infrastruktur minim, regulasi tidak seragam, dan tingkat pemahaman digital rendah, kini berpeluang melompati pendekatan tradisional. Contoh implementasi dari platform seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India membuktikan bahwa solusi digital mampu meningkatkan keterbukaan informasi, meminimalkan fraud, dan memperluas akses layanan keuangan. Meski demikian, transformasi ini menghadapi hambatan serius seperti kurangnya kompetensi digital, infrastruktur teknologi yang belum optimal, serta penolakan terhadap perubahan organisasional yang membutuhkan pendekatan menyeluruh untuk penanganannya.
Esensi 2: Tata Kelola Korporat Sebagai Faktor Kunci Kualitas Pelaporan Keuangan
Sistem tata kelola perusahaan memegang peranan penting dalam menjamin mutu pelaporan keuangan melalui berbagai mekanisme. Independensi dewan komisaris dan komite audit berfungsi mengawasi proses pelaporan guna mencegah distorsi dan subjektivitas, sedangkan sistem kontrol internal yang solid meminimalisir kemungkinan kekeliruan dan fraud. Kajian empiris dari berbagai negara menampilkan hasil beragam terkait pengaruh besaran dewan, diversitas gender, struktur kepemilikan, dan intensitas rapat audit terhadap mutu pelaporan. Walaupun temuan seringkali tidak sejalan, kesepakatan umum menekankan bahwa arsitektur tata kelola yang kokoh berhubungan positif dengan pelaporan berkualitas superior. Standar etika, keterbukaan praktik bisnis, dan tanggung jawab yang diterapkan lewat kerangka tata kelola efektif dapat menghambat praktik tidak bermoral dan membangun keyakinan stakeholder terhadap kredibilitas informasi keuangan.
Esensi 3: Evaluasi Kualitas Pelaporan Membutuhkan Metode Multi-Dimensi
Mutu pelaporan keuangan dievaluasi melalui karakteristik kualitatif utama (relevansi dan representasi akurat) serta atribut pelengkap (kemudahan pemahaman, komparabilitas, verifiabilitas, dan kecepatan penyampaian). Teknik pengukuran yang variatif meliputi skor standar, pendekatan berbasis akrual, model Beneish untuk identifikasi manipulasi, indeks sistem kontrol internal, dan level konservatisme akuntansi. Para peneliti belum menemukan kesepakatan mengenai proksi tunggal yang optimal, sehingga riset kerap menggunakan beragam proksi untuk menghasilkan evaluasi menyeluruh. Elemen-elemen yang memengaruhi kualitas mencakup earnings management, pasar modal, sistem pelaporan internal, regulasi akuntansi, teknologi informasi, proses audit, reputasi korporat, budaya organisasi, dan profil eksekutif. Celah dalam literatur mengindikasikan perlunya riset lanjutan dengan sampel lebih luas, cakupan variabel lebih komprehensif, serta inklusi perusahaan non-publik dan UMKM untuk mencapai pemahaman menyeluruh tentang dinamika kualitas pelaporan keuangan.
Kemajuan teknologi digital seperti cloud computing, artificial intelligence, dan blockchain telah mengubah secara signifikan cara pelaporan keuangan dilakukan di negara-negara berkembang. Penerapan teknologi ini memungkinkan proses pengumpulan data secara cepat, otomatisasi sistem pelaporan, serta peningkatan akurasi informasi keuangan. Negara berkembang yang sebelumnya terbatas oleh infrastruktur, regulasi yang belum seragam, dan rendahnya literasi digital kini memiliki kesempatan untuk melampaui metode tradisional. Contohnya dapat dilihat pada penggunaan platform digital seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India yang terbukti mampu meningkatkan transparansi informasi, mengurangi risiko kecurangan, serta memperluas akses terhadap layanan keuangan. Namun, perubahan ini masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan kemampuan digital, infrastruktur teknologi yang belum memadai, serta resistensi terhadap perubahan organisasi yang menuntut strategi penanganan secara menyeluruh.
Esensi 2: Tata Kelola Perusahaan Sebagai Penentu Utama Kualitas Pelaporan Keuangan
Tata kelola perusahaan yang baik memiliki peran penting dalam menjaga keandalan pelaporan keuangan melalui berbagai mekanisme pengawasan. Independensi dewan komisaris dan komite audit membantu memastikan proses pelaporan berjalan objektif dan bebas dari manipulasi, sedangkan sistem pengendalian internal yang kuat berfungsi untuk mencegah kesalahan dan kecurangan. Berbagai penelitian internasional menunjukkan hasil yang berbeda-beda mengenai pengaruh ukuran dewan, keberagaman gender, struktur kepemilikan, dan frekuensi rapat audit terhadap kualitas laporan keuangan. Walaupun tidak selalu konsisten, terdapat kesepahaman bahwa tata kelola yang kokoh berkontribusi positif terhadap mutu pelaporan. Etika bisnis, keterbukaan informasi, serta tanggung jawab yang diterapkan melalui sistem tata kelola yang efektif dapat mengurangi praktik tidak etis dan memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan terhadap kredibilitas laporan keuangan.
Esensi 3: Penilaian Kualitas Pelaporan Keuangan Membutuhkan Pendekatan Multi-Dimensi
Kualitas pelaporan keuangan dinilai berdasarkan karakteristik utama seperti relevansi dan ketepatan penyajian, serta atribut tambahan seperti kemudahan dipahami, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, dan ketepatan waktu. Beragam metode digunakan dalam pengukurannya, termasuk skor standar, pendekatan akrual, model Beneish untuk mendeteksi manipulasi, indeks kontrol internal, serta tingkat konservatisme akuntansi. Karena belum ada kesepakatan mengenai satu metode terbaik, banyak penelitian menggunakan berbagai ukuran untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pelaporan mencakup manajemen laba, kondisi pasar modal, sistem pelaporan internal, regulasi akuntansi, penerapan teknologi informasi, proses audit, reputasi perusahaan, budaya organisasi, hingga profil eksekutif. Masih adanya kesenjangan dalam penelitian menunjukkan perlunya studi lanjutan dengan sampel yang lebih luas, variabel yang lebih beragam, serta keterlibatan perusahaan non-publik dan UMKM agar diperoleh pemahaman yang lebih utuh mengenai dinamika kualitas pelaporan keuangan.
Transformasi Digital dalam Pelaporan Keuangan di Pasar Berkembang
Perkembangan teknologi digital seperti cloud computing, artificial intelligence, dan blockchain telah mengubah sistem pelaporan keuangan tradisional, terutama di negara-negara berkembang. Teknologi ini memfasilitasi otomasi proses, meningkatkan keandalan data, dan memungkinkan akses informasi secara langsung. Meskipun sebelumnya keterbatasan infrastruktur, inkonsistensi regulasi, dan rendahnya penguasaan teknologi masyarakat menjadi hambatan utama, kini teknologi membuka kesempatan untuk melampaui cara-cara konvensional.
Platform seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India membuktikan kesuksesan digitalisasi dalam memperluas jangkauan layanan keuangan, meminimalkan risiko penipuan, dan meningkatkan keterbukaan informasi. Namun demikian, tantangan masih tetap ada, mencakup distribusi keterampilan digital yang tidak merata, kapasitas infrastruktur teknologi yang terbatas, serta keengganan organisasi terhadap perubahan, yang memerlukan strategi adaptasi yang matang dan terencana.
Peran Tata Kelola Perusahaan terhadap Kualitas Pelaporan
Kualitas laporan keuangan sangat bergantung pada efektivitas sistem tata kelola perusahaan. Independensi dewan direksi dan komite audit berperan dalam meminimalkan kemungkinan bias dan manipulasi data, sementara sistem pengendalian internal yang kuat membantu mengurangi risiko kesalahan dan kecurangan.
Meskipun penelitian lintas negara menunjukkan hasil yang beragam mengenai faktor-faktor seperti ukuran dewan, keragaman gender, struktur kepemilikan, dan frekuensi pertemuan audit, kesimpulan umum tetap konsisten: tata kelola yang efektif berkorelasi positif dengan kualitas pelaporan yang lebih baik. Transparansi, akuntabilitas, dan nilai etika yang diterapkan melalui mekanisme tata kelola menjadi fondasi penting dalam mempertahankan kepercayaan stakeholder terhadap kredibilitas informasi keuangan.
Pendekatan Multi-Dimensi dalam Mengukur Kualitas Pelaporan
Penilaian kualitas pelaporan keuangan memerlukan pendekatan multi-dimensi, bukan hanya satu ukuran tunggal. Aspek fundamental mencakup relevansi dan keandalan representasi, sementara aspek pendukung meliputi komparabilitas, pemahaman, verifiabilitas, dan ketepatan waktu penyajian.
Berbagai metode pengukuran digunakan, termasuk model akrual, skor kualitas laporan, indeks pengendalian internal, dan model Beneish untuk deteksi manipulasi. Karena tidak ada proksi yang sepenuhnya sempurna, penelitian biasanya menggabungkan beberapa teknik pengukuran untuk hasil yang lebih menyeluruh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelaporan sangat beragam, mulai dari praktik manajemen laba, standar akuntansi, audit, budaya organisasi, reputasi perusahaan, hingga kualitas kepemimpinan eksekutif. Hal ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas, termasuk perusahaan non-publik dan UMKM, untuk memahami secara komprehensif dinamika yang membentuk kualitas pelaporan keuangan.
NPM : 2513031028
Esensi 1: Transformasi Digital Mengubah Fundamental Pelaporan Keuangan di Negara Berkembang
Gelombang revolusi digital kini secara fundamental merombak cara pelaporan keuangan dijalankan, terutama di negara-negara berkembang. Pemanfaatan teknologi canggih seperti cloud computing, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi blockchain telah memfasilitasi peningkatan dramatis dalam efisiensi dan keandalan data.
Inovasi ini memungkinkan:
Pengumpulan Informasi Instan: Data dapat dikumpulkan dan diproses secara real-time.
Automasi Proses: Prosedur pelaporan yang dulunya manual kini terotomasi, mengurangi beban kerja dan potensi human error.
Peningkatan Ketepatan Data: Akurasi data keuangan meningkat signifikan.
Negara berkembang, yang sebelumnya terkendala oleh infrastruktur yang minim, regulasi yang tidak seragam, dan tingkat literasi digital yang relatif rendah, kini berkesempatan untuk melompati (leapfrog) pendekatan akuntansi tradisional yang ketinggalan zaman. Bukti nyatanya terlihat pada implementasi platform keuangan digital seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India. Solusi digital ini terbukti mampu meningkatkan keterbukaan (transparansi) informasi, meminimalkan risiko fraud, dan secara substansial memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat.
Meskipun potensi transformasinya luar biasa, proses ini menghadapi sejumlah hambatan serius. Tantangan utama meliputi kurangnya kompetensi dan talenta digital di kalangan tenaga kerja, infrastruktur teknologi yang belum optimal dan merata, serta penolakan terhadap perubahan organisasional dari pihak internal. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan terstruktur dari pemerintah, regulator, dan sektor swasta.
Esensi 2: Tata Kelola Korporat sebagai Pilar Utama Kualitas Pelaporan Keuangan
Sistem tata kelola perusahaan (Corporate Governance) memainkan peran sentral dan krusial dalam menjamin mutu dan integritas dari pelaporan keuangan. Tata kelola yang baik bertindak sebagai arsitektur pengawasan yang kuat melalui beberapa mekanisme utama:
Independensi Pengawasan: Adanya dewan komisaris dan komite audit yang independen berfungsi untuk mengawasi secara ketat seluruh proses pelaporan. Tujuannya adalah mencegah distorsi, bias, atau subjektivitas dalam penyajian data, sehingga informasi yang dihasilkan bersifat objektif.
Kontrol Internal yang Solid: Penerapan sistem kontrol internal yang efektif menjadi benteng pertahanan pertama untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kekeliruan, inefisiensi, dan fraud.
Meskipun kajian empiris dari berbagai negara menghasilkan temuan yang beragam mengenai dampak spesifik dari faktor seperti besaran dewan, diversitas gender, struktur kepemilikan, dan intensitas rapat audit terhadap mutu pelaporan, terdapat kesepakatan umum yang kuat. Kesepakatan tersebut menekankan bahwa arsitektur tata kelola yang kokoh dan bertanggung jawab secara konsisten berkorelasi positif dengan pelaporan keuangan yang berkualitas superior. Dengan menegakkan standar etika yang tinggi, keterbukaan praktik bisnis, dan akuntabilitas melalui kerangka tata kelola yang efektif, perusahaan dapat menghambat praktik tidak bermoral (unethical practices) dan yang terpenting, membangun serta memelihara keyakinan (trust) stakeholder terhadap kredibilitas informasi keuangan yang disajikan.
Esensi 3: Evaluasi Kualitas Pelaporan Keuangan Menuntut Pendekatan Multi-Dimensi
Evaluasi terhadap mutu pelaporan keuangan merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan pengukuran dari berbagai sudut pandut. Kualitas ini dinilai berdasarkan:
Karakteristik Kualitatif Utama (Fundamental): Yaitu relevansi (kemampuan data mempengaruhi keputusan pengguna) dan representasi akurat (faithful representation).
Atribut Pelengkap (Enhancing): Meliputi kemudahan pemahaman (understandability), komparabilitas (kemudahan membandingkan antar perusahaan/periode), verifiabilitas, dan kecepatan penyampaian (timeliness).
Untuk mengukur atribut-atribut ini, para peneliti menggunakan teknik pengukuran yang variatif, antara lain:
Skor Standar: Pengukuran berbasis kriteria tertentu.
Pendekatan Berbasis Akrual: Untuk menilai potensi earnings management.
Model Beneish: Digunakan secara khusus untuk mengidentifikasi kemungkinan manipulasi laba.
Indeks Sistem Kontrol Internal: Untuk menilai efektivitas pengendalian.
Level Konservatisme Akuntansi: Sejauh mana perusahaan cenderung berhati-hati dalam mengakui pendapatan dan beban.
Karena hingga saat ini belum ada konsensus di kalangan akademisi mengenai proksi tunggal yang optimal, riset umumnya mengambil pendekatan multi-proksi. Ini dilakukan untuk menghasilkan evaluasi yang lebih menyeluruh dan komprehensif.
Elemen-elemen yang diketahui sangat memengaruhi kualitas ini sangat luas, mencakup: praktik earnings management, respons pasar modal, sistem pelaporan internal, regulasi akuntansi yang berlaku, kemampuan teknologi informasi, kualitas proses audit, reputasi korporat, budaya organisasi, dan bahkan profil serta insentif eksekutif.
Celah dalam literatur saat ini mengindikasikan bahwa masih diperlukan riset lanjutan yang lebih mendalam. Riset di masa depan harus menggunakan sampel yang lebih luas, mencakup variabel yang lebih komprehensif, dan yang terpenting, menginklusi perusahaan non-publik dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Inklusi ini sangat penting untuk mencapai pemahaman yang benar-benar menyeluruh mengenai dinamika kompleks dari kualitas pelaporan keuangan di seluruh spektrum bisnis.
2. Tata kelola perusahaan berperan penting dalam menjamin kualitas pelaporan keuangan melalui pengawasan dewan dan komite audit, pengendalian internal yang efektif, serta penegakan etika dan transparansi. Meski hasil penelitian bervariasi pada beberapa aspek tata kelola, konsensus menunjukkan korelasi positif antara tata kelola yang kuat dan mutu pelaporan.
3. Pengukuran kualitas pelaporan keuangan membutuhkan pendekatan multi-dimensi dengan berbagai metode dan indikator, karena belum ada proksi tunggal yang sempurna. Faktor yang memengaruhi kualitas mencakup praktik manajemen, sistem pelaporan, teknologi, serta karakteristik organisasi. Penelitian lebih luas dan inklusif diperlukan untuk memahami kompleksitas kualitas laporan keuangan secara menyeluruh.
NPM: 2513031025
1. The Impact of Digital Transformation on Financial Reporting and Accountability in Emerging Markets
Artikel ini menjelaskan bagaimana transformasi digital mengubah sistem pelaporan keuangan di negara berkembang. Penggunaan teknologi seperti AI, blockchain, cloud computing, dan big data mempercepat pengolahan data, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan transparansi laporan keuangan.
Contoh sukses digitalisasi ditunjukkan oleh M-Pesa (Kenya), GCash (Filipina), Nubank (Brasil), dan Paytm (India), yang berhasil memanfaatkan teknologi untuk memperkuat akuntabilitas finansial.
Namun, masih terdapat hambatan seperti rendahnya literasi digital, keterbatasan infrastruktur, serta resistensi terhadap perubahan. Penulis menekankan perlunya investasi pendidikan digital, kerja sama pemerintah dan sektor swasta, serta regulasi yang adaptif agar digitalisasi benar-benar meningkatkan transparansi dan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan.
2. Financial Reporting Quality: A Literature Review
Artikel ini meninjau berbagai penelitian tentang kualitas pelaporan keuangan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Laporan yang berkualitas harus relevan, andal, dapat dibandingkan, mudah dipahami, tepat waktu, dan jujur dalam menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan.
Beberapa faktor yang sangat memengaruhi kualitas laporan di antaranya:
• Manajemen laba, yang dapat menurunkan kualitas laporan;
• Tata kelola perusahaan dan komite audit yang independen, yang justru meningkatkan transparansi;
• Standar akuntansi (IFRS & US GAAP);
• Sistem pengendalian internal dan teknologi informasi;
• Serta etika dan budaya organisasi yang baik.
Penulis juga menjelaskan beberapa metode pengukuran kualitas pelaporan, seperti model berbasis akrual, model Beneish (M-score), dan pengukuran sistem pengendalian internal. Intinya, laporan keuangan yang baik tidak hanya soal angka, tetapi juga mencerminkan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab perusahaan.
3. Corporate Governance and Financial Reporting Quality
Artikel ini menguraikan hubungan antara tata kelola perusahaan (corporate governance) dan kualitas pelaporan keuangan. Perusahaan dengan tata kelola yang baik memiliki sistem pengawasan yang efektif, komite audit independen, serta kebijakan etika dan transparansi yang mencegah manipulasi laporan.
Tata kelola yang kuat juga memastikan kepatuhan terhadap standar pelaporan seperti GAAP dan IFRS, menjaga kepercayaan investor, dan mendorong keberlanjutan jangka panjang.
Artikel ini menggunakan beberapa teori seperti Agency Theory, Stewardship Theory, Stakeholder Theory, dan Resource-Based View, untuk menjelaskan bahwa pelaporan yang baik tidak hanya tanggung jawab manajer kepada pemilik saham, tetapi juga kepada masyarakat luas.
Menyoroti bagaimana transformasi digital secara signifikan mengubah cara pelaporan keuangan dan akuntabilitas dijalankan di negara-negara berkembang. Penerapan teknologi modern seperti cloud computing, kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan analisis data besar berperan penting dalam meningkatkan transparansi, efisiensi, serta kepercayaan pemangku kepentingan terhadap laporan keuangan. Digitalisasi juga memungkinkan penyusunan laporan secara real-time, mengurangi risiko kesalahan manusia, mempercepat proses audit, dan memperkuat kepatuhan terhadap standar pelaporan internasional (IFRS).
Meskipun demikian, penelitian ini juga menggarisbawahi berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses transformasi tersebut, antara lain rendahnya tingkat literasi digital, keterbatasan infrastruktur, resistensi terhadap perubahan di dalam organisasi, serta lemahnya sistem regulasi di sejumlah negara berkembang. Untuk mengatasi hambatan ini, penulis menekankan pentingnya investasi dalam pendidikan dan pelatihan digital, pembangunan infrastruktur teknologi yang memadai, penguatan kebijakan dan regulasi, serta pembentukan budaya organisasi yang terbuka terhadap inovasi.
Melalui studi kasus seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India, jurnal ini membuktikan bahwa adopsi teknologi digital dapat menjadi instrumen efektif dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas keuangan. Keberhasilan platform-platform tersebut menunjukkan bahwa dengan dukungan regulasi yang tepat, peningkatan literasi digital, serta penerapan teknologi yang inklusif, negara berkembang dapat membangun sistem pelaporan keuangan yang lebih kredibel, efisien, dan terpercaya.
“Financial Reporting Quality: A Literature Review”
Kualitas pelaporan keuangan memiliki peran sentral dalam menciptakan transparansi dan akuntabilitas, sekaligus membantu investor dan pihak terkait dalam mengambil keputusan yang tepat. Berdasarkan standar akuntansi internasional seperti FASB dan IASB, laporan keuangan yang berkualitas tinggi harus memenuhi prinsip relevansi, representasi yang setia (faithful representation), keterbandingan, verifiabilitas, ketepatan waktu, serta kemudahan pemahaman. Sejumlah aspek yang terbukti berpengaruh terhadap kualitas pelaporan di antaranya meliputi manajemen laba, praktik tata kelola perusahaan, efektivitas pengendalian dan sistem pelaporan internal, penerapan standar akuntansi, pemanfaatan teknologi informasi, proses audit, konservatisme akuntansi, reputasi perusahaan, budaya dan etika bisnis, hingga karakteristik pimpinan seperti CEO dan dewan direksi.
Dalam menilai kualitas pelaporan, berbagai pendekatan digunakan, antara lain model akrual (accrual-based models), skor standar, indeks pengendalian internal, model Beneish M-Score, serta pengukuran tingkat konservatisme akuntansi. Beragam metode tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana laporan keuangan mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan secara akurat dan memberikan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan. Namun, penulis juga mencatat adanya keterbatasan dalam penelitian terdahulu, seperti ukuran sampel yang kecil, kurangnya data dari negara berkembang, serta minimnya studi yang melibatkan perusahaan non-terdaftar maupun usaha kecil dan menengah (UKM).
“Corporate Governance and Financial Reporting Quality”
Hubungan antara tata kelola perusahaan (corporate governance) dan kualitas pelaporan keuangan (financial reporting quality) melalui kajian berbagai penelitian yang diterbitkan antara tahun 2013 hingga 2023. Penelitian ini menegaskan bahwa penerapan tata kelola yang baik berperan penting dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, karena menciptakan transparansi, akuntabilitas, serta mencegah praktik manipulatif seperti manajemen laba. Tata kelola yang efektif ditandai dengan independensi dewan dan komite audit, sistem pengendalian internal yang kuat, etika serta akuntabilitas manajemen, kualitas audit eksternal yang baik, dan kepatuhan terhadap standar akuntansi internasional seperti GAAP dan IFRS. Faktor-faktor tersebut mampu menekan asimetri informasi dan memastikan laporan keuangan mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan secara jujur dan objektif.
Secara teoritis, penelitian ini berlandaskan enam teori utama, yaitu agency theory, stewardship theory, stakeholder theory, resource-based view theory, core competencies theory, dan transaction cost theory, yang bersama-sama menjelaskan bagaimana mekanisme pengawasan dan pengendalian dalam tata kelola dapat memperkuat kualitas informasi keuangan. Hasil kajian empiris dari berbagai negara menunjukkan temuan yang beragam—misalnya, ukuran dewan, frekuensi rapat, keberagaman gender, serta independensi komite audit dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kualitas pelaporan. Namun, sebagian besar penelitian sepakat bahwa struktur tata kelola yang baik secara signifikan meningkatkan kredibilitas dan keandalan laporan keuangan.
Selain itu, jurnal ini juga mengidentifikasi adanya kesenjangan penelitian, seperti dominannya penggunaan manajemen laba sebagai satu-satunya proksi kualitas pelaporan, serta kurangnya studi yang memasukkan variabel moderasi untuk memperjelas hubungan antara tata kelola dan kualitas pelaporan keuangan. Kesimpulannya, tata kelola perusahaan yang baik menjadi landasan utama bagi pelaporan keuangan yang transparan, akurat, dan dapat dipercaya, yang pada akhirnya memperkuat kepercayaan investor dan stabilitas pasar keuangan secara keseluruhan.
Nama :Hendra Ihya Purnama
NPM : 2513041075
Esensi 1: Transformasi Digital Mengubah Fundamental Pelaporan Keuangan di Pasar Berkembang
Teknologi digital seperti komputasi awan, kecerdasan buatan, dan blockchain sedang merombak praktik pelaporan keuangan tradisional di negara berkembang. Adopsi teknologi ini memungkinkan pengumpulan data secara real-time, otomasi proses pelaporan, dan peningkatan akurasi informasi finansial. Negara berkembang yang sebelumnya terhambat oleh infrastruktur terbatas, inkonsistensi regulasi, dan literasi digital rendah kini memiliki peluang untuk melampaui metode konvensional. Studi kasus dari M-Pesa (Kenya), GCash (Filipina), Nubank (Brasil), dan Paytm (India) menunjukkan bahwa platform digital berhasil meningkatkan transparansi, mengurangi penipuan, dan memperluas inklusi keuangan. Namun, perjalanan ini menghadapi tantangan signifikan seperti keterbatasan keterampilan digital, infrastruktur teknologi yang belum memadai, dan resistensi terhadap perubahan organisasi yang memerlukan strategi komprehensif untuk mengatasinya.
Esensi 2: Tata Kelola Perusahaan Sebagai Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan
Mekanisme tata kelola korporat memainkan peran krusial dalam memastikan kualitas pelaporan keuangan melalui berbagai jalur. Kemandirian dewan direksi dan komite audit mengawasi proses pelaporan untuk mencegah manipulasi dan bias, sementara pengendalian internal yang efektif mengurangi risiko kesalahan dan kecurangan. Penelitian empiris dari berbagai negara menunjukkan hasil yang bervariasi mengenai dampak ukuran dewan, keberagaman gender, konsentrasi kepemilikan, dan frekuensi pertemuan audit terhadap kualitas pelaporan. Meskipun temuan kadang kontradiktif, konsensus umum menegaskan bahwa struktur tata kelola yang kuat berkorelasi positif dengan pelaporan berkualitas tinggi. Standar etika, transparansi praktik, dan akuntabilitas yang ditegakkan melalui kerangka tata kelola efektif mampu menghambat praktik tidak etis dan membangun kepercayaan pemangku kepentingan terhadap integritas informasi finansial.
Esensi 3: Pengukuran Kualitas Pelaporan Memerlukan Pendekatan Multi-Dimensi
Kualitas pelaporan keuangan diukur melalui karakteristik kualitatif fundamental (relevansi dan representasi tepercaya) serta karakteristik pendukung (dapat dipahami, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, dan ketepatan waktu). Metode pengukuran yang beragam mencakup skor terstandarisasi, model berbasis akrual, model Beneish untuk deteksi manipulasi, indeks pengendalian internal, dan tingkat konservatisme akuntansi. Peneliti belum mencapai konsensus tentang proksi tunggal yang ideal, sehingga studi sering menggunakan multiple proxies untuk hasil yang komprehensif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas mencakup manajemen laba, pasar modal, sistem pelaporan internal, standar akuntansi, teknologi informasi, audit, reputasi perusahaan, budaya organisasi, dan karakteristik eksekutif. Kesenjangan dalam literatur menunjukkan kebutuhan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar, cakupan variabel lebih luas, dan integrasi perusahaan non-publik serta usaha kecil menengah untuk pemahaman holistik tentang dinamika kualitas pelaporan finansial.
Nama: Mita Amelia
Npm: 2513031085
RESUME 3 ESENSI PENTING DARI 3 JURNAL
Esensi 1: Transformasi Digital Mengubah Fundamental Pelaporan Keuangan di Pasar Berkembang
Perkembangan teknologi digital seperti komputasi awan (cloud computing), kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan teknologi blockchain telah membawa perubahan mendasar terhadap sistem pelaporan keuangan di negara-negara berkembang. Inovasi ini memungkinkan pengumpulan dan pengolahan data secara real-time, otomatisasi proses akuntansi, serta peningkatan ketepatan dan transparansi informasi keuangan.
Negara berkembang yang sebelumnya menghadapi keterbatasan infrastruktur, regulasi yang tidak seragam, serta rendahnya literasi digital kini memperoleh peluang untuk mempercepat modernisasi sistem pelaporan mereka. Contoh keberhasilan seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India menunjukkan bahwa digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi, memperluas inklusi keuangan, dan menekan potensi kecurangan. Namun, transformasi digital juga menghadirkan tantangan baru seperti kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi teknologi, keterbatasan akses infrastruktur digital, serta resistensi organisasi terhadap perubahan. Untuk mengatasinya, diperlukan strategi transformasi digital yang terintegrasi, termasuk pelatihan sumber daya manusia, peningkatan sistem keamanan data, serta adaptasi regulasi agar implementasi pelaporan keuangan berbasis digital dapat berjalan optimal dan berkelanjutan.
Esensi 2: Tata Kelola Perusahaan Sebagai Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan
Tata kelola perusahaan (corporate governance) berperan penting dalam menjaga keandalan dan kredibilitas laporan keuangan. Mekanisme tata kelola seperti independensi dewan direksi dan efektivitas komite audit berfungsi mengawasi proses pelaporan agar terhindar dari manipulasi serta bias informasi. Selain itu, sistem pengendalian internal yang kuat membantu mengurangi potensi kesalahan, penyimpangan, dan kecurangan yang dapat merugikan pemangku kepentingan.
Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa aspek seperti ukuran dewan, keberagaman gender, kepemilikan saham, dan frekuensi rapat audit memiliki hubungan yang bervariasi terhadap kualitas laporan keuangan. Meskipun demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa struktur tata kelola yang baik memiliki korelasi positif dengan pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi. Penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan (fairness) merupakan kunci utama dalam memastikan kejujuran pelaporan keuangan. Tata kelola yang efektif bukan hanya sekadar memenuhi kepatuhan hukum, tetapi juga membangun budaya etis perusahaan yang dapat memperkuat reputasi dan kepercayaan publik terhadap integritas informasi finansial yang disajikan.
Esensi 3: Pengukuran Kualitas Pelaporan Memerlukan Pendekatan Multi-Dimensi
Kualitas pelaporan keuangan tidak dapat diukur hanya dengan satu indikator tunggal, melainkan membutuhkan pendekatan multi-dimensi yang mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif. Secara konseptual, kualitas pelaporan dinilai berdasarkan karakteristik kualitatif fundamental seperti relevansi dan representasi yang jujur, serta karakteristik pendukung seperti dapat dipahami, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, dan ketepatan waktu.
Beragam metode digunakan untuk menilai kualitas pelaporan, misalnya melalui model akrual diskresioner, Beneish M-Score untuk mendeteksi manipulasi laba, indeks pengendalian internal, serta pengukuran tingkat konservatisme akuntansi. Karena belum ada metode tunggal yang dianggap paling ideal, banyak peneliti menggunakan beberapa indikator (multiple proxies) agar hasil penelitian lebih akurat dan menyeluruh. Kualitas pelaporan keuangan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk praktik manajemen laba, sistem pelaporan internal, standar akuntansi yang diterapkan, kualitas audit eksternal, reputasi perusahaan, budaya organisasi, dan karakteristik eksekutif. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan adopsi sistem pelaporan digital semakin memengaruhi kecepatan serta keandalan pelaporan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lanjutan yang mencakup perusahaan non-publik dan UMKM agar pemahaman terhadap dinamika kualitas pelaporan keuangan menjadi lebih komprehensif dan representatif terhadap kondisi ekonomi yang sesungguhnya.
Perkembangan teknologi digital seperti cloud computing, artificial intelligence (AI), dan blockchain telah merevolusi paradigma pelaporan keuangan, terutama di negara-negara berkembang. Implementasi teknologi tersebut memungkinkan proses pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian data keuangan dilakukan secara lebih efisien, akurat, dan real-time. Otomatisasi dalam sistem pelaporan tidak hanya mempercepat penyampaian informasi, tetapi juga meningkatkan reliabilitas serta transparansi laporan keuangan.
Negara berkembang, yang sebelumnya menghadapi keterbatasan infrastruktur, regulasi yang belum seragam, serta rendahnya tingkat literasi digital, kini memperoleh peluang untuk melakukan lompatan inovatif melampaui praktik konvensional. Pemanfaatan platform keuangan digital seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India merupakan contoh nyata bagaimana teknologi dapat meningkatkan transparansi informasi keuangan, mengurangi risiko kecurangan, serta memperluas akses terhadap layanan keuangan formal.
Namun demikian, transformasi digital ini masih menghadapi sejumlah kendala struktural, seperti keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi, infrastruktur digital yang belum merata, serta resistensi terhadap perubahan organisasi. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi transformasi digital dalam sistem pelaporan keuangan memerlukan strategi kebijakan yang komprehensif, mencakup aspek peningkatan kapasitas digital, pembangunan infrastruktur yang memadai, serta penyesuaian regulasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi.
2. Peran Tata Kelola Perusahaan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Kualitas pelaporan keuangan sangat bergantung pada efektivitas penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance). Independensi dewan direksi dan komite audit berperan strategis dalam mengurangi potensi bias, manipulasi, serta praktik earnings management, sementara sistem pengendalian internal yang kuat berfungsi sebagai mekanisme utama untuk mencegah kesalahan dan kecurangan dalam proses pelaporan.
Hasil penelitian lintas negara menunjukkan variasi pengaruh faktor-faktor tata kelola—seperti ukuran dewan, keragaman gender, struktur kepemilikan, dan frekuensi pertemuan audit—terhadap kualitas laporan keuangan. Meskipun demikian, kesimpulan umum yang dapat diambil ialah bahwa tata kelola perusahaan yang efektif berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas pelaporan keuangan.
Transparansi, akuntabilitas, serta penerapan nilai-nilai etika melalui mekanisme tata kelola menjadi landasan penting dalam menjaga kepercayaan pemangku kepentingan terhadap kredibilitas informasi keuangan. Dengan demikian, tata kelola yang baik tidak hanya berperan sebagai alat pengawasan internal, tetapi juga sebagai instrumen strategis dalam memperkuat legitimasi dan reputasi perusahaan di mata publik serta pasar modal.
3. Pendekatan Multidimensi dalam Evaluasi Kualitas Pelaporan Keuangan
Evaluasi terhadap kualitas pelaporan keuangan merupakan proses yang kompleks dan multidimensional, yang menuntut pengukuran dari berbagai aspek penyajian informasi. Secara umum, kualitas pelaporan keuangan dinilai berdasarkan dua kelompok utama, yaitu:
1. Karakteristik Kualitatif Utama (Fundamental Qualitative Characteristics), meliputi relevansi—yakni sejauh mana informasi keuangan mampu memengaruhi keputusan ekonomi pengguna—dan representasi akurat (faithful representation), yaitu kesesuaian antara informasi dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya.
2. Karakteristik Pelengkap (Enhancing Qualitative Characteristics), mencakup kemudahan pemahaman (understandability), komparabilitas (kemampuan dibandingkan antarentitas dan antarperiode), verifiabilitas, serta ketepatan waktu (timeliness).
Dalam praktik penelitian empiris, berbagai pendekatan digunakan untuk mengukur atribut-atribut tersebut, antara lain:
Skor Standar, yaitu pengukuran berdasarkan kriteria tertentu;
Pendekatan Berbasis Akrual, untuk menilai indikasi praktik earnings management;
Model Beneish, digunakan dalam mendeteksi potensi manipulasi laba;
Indeks Pengendalian Internal, untuk menilai efektivitas mekanisme pengawasan; serta
Tingkat Konservatisme Akuntansi, yang mengukur kehati-hatian perusahaan dalam pengakuan pendapatan dan beban.
Hingga saat ini, belum terdapat konsensus akademik mengenai satu proksi tunggal yang paling tepat dalam mengukur kualitas pelaporan keuangan. Oleh karena itu, pendekatan multi-proksi banyak digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif dan representatif terhadap kondisi aktual pelaporan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pelaporan keuangan juga beragam, antara lain praktik earnings management, reaksi pasar modal, efektivitas sistem pelaporan internal, kualitas audit eksternal, regulasi akuntansi yang berlaku, kemampuan teknologi informasi, reputasi korporasi, budaya organisasi, serta karakteristik dan insentif eksekutif.
Kesenjangan dalam literatur terkini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas, melibatkan variabel yang lebih kompleks, serta mempertimbangkan entitas non-publik dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Inklusi sektor ini sangat penting untuk membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai dinamika kualitas pelaporan keuangan di seluruh spektrum kegiatan ekonomi.
NPM:2513031080
Berdasarkan tiga esensi penting dalam 3 artikel
1. Dampak Transformasi Digital pada Pelaporan Keuangan
Teknologi digital seperti cloud computing, AI, dan blockchain secara mendasar mengubah cara perusahaan di negara berkembang melakukan pelaporan keuangan. Teknologi ini memungkinkan pengumpulan data secara real-time, otomatisasi, dan akurasi yang lebih baik. Meskipun ada tantangan seperti kurangnya keterampilan digital dan infrastruktur yang belum memadai, platform digital seperti M-Pesa dan GCash telah berhasil meningkatkan transparansi dan inklusi keuangan.
2. Peran Tata Kelola Perusahaan dalam Kualitas Laporan Keuangan
Tata kelola perusahaan yang baik sangat penting untuk memastikan laporan keuangan berkualitas tinggi. Independensi dewan direksi dan komite audit, serta sistem pengendalian internal yang efektif, membantu mencegah penipuan dan kesalahan. Meskipun penelitian menunjukkan hasil yang beragam, konsensusnya adalah bahwa struktur tata kelola yang kuat yang didukung oleh etika, transparansi, dan akuntabilitas meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan terhadap informasi finansial.
3. Pengukuran Kualitas Pelaporan yang Kompleks
Kualitas laporan keuangan diukur menggunakan beberapa kriteria, yaitu karakteristik kualitatif dasar (relevansi dan representasi yang dapat dipercaya) serta pendukungnya (mudah dipahami, dapat dibandingkan, dan tepat waktu). Ada banyak metode pengukuran, seperti skor terstandarisasi atau model deteksi manipulasi. Karena belum ada satu proksi yang ideal, para peneliti sering menggunakan beberapa proksi sekaligus. Kualitas pelaporan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari manajemen perusahaan, sistem internal, hingga reputasi perusahaan.
Jurnal “Financial Reporting Quality: A Literature Review” karya Dr. Siriyama Kanthi Herath dan Norah Albarqi membahas berbagai penelitian tentang faktor yang memengaruhi serta cara menilai kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode tinjauan pustaka dari dua puluh empat sumber terbitan tahun 2009–2015 dan menyoroti pentingnya laporan keuangan yang relevan, andal, mudah dipahami, dapat dibandingkan, tepat waktu, dan jujur menggambarkan kondisi perusahaan. Kualitas pelaporan keuangan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti praktik manajemen laba, tata kelola perusahaan, sistem pengendalian internal, standar akuntansi, audit, etika bisnis, reputasi perusahaan, budaya, dan teknologi informasi. Semakin baik tata kelola, etika, dan sistem pengendalian, semakin tinggi pula keandalan laporan keuangan. Berbagai metode digunakan untuk menilai kualitas pelaporan, seperti model akrual, Beneish M-Score untuk mendeteksi manipulasi laba, dan penilaian berbasis skor terhadap karakteristik laporan. Namun, penelitian sebelumnya masih terbatas pada sampel kecil dan sering berfokus pada perusahaan di negara maju. Kesimpulannya, kualitas pelaporan keuangan sangat penting untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan investor. Diperlukan penelitian lanjutan dengan cakupan yang lebih luas dan mempertimbangkan aspek non-keuangan agar hasilnya lebih komprehensif.
Jurnal “Corporate Governance and Financial Reporting Quality” karya Olatunde Omotayo Abiodun, Tunji Trimisiu Siyanbola, dan Amos Adejare Aderibigbe (2024) membahas bagaimana tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini menjelaskan bahwa tata kelola yang baik melalui dewan direksi independen, sistem pengendalian internal, audit yang berkualitas, serta penerapan etika dapat meningkatkan transparansi dan keandalan laporan keuangan. Penerapan standar akuntansi internasional (IFRS) juga memperkuat hubungan positif antara tata kelola dan kualitas pelaporan. Namun, beberapa studi sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi, terutama terkait ukuran dewan, komite audit, dan struktur kepemilikan. Oleh karena itu, penulis menekankan perlunya penelitian lanjutan dengan variabel yang lebih luas dan konteks negara berkembang. Secara keseluruhan, jurnal ini menegaskan bahwa tata kelola perusahaan yang efektif menjadi kunci utama dalam menciptakan laporan keuangan yang jujur, transparan, dan dapat dipercaya.
Esensi 1: Dampak Transformasi Digital pada Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas di Pasar Berkembang
Saat ini, banyak perusahaan di negara berkembang masih membuat laporan keuangan secara manual dengan sistem lama. Akibatnya, proses pelaporan jadi lambat, hasilnya kurang akurat, dan transparansi juga rendah. Selain itu, peraturan yang belum seragam dan adanya masalah korupsi membuat laporan keuangan kurang dipercaya oleh investor dan masyarakat. Teknologi seperti komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan blockchain mulai digunakan untuk memperbaiki keadaan ini. Komputasi awan memudahkan akses data keuangan dari mana saja dengan biaya relatif murah. AI membantu mengerjakan pekerjaan rutin secara otomatis, sehingga tim akuntansi bisa fokus pada analisis yang lebih detail. Blockchain menjaga keamanan dan transparansi catatan transaksi. Selain itu, analisis data membantu perusahaan memahami pola keuangan agar dapat membuat keputusan lebih tepat. Dengan memakai teknologi ini, laporan keuangan bisa dibuat lebih cepat, tepat, dan diperbarui secara langsung. Otomatisasi juga mengurangi kesalahan yang sering muncul di laporan manual. Standar internasional untuk pelaporan pun jadi lebih mudah dipenuhi. Digitalisasi juga memperkuat akuntabilitas perusahaan karena data keuangan bisa diakses langsung dan transparan oleh semua pihak terkait, sehingga meningkatkan kepercayaan dan menekan risiko kecurangan. Selain itu, tata kelola perusahaan jadi lebih baik dan budaya kerja lebih bertanggung jawab. Meski begitu, ada tantangan dalam penerapan teknologi ini, antara lain Kurangnya pemahaman teknologi, infrastruktur yang belum memadai, budaya kerja yang sulit berubah, serta aturan yang belum mendukung. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pelatihan dan edukasi teknologi untuk karyawan, memperbaiki infrastruktur, mengelola perubahan dengan baik, dan bekerja sama dengan regulator agar proses digitalisasi berjalan lancar.
Esensi 2: Kualitas Pelaporan Keuangan: Tinjauan Literatur
Artikel ini membahas pentingnya kualitas pelaporan keuangan dalam dunia bisnis dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Pelaporan keuangan yang berkualitas harus relevan, jujur, dapat dibandingkan, mudah dipahami, tepat waktu, dan dapat diverifikasi. Faktor yang memengaruhi kualitas ini meliputi manajemen laba, praktik tata kelola perusahaan, sistem pengendalian internal, standar akuntansi, penggunaan teknologi, audit independen, serta budaya dan etika bisnis perusahaan. Karakteristik seperti konservatisme akuntansi, reputasi perusahaan, dan usia CEO juga berperan, begitu pula dengan ukuran dan usia entitas serta ukuran dewan.
Metode pengukuran kualitas meliputi skor standar, Kualitas Akrual atau Model Berbasis Akrual, model Beneish (M-Score), indeks pengendalian internal dan persistensi akrual. Kendala dalam penelitian meliputi kecilnya sampel, data sulit diakses, kurang variasi perusahaan, dan minimnya variabel kontrol. Untuk penelitian mendatang, disarankan memperbesar dan memperluas sampel, memasukkan perusahaan kecil dan menengah, serta menambah variabel pengukuran dan kontrol agar hasilnya lebih akurat dan lengkap.
Esensi 3: Tata Kelola Perusahaan dan Kualitas Pelaporan Keuangan
Studi ini membahas bagaimana manajemen perusahaan mempengaruhi kualitas laporan keuangan dengan meninjau artikel tentang akuntansi bisnis yang diterbitkan antara tahun 2013 hingga 2023. Temuan penelitian menunjukkan bahwa artikel-artikel terkini masih memiliki kekurangan dan kurang rinci, sehingga kebutuhan untuk studi lanjutan tetap ada. Ada enam ide pokok yang dibahas, meliputi teori pemangku kepentingan, teori agen, kepemimpinan steward, kompetensi inti, analisis biaya transaksi, serta teori berbasis sumber daya. Inti utamanya adalah bahwa manajemen perusahaan berperan besar dalam tingkat kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan berarti informasi yang disajikan bersifat berguna dan dapat diandalkan, sangat penting untuk proses pengambilan keputusan. Manajemen yang efektif memastikan laporan keuangan akurat, transparan, dan tidak dimanipulasi secara tidak adil, sambil mematuhi etika serta peraturan perundangan. Aspek penting dalam manajemen mencakup sejauh mana independensi dewan, pengendalian internal, keterbukaan, akuntabilitas, kualitas audit eksternal, serta kepatuhan terhadap pedoman pelaporan. Hasil-hasil dari berbagai studi dunia nyata menunjukkan variasi, namun mayoritas sepakat bahwa manajemen perusahaan meningkatkan kualitas laporan keuangan, mengurangi jarak informasi, serta meningkatkan kepercayaan investor. Penelitian ini juga menekankan perlunya studi lebih lanjut dengan mengeksplorasi faktor-faktor yang bisa mempengaruhi hubungan antara manajemen dan kualitas laporan keuangan. Secara keseluruhan, manajemen perusahaan yang baik tidak hanya melindungi kepentingan pemegang saham, tetapi juga meningkatkan kredibilitas dan keterbukaan perusahaan melalui penyajian informasi keuangan yang berkualitas.