DISKUSI

DISKUSI

Number of replies: 25

Berikan respon Anda setelah menyimak video tersebut!

In reply to First post

Re: DISKUSI

by Melinda Dwi Safitri -
Nama: Melinda Dwi Safitri
Npm: 2413031092

Video berjudul "Historical Cost vs Fair Value Accounting" ini menjelaskan tentang dua metode utama yang digunakan perusahaan untuk mencatat nilai aset dan liabilitas pada laporan neraca (balance sheet). Secara umum, terdapat dua metode utama yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan: Biaya Historis (Historical Cost) dan Nilai Wajar (Fair Value).
​Biaya Historis merujuk pada pencatatan aset sesuai dengan harga perolehan atau harga saat aset itu diakuisisi pertama kali. Sementara itu, Nilai Wajar merefleksikan harga pasar aset atau liabilitas tersebut pada tanggal pelaporan saat ini. 
​Sebagai ilustrasi, video memberikan contoh sebuah perusahaan yang memiliki ruang kantor di Paris. Jika ruang kantor tersebut diakuisisi 20 tahun yang lalu dengan Biaya Historis sebesar $5 juta, namun karena pertumbuhan pesat pasar real estate di kota metropolitan, Nilai Wajar properti yang sama saat ini bisa melonjak drastis hingga mencapai angka lebih dari $35 juta. Perusahaan kemudian harus memutuskan bagaimana aset tersebut seharusnya dicatat di neraca: apakah menggunakan nilai awal $5 juta atau nilai pasar saat ini $35 juta.
​Perusahaan memiliki kebebasan untuk memilih di antara kedua metode ini, namun mereka terikat pada dua aturan kunci yang menjamin konsistensi dan komparabilitas laporan keuangan:
  • Konsistensi Waktu: Perusahaan tidak diperbolehkan untuk sering berpindah-pindah antara metode Biaya Historis dan Nilai Wajar. Mereka harus mempertahankan metode yang dipilih.
  • ​Konsistensi Kategori: Setelah sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan salah satu metode (misalnya, Nilai Wajar) pada satu aset dalam kategori tertentu (misalnya, real estate), maka metode tersebut wajib diterapkan pada semua aset lain yang termasuk dalam kategori yang sama. Perusahaan tidak dapat memilih secara selektif aset mana yang akan menggunakan Nilai Wajar dan mana yang akan menggunakan Biaya Historis.
​Penting ditekankan bahwa penentuan Nilai Wajar adalah proses yang cukup kompleks dan membutuhkan keahlian. Untuk memastikannya akurat, perusahaan umumnya menyewa jasa ahli atau penilai (valuer) yang independen. Para ahli ini menentukan nilai wajar dengan menganalisis transaksi aset-aset sebanding (comparable assets) yang baru saja terjadi di pasar.
​Meskipun metode Nilai Wajar menawarkan representasi nilai aset yang lebih relevan dan terkini di pasar, metode ini tidak diizinkan untuk semua kategori aset dan liabilitas. Metode Nilai Wajar paling sering diaplikasikan pada jenis aset dan liabilitas spesifik, di antaranya adalah:
  • ​Properti real estate.
  • ​Aset tak berwujud seperti nilai merek (brand value) dan merek dagang (trademarks).
  • ​Aset tetap dan aset tak berwujud lainnya.
  • ​Liabilitas jangka panjang, termasuk utang dan kewajiban pensiun.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Ni Made Dwi Agustini -
Nama:Ni Made Dwi Agustini
Npm: 2413031086

Respon terhadap Video “Historical Cost vs Fair Value Accounting”

Setelah menonton video ini, saya mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai perbedaan antara metode biaya historis (historical cost) dan nilai wajar (fair value) dalam pencatatan aset maupun kewajiban perusahaan. Video tersebut memberikan contoh nyata tentang ruang kantor di Paris yang dibeli perusahaan 20 tahun lalu seharga 5 juta dolar, namun kini nilainya sudah meningkat menjadi lebih dari 35 juta dolar. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan besar antara harga perolehan suatu aset di masa lalu dengan nilai pasarnya saat ini.

Menurut saya, dilema yang dihadapi perusahaan dalam memilih metode pencatatan sangat menarik. Jika menggunakan biaya historis, laporan keuangan lebih mudah diverifikasi dan objektif karena didasarkan pada harga transaksi awal. Namun, kelemahannya adalah informasi dalam laporan keuangan bisa menjadi kurang relevan, terutama ketika nilai pasar aset sudah naik berkali-kali lipat. Sebaliknya, jika menggunakan nilai wajar, informasi yang ditampilkan akan lebih mencerminkan kondisi ekonomi saat ini, tetapi penilaian bisa lebih subjektif karena seringkali membutuhkan jasa penilai profesional.

Saya setuju dengan penekanan dalam video bahwa perusahaan harus konsisten dalam memilih metode pencatatan. Tidak adil apabila sebuah perusahaan hanya memilih sebagian aset untuk dicatat berdasarkan nilai wajar sementara sisanya tetap menggunakan biaya historis, karena itu bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan. Menurut saya, pendekatan nilai wajar memang memberikan gambaran yang lebih realistis, tetapi juga membawa tantangan karena melibatkan estimasi dan potensi ketidakpastian. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk menyeimbangkan antara reliabilitas (keandalan data) dan relevansi (kegunaan informasi) dalam penyajian laporan keuangannya.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Rizky Abelia Putri -
Rizky Abelia P
2413031098

Vidio tersebut membahas tentang bagaimana assets dan kewajiban suatu perusahaan dicatat dalam neraca, apakah menggunakan harga perolehan historis(historical cost) atau nilai wajar(Fair Value). Nilai wajar biasa nya dilakukan oleh ahli yang memperkirakan berdasarkan transaksi asset di pasar. Namun, pencatatan nilai wajar tidak diperbolehkan untuk semua jenis aset. Metode ini sering digunakan untuk menghitung aset seperti realestate, nilai merk dagang dan assets tetap lain nya.

intinya, Perusahaan harus memilih salah satu metode pncatatan dan menerapkan-nya secara konsisten sesuai dengan aturan yang telah berlaku. Vidio tersebut juga memberikan gambaran singkat tentang perbedaan metode pencatatan aaset histori dan nilai wajar dalam akuntansi perusahaan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Natasya Natasya -
Nama: Natasya
NPM: 2413031081
Kelas: 2024 C

Setelah saya menonton video ini saya mengetahui bahwa video ini membahas mengenai perbandingan penting dalam akutansi mengenai bagaimana asets dan liabilitas perusahaan di catat di dalam neraca atau balance sheet yaitu antara menggunakan biaya historis atau nilai wajar. Pada video ini diawali dengan sebuah pertanyaan yaitu haruskan asset dicatat berdasarkan hargaperolehannya atau biaya historis atau haruskan di catat berdasarkan harga pasar saat ini.
Penting untuk di catat bahwasannya terdapat potensi perbedaan yang signifikan antara kedua nilai ini yaitu biaya historis yang merupakan harga assli yang di bayarkan perusahaan untuk memperoleh asset dan nilai wajar merupakan harga pasar asset saat ini.
Pada video ini diilustrasikan dengan menggunakan contoh mengenai asset tetap seperti ruang kantor yang dimiliki perusahaan di paris. Kantor ini diakuisisi 20 tahun yang lalu dengan biaya $5 juta, dan kondisi saat ini mengingatv pertumbuhan pesat di pasar real estate, property yang dulunya dibeli seharga $5 juta tersebut diperkirakan bernilai lebih dari $35 juta hari ini. Dalam kasus tersebut dihadapkan pada pilihan pencatatan asset yaitu mencatat pada biaya historis sebesar $5 juta dan mencatat pada nilai wajar sebesar $35 juta.

Pada video ini juga dijelaskan bahwa perusahaan diizinkan untuk memilih antara metode biaya historis atau nilai wajar. Namun ada dua aturan utama yang harus dipatuhi setelah keputusan dibuat yaitu konstitensi waktu dimana perusahaan harus konsisten, mereka tidak dapat beralih dari satu aturan ke aturan lain lebih dari sekali dan konsistensi kategori asset yaitu setelah metode dipilih, perusahaan harus menerepkannya pada semua asset dalam kategori yang sama. Penentuan nilai wajar merupakan topik yang cukup rumit karena pproses ini biasanya memerlukan perusahaan untuk menyewa ahli yang akan memberikan valuasi asset. Kemudian terdapat beberapa akutansi nilai wajar tidak diizinkan untuk semua kategori asset dan lialibilitas. Metode ini paling sering digunakan untuk jenis asset dan liabilitas seperti real estate, nilai merek, merek dagang, asset tetap dan tidak berwujud, utang dan pensiunan
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Gifrika Tutut Pradiyana -
Nama: Gifrika Tutut Pradiyana
NPM: 2453031008
Kelas; 2024 C

Video "Historical Cost vs Fair Value Accounting" ini menjelaskan dua metode pencatatan aset dan liabilitas dalam neraca perusahaan:

  1. Biaya Historis (Historical Cost): Aset dicatat berdasarkan harga perolehan awal. Contohnya, jika sebuah kantor dibeli seharga 5 juta dolar 20 tahun yang lalu, maka ia akan tetap dicatat sebesar 5 juta dolar, meskipun nilai pasarnya saat ini jauh lebih tinggi.
  2. Nilai Wajar (Fair Value): Aset dicatat berdasarkan harga pasar saat ini. Dalam contoh yang sama, kantor tersebut yang dulunya 5 juta dolar, kini bisa dicatat sebesar 35 juta dolar jika itu adalah nilai wajarnya saat ini. 
Perusahaan diizinkan untuk memilih salah satu metode ini, namun mereka harus konsisten dalam penerapannya dan tidak dapat berganti metode lebih dari sekali. Selain itu, metode yang dipilih harus diterapkan untuk semua aset dalam kategori yang sama. Penentuan nilai wajar seringkali merupakan proses yang kompleks dan biasanya melibatkan bantuan ahli untuk melakukan penilaian berdasarkan transaksi aset sejenis di pasar. Metode nilai wajar paling sering digunakan untuk jenis aset dan liabilitas seperti real estat, nilai merek, merek dagang, aset tetap dan tidak berwujud lainnya, serta utang dan pensiun.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Sofia Dilara -
Nama: Sofia Dilara
NPM: 2413031091
Kelas: 2024 C

Setelah menyimak video berjudul "Historical Cost vs Fair Value Accounting", saya mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai dua pendekatan utama dalam penilaian aset di akuntansi, yaitu biaya historis (historical cost) dan nilai wajar (fair value). Biaya historis adalah metode pencatatan aset berdasarkan harga perolehan awal saat aset tersebut dibeli, termasuk biaya tambahan seperti pengiriman dan instalasi. Nilai tersebut tetap digunakan dalam laporan keuangan tanpa mempertimbangkan perubahan nilai pasar, kecuali terjadi depresiasi atau penurunan nilai. Pendekatan ini dianggap lebih objektif dan stabil, namun sering kali tidak mencerminkan nilai ekonomi terkini dari suatu aset.

Sebaliknya, nilai wajar mencerminkan estimasi harga pasar saat ini, yang membuat laporan keuangan menjadi lebih relevan dengan kondisi nyata. Namun, metode ini juga membawa risiko karena mengandalkan estimasi dan asumsi yang bisa berubah-ubah, serta berpotensi menyebabkan fluktuasi signifikan pada laporan keuangan.

Menurut saya, kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Biaya historis lebih andal dalam hal pembuktian dokumen, sementara nilai wajar lebih responsif terhadap dinamika pasar. Penggunaan salah satu metode harus disesuaikan dengan jenis aset, tujuan pelaporan, dan kondisi pasar yang ada. Video ini memberikan penjelasan yang singkat namun padat, serta membantu memahami bagaimana keputusan dalam metode akuntansi dapat mempengaruhi transparansi dan relevansi laporan keuangan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Rulla Alifah -
Nama : Rulla Alifah
NPM : 2413031093

Video ini menjelaskan cara perusahaan mencatat aset dan kewajibannya dalam neraca, terutama terkait penggunaan harga historis dibandingkan dengan nilai wajar (fair value). Contoh yang diberikan adalah aset tetap berupa gedung kantor di Paris yang dibeli 20 tahun lalu seharga lima juta dolar, namun kini nilainya meningkat menjadi lebih dari 35 juta dolar akibat kenaikan harga properti. Perusahaan dapat memilih mencatat aset berdasarkan harga perolehan atau nilai pasar terkini, asalkan konsisten untuk seluruh aset dalam kategori yang sama. Penentuan nilai pasar biasanya dilakukan oleh penilai independen dengan membandingkan transaksi properti sejenis. Namun, metode nilai pasar tidak bisa diterapkan pada semua aset dan kewajiban, melainkan terbatas pada kategori tertentu, seperti properti, merek dagang, aset tetap dan tidak berwujud lainnya, serta kewajiban seperti utang dan program pensiun. Dengan demikian, video ini memberikan gambaran mengenai aturan pencatatan aset dan kewajiban dalam laporan posisi keuangan perusahaan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Adinda Putri Zahra -
Nama: Adinda Putri Zahra
NPM: 2413031083
Kelas: 2024C

Setelah menonton video di atas, saya dapat mengetahui perbedaan antara dua metode pengukuran asset didalam akuntansi. Metode biaya historis mencatat asset berdasarkan harga perolehan awal dan mengurangi akumulasi penyusutan, sehingga memberikan informasi yang andal dan mudah diperoeh.Akan tetapi, metode ini kurang relavan ketika nilai pasar asset berubah secara signifikan sebab tidak mencerminkan kondisi ekonomi saat ini.Sebaliknya,metode nilai wajar mengukur asset berdasarkan harga pasar saat ini,sehingga lebih relavan untuk memberikan gambaran akan nilai ekonomi saat ini.Akan tetapi, nilai wajar bisa menimbulkan volatilitas dalam laporan keuangan karena pengumuman pasar dan sering kali memerlukan estimasi yang subjektif, sehingga kuesionernya bisa ditanyaakan
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Siti haryanti 2413031094 -
Nama : siti haryanti
Npm : 2413031094

Video berjudul “Historical Cost vs Fair Value Accounting” membahas dua pendekatan utama dalam akuntansi, yaitu biaya historis dan nilai wajar, serta menyoroti kelebihan dan kelemahan masing-masing. Biaya historis dipandang lebih sederhana dan objektif karena didasarkan pada transaksi nyata di masa lalu. Angka yang dicatat bisa diverifikasi dan relatif stabil dari waktu ke waktu, sehingga memudahkan perusahaan dalam menjaga konsistensi laporan. Akan tetapi, kelemahan utama dari biaya historis adalah kurangnya relevansi ketika kondisi ekonomi berubah. Nilai aset yang dicatat sering kali tidak lagi mencerminkan harga pasar terkini, sehingga laporan keuangan dapat kehilangan daya guna bagi investor atau kreditor.

Di sisi lain, nilai wajar menawarkan informasi yang lebih aktual. Dengan mencatat aset berdasarkan harga pasar saat ini, laporan keuangan dianggap lebih relevan dan mencerminkan realitas ekonomi yang dihadapi perusahaan. Informasi ini sangat membantu pemakai laporan keuangan dalam menilai posisi dan risiko perusahaan. Namun, penggunaan nilai wajar bukan tanpa masalah. Video menekankan bahwa pengukuran fair value sering kali membutuhkan estimasi dan model penilaian, terutama ketika pasar tidak aktif. Kondisi ini dapat memunculkan subjektivitas dan menurunkan keandalan informasi, bahkan berisiko menyesatkan jika metode penilaian tidak transparan.

Menurut saya, isi video ini relevan dengan kondisi perusahaan di Indonesia yang sering dihadapkan pada keterbatasan pasar aktif, seperti pada kasus penurunan nilai mesin PT Surya Terang atau aset pesawat Garuda. Nilai wajar memang lebih menggambarkan kondisi terkini, tetapi jika tidak ada dasar penilaian yang kuat, angka yang muncul bisa sekadar “ilusi”. Karena itu, pemilihan metode pengukuran harus mempertimbangkan konteks ekonomi, tingkat kematangan pasar, serta kebutuhan pengguna laporan. Kesimpulannya, tidak ada metode yang benar-benar unggul dalam semua situasi, sehingga akuntan perlu bijak menyeimbangkan relevansi dan keandalan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Nadiya Adila -
Nama: Nadiya Adila
Npm: 2413031079

Setelah menonton video ini dapat disimpulkan bahwa nilai historis adalah pencatatan aset berdasarkan harga beli awal yang tetap, sedangkan nilai wajar mencerminkan nilai pasar saat ini yang bisa berubah. Perusahaan harus memilih salah satu metode dan menerapkannya secara konsisten. Nilai historis memberikan kestabilan, sementara nilai wajar lebih mencerminkan kondisi ekonomi terkini, meskipun dapat menyebabkan fluktuasi laporan keuangan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by GRESCIE ODELIA SITUKKIR 2413031088 -
Nama : Grescie Odelia Situkkir
​​‎NPM : 2413031088
‎Kelas : 2024C
‎ ‎
Tanggapan saya mengenai video tersebut.
Video ini membahas cara sebuah perusahaan menentukan nilai asetnya di neraca
‎1. Masalah Penilaian Aset
‎Aset yang dimiliki perusahaan, seperti kantor, mungkin dibeli bertahun-tahun yang lalu dengan harga yang jauh lebih rendah daripada nilai pasar saat ini. Contohnya, sebuah kantor yang dibeli 20 tahun lalu seharga $5 juta bisa bernilai lebih dari $35 juta hari ini.
‎2. Dua Pilihan Metode Pencatatan
‎Perusahaan diizinkan memilih salah satu dari dua metode ini untuk mencatat aset mereka :
‎a. Biaya Historis (Historical Cost): Aset dicatat berdasarkan harga pembelian sebenarnya (misalnya, $5 juta).
b. Nilai Wajar (Nilai Wajar): Aset dicatat berdasarkan harga pasar saat ini (misalnya, $35 juta).
3 Aturan Utama
‎a. Konsistensi Wajib: Perusahaan tidak boleh mengganti metode sesuka hati. Setelah memilih satu metode, mereka harus menerapkannya untuk semua aset dalam kategori yang sama (misalnya, jika memilih Nilai Wajar untuk satu properti, mereka harus menggunakannya untuk semua tanah dan bangunan yang dimiliki).
b. Penentuan Nilai Wajar
‎Nilai Wajar adalah topik yang rumit dan biasanya perusahaan menyewa ahli untuk melakukan penilaian. Ahli ini menentukan nilai dengan melihat transaksi aset sejenis di pasar.
‎4. Kategori Aset yang Sering Menggunakan Nilai Wajar
‎Nilai Wajar paling sering digunakan untuk jenis aset dan kewajiban tertentu, seperti:
‎a. Real estat (properti)
b. Nilai merek (nilai merek)
‎c. Merek dagang (merek dagang)
‎d. Kewajiban pensiun (pensiun
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Alfiantika Putri -
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Dalam Video "Historical Cost vs Fair Value Accounting" menjelaskan bagaimana perusahaan mencatat nilai asetnya di neraca. Ada dua cara pencatatan yaitu, menggunakan harga historis saat aset dibeli (historical cost) dan harga pasar saat ini (fair value). Contohnya, jika sebuah kantor yang dibeli 20 tahun lalu seharga 5 juta dolar sekarang harganya sudah naik menjadi 35 juta dolar, perusahaan harus memilih apakah mencatatnya berdasarkan harga beli atau harga pasar sekarang. Mereka harus konsisten memakai salah satu metode dan tidak boleh bolak-balik ganti metode. Metode nilai wajar biasanya dipakai untuk aset dan kewajiban tertentu seperti perlengkapan, merek dagang, dan hutang.

Kesimpulannya video ini menjelaskan perbedaan dan pilihan dalam pencatatan nilai aset oleh perusahaan agar neracanya mencerminkan kondisi sebenarnya atau harga historis pembelian. Penjelasannya cukup mudah dipahami untuk yang baru belajar akuntansi atau keuangan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Nuraini Naibaho 2413031076 -

Nama  : Nuraini Naibaho

Npm    : 2413031076

Setelah menyaksikan video tersebut saya memahami bahwa dalam akuntansi dikenal dua pendekatan utama dalam penilaian aset, yaitu biaya historis (historical cost) dan nilai wajar (fair value). Biaya historis mencatat aset sesuai harga perolehan awal, sehingga lebih objektif, stabil, dan mudah diverifikasi, meskipun sering tidak menggambarkan nilai pasar terkini. Sebaliknya, nilai wajar menilai aset berdasarkan harga pasar saat ini sehingga informasinya lebih relevan, tetapi sifatnya bisa fluktuatif dan rawan subjektivitas.

Melalui penjelasan tersebut saya juga menyadari bahwa masing-masing metode memiliki sisi positif dan negatif. Historical cost lebih sederhana dan konservatif, namun kadang kurang mencerminkan realitas ekonomi. Sedangkan fair value lebih aktual untuk pengambilan keputusan, meski perlu kehati-hatian karena penilaiannya bisa dipengaruhi oleh asumsi tertentu. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat sangat penting agar laporan keuangan tetap informatif sekaligus dapat dipercaya.

In reply to First post

Re: DISKUSI

by Niabi Rahma Wati -
Nama: Niabi Rahma Wati
NPM: 2413031078

Video tentang “Historical Cost and Fair Value Accounting’’ membahas mengenai dua metode pencatatan aset tetap dalam akuntansi. Biaya historis dicatat sebesar harga perolehan awalnya, contohnya gedung kantor paris dicatat sebesar $5 juta sesuai harga beli 20 tahun yang lalu. Nilai wajar (fair value) mencatat aset sebesar nilai pasarnya pada saat pelaporan, contohnya Gedung kantor paris kini memiliki nilai Gedung sebesar $35 juta. Dalam pencatatannya terdapat perbedaan yang sangat besar yang akan mempengaruhi neraca Perusahaan, rasio utang-modal, dan penilaian Kesehatan finansial Perusahaan.
Dalam aturannya Perusahaan diberi kebebasan untuk memilih di antara kedua metode tersebut, namun mereka harus konsisten tidak dapat beralih dari satu aturan ke aturan lainnya lebih dari sekali dan begitu mereka memilih metode harus menerapkannya secara menyeluruh ke semua aset dalam katagori yang sama. Proses penentuan nilai wajar merupakan topik yang cukup rumit. Perusahaan biasanya memperkerjakan seorang ahli (valuator) untuk mengevaluasi aset. Ahli inilah yang menentukan nilai wajar dengan melihat transaksi aset yang sebanding di pasar. Nilai wajar dalam akuntansi tidak hanya untuk properti tetapi juga diperbolehkan untuk aset dan liabilitas tertentu, seperti aset keuangan, merek dagang, aset tidak berwujud, dan liabilitas dana pensiun.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Lola Egidiya -
Nama : Lola Egidiya
NPM : 2413031087
Kelas : 24C

Video tentang Historical Cost vs Fair Value Accounting menjelaskan dua cara utama perusahaan mencatat aset di neraca, yaitu Biaya Historis dan Nilai Wajar. Biaya Historis menggunakan harga perolehan awal aset, yang sangat objektif dan mudah diverifikasi, namun bisa jadi tidak relevan lagi jika nilai aset tersebut, seperti properti, telah melonjak drastis selama bertahun-tahun. Sebaliknya, Nilai Wajar menggunakan nilai pasar aset saat ini, memberikan informasi yang lebih relevan tetapi proses penentuannya (seringkali melibatkan ahli) cenderung lebih subjektif. Perusahaan boleh memilih salah satu metode, tetapi harus konsisten dan menerapkan metode yang sama untuk semua aset dalam kategori yang sama (misalnya, semua tanah dan bangunan), tidak boleh memilih-milih. Metode Nilai Wajar umumnya diterapkan pada aset yang nilainya fluktuatif seperti real estat, merek dagang, dan aset tak berwujud lainnya. Singkatnya, video ini menyoroti dilema akuntansi antara menyajikan nilai yang andal (Biaya Historis) dan nilai yang relevan (Nilai Wajar).
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Rency Husna Adinda -
Nama: Rency Husna Adinda
Npm: 2413031082

Video tersebut membahas perbedaan antara historical cost dan fair value dalam akuntansi. Historical cost mencatat aset berdasarkan harga perolehan awal sehingga lebih stabil dan objektif, sedangkan fair value mencatat sesuai nilai pasar saat ini sehingga lebih relevan tetapi fluktuatif. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan, tergantung konteks penggunaan dan jenis asetnya.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Muhammad Fawwaz -
nama = muhammad khalil fawwaz
npm = 2413031085
kelas = 2024c

Dua pendekatan—biaya historis dan nilai wajar—yang muncul dalam laporan keuangan—menimbulkan beberapa perbedaan antara cara aset dan liabilitas dicatat di perusahaan dalam video ini. Dikatakan bahwa aset yang diperoleh bertahun-tahun lalu dengan harga tertentu (misalnya, 5 juta dolar) sekarang mungkin memiliki nilai pasar yang jauh lebih besar—35 juta dolar atau lebih. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bisnis seharusnya menunjukkan nilai aset tersebut dalam laporan keuangan mereka: haruskah mereka menggunakan biaya awal atau nilai pasar sekarang?

Film ini selanjutnya menunjukkan bahwa meskipun perusahaan bebas memilih di antara metode-metode tersebut, perusahaan harus secara konsisten menerapkan satu metode untuk semua aset dalam kategori yang sama tanpa beralih di antara metode-metode tersebut. Proses penentuan nilai wajar juga digambarkan menantang dan seringkali membutuhkan bantuan ahli penilaian profesional yang membandingkan transaksi aset yang sama di pasar. Metode nilai wajar biasanya digunakan pada aset termasuk properti, merek, aset berwujud atau tidak berwujud, dan liabilitas seperti utang dan pensiun.

Secara keseluruhan, video ini menjelaskan secara jelas dan bermanfaat perbedaan signifikan antara teknik pencatatan aset dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan perusahaan. Bergantung pada metode yang digunakan, pendekatan ini memperjelas bagaimana nilai aset dapat direpresentasikan dengan lebih akurat atau konservatif di neraca.

Mereka yang ingin memahami dasar-dasar akuntansi aset dan bagaimana aset tersebut dinilai dalam lingkungan bisnis serta pelaporan keuangan perusahaan akan merasa video ini sangat bermanfaat.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Della Puspita -
Nama : Della Puspita
Npm : 2453031007

Video “Historical Cost vs Fair Value Accounting” membahas dua metode pencatatan aset, yaitu Biaya Historis yang mencatat sesuai harga perolehan awal, dan Nilai Wajar yang mencerminkan harga pasar terkini. Perusahaan harus konsisten dalam penerapan metode, baik dari sisi waktu maupun kategori aset. Nilai wajar biasanya ditentukan oleh ahli independen karena lebih kompleks, namun lebih relevan untuk menunjukkan kondisi pasar. Metode ini umumnya diterapkan pada aset tertentu seperti real estate, aset tak berwujud, aset tetap, serta liabilitas jangka panjang.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by zara nur rohimah -
Nama : Zara Nur Rohimah
Npm : 2413031070
Kelas : 2024C

Video tersebut membahas dua cara utama perusahaan mencatat nilai aset dan liabilitas di neraca mereka. Biaya Historis adalah harga aset saat pertama kali dibeli, sedangkan Nilai Wajar adalah nilai pasar aset saat ini. Perusahaan harus memilih salah satu metode, tetapi setelah memilih, mereka harus menerapkannya secara konsisten pada semua aset dalam kategori yang sama. Nilai Wajar, yang sering membutuhkan penilai profesional untuk aset seperti real estate atau merek dagang, memberikan gambaran nilai yang lebih terkini, tetapi Biaya Historis memberikan nilai yang lebih pasti dan tidak memerlukan estimasi.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by IREN AGISTA PUTRI 2413031071 -
Nama : Iren Agista Putri
NPM : 2413031071

Video tersebut membahas tentang perbandingan antara pencatatan aset dan liabilitas dengan metode historical cost dan fair value dalam laporan keuangan perusahaan. Pemilihan metode pencatatan ini sangat penting karena nilai aset seperti properti bisa sangat berbeda antara harga perolehan (historical cost) dan nilai pasar saat ini (fair value). Sebagai contoh, gedung yang dibeli 20 tahun lalu seharga 5 juta dolar kini bisa bernilai lebih dari 35 juta dolar.

Poin-Poin Utama dalam Video sbb

Historical Cost: Aset dicatat sesuai harga perolehan aslinya tanpa memperhitungkan kenaikan nilai pasar.

Fair Value: Aset dinilai berdasarkan nilai pasar saat ini, namun penentuan fair value membutuhkan penilaian khusus oleh ahli dan membandingkan dengan transaksi serupa di pasar.

Konsistensi: Perusahaan harus konsisten menggunakan satu metode pada satu kategori aset. Jika memilih fair value untuk satu properti, maka semua tanah dan bangunan harus menggunakan fair value juga.

Tidak Semua Aset: Fair value accounting umumnya diterapkan pada aset tertentu saja seperti real estate, brand value, hak paten, dan utang/pensiun, serta tidak berlaku untuk semua kategori aset dan liabilitas.

Penggunaan historical cost memberikan stabilitas dan objektivitas, namun sering tidak mencerminkan nilai ekonomis riil suatu aset. Sebaliknya, fair value memberi gambaran yang lebih up-to-date tetapi rentan terhadap subjektivitas penilaian. Perusahaan harus sangat hati-hati dan konsisten dalam menentukan metode pencatatan, agar laporan keuangan tetap terpercaya dan dapat dibandingkan secara akurat antarperiode. Video ini relevan untuk memahami bagaimana perbedaan metode pencatatan dapat mempengaruhi nilai laporan keuangan dan pengambilan keputusan bisnis
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Ratih Apriyani -
Nama: Ratih Apriyani
Npm: 2413031073

Video "Historical Cost vs Fair Value Accounting" membahas dua metode utama dalam penilaian aset dan liabilitas pada laporan keuangan, yaitu Biaya Historis dan Nilai Wajar. Metode Biaya Historis mencatat aset berdasarkan harga perolehan saat pertama kali dibeli, sedangkan Nilai Wajar mencerminkan harga pasar terkini pada tanggal pelaporan.
Video juga menekankan dua prinsip penting:
Konsistensi Waktu – perusahaan tidak boleh sering mengganti metode yang digunakan.
Konsistensi Kategori – jika satu aset dalam kategori tertentu dinilai dengan Nilai Wajar, maka seluruh aset sejenis harus dinilai dengan metode yang sama.
Penentuan Nilai Wajar sendiri kompleks dan memerlukan jasa penilai independen untuk memastikan akurasi melalui perbandingan dengan aset serupa di pasar.
Metode Nilai Wajar dianggap lebih relevan karena mencerminkan kondisi ekonomi terkini, tetapi penerapannya terbatas pada kategori tertentu seperti properti, aset tak berwujud, aset tetap, serta liabilitas jangka panjang seperti utang dan kewajiban pensiun.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Faiz Ramadhan -
Nama : Faiz Ramadhan
NPM : 2413031096
Kelas C

Video ini membahas perbandingan pencatatan aset dan liabilitas di neraca menggunakan biaya historis atau nilai wajar. Contohnya adalah sebuah kantor yang dibeli 20 tahun lalu seharga $5 juta, tetapi kini bernilai sekitar $35 juta karena kenaikan pasar properti. Perusahaan harus memilih antara mencatat aset berdasarkan harga perolehan awal atau nilai pasar saat ini. Setelah memilih metode, perusahaan harus konsisten dalam penerapannya, baik dalam waktu maupun kategori aset. Penentuan nilai wajar cukup kompleks karena sering membutuhkan ahli penilaian. Metode nilai wajar tidak berlaku untuk semua jenis aset, tetapi biasanya digunakan untuk aset seperti real estate, merek dagang, aset tetap, serta liabilitas seperti utang dan pensiun. Video ini memberikan pemahaman penting mengenai pilihan pencatatan aset dalam akuntansi dan aturan yang mengaturnya.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Salwa Trisia Anjani -
Nama : Salwa Trisia Anjani
Npm : 2413031090
Kelas : C

Setelah saya menonton vidio tersebut sya mendapatkan informasi bahwa vidio ini menjelaskan cara perusahaan mencatat aset dan kewajibannya di neraca, apakah berdasarkan harga saat dibeli (biaya historis) atau harga pasar saat ini (nilai wajar).

Contohnya, jika perusahaan membeli kantor di Paris seharga 5 juta dolar 20 tahun lalu dan sekarang nilainya 35 juta dolar, maka ada dua pilihan pencatatan. Jika pakai biaya historis, tetap dicatat 5 juta dolar. Jika pakai nilai wajar, dicatat 35 juta dolar sesuai harga pasar sekarang.

Perusahaan harus konsisten memakai satu metode dan tidak bisa memilih sesuka hati. Penilaian nilai wajar juga harus dilakukan oleh ahli agar hasilnya akurat. Intinya, materi ini menekankan pentingnya kejujuran dan konsistensi dalam pelaporan keuangan perusahaan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Ivan Kurniawan -
Nama: Ivan Kurniawan
NPM: 2453031005
Kelas: 2024 C

Video "Historical Cost vs Fair Value Accounting" ini menjelaskan dua metode pencatatan aset dan liabilitas dalam neraca perusahaan:

Biaya Historis (Historical Cost): Aset dicatat berdasarkan harga perolehan awal. Contohnya, jika sebuah kantor dibeli seharga 5 juta dolar 20 tahun yang lalu, maka ia akan tetap dicatat sebesar 5 juta dolar, meskipun nilai pasarnya saat ini jauh lebih tinggi.
Nilai Wajar (Nilai Wajar): Aset dicatat berdasarkan harga pasar saat ini. Dalam contoh yang sama, kantor tersebut yang dulunya 5 juta dolar, kini bisa dicatat sebesar 35 juta dolar jika itu adalah nilai wajarnya saat ini.
Perusahaan diizinkan untuk memilih salah satu metode ini, namun mereka harus konsisten dalam penerapannya dan tidak dapat mengganti metode lebih dari sekali. Selain itu, metode yang dipilih harus diterapkan untuk semua aset dalam kategori yang sama. Penentuan nilai wajar seringkali merupakan proses yang kompleks dan biasanya melibatkan bantuan ahli untuk melakukan penilaian berdasarkan transaksi aset sejenis di pasar. Metode nilai wajar paling sering digunakan untuk jenis aset dan liabilitas seperti real estat, nilai merek, merek dagang, aset tetap dan tidak berwujud lainnya, serta utang dan pensiun.
In reply to First post

Re: DISKUSI

by Esa Azalia Zahra -
Nama : Esa Azalia Zahra
NPM : 2413031084
Kelas : 24 C

Materi ini membahas perbandingan penting antara Biaya Historis dan Nilai Wajar dalam penilaian aset dan kewajiban di dalam neraca, menekankan dilema utama dalam akuntansi: mana yang lebih diutamakan, objektivitas biaya perolehan atau relevansi nilai pasar saat ini. Meski Biaya Historis menawarkan angka yang solid, terverifikasi, dan tidak terpengaruh oleh bias penilaian (seperti yang diperlihatkan dalam contoh kantor di Paris), angka tersebut menjadi tidak relevan dan tidak bermanfaat bagi keputusan investasi saat ini. Di sisi lain, penerapan metode Nilai Wajar, walaupun lebih mencerminkan relevansi dan keadaan ekonomi saat ini, menghadirkan tantangan besar terkait dengan objektivitas, karena estimasi nilai sering kali didasarkan pada penilaian dari para ahli dan asumsi. Prinsip konsistensi yang mengharuskan perusahaan untuk menerapkan metode yang telah dipilih untuk semua kategori aset berfungsi sebagai penghalang penting, menghindarkan manipulasi selektif yang dapat dilakukan perusahaan demi memperindah neraca. Secara keseluruhan, materi ini secara ringkas menggambarkan kompromi yang ada dalam akuntansi, yaitu usaha untuk menyeimbangkan relevansi yang dibutuhkan oleh investor dengan keandalan dan objektivitas yang diharapkan dari integritas pelaporan.