Diskusi

Diskusi

Number of replies: 22

Cobalah anda kemukakan dalam forum diskusi pendapat anda tentang hal berikut

: Jika dibandingkan dengan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO, apakah metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi atau lebih rendah selama periode harga meningkat? apa pengaruh komparatif terhadap laba bersih selama periode penurunan harga?

In reply to First post

Re: Diskusi

by Ni Made Dwi Agustini -
Nama : Ni Made Dwi Agustini
Npm : 2413031086
Kelas : 24 C

Jadi menurut saya jika dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah pada saat terjadi kenaikan harga atau inflasi. Hal ini disebabkan karena dalam metode LIFO, persediaan yang dianggap terjual terlebih dahulu adalah persediaan yang paling baru dibeli, yang umumnya memiliki harga lebih tinggi. Akibatnya, harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih besar, sehingga laba bersih yang dilaporkan akan lebih kecil.

Sebaliknya, pada metode FIFO, persediaan yang dijual dianggap berasal dari pembelian lama dengan harga yang lebih rendah. Dengan demikian, HPP menjadi lebih kecil dan laba bersih yang dilaporkan lebih tinggi. Oleh karena itu, FIFO cenderung menampilkan kinerja keuangan yang lebih “menguntungkan” di masa inflasi, meskipun secara riil nilai uangnya mungkin sudah menurun.

Namun, kondisi tersebut akan berbalik ketika harga-harga mengalami penurunan (deflasi). Dalam situasi ini, metode LIFO justru akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibanding FIFO. Hal ini karena harga barang yang terbaru dan lebih rendah digunakan untuk menghitung HPP, sehingga nilainya lebih kecil dan laba bersih tampak meningkat. Sementara itu, FIFO menggunakan harga barang lama yang lebih tinggi untuk menghitung HPP, sehingga laba bersihnya menurun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara LIFO dan FIFO terutama terletak pada cara keduanya menilai HPP, yang pada akhirnya memengaruhi besar kecilnya laba bersih tergantung pada tren perubahan harga barang di pasar.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Natasya Natasya -
Nama: Natasya
NPM: 2413031081
Kelas: 2024 C

Menurut saya Perbandingan laba bersih antara FIFO dan LIFO sangat bergantung pada harga persediaan. Metode yang menghasilkan laba kena pajak yang lebih rendah sehingga metode tersebut sering digunakan untuk tujuan pengurangan pajak.

Ketika biaya per unit terus meningkat atau inflasi. Pada metode fifo HPP lebih rendah dan laba akan lebih tinggi, fifo menggunakan biaya persediaan paling murah untuk menghitung HPP sehingga hpp rendah dan laba bersih menjadi tinggi. Sedangkan LIFO HPP lebih tinggi dan laba bersih lebih rendah. Lifo menggunakan biaya persediaan yang terbaru yang paling mahal, untuk menghitung hpp, sehingga hpp tinggi dan laba bersih menjadi rendah. Jadi pada periode kenaikan harga, metode lifo lebih menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode fifo.

Fifo Memili pendapat bahwa barang yang pertama dibeli yang biasanya lebih murah saat harga meningkat adalah yang pertama dijual ini menghasilkan HPP lebih rendah sehingga laba bersih lebih tinggi.

Kemudian pada periode penurunan harga, komparatif selama periode harga pembelian barang menurun atau deflasi, ini adalah kebalikan dari periode peningkatan harga, pada lifo HPP lebih rendah sehingga laba lebih tinggi , sedangkan fifo HPP lebih tinggi dan laba lebih rendah. Lifo menggunakan biaya yang lebih rendah untuk pembelian terakhir pada HPP. Kemudia menghasilkan HPP yang lebih rendah oleh karena itu laba bersih lifo lebih tinggi dibandingkan laba bersih fifo.

Sedangkan fifo menggunakan biaya yang lebih tinggi pada pembelian pertama untuk HPP dan menghasilkan HPP yang lebih tinggi dan oleh karna itu laba bersih yang dihasilkan akan lebih rendah dibandingkan lifo.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nadiya Adila -
Nama : Nadiya Adila
Npm : 2413031079

Selama periode harga meningkat, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO. Hal ini karena LIFO mencatat harga persediaan terbaru (yang lebih tinggi saat inflasi) sebagai biaya pokok penjualan, sehingga biaya menjadi lebih tinggi dan laba bersih menurun. Sebaliknya, FIFO menggunakan harga persediaan yang lebih lama (lebih rendah saat inflasi), sehingga menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi.

Selama periode penurunan harga (deflasi), metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibanding FIFO. Hal ini karena LIFO menggunakan biaya persediaan terakhir yang lebih rendah sebagai biaya pokok penjualan, sehingga biaya menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat. Sedangkan FIFO mencatat biaya persediaan pertama yang lebih tinggi, sehingga laba bersih menjadi lebih rendah dibanding LIFO saat harga turun.
In reply to First post

Re: Diskusi

by zara nur rohimah -
Nama : Zara Nur RoHIMAH
Npm : 2413031070
Kelas : 2024C

Jika dibandingkan dengan metode perhitungan biaya persediaan First-In, First-Out (FIFO), metode Last-In, First-Out (LIFO) akan menghasilkan laba bersih yang berbeda secara signifikan tergantung pada tren harga pasar. Selama periode harga meningkat (inflasi), metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah daripada FIFO, karena LIFO mengasumsikan biaya unit persediaan terakhir yang dibeli (yang harganya mahal) dialokasikan sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP), sehingga menghasilkan HPP yang lebih tinggi dan laba yang lebih rendah. Sebaliknya, selama periode penurunan harga (deflasi), metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO, sebab LIFO akan mengalokasikan biaya unit persediaan yang baru dibeli (yang harganya murah) ke dalam HPP, menghasilkan HPP yang lebih rendah dan, sebagai konsekuensinya, laba bersih yang lebih tinggi. Secara umum, LIFO memiliki efek "penyandingan biaya yang lebih baik" karena mencocokkan pendapatan saat ini dengan biaya penggantian saat ini, namun penggunaannya tidak diizinkan di bawah IFRS.
In reply to First post

Re: Diskusi

by GRESCIE ODELIA SITUKKIR 2413031088 -
Nama : Grescie Odelia Situkkir
​​‎NPM : 2413031088
‎Kelas : 24 C

‎Menurut saya, ketika membandingkan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap laba bersih dalam kondisi harga yang berubah-ubah.Saat Periode Harga Meningkat Pada masa meningkat, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan FIFO. Hal ini karena metode LIFO mengasumsikan bahwa persediaan yang masuk terakhir (dengan harga lebih tinggi) yang dijual terlebih dahulu, sehingga biaya barang yang terjual (COGS) menjadi lebih tinggi. Akibatnya, laba kotor dan laba bersih menjadi lebih rendah, walaupun jumlah kas yang tersedia bisa lebih besar karena pajak yang lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan harga persediaan awal yang lebih rendah sebagai biaya barang yang terjual, sehingga laba bersih yang tercatat biasanya lebih tinggi pada periode kenaikan harga.
sebuah. Saat Periode Harga Menurun
‎Dalam kondisi harga menurun, masalah menjadi kebalikannya. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena biaya barang yang terjual berasal dari persediaan yang diperoleh terakhir dengan harga yang lebih rendah. Sementara itu, metode FIFO menggunakan persediaan awal yang lebih mahal untuk menghitung biaya barang yang terjual, sehingga laba bersih yang dihasilkan biasanya lebih rendah.
B.
Pengaruh Komparatif terhadap Laba Bersih
‎- Metode LIFO memberikan keuntungan berupa pengurangan beban pajak ketika harga meningkat karena laba yang lebih kecil, meskipun laba bersih ini tampak lebih rendah pada laporan keuangan.
‎- Metode FIFO menunjukkan laba bersih yang lebih baiksecara nominal dalam kondisi harga naik, tapi beban pajaknya bisa lebih besar.
‎- Selama harga menurun, peran metode ini bisa berubah dan menghasilkan pola yang berlawanan. ‎ ‎

In reply to First post

Re: Diskusi

by Salwa Trisia Anjani -
Salwa Trisia Anjani
2413031090

Menurut saya, Perbandingan antara metode FIFO dan LIFO menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap laba bersih, tergantung pada perubahan harga barang. Saat harga meningkat (inflasi), metode FIFO menghasilkan laba bersih lebih tinggi karena barang yang dibeli lebih awal (dengan harga lebih murah) dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan (HPP) lebih rendah. Sebaliknya, metode LIFO menghasilkan laba lebih rendah karena menggunakan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi.

Namun, ketika harga menurun (deflasi), kondisi berbalik. Metode FIFO akan menghasilkan laba lebih rendah karena HPP menjadi lebih tinggi, sedangkan LIFO akan menghasilkan laba lebih tinggi karena HPP lebih rendah. Dengan demikian, perbedaan utama kedua metode terletak pada pengaruhnya terhadap HPP dan laba bersih yang bergantung pada arah perubahan harga.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Ratih Apriyani -
NAMA: RATIH APRIYANI
NPM: 2413031073
Jika dibandingkan dengan metode kalkulasi biaya persediaan FIFO, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat (inflasi). Ini terjadi karena LIFO memperhitungkan biaya persediaan terbaru—yang harganya paling mahal—sebagai harga pokok penjualan, sehingga laba kotor dan laba bersih akan lebih kecil. Sebaliknya, FIFO menggunakan persediaan terlama yang harganya lebih rendah, sehingga menghasilkan laba bersih lebih tinggi dalam kondisi yang sama. LIFO cenderung menguntungkan dalam hal penghematan pajak selama harga naik, karena laba yang dihasilkan lebih rendah.

Selama periode penurunan harga (deflasi), pengaruhnya akan berbalik. LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi daripada FIFO karena biaya persediaan yang dikeluarkan untuk penjualan berasal dari harga tertinggi di masa lalu, sementara persediaan yang ada dicatat dengan harga yang lebih rendah sehingga harga pokok penjualan menjadi lebih kecil. Dampak komparatif tersebut menyebabkan metode pilihan persediaan memengaruhi laporan laba rugi serta kebijakan pajak dan laporan keuangan perusahaan. Pilihan ini perlu disesuaikan dengan tujuan manajemen dan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Della Puspita -
Nama : Della Puspita
Npm : 2453031007

Apabila harga barang meningkat, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan FIFO. Hal ini karena LIFO menganggap barang yang dibeli terakhir (dengan harga lebih tinggi) dijual terlebih dahulu, sehingga biaya pokok penjualan lebih besar dan laba bersih menjadi lebih kecil. Sedangkan pada FIFO, barang yang dibeli lebih dulu (dengan harga lebih rendah) dijual terlebih dahulu, sehingga biaya lebih kecil dan laba terlihat lebih tinggi.

Sebaliknya, ketika harga barang menurun, metode LIFO justru menghasilkan laba yang lebih tinggi, karena barang terakhir yang dijual memiliki harga perolehan lebih rendah. Sementara FIFO menghasilkan laba lebih rendah, sebab barang yang dijual berasal dari pembelian lama dengan harga yang lebih tinggi.

Dengan demikian, pemilihan metode LIFO atau FIFO berpengaruh terhadap besarnya laba yang dilaporkan perusahaan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Gifrika Tutut Pradiyana -
Nama: Gifrika Tutut Pradiyana
NPM: 2453031008
Kelas: 2024 C

Menurut Pendapat saya Mengenai Perbandingan FIFO dan LIFO, Bayangkan biaya persediaan seperti tumpukan barang yang harganya selalu berubah-ubah.

1. Ketika Harga Barang Terus Naik (Inflasi)
Saat harga barang di pasaran terus naik, biaya untuk mengisi ulang stok kita juga ikut naik.
• LIFO (Barang mahal keluar duluan): Metode ini menganggap barang yang kita jual adalah barang yang paling baru kita beli, yaitu yang harganya paling mahal.
Dampaknya: Karena kita menjual dengan biaya yang tinggi (HPP tinggi), maka keuntungan (laba bersih) yang kita catat akan terlihat lebih rendah daripada FIFO.
Jadi, Kita mencatat biaya yang lebih jujur sesuai harga pasar saat ini, jadi untung kita terlihat "kecil" dan ini bisa menghemat pajak (jika LIFO diizinkan).
•FIFO (Barang murah keluar duluan): Metode ini menganggap barang yang kita jual adalah barang lama yang kita beli saat harganya masih murah.
Dampaknya: Karena kita menjual dengan biaya yang rendah (HPP rendah), maka keuntungan (laba bersih) yang kita catat akan terlihat lebih tinggi.
Jadi, Untung kita terlihat "besar", tapi laba ini sering disebut untung-untungan, karena uang laba itu sebenarnya harus segera dipakai untuk membeli stok baru yang harganya sudah mahal. Kita pun harus bayar pajak lebih banyak.

2. Ketika Harga Barang Terus Turun (Deflasi)
Jika harga barang di pasaran justru sedang turun, biaya untuk mengisi ulang stok kita juga ikut turun.
• LIFO (Barang murah keluar duluan): Metode ini menganggap barang yang kita jual adalah barang yang baru kita beli, yaitu yang harganya paling murah.
Dampaknya: Karena kita menjual dengan biaya yang paling rendah (HPP rendah), maka keuntungan (laba bersih) yang kita catat akan terlihat lebih tinggi.
• FIFO (Barang mahal keluar duluan): Metode ini menganggap barang yang kita jual adalah barang lama yang kita beli saat harganya masih mahal.
Dampaknya: Karena kita menjual dengan biaya yang lebih tinggi (HPP tinggi), maka keuntungan (laba bersih) yang kita catat akan terlihat lebih rendah.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Melinda Dwi Safitri -

Nama: Melinda Dwi Safitri

Npm: 2413031092

Selama periode harga meningkat, metode LIFO cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO. Hal ini terjadi karena LIFO (Last In, First Out) mengakui harga perolehan barang terakhir yang lebih mahal akibat inflasi sebagai beban pokok penjualan, sehingga biaya yang diakui lebih tinggi dan laba bersih menjadi lebih rendah. Sebaliknya, FIFO (First In, First Out) menggunakan harga barang yang dibeli lebih awal dengan biaya yang lebih rendah, membuat beban pokok penjualan lebih kecil dan laba bersih tampak lebih tinggi. Namun, ketika harga menurun atau terjadi deflasi, pengaruhnya berbalik: metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena harga perolehan terakhir yang diakui sebagai biaya lebih rendah dibandingkan harga lama.

Perbedaan ini juga memengaruhi elemen lain dalam laporan keuangan. Pada saat harga meningkat, laba bersih yang lebih rendah di bawah LIFO berarti pajak penghasilan yang harus dibayar juga lebih kecil, sehingga memberikan keuntungan dari sisi arus kas. Sementara itu, nilai persediaan yang tersisa di neraca akan lebih tinggi dengan metode FIFO karena masih mencerminkan harga-harga terbaru yang lebih mahal. Dalam kondisi penurunan harga, situasinya berbalik: LIFO menghasilkan laba lebih tinggi dan nilai persediaan yang lebih rendah. Dengan demikian, perbedaan antara kedua metode ini menunjukkan bagaimana pilihan metode pencatatan persediaan dapat memengaruhi hasil laporan keuangan, baik dari sisi laba, pajak, maupun relevansi nilai aset yang dilaporkan.

In reply to First post

Re: Diskusi

by IREN AGISTA PUTRI 2413031071 -
NAMA : Iren Agista Putri
NPM : 243031071

Metode LIFO (Last In, First Out) menghasilkan laba bersih yang lebih rendah selama periode harga meningkat dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Ini karena pada metode LIFO, harga pokok penjualan menggunakan harga barang yang terbaru dan lebih tinggi, sehingga biaya penjualan naik dan laba bersih menurun. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan harga barang yang pertama dibeli yang biasanya lebih rendah, sehingga laba bersih menjadi lebih tinggi saat harga naik.

Dalam periode penurunan harga, situasi ini berbalik. Metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO karena harga pokok penjualan dicatat berdasarkan harga terbaru yang lebih rendah, sementara FIFO menggunakan harga pertama yang lebih tinggi sehingga laba lebih rendah.

Singkatnya:
Harga meningkat: LIFO laba bersih lebih rendah, FIFO lebih tinggi.
Harga menurun: LIFO laba bersih lebih tinggi, FIFO lebih rendah.

Pengaruh komparatif ini juga berdampak pada nilai persediaan akhir dan pajak yang harus dibayar perusahaan. LIFO cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang lebih rendah dan pajak penghasilan yang lebih rendah selama inflasi
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rulla Alifah -
Nama : Rulla Alifah
NPM : 2413031093

Dibandingkan dengan metode FIFO (First In, First Out), metode LIFO (Last In, First Out) umumnya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah ketika harga barang meningkat. Hal ini karena LIFO mengakui persediaan yang dibeli terakhir, dengan harga yang lebih tinggi, sebagai barang yang dijual terlebih dahulu. Akibatnya, harga pokok penjualan menjadi lebih besar sehingga laba bersih menurun. Sebaliknya, pada saat harga mengalami penurunan, metode LIFO justru dapat menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO. Hal ini disebabkan oleh pengakuan persediaan terakhir yang memiliki harga lebih rendah, sehingga harga pokok penjualan menjadi lebih kecil dan laba bersih meningkat.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Sofia Dilara -
Nama: Sofia Dilara
NPM: 2413031091
Kelas: 2024 C

Jika dibandingkan dengan metode FIFO, metode LIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah saat harga barang meningkat. Hal ini karena LIFO menganggap barang yang terakhir dibeli dijual lebih dulu, padahal barang terakhir biasanya memiliki harga lebih tinggi ketika terjadi kenaikan harga. Akibatnya, harga pokok penjualan menjadi lebih tinggi dan laba bersihnya otomatis lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menggunakan barang yang dibeli lebih dulu, yang harganya masih murah, sehingga laba bersih tampak lebih besar.

Namun, kalau kondisi pasar sedang turun atau harga menurun, situasinya justru berbalik. LIFO bisa menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi, karena barang terakhir yang dibeli memiliki harga lebih rendah, sementara FIFO menggunakan barang lama yang harganya lebih mahal. Jadi secara singkat, saat harga naik, FIFO lebih menguntungkan, tetapi saat harga turun, LIFO yang lebih menguntungkan. Dalam praktiknya, perusahaan biasanya memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi pasar dan tujuan laporan keuangannya, apakah ingin menunjukkan laba yang tinggi untuk menarik investor atau menekan laba agar beban pajak lebih rendah.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nuraini Naibaho 2413031076 -

Nama : Nuraini Naibaho

Nomor telepon : 2413031076

Kelas : 24 C

Menurut saya, jika dibandingkan dengan metode FIFI (First In, First Out), metode LIFO (Last in, First Out), cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih rendah ketika harga barang mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena dalam metode LIFO, persediaan yang dibeli terakhir yang harganya lebih mahal akibat inflasi dianggap dijual terlebih dahulu. Kondisi tersebut membuat Harga Pokok Penjualan (HPP) meningkat, sehingga laba kotor dan laba bersih yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Sementara itu, metode FIFO mengasumsikan brang yang lebih dulu dibeli (dengan harga yang lebih murah) dijual terlebih dahulu, sehingga HPP lebih rendah dan laba bersih menjadi lebih tinggi.

Namun, ketika terjadi penurunan harga (deflasi), hasilnya akan berbanding terbalik. Dalam kondisi ini, metode LIFO akan memberikan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Hal ini karena barang yang dibeli terakhir memiliki harga lebih rendah, menyebabkan HPP menjadi lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO akan menunjukkan laba yang lebih rendah karena barang yang dibeli lebih awal memiliki harga yang lebih tinggi, sehingga HPP juga meningkat.

Dengan demikian, perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada urutan pengakuan biaya pengadaan yang berdampak langsung terhadap besar kecilnya HPP dan laba bersih. Pemilihan metode biasanya disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.

In reply to First post

Re: Diskusi

by Adinda Putri Zahra -
Nama: Adinda Putri Zahra
NPM: 2413031083
Kelas: 2024C

Menurut pendapat saya perbandingan antara metode perhitungan biaya persediaan LIFO (Last-In, First-Out) dan FIFO (First-In, First-Out) memberikan pengaruh langsung terhadap laporan laba bersih, yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga. Pada saat harga naik (inflasi), metode LIFO biasanya menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena Harga Pokok Penjualan (HPP) dihitung berdasarkan biaya persediaan terbaru yang lebih tinggi, sehingga laba kotor menjadi lebih kecil. Sebaliknya, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih besar karena HPP berdasarkan biaya persediaan yang lebih lama dan lebih murah. Namun, dampak ini akan berubah selama periode penurunan harga (deflasi), di mana LIFO bisa memberikan laba bersih yang lebih tinggi (karena HPP memakai biaya terbaru yang lebih rendah) sementara FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih rendah (karena HPP memakai biaya terlama yang lebih tinggi). Pemilihan metode ini sangat penting bagi perusahaan, meskipun penting untuk diingat bahwa metode LIFO tidak diperkenankan dalam Standar Akuntansi Internasional (IFRS/PSAK) serta banyak hukum di tempat lain.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Lola Egidiya -
Nama : Lola Egidiya
NPM : 2413031087
Kelas : 24C

Ketika harga barang mengalami kenaikan atau inflasi, metode FIFO (First In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode LIFO (Last In, First Out). Hal ini karena FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli dengan harga lebih rendah adalah yang pertama kali dijual, sehingga harga pokok penjualan (HPP) menjadi lebih kecil dan laba bersih tampak lebih besar. Sebaliknya, metode LIFO menggunakan harga pembelian terakhir yang lebih tinggi sebagai dasar HPP, sehingga beban biaya meningkat dan laba bersih menjadi lebih rendah. Namun, dalam kondisi seperti ini, LIFO bisa menguntungkan dari sisi perpajakan karena laba yang lebih rendah berarti pajak yang harus dibayar juga lebih kecil. Sementara itu, ketika harga barang justru menurun atau terjadi deflasi, pengaruhnya akan berbalik. Pada situasi penurunan harga, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah karena HPP menggunakan harga lama yang lebih tinggi, sedangkan LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena HPP didasarkan pada harga pembelian terakhir yang lebih rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi saat harga naik, sedangkan metode LIFO memberikan laba lebih tinggi saat harga turun.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Niabi Rahma Wati -
Nama: Niabi Rahma Wati
NPM: 2413031078

Metode penilaian persediaan FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) memiliki perbedaan pada cara menentukan harga pokok penjualan dan nilai persediaan akhirnya. FIFO berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli akan dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualan didasarkan pada biaya lama, sedangkan persediaan akhinya menggambarkan harga pembelian terbaru. Sebaliknya, LIFO berasumsi bahwa barang yang terakhir dibeli justru dijual terlebih dahulu, sehingga harga pokok penjualannya dihitung menggunakan biaya terbaru, dann persediaan akhir mencerminkan harga lama. Perbedaan mekanisme ini memiliki konsekuensi langsung terhadap laba maupun laporan keuangan Perusahaan.
Ketika terjadi kondisi peningkatan harga barang (inflasi), metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih tinggi, karena harga pokok penjualannya lebih rendah akibat menggunakan biaya pembelian lama yang masih murah. Sedangkan metode LIFO menghasilkan laba yang lebih rendah, karena HPP-nya lebih tinggi akibat menggunakan biaya pembelian terbaru yang lebih mahal. Contohnya, jika sebuah Perusahaan membeli barang secara bertahap dengan harga yang terus naik, metode FIFO akan mencatat HPP berdasarkan pada harga lama, sedangkan metode LIFO menggunakan harga terbaru, sehingga laba bersih di bawah metode LIFO akan lebih kecil. Namun sebaliknya, ketika harga barang menurun (deflasi), efeknya akan terbalik ketika kondisi ini metode LIFO akan menghasilkan laba lebih tinggi dibanding dengan FIFO.
Jika dilihat dari sisi praktis, pemilihan metode ini sering dikaitkan dengan strategi pelaporan dan pertimbangan pajak. Perusahaan di negara yang memperbolehkan LIFO, seperti Amerika Serikat, kadang memilih metode tersebut untuk menekan laba pada masa inflasi sehingga beban pajak juga dapat berkurang. Namun, Perusahaan yang ingin menampilkan kondisi keuangan yang lebih mencerminkan nilai ekonomis terkini biasanya memilih metode FIFO, karena nilai persediaan akhirnya lebih dianggap realistis terhadap harga pasar. Dalam konteks pelaporan keuangan di Indonesia, metode LIFO tidaklah diperbolehkan oleh PSAK, hal ini dikarenakan kurang menggambarkan kondisi ekonomi sebenarnya dan dapat menimbulkan distorsi pada nilai aset serta laba. Dengan begitu, pemilihan, metode penilaian persediaan bukan hanya masalah teknis akuntansi, namun juga strategi bisnis dan Keputusan standar.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Alfiantika Putri -
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO selama periode harga meningkat karena LIFO mengakui harga pokok penjualan berdasarkan biaya barang yang terakhir dibeli atau diproduksi, yang biasanya lebih tinggi saat harga naik. Akibatnya, biaya yang lebih tinggi tersebut mengurangi laba bersih. Sebaliknya, selama periode penurunan harga, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO. Hal ini terjadi karena LIFO mengakui biaya barang yang terakhir, yang dalam kondisi harga turun akan lebih rendah, sehingga laba bersih yang dilaporkan menjadi lebih besar. Dengan kata lain, secara perbandingan selama harga naik, FIFO menghasilkan laba yang lebih tinggi, sementara selama harga turun, LIFO menghasilkan laba yang lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rency Husna Adinda -
Nama: Rency Husna Adinda
Npm: 2413031082

Menurut pendapat saya, ketika harga-harga mengalami kenaikan (inflasi), metode LIFO (Last In, First Out) cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan metode FIFO (First In, First Out). Hal ini karena biaya persediaan yang digunakan dalam perhitungan berasal dari pembelian terakhir dengan harga yang lebih tinggi, sehingga laba yang diperoleh berkurang.
Sebaliknya, pada saat harga-harga menurun (deflasi), metode LIFO dapat memberikan laba bersih yang lebih besar daripada FIFO, sebab harga pokok persediaan yang dikeluarkan lebih rendah dari harga pasar saat ini.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rizky Abelia Putri -
Rizky Abelia P
2413031098

Dari yang saya ketahui,
Selama periode harga meningkat, metode LIFO menghasilkan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO. Hal ini karena LIFO mencatat harga persediaan terbaru (yang lebih tinggi saat inflasi) sebagai biaya pokok penjualan, sehingga biaya menjadi lebih tinggi dan laba bersih menurun. Sebaliknya, FIFO menggunakan harga persediaan yang lebih lama (lebih rendah saat inflasi), sehingga menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. dan juga sebalik nya saat harga turun.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Siti haryanti 2413031094 -
Nama : Siti Haryanti
Npm : 2413031094


Menurut saya, saat harga meningkat, metode FIFO menghasilkan laba bersih lebih tinggi karena HPP lebih rendah, sedangkan LIFO menghasilkan laba lebih rendah karena HPP lebih tinggi. Namun, jika harga menurun, dampaknya berbalik: LIFO memberi laba lebih tinggi dan FIFO justru lebih rendah. Perbedaan ini juga memengaruhi beban pajak, dan perlu dicatat bahwa LIFO tidak diperbolehkan dalam IFRS.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Esa Azalia Zahra -
Nama: Esa Azalia Zahra
NPM: 2413031084
Kelas: 24 C

Menurut pendapat saya, perbandingan antara metode perhitungan biaya persediaan FIFO (First-In, First-Out) dan LIFO (Last-In, First-Out), biasanya LIFO memberikan laba bersih yang lebih rendah pada saat harga barang mengalami kenaikan (inflasi). Ini disebabkan karena LIFO menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan menggunakan biaya barang terbaru yang lebih mahal, sehingga HPP menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, pada saat harga barang cenderung turun (deflasi), hasilnya akan berbeda: LIFO dapat menunjukkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan FIFO, karena HPP akan mengacu pada biaya barang yang lebih rendah (biaya terbaru), menyisakan biaya lebih tinggi dalam persediaan akhir.