Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
Kelas : 2023 C
1. Anggaran Tradisional vs. NPM: Dua Kutub dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam mengelola uang negara, ada dua pendekatan utama yang bisa kita lihat perbedaannya: anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM). Ibarat dua kutub, keduanya punya filosofi yang berbeda soal fokus, cara kerja, dan tujuan yang ingin dicapai.
- Anggaran Tradisional: Fokus pada Pengendalian dan Kepatuhan. Anggaran tradisional, atau sering disebut line-item budgeting, lebih menekankan pada pengendalian input atau masukan. Misalnya, berapa banyak uang yang dialokasikan untuk gaji pegawai, belanja barang, atau modal. Intinya, memastikan bahwa uang negara dibelanjakan sesuai dengan pos-pos yang sudah ditetapkan. Proses penyusunannya cenderung incremental, alias anggaran tahun sebelumnya jadi patokan. Biasanya, perubahan hanya berupa penambahan atau pengurangan kecil dari alokasi sebelumnya. Anggaran disusun berdasarkan pos-pos pengeluaran (line items) tanpa terlalu memikirkan apakah programnya efektif atau efisien. Tujuan utamanya adalah kepatuhan hukum dan akuntabilitas keuangan. Jadi, lebih fokus ke pengawasan pengeluaran dan pencegahan penyalahgunaan dana.
Namun, ada beberapa kekurangan dari pendekatan ini. Pertama, kurang fleksibel buat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan atau prioritas. Kedua, kurang berorientasi pada kinerja, jadi sulit untuk mengukur hasil yang dicapai dari pengeluaran publik. Ketiga, bisa mendorong pemborosan karena anggaran didasarkan pada alokasi sebelumnya.
- Anggaran Berbasis NPM: Fokus pada Kinerja dan Hasil. Jika anggaran berbasis NPM, fokusnya bergeser ke hasil atau output dan dampak (outcome) yang ingin dicapai dari pengeluaran publik. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja. Proses penyusunannya lebih komprehensif dan strategis. Anggaran disusun berdasarkan program atau kegiatan yang punya tujuan dan indikator kinerja yang jelas. Alokasi anggaran didasarkan pada kinerja di masa lalu dan potensi pencapaian target kinerja di masa depan. Jadi, anggaran digunakan sebagai alat untuk mengelola kinerja dan mencapai hasil yang optimal bagi masyarakat.
Pendekatan ini punya beberapa kelebihan. Pertama, lebih fleksibel buat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan atau prioritas. Kedua, berorientasi pada kinerja, jadi ada cara untuk mengukur dan mengevaluasi hasil yang dicapai dari pengeluaran publik. Ketiga, mendorong efisiensi karena alokasi anggaran didasarkan pada kinerja. Meskipun begitu, ada juga beberapa tantangan, seperti sulitnya mengukur kinerja sektor publik, potensi manipulasi data, dan kebutuhan akan sistem informasi yang canggih.
Sumber:
- Hood (1991) menjelaskan NPM sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sektor publik melalui adopsi praktik manajemen bisnis.
- Osborne dan Gaebler (1992) menekankan pentingnya reinventing government melalui desentralisasi, kompetisi, dan orientasi pada hasil.
2. ZBB: Jembatan antara Tradisional dan NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penyusunan anggaran yang mengharuskan setiap unit kerja untuk memulai dari "nol" setiap tahunnya. Jadi, setiap program atau kegiatan harus dievaluasi lagi dari awal, tanpa mengacu pada anggaran tahun sebelumnya. ZBB ini bisa jadi jembatan yang efektif untuk mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM.
Proses Implementasi ZBB:
1. Identifikasi Unit Pengambil Keputusan: Langkah pertama adalah mengidentifikasi unit-unit kerja yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan anggaran.
2. Penyusunan Paket Keputusan: Setiap unit pengambil keputusan harus menyusun paket keputusan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan. Paket keputusan ini harus mencakup deskripsi program, tujuan, alternatif cara mencapai tujuan, biaya, manfaat, dan indikator kinerja.
3. Evaluasi dan Peringkat Paket Keputusan: Paket-paket keputusan dievaluasi dan diperingkat berdasarkan prioritas dan efektivitasnya dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Alokasi Anggaran: Anggaran dialokasikan berdasarkan peringkat paket keputusan. Program atau kegiatan dengan peringkat tertinggi akan mendapatkan prioritas dalam alokasi anggaran.
5. Monitoring dan Evaluasi Kinerja: Kinerja program atau kegiatan yang telah dianggarkan dipantau dan dievaluasi secara berkala.
Bagaimana ZBB Mengatasi Kesenjangan?
ZBB membantu mengatasi incrementalism dalam anggaran tradisional dengan memaksa setiap unit kerja untuk membenarkan setiap pengeluaran dari awal. Ini membantu mengidentifikasi dan menghilangkan program atau kegiatan yang tidak efektif atau tidak relevan. ZBB juga meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan mendorong unit kerja untuk mencari cara yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, ZBB meningkatkan akuntabilitas kinerja dengan mengharuskan setiap program atau kegiatan memiliki indikator kinerja yang jelas. Terakhir, ZBB mendukung implementasi NPM dengan menekankan pada efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja.
Dengan mengimplementasikan ZBB secara efektif, organisasi sektor publik dapat mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM, serta mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien dan efektif.
Sumber:
Cheung dan Chan (2002) meneliti implementasi ZBB di sektor publik dan menemukan bahwa ZBB dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja dan mengurangi pemborosan.