Diskusi

Diskusi

Number of replies: 18

Cobalah anda diskusikan beberapa pertanyaan berikut ini bersama teman-teman disini sebagai bukti anda hadir. Berikan respon anda terhadap pertanyaan berikut dan sertakan argumen dari berbagai sumber.

  1. Bagaimanakah paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
  2. Bagaimanakah proses implementasi ZBB dalam mengatasi kesenjangan anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
In reply to First post

Re: Diskusi

by Lusi Yana Agustina -
Nama: Lusi Yana Agustina
NPM: 2313031069

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional (traditional budgeting) bersifat input-oriented, di mana fokus utamanya adalah pada pengalokasian sumber daya berdasarkan rencana sebelumnya (incremental). Sistem ini lebih menekankan pada kontrol administratif dan kepatuhan terhadap aturan, bukan pada hasil atau kinerja. Menurut Mardiasmo (2009), kelemahan utama anggaran tradisional adalah minimnya fokus pada efektivitas dan efisiensi, sehingga tidak mampu mendorong inovasi atau peningkatan kualitas layanan publik.
Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) lebih output-oriented dan menekankan hasil serta kinerja. Dalam sistem ini, anggaran dikaitkan dengan target dan indikator kinerja, serta mendorong efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. NPM juga membawa pendekatan manajerial sektor swasta ke sektor publik, seperti adanya kontrak kinerja, evaluasi hasil, dan fleksibilitas manajerial (Hood, 1991).

2. Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Antara Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah pendekatan penyusunan anggaran dari “nol” setiap periode, artinya setiap kegiatan harus dijustifikasi dari awal. ZBB tidak otomatis mengasumsikan bahwa program tahun lalu akan dilanjutkan, sehingga cocok untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang bersifat rutinitas dan inkremental.
Dalam konteks transisi dari anggaran tradisional ke anggaran berbasis NPM, ZBB berperan penting karena memaksa organisasi untuk menilai setiap program berdasarkan efektivitas dan efisiensinya. Menurut Schick (1990), ZBB mendorong keterlibatan aktif dalam penilaian program dan pengalokasian dana berdasarkan prioritas yang benar-benar dibutuhkan, bukan berdasarkan sejarah atau kebiasaan sebelumnya.
Dengan demikian, ZBB bisa menjembatani kesenjangan antara sistem anggaran lama yang kaku dan sistem NPM yang dinamis, karena mampu menghubungkan antara penggunaan sumber daya dan hasil kinerja yang terukur.

Jadi kesimpulannya adalah paradigma anggaran tradisional dan NPM memiliki perbedaan mendasar dalam orientasi dan tujuan. ZBB hadir sebagai pendekatan yang dapat membantu melakukan transisi menuju sistem anggaran yang lebih kinerja-oriented sesuai semangat NPM.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Wina Nadia Maratama -
Nama: Wina Nadia Maratama
NPM: 2313031070

1.Dalam sistem anggaran tradisional, perhatian utama diarahkan pada input, yakni besarnya dana yang dialokasikan dan kepatuhan penggunaannya terhadap aturan yang berlaku. Pola ini identik dengan sifat administratif dan birokratis, sehingga aspek hasil sering kali terpinggirkan. Sejalan dengan itu, Mardiasmo (2009) menyebut bahwa anggaran tradisional lebih menekankan fungsi pengendalian administratif daripada orientasi hasil. Berbeda dengan itu, munculnya paradigma New Public Management (NPM) menjadi jawaban atas keterbatasan tersebut. NPM mengalihkan fokus pada output dan outcome yang lebih nyata bagi masyarakat. Hood (1991) menegaskan bahwa NPM hadir karena anggaran tradisional dipandang boros dan tidak responsif terhadap kebutuhan publik. Oleh karena itu, orientasi NPM tidak hanya berhenti pada berapa besar dana yang keluar, melainkan menekankan apakah pengeluaran itu benar-benar menghasilkan manfaat yang dirasakan masyarakat luas.
2.Metode Zero Based Budgeting (ZBB) menawarkan pendekatan yang berbeda karena setiap unit organisasi wajib menyusun anggaran dari titik nol pada setiap periode, bukan sekadar melanjutkan alokasi sebelumnya. Pyhrr (1970), sebagai penggagas, menekankan bahwa setiap program harus dijustifikasi dari awal agar tidak ada pemborosan anggaran. Tahapannya meliputi identifikasi unit keputusan, penyusunan paket keputusan, penentuan prioritas, hingga penetapan alokasi sesuai kebutuhan. Pendekatan ini dinilai efektif untuk menutupi kelemahan anggaran tradisional yang kaku dan berorientasi pada input, sekaligus menguatkan semangat NPM yang menekankan kinerja dan hasil. Seperti yang ditegaskan Schick (1998), ZBB mampu meminimalkan keterbatasan model lama dengan memastikan anggaran yang diajukan benar-benar relevan, rasional, dan akuntabel. Dengan demikian, ZBB berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan sistem lama yang prosedural dengan sistem modern yang berbasis kinerja dan manfaat nyata.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Icha Fera Nika -
Nama : Icha Fera Nika
NPM : 2313031065

1. Paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM
Anggaran tradisional biasanya berfokus pada input, yaitu berapa banyak uang yang dialokasikan untuk pos-pos tertentu berdasarkan pola tahun sebelumnya. Model ini cenderung bersifat incremental (penambahan sedikit demi sedikit dari anggaran tahun lalu) tanpa terlalu mempertimbangkan hasil atau kinerja. Kelebihannya adalah mudah dipahami dan relatif sederhana, tetapi kelemahannya seringkali kurang memperhatikan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana. Sementara itu, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) lebih menekankan pada output dan outcome. Anggaran tidak lagi hanya soal berapa uang yang keluar, tetapi lebih pada apa yang dihasilkan dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat. Dengan demikian, NPM mendorong transparansi, akuntabilitas, dan pengukuran kinerja dalam pengelolaan keuangan publik.

2. Implementasi ZBB untuk mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penyusunan anggaran yang tidak otomatis mengacu pada tahun sebelumnya, melainkan semua program harus dianalisis dari nol setiap periode anggaran. Dengan ZBB, setiap unit kerja wajib menjelaskan tujuan, manfaat, biaya, dan prioritas program sebelum disetujui. Hal ini membantu mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung rutin dan boros, sekaligus mendukung prinsip NPM yang menekankan efisiensi dan hasil nyata. Implementasi ZBB mendorong instansi pemerintah lebih kritis dalam menentukan kebutuhan, mengurangi program yang tidak relevan, serta memastikan dana dialokasikan untuk kegiatan yang memberi manfaat terbesar bagi masyarakat. Dengan cara ini, ZBB bisa menjadi jembatan antara pendekatan tradisional yang input-oriented dengan paradigma NPM yang outcome-oriented.
In reply to First post

Re: Diskusi

by annisa annisa yulianti -
Nama : Annisa Yulianti
Npm : 2313031062

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Anggaran tradisional memiliki ciri utama yaitu pendekatan incrementalism, di mana penyusunan anggaran didasarkan pada anggaran tahun sebelumnya dengan penyesuaian seperti inflasi atau jumlah penduduk tanpa kajian mendalam terhadap kebutuhan riil atau prioritas baru. Fokus utamanya adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban secara akuntansi yang terpusat, dengan struktur anggaran yang bersifat line-item berdasarkan jenis pengeluaran atau penerimaan. Namun, anggaran tradisional sering kali mengabaikan aspek efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dalam pelayanan, serta tidak mempertimbangkan apakah suatu program masih relevan atau prioritas untuk dijalankan, sehingga cenderung mempertahankan status quo tanpa inovasi yang berarti. Penilaian kinerja lebih berdasarkan kepatuhan penggunaan dana daripada hasil atau outcome yang dicapai. Ini menghasilkan kemungkinan pemborosan dan anggaran yang tidak relevan dengan kebutuhan saat ini.

Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada penganggaran yang berorientasi pada kinerja dan hasil. Anggaran disusun dengan fokus pada output dan outcome program, serta menggunakan pendekatan yang lebih transparan dan bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya publik. NPM mendorong manajemen untuk lebih efisien, ekonomis, dan efektif dengan prinsip value for money, serta memberikan ruang bagi delegasi tanggung jawab dan partisipasi unit-unit kerja dalam proses penganggaran. Pendekatan ini lebih fleksibel dalam menyesuaikan anggaran dengan kebutuhan strategis dan prioritas organisasi atau pemerintah, serta memperhatikan hasil yang ingin dicapai sebagai tolok ukur keberhasilan program.

2. Proses Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) muncul sebagai solusi untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang bersifat incremental dengan memulai penyusunan anggaran dari nol (zero base). Proses implementasi ZBB melibatkan beberapa tahapan penting. Pertama, identifikasi unit-unit keputusan yang bertanggung jawab atas program atau aktivitas tertentu. Kedua, menentukan paket-paket keputusan yang menggambarkan berbagai alternatif program dan kebutuhan biaya secara rinci. Ketiga, evaluasi dan peringkat paket keputusan berdasarkan manfaat yang dihasilkan dibandingkan dengan biaya yang diperlukan. Dengan demikian, alokasi dana tidak hanya mengikuti besaran anggaran tahun sebelumnya, melainkan berdasarkan kebutuhan aktual dan prioritas pada periode anggaran tersebut.

Implementasi ZBB memungkinkan pengalokasian sumber daya yang lebih efisien dan efektif karena setiap program atau kegiatan harus dibenarkan secara mendetail serta relevan dengan tujuan organisasi. Pendekatan ini meningkatkan partisipasi manajemen tingkat bawah dalam penyusunan anggaran, mendorong kesadaran cost-awareness, serta memudahkan identifikasi inefisiensi dan kegiatan yang tidak produktif. Namun, ZBB juga dikenal sebagai metode yang memakan waktu dan sulit diterapkan sepenuhnya karena membutuhkan analisis dan dokumentasi yang mendalam untuk setiap aktivitas yang diajukan.

Secara keseluruhan, ZBB menjadi jembatan untuk mengintegrasikan paradigma anggaran tradisional dan berbasis NPM dengan memulai evaluasi anggaran tanpa prasangka atau incrementalisme, sehingga sumber daya dapat dialokasikan berdasarkan prioritas kebutuhan nyata dan hasil yang diharapkan dari penggunaan anggaran tersebut.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Dia Ravikasari -
Nama: Dia Ravikasari
NPM: 2313031067

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
- Anggaran Tradisional
Paradigma anggaran tradisional bersifat incremental (bertahap), line-item, dan sentralistis (Majid, 2019). Sering kali anggaran tahun depan didasarkan pada realisasi tahun sebelumnya dengan penyesuaian tertentu (misal inflasi) tanpa mengevaluasi kebutuhan secara mendasar (Majid, 2019; Haryanto dkk., 2007). Sistem ini kurang transparan, cenderung tidak responsif, dan kurang mengakomodasi efektivitas dan efisiensi secara optimal (Majid, 2019).
- Anggaran Berbasis NPM (New Public Management)
Paradigma NPM berorientasi pada hasil, kinerja, dan akuntabilitas. Anggaran NPM menggunakan pendekatan yang lebih sistematis dan rasional dengan menekankan value for money, pencapaian tujuan, dan penggunaan metode seperti Performance Budgeting, Planning Programming and Budgeting System (PPBS), dan Zero Based Budgeting (ZBB) (Majid, 2019). Fokusnya adalah efektivitas penggunaan dana, transparansi, dan pengawasan yang ketat (Majid, 2019).

2. Implementasi Zero Based Budgeting (ZBB) untuk Mengatasi Kesenjangan
Proses Implementasi ZBB
1) Identifikasi unit keputusan (responsibility center) sebagai pengelola anggaran.
2) Penyusunan paket keputusan yang merinci kegiatan, biaya, dan manfaat.
3) Evaluasi dan pemeringkatan paket berdasarkan nilai tambah dan prioritas.
4) Alokasi sumber daya berdasarkan paket terbaik untuk mencapai tujuan organisasi (Majid, 2019).

Mengatasi Kesenjangan
ZBB bertindak sebagai jembatan antara anggaran tradisional dan NPM dengan menyediakan metode yang lebih analitis dan berbasis kinerja untuk penganggaran. Hal ini meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, dan relevansi pengeluaran publik, yang sesuai dengan prinsip NPM (Majid, 2019).
In reply to First post

Re: Diskusi

by Andani Tanemu -
Nama : Andani Tanemu
NPM : 2313031078

1. Paradigma anggaran tradisional berfokus pada input dan kepatuhan terhadap aturan administratif. Dalam pendekatan ini, anggaran disusun berdasarkan alokasi tahun sebelumnya (incremental budgeting) tanpa mempertimbangkan secara mendalam kinerja atau efektivitas program. Tujuannya lebih menekankan pada kontrol fiskal dan legalitas, di mana kesuksesan pengelolaan anggaran diukur dari seberapa besar serapan anggaran, bukan pada hasil atau manfaat yang dicapai oleh program-program tersebut.
Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis NPM (New Public Management) mengutamakan hasil (output) dan dampak (outcome) dari belanja publik. Pendekatan ini berorientasi pada efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas kinerja. Anggaran tidak hanya dilihat sebagai alokasi dana, tetapi sebagai instrumen strategis untuk mencapai target pembangunan dan peningkatan layanan publik. NPM mengadopsi praktik manajemen sektor swasta dalam sektor publik, seperti pengukuran kinerja, desentralisasi, dan persaingan antar unit kerja.

2. Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah pendekatan penganggaran yang mewajibkan setiap program atau kegiatan untuk dijustifikasi dari awal tanpa mengandalkan alokasi tahun sebelumnya. Dalam sistem ini, setiap unit kerja harus memulai perencanaan anggaran dari nol dan menyusun prioritas berdasarkan kebutuhan aktual dan relevansi terhadap tujuan organisasi. Tidak ada program yang secara otomatis menerima anggaran hanya karena sudah pernah didanai di masa lalu.
Implementasi ZBB dapat mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM karena ZBB mendorong evaluasi program secara menyeluruh dan berbasis kinerja. Kegiatan yang tidak efektif atau tidak sesuai prioritas dapat dieliminasi, sementara sumber daya dialokasikan ke program yang memberikan manfaat nyata. ZBB membantu menciptakan transparansi dalam pengambilan keputusan anggaran dan mendorong efisiensi, sesuai dengan prinsip-prinsip NPM. Dengan ZBB, organisasi sektor publik dapat lebih mudah bertransisi dari fokus administratif ke arah manajemen berbasis hasil.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Tiara Katrina -
Nama : Tiara Katrina
NPM : 2313031058
KLS : C

Izin menjawab ibu secara mendasar, kedua paradigma ini memiliki cara pandang yang sangat berbeda tentang tujuan dan fungsi anggaran.
Paradigma Anggaram Tradisonal sendiri merupakan pendekatan klasik dalam pengannggaran yang berfokus pada kontrol dan akuntabilitas pengeluaran. Anggaran yang dilihat sebagai alat untuk mengawasi setiap rupiah yang dibelanjakan.
Karakteristik utama yaitu :
- Inkremental : yaitu anggaran tahunan yang disusun dengan hanya menambah atau mengurangi (sedikit modifikasi) dari anggaran tahun lalu.
- Berorientasi pada input : fokus utamanya ada pada apa yang dibeli (gaji, ATK, biaya perjalanan dinas) bukan pada apa yang dihasilkan dari pembelian tersebut. Kinerja diukur dari seberapa patuh sebuh unit menghabiskan anggarannya, bukan dari efektivitas program.
- Line item : yiatu anggaran yang disusun berdasarkan jenis belanja misalnya pos anggaran gaji, pos anggaran peralatan).
Sedangkan paradigma berbasis NPM muncul sebagai kirik terhadap birokrasi tradisional. Paradigma ini mengadopsi prinsip-prinsip manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik dengan tujuan utama yaitu meningkatkan kinerja, efisiensi dan efektivitas.
Karakteristik utamanya yaitu
- Berorientasi pada kinerja
- Value for money
- Desentralisasi dan fleksibelitas
- Fokus pada outcome
- Jangka panjang.

Untuk implementasi daru Zero Based Budgting (ZBB) adalah metode penyusun anggaran yang dimana semua program dan aktivitas harus dievaluasi dan dijustifikasi dari nol setiap anggaran. Tidak ada anggaran tahun lalu yang menjadi patokan. ZBB menjadi jembatan ideal karena ia memaksa penerapan prinsip - prinsip NPM dalam sktruktur penganggaran yang sebelumnnya mungkin masih tradisional.

Bagaimana ZBB Mengatasi Kesenjangan?
1. Menghilangkan Inkrementalisme (Kelemahan Tradisional): ZBB secara radikal memutus kebiasaan hanya "menambah sedikit" dari anggaran tahun lalu. Dengan memulai dari nol, program yang tidak lagi relevan atau tidak efisien dapat dieliminasi, menghentikan pemborosan yang tersembunyi.
2. Mendorong Orientasi Kinerja (Prinsip NPM): Untuk mendapatkan persetujuan anggaran, setiap manajer harus menjelaskan tujuan, aktivitas, dan hasil yang diharapkan dari programnya. Ini secara otomatis menggeser fokus dari sekadar "belanja" (input) menjadi "pencapaian" (output & outcome).
3. Mewujudkan Value for Money (Prinsip NPM): Proses ZBB menuntut evaluasi berbagai alternatif cara untuk mencapai tujuan (misalnya, level layanan yang berbeda dengan biaya yang berbeda). Manajemen dipaksa untuk memilih opsi yang memberikan nilai paling optimal (efisien dan efektif).

Proses Implementasi ZBB
Implementasi ZBB umumnya mengikuti langkah-langkah sistematis berikut:
1. Identifikasi Unit Keputusan (Decision Units): Organisasi dipecah menjadi unit-unit terkecil yang dapat dianalisis secara independen. Ini bisa berupa departemen, divisi, atau bahkan proyek spesifik.
2. Pembuatan Paket Keputusan (Decision Packages): Ini adalah inti dari ZBB. Setiap manajer unit membuat dokumen (paket) yang berisi:
3. Deskripsi Aktivitas: Apa yang dilakukan oleh unit tersebut.
4. Tujuan dan Sasaran: Mengapa aktivitas ini penting.
5. Biaya dan Sumber Daya: Berapa biaya yang dibutuhkan.

Ukuran Kinerja: Bagaimana keberhasilan akan diukur.
1. Alternatif: Apa yang terjadi jika unit ini tidak didanai (dihilangkan), atau didanai pada level yang lebih rendah/tinggi.
2. Peringkat Paket Keputusan (Ranking): Manajemen puncak akan meninjau semua paket keputusan yang diajukan dari seluruh unit. Paket-paket ini kemudian diberi peringkat berdasarkan prioritas dan kontribusinya terhadap tujuan strategis organisasi.
3. Alokasi Anggaran: Anggaran dialokasikan ke paket-paket keputusan mulai dari peringkat tertinggi hingga dana yang tersedia habis. Paket dengan peringkat terendah tidak akan didanai.

Dengan proses ini, ZBB secara efektif berfungsi sebagai alat praktis untuk transisi dari paradigma anggaran tradisional yang kaku dan berorientasi pada input, menuju paradigma NPM yang dinamis, efisien, dan berorientasi pada kinerja.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nazwa Devita Mawarni -
Nama : Nazwa Devita Mawarni
NPM : 2313031071

1. Paradigma anggaran tradisional lebih menekankan pada input atau berapa banyak dana yang dialokasikan untuk setiap pos belanja, sehingga orientasinya lebih pada kepatuhan terhadap aturan dan administrasi. Model ini cenderung kaku, kurang fleksibel, dan seringkali tidak melihat apakah anggaran yang dikeluarkan benar-benar menghasilkan manfaat atau tidak. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) berorientasi pada hasil (output dan outcome). Anggaran berbasis NPM menekankan efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas, dengan cara mengukur kinerja instansi pemerintah layaknya organisasi sektor swasta. Hal ini sejalan dengan pendapat Osborne & Gaebler (1992) yang menyebut bahwa NPM berusaha mengubah birokrasi menjadi lebih responsif, inovatif, dan berfokus pada hasil.

2. Dalam konteks mengatasi kelemahan dari kedua paradigma tersebut, hadir konsep Zero Based Budgeting (ZBB). Proses implementasi ZBB dilakukan dengan cara menyusun anggaran dari nol setiap periode, bukan sekadar melanjutkan alokasi sebelumnya. Dengan metode ini, setiap program atau kegiatan harus dianalisis kembali urgensinya, manfaatnya, serta biayanya, sehingga anggaran benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan aktual. Studi oleh Journal Center (2025) menekankan bahwa ZBB mendorong efisiensi dan akuntabilitas karena setiap unit kerja wajib mempertimbangkan prioritas dari awal. Temuan lain oleh Areai Journal (2024) juga menegaskan bahwa keberhasilan ZBB sangat bergantung pada kesiapan SDM, sistem informasi, serta dukungan regulasi. Dengan demikian, ZBB dapat menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional yang kaku dan orientasi hasil pada NPM, karena memastikan hanya program yang relevan dan memberikan value for money yang akan didanai.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Dela Dela zulia pratiwi -
Nama : Dela zulia pratiwi
Npm: 2313031079

Menurut pendapat saya,
1. Paradigma Anggaran tradisional biasanya dibuat dengan cara menyalin anggaran tahun sebelumnya lalu menambah atau mengurangi sedikit sesuai kebutuhan. Fokusnya lebih ke jumlah uang yang dibelanjakan, bukan pada hasil yang dicapai. Sedangkan anggaran berbasis NPM (New Public Management) lebih menekankan pada kinerja, yaitu bagaimana uang yang dipakai bisa menghasilkan manfaat nyata, efisien, dan bisa dipertanggungjawabkan.

2. Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah cara menyusun anggaran dari nol setiap tahun. Jadi, setiap program harus dijelaskan kembali alasannya, manfaatnya, dan biayanya. Dengan begitu, kelemahan anggaran tradisional yang hanya mengikuti pola lama bisa dihindari. ZBB juga mendukung konsep NPM karena anggaran jadi lebih fokus pada prioritas, efektivitas, dan hasil nyata.

Jadi Kesimpulannya, penerapan ZBB dapat menjadi jembatan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM karena mampu mendorong penggunaan anggaran yang lebih rasional, transparan, dan berorientasi pada hasil nyata.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Rahma Noviyana -
Nama: Rahma Noviyana
NPM: 2313031060

1. Paradigma anggaran tradisional cenderung berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dengan pendekatan yang terpusat dan berorientasi pada pengeluaran. Proses anggaran lebih hierarkis, dengan pemerintah menentukan alokasi dana untuk departemen dan program-program berdasarkan kebutuhan historis. Anggaran ini kurang fleksibel dan kurang berorientasi pada pengukuran kinerja. Di sisi lain, paradigma anggaran berbasis NPM lebih menekankan efisiensi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana publik. Pendanaan dialokasikan berdasarkan kinerja dan hasil yang diharapkan, dengan penekanan pada pengukuran kinerja, transparansi, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang berubah. Ini melibatkan pemikiran yang lebih terdesentralisasi dalam pengambilan keputusan anggaran, mendorong inovasi, dan partisipasi masyarakat dalam proses anggaran.

2. Proses implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dapat berperan penting dalam mengatasi kesenjangan antara paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Dalam mengadopsi ZBB, organisasi sektor publik harus memeriksa kembali setiap komponen anggaran dari awal, tidak hanya berdasarkan anggaran sebelumnya, sehingga memungkinkan identifikasi dan penghapusan aktivitas yang tidak efisien atau tidak efektif. Dengan demikian, ZBB memberikan kesempatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana publik, yang sejalan dengan prinsip-prinsip anggaran berbasis NPM. Selain itu, ZBB juga mendorong fokus pada hasil dan kinerja program, yang sesuai dengan pendekatan berorientasi pada hasil yang dianut dalam anggaran berbasis NPM. Proses implementasi ZBB juga dapat mempromosikan transparansi dan akuntabilitas, karena setiap anggaran harus dijelaskan dan dibenarkan dari awal, mengurangi kesenjangan informasi yang mungkin ada dalam paradigma anggaran tradisional.

Suryanto. (2019). Tinjauan Perubahan Sistem Penganggaran Berbasis. Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, 1(2).
In reply to First post

Re: Diskusi

by Arnesta Az Zahra -
Nama : Arnesta Az Zahra
NPM : 2313031066

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional berorientasi pada kontrol input, yaitu fokus pada seberapa besar dana yang dialokasikan dan digunakan dalam setiap pos belanja. Penyusunan anggaran tradisional biasanya berbentuk line-item budget yang sangat rinci, sehingga lebih menekankan kepatuhan terhadap aturan dan prosedur dibanding hasil yang dicapai. Kelemahannya adalah sifat yang kaku, karena cenderung mengulang pola anggaran tahun sebelumnya tanpa banyak mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi aktual. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) lebih menekankan pada pencapaian kinerja berupa output dan outcome. Anggaran berbasis NPM diarahkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dengan mengadopsi praktik manajemen swasta. Oleh karena itu, paradigma ini lebih fleksibel dan hasilnya dapat diukur dari pelayanan publik serta kepuasan masyarakat, bukan hanya kepatuhan administratif.

2. Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) merupakan metode penyusunan anggaran yang dimulai dari nol, di mana setiap program atau kegiatan harus diajukan dan dijustifikasi kembali tanpa mengandalkan anggaran tahun sebelumnya. Dalam konteks anggaran tradisional, ZBB dapat mengatasi kelemahan berupa pengulangan pos anggaran yang kurang relevan, karena setiap alokasi harus ditinjau ulang berdasarkan kebutuhan nyata. Sementara itu, dalam konteks anggaran berbasis NPM, ZBB mendukung prinsip efisiensi dan orientasi kinerja, karena setiap unit organisasi dituntut untuk menunjukkan manfaat dan prioritas dari program yang diusulkan. Dengan demikian, ZBB mampu menjembatani perbedaan antara paradigma tradisional yang kaku dengan paradigma NPM yang berorientasi hasil, sehingga anggaran publik lebih rasional, tepat sasaran, dan akuntabel.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Ranum Sri Rahayu -
Nama : Ranum Sri Rahayu
NPM : 2313031074
1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
1) Paradigma Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional umumnya berorientasi pada input (alokasi sumber daya berdasarkan pos-pos belanja), bersifat incremental (tahun berikutnya hanya menambahkan atau mengurangi dari anggaran sebelumnya), serta sangat birokratis dan berfokus pada kepatuhan administratif. Paradigma ini sering disebut sebagai line-item budgeting. Kelemahannya adalah kurang memperhatikan efektivitas dan efisiensi, sehingga sulit menilai apakah anggaran benar-benar menghasilkan manfaat optimal bagi masyarakat. Menurut Mardiasmo (2018), anggaran tradisional lebih menekankan pada kontrol fiskal dibanding kinerja sehingga rawan pemborosan.

2) Paradigma Anggaran Berbasis New Public Management (NPM)
NPM menekankan hasil (output dan outcome), efisiensi, serta akuntabilitas publik. Paradigma ini berusaha membawa prinsip manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti adanya ukuran kinerja, kontrak kinerja, transparansi, dan fokus pada pelayanan publik. Anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) merupakan manifestasi NPM dalam penganggaran. Osborne & Gaebler (1992) menjelaskan bahwa NPM mendorong pemerintah agar “steering, not rowing”, artinya fokus pada pengaturan, efisiensi, dan akuntabilitas daripada sekadar menjalankan rutinitas birokrasi.

2. Proses implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam mengatasi kesenjangan anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM dilakukan dengan cara menyusun anggaran dari nol setiap periode, bukan sekadar menambah dari tahun sebelumnya. Tahapannya meliputi: (1) identifikasi program dan kegiatan, (2) penyusunan decision package yang berisi tujuan, biaya, dan manfaat, (3) evaluasi serta pemeringkatan setiap paket berdasarkan prioritas, dan (4) pengalokasian sumber daya sesuai kebutuhan nyata.
Dengan proses ini, ZBB mampu mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung incremental dan hanya fokus pada input, karena setiap kegiatan ditinjau ulang secara rasional. Di sisi lain, ZBB juga mendukung prinsip anggaran berbasis NPM yang menekankan efisiensi dan hasil (output–outcome), sebab setiap program diuji relevansi dan manfaatnya sebelum diberikan anggaran. Dengan demikian, ZBB menjadi jembatan yang menutup kesenjangan antara birokratisme anggaran tradisional dan orientasi kinerja ala NPM.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Anggi Fadhilah Putri -
Nama: Anggi Fadhilah Putri
Npm: 2313031061

Pertanyaan no 1:
Paradigma anggaran tradisional pada dasarnya berfokus pada input, yaitu seberapa banyak uang yang dialokasikan untuk suatu kegiatan atau program. Dalam sistem ini, anggaran disusun berdasarkan rincian pos-pos belanja, misalnya gaji pegawai, biaya operasional, dan pembelian barang. Orientasinya lebih ke kepatuhan administrasi, apakah dana digunakan sesuai dengan pos yang sudah ditentukan, bukan pada seberapa besar hasil atau manfaat yang dicapai.

Sementara itu, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) membawa perubahan yang cukup besar. NPM memandang anggaran tidak hanya sekadar daftar belanja, tetapi juga alat manajemen kinerja. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan harus dikaitkan dengan target, output, atau outcome tertentu. Dengan pendekatan ini, kinerja birokrasi lebih mudah diukur karena bukan hanya jumlah dana yang dihabiskan yang dilihat, melainkan juga apa hasil dari penggunaan anggaran tersebut.


Pertanyaan no 2:
Nah, di sinilah implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) bisa berperan untuk menjembatani kesenjangan antara anggaran tradisional dan NPM. ZBB mengharuskan setiap kegiatan atau program yang diajukan benar-benar dimulai dari nol, bukan sekadar melanjutkan alokasi anggaran tahun sebelumnya. Dengan cara ini, setiap program harus dipertanggungjawabkan manfaatnya, tujuan yang ingin dicapai, serta alasan kenapa anggaran tersebut dibutuhkan. ZBB membantu mengurangi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung rutin dan kurang kritis terhadap efektivitas, sekaligus memperkuat prinsip NPM yang menuntut efisiensi dan akuntabilitas. Jadi, penerapan ZBB dapat menjadi solusi agar anggaran lebih transparan, rasional, serta benar-benar mendukung kinerja sektor publik sesuai kebutuhan masyarakat.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Ar.Try Saputri -
NAMA : AR.TRY SAPUTRI
NPM : 2313031082

1. Paradigma Anggaran Tradisional vs NPM
- Anggaran tradisional fokus pada input dan kepatuhan administratif (line-item, incremental, sentralistis).
- NPM fokus pada output/outcome, efisiensi, akuntabilitas, dan orientasi hasil dengan pendekatan manajemen modern.

2. Implementasi ZBB
- ZBB menyusun anggaran dari nol, semua program harus diajukan ulang dengan justifikasi biaya–manfaat.
- Prosesnya: identifikasi program → buat paket keputusan → evaluasi prioritas → alokasi anggaran.
- ZBB bisa mengatasi kelemahan tradisional (hanya menyalin anggaran lama) sekaligus mendukung semangat NPM (orientasi hasil & efisiensi).
In reply to First post

Re: Diskusi

by CLARA KELVIANA KERIN 2313031064 -
Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064
Kelas : 2023 C

1. Anggaran Tradisional vs. NPM: Dua Kutub dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam mengelola uang negara, ada dua pendekatan utama yang bisa kita lihat perbedaannya: anggaran tradisional dan anggaran berbasis New Public Management (NPM). Ibarat dua kutub, keduanya punya filosofi yang berbeda soal fokus, cara kerja, dan tujuan yang ingin dicapai.

- Anggaran Tradisional: Fokus pada Pengendalian dan Kepatuhan. Anggaran tradisional, atau sering disebut line-item budgeting, lebih menekankan pada pengendalian input atau masukan. Misalnya, berapa banyak uang yang dialokasikan untuk gaji pegawai, belanja barang, atau modal. Intinya, memastikan bahwa uang negara dibelanjakan sesuai dengan pos-pos yang sudah ditetapkan. Proses penyusunannya cenderung incremental, alias anggaran tahun sebelumnya jadi patokan. Biasanya, perubahan hanya berupa penambahan atau pengurangan kecil dari alokasi sebelumnya. Anggaran disusun berdasarkan pos-pos pengeluaran (line items) tanpa terlalu memikirkan apakah programnya efektif atau efisien. Tujuan utamanya adalah kepatuhan hukum dan akuntabilitas keuangan. Jadi, lebih fokus ke pengawasan pengeluaran dan pencegahan penyalahgunaan dana.
Namun, ada beberapa kekurangan dari pendekatan ini. Pertama, kurang fleksibel buat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan atau prioritas. Kedua, kurang berorientasi pada kinerja, jadi sulit untuk mengukur hasil yang dicapai dari pengeluaran publik. Ketiga, bisa mendorong pemborosan karena anggaran didasarkan pada alokasi sebelumnya.

- Anggaran Berbasis NPM: Fokus pada Kinerja dan Hasil. Jika anggaran berbasis NPM, fokusnya bergeser ke hasil atau output dan dampak (outcome) yang ingin dicapai dari pengeluaran publik. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja. Proses penyusunannya lebih komprehensif dan strategis. Anggaran disusun berdasarkan program atau kegiatan yang punya tujuan dan indikator kinerja yang jelas. Alokasi anggaran didasarkan pada kinerja di masa lalu dan potensi pencapaian target kinerja di masa depan. Jadi, anggaran digunakan sebagai alat untuk mengelola kinerja dan mencapai hasil yang optimal bagi masyarakat.
Pendekatan ini punya beberapa kelebihan. Pertama, lebih fleksibel buat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan atau prioritas. Kedua, berorientasi pada kinerja, jadi ada cara untuk mengukur dan mengevaluasi hasil yang dicapai dari pengeluaran publik. Ketiga, mendorong efisiensi karena alokasi anggaran didasarkan pada kinerja. Meskipun begitu, ada juga beberapa tantangan, seperti sulitnya mengukur kinerja sektor publik, potensi manipulasi data, dan kebutuhan akan sistem informasi yang canggih.

Sumber:
- Hood (1991) menjelaskan NPM sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sektor publik melalui adopsi praktik manajemen bisnis.
- Osborne dan Gaebler (1992) menekankan pentingnya reinventing government melalui desentralisasi, kompetisi, dan orientasi pada hasil.

2. ZBB: Jembatan antara Tradisional dan NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penyusunan anggaran yang mengharuskan setiap unit kerja untuk memulai dari "nol" setiap tahunnya. Jadi, setiap program atau kegiatan harus dievaluasi lagi dari awal, tanpa mengacu pada anggaran tahun sebelumnya. ZBB ini bisa jadi jembatan yang efektif untuk mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM.

Proses Implementasi ZBB:
1. Identifikasi Unit Pengambil Keputusan: Langkah pertama adalah mengidentifikasi unit-unit kerja yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan anggaran.
2. Penyusunan Paket Keputusan: Setiap unit pengambil keputusan harus menyusun paket keputusan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan. Paket keputusan ini harus mencakup deskripsi program, tujuan, alternatif cara mencapai tujuan, biaya, manfaat, dan indikator kinerja.
3. Evaluasi dan Peringkat Paket Keputusan: Paket-paket keputusan dievaluasi dan diperingkat berdasarkan prioritas dan efektivitasnya dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Alokasi Anggaran: Anggaran dialokasikan berdasarkan peringkat paket keputusan. Program atau kegiatan dengan peringkat tertinggi akan mendapatkan prioritas dalam alokasi anggaran.
5. Monitoring dan Evaluasi Kinerja: Kinerja program atau kegiatan yang telah dianggarkan dipantau dan dievaluasi secara berkala.

Bagaimana ZBB Mengatasi Kesenjangan?
ZBB membantu mengatasi incrementalism dalam anggaran tradisional dengan memaksa setiap unit kerja untuk membenarkan setiap pengeluaran dari awal. Ini membantu mengidentifikasi dan menghilangkan program atau kegiatan yang tidak efektif atau tidak relevan. ZBB juga meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan mendorong unit kerja untuk mencari cara yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, ZBB meningkatkan akuntabilitas kinerja dengan mengharuskan setiap program atau kegiatan memiliki indikator kinerja yang jelas. Terakhir, ZBB mendukung implementasi NPM dengan menekankan pada efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja.
Dengan mengimplementasikan ZBB secara efektif, organisasi sektor publik dapat mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM, serta mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien dan efektif.

Sumber:
Cheung dan Chan (2002) meneliti implementasi ZBB di sektor publik dan menemukan bahwa ZBB dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja dan mengurangi pemborosan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Nazrey Aditya Riandi -
NAMA: NAZREY ADITYA RIANDI
NPM: 2313031080

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM paradigma anggaran tradisional berfokus pada input, yaitu seberapa besar dana yang dialokasikan untuk setiap kegiatan atau unit kerja tanpa terlalu memperhatikan hasil yang dicapai. Dalam sistem ini, anggaran disusun berdasarkan item pengeluaran (line-item budgeting), sehingga orientasinya lebih pada kepatuhan administratif daripada kinerja. Sebaliknya, anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas hasil (output dan outcome). NPM memandang sektor publik seperti organisasi bisnis yang harus memberikan value for money, yaitu memaksimalkan manfaat dari setiap rupiah yang dibelanjakan. Jadi, perbedaannya terletak pada fokus: anggaran tradisional menekankan pengendalian input, sedangkan anggaran berbasis NPM menekankan pencapaian kinerja dan hasil nyata.

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM zero Based Budgeting (ZBB) dapat menjadi solusi untuk menjembatani kesenjangan antara paradigma tradisional dan NPM karena sistem ini menuntut setiap unit kerja untuk menyusun anggaran dari nol setiap periode, bukan sekadar melanjutkan anggaran tahun sebelumnya. Dalam implementasinya, setiap kegiatan harus dijustifikasi dari awal melalui analisis kebutuhan, manfaat, serta prioritas program. Proses ini mendorong evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi setiap kegiatan, sehingga anggaran tidak hanya didasarkan pada kebiasaan atau rutinitas administratif seperti pada sistem tradisional, tetapi juga mendukung prinsip value for money yang ditekankan oleh NPM. Dengan demikian, penerapan ZBB mampu menciptakan perencanaan anggaran yang lebih rasional, transparan, dan berorientasi pada hasil kinerja.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Suerna 2313031081 -
NAMA: SUERNA
NPM: 2313031081

1. Menurut pemahaman saya setelah membaca beberapa sumber yang tersedia, paradigma anggaran tradisional atau line item budgeting merupakan sistem penganggaran yang masih berorientasi pada input, yaitu seberapa besar dana yang digunakan dan untuk apa dana tersebut dibelanjakan. Fokus utama dari sistem ini adalah pada pengendalian dan kepatuhan terhadap aturan keuangan. Jadi, ukuran keberhasilannya dilihat dari kesesuaian antara rencana anggaran dan realisasinya, bukan dari hasil atau manfaat yang dicapai.Meskipun sistem ini bisa menjaga disiplin anggaran, kelemahannya adalah kurangnya fleksibilitas dan sulitnya mengukur sejauh mana anggaran tersebut benar-benar memberikan dampak bagi masyarakat.

Sementara itu, paradigma anggaran berbasis NPM (New Public Management) membawa perubahan besar dalam cara pemerintah mengelola keuangan. Pendekatan ini berorientasi pada hasil (output dan outcome), bukan hanya pada proses penggunaan dana. Dengan konsep ini, sektor publik mulai mengadopsi prinsip-prinsip manajemen yang biasa digunakan di sektor swasta seperti efisiensi, efektivitas, dan value for money. Tujuannya agar dana publik digunakan seoptimal mungkin untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.

2. Salah satu cara untuk menjembatani perbedaan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM adalah dengan menerapkan Zero-Based Budgeting (ZBB). Konsep ZBB pada dasarnya menuntut setiap unit organisasi untuk memulai proses penganggaran dari nol setiap periode anggaran. Artinya, setiap program dan kegiatan harus dijustifikasi ulang tidak ada anggaran yang otomatis dilanjutkan tanpa alasan yang jelas.

Dengan sistem ini, setiap pengeluaran harus memiliki alasan yang kuat dan didasarkan pada kebutuhan serta prioritas organisasi. Hal ini membantu menghilangkan pemborosan anggaran, karena program yang tidak penting atau tidak memberikan hasil yang jelas bisa dihapus. Selain itu, ZBB juga mendorong efisiensi dan efektivitas, karena setiap dana yang dikeluarkan harus benar-benar mendukung tujuan dan kinerja organisasi.

Dalam konteks reformasi pengelolaan keuangan publik, penerapan ZBB sejalan dengan semangat akuntabilitas dan transparansi yang diusung oleh NPM. Melalui ZBB, pemerintah bisa menilai secara objektif program mana yang benar-benar berdampak bagi masyarakat, dan mana yang perlu dikurangi atau dihentikan.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Ika Rahmadhani -
Nama: Ika Rahmadhani
Npm: 2313031072

1. Paradigma anggaran tradisional berorientasi pada input dan kontrol administratif, di mana penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan pos-pos belanja seperti gaji, barang, dan jasa tanpa mempertimbangkan hasil atau manfaat yang diperoleh. Fokus utamanya adalah pada kepatuhan terhadap peraturan dan efisiensi penggunaan dana secara administratif, bukan pada efektivitas atau kinerja program. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja dengan orientasi pada output dan outcome. Dalam NPM, manajemen publik diarahkan untuk bekerja dengan prinsip seperti sektor swasta, yakni dengan menekankan hasil kerja, desentralisasi pengambilan keputusan, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas kepada publik.

2. Proses implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM dilakukan dengan menyusun anggaran dari nol setiap periode, sehingga setiap kegiatan atau program harus dijustifikasi kembali berdasarkan kebutuhan dan manfaat aktualnya. ZBB menuntut setiap unit kerja untuk mengidentifikasi kegiatan, menyusun paket keputusan, mengevaluasi prioritas, dan mengalokasikan sumber daya berdasarkan urgensi serta kontribusinya terhadap tujuan organisasi. Melalui pendekatan ini, ZBB mampu mengoreksi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung stagnan dan tidak efisien, sekaligus memperkuat prinsip-prinsip NPM yang menekankan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja publik.