Berikan analisis menggunakan bahasa anda sendiri, terlebih dahulu tulislah nama, npm,, kelas, prodi. Terima kasih
FORUM JAWABAN PRETEST
Nama : Samsa RB
NPM : 2406061012
Kelas : Administrasi Perkantoran 24
Jurnal tersebut membahas bagaimana kearifan lokal atau nilai-nilai budaya tradisional punya peran besar dalam menjaga identitas bangsa Indonesia, apalagi di tengah arus globalisasi yang bisa mengikis jati diri. Penulis menekankan bahwa Indonesia adalah negara multikultural dengan beragam suku, adat, dan budaya. Sayangnya, kemajuan zaman yang cepat sering bikin orang makin jauh dari akar budayanya sendiri. Nah, di sinilah pentingnya merevitalisasi (menghidupkan kembali) nilai-nilai kearifan lokal sebagai penyeimbang antara modernitas dan budaya asli, agar bangsa ini tidak kehilangan karakter.
Di bagian lain, jurnal ini juga menyoroti potensi konflik antar kelompok etnik, budaya, bahkan agama, yang bisa mengancam persatuan bangsa kalau tidak dikelola dengan bijak. Kearifan lokal bisa jadi "lem perekat" yang menyatukan keberagaman itu karena sarat nilai damai, gotong royong, dan harmoni. Contohnya seperti filosofi Tri Hita Karana dari Bali atau pepatah Jawa seperti ing ngarso sung tulodo. Semua nilai itu bukan sekadar simbol, tapi punya fungsi sosial yang bisa memperkuat identitas bangsa dan menumbuhkan rasa saling menghargai di tengah perbedaan. Jadi, kearifan lokal itu bukan barang usang, tapi justru solusi untuk menjaga keutuhan bangsa.
NPM : 2406061012
Kelas : Administrasi Perkantoran 24
Jurnal tersebut membahas bagaimana kearifan lokal atau nilai-nilai budaya tradisional punya peran besar dalam menjaga identitas bangsa Indonesia, apalagi di tengah arus globalisasi yang bisa mengikis jati diri. Penulis menekankan bahwa Indonesia adalah negara multikultural dengan beragam suku, adat, dan budaya. Sayangnya, kemajuan zaman yang cepat sering bikin orang makin jauh dari akar budayanya sendiri. Nah, di sinilah pentingnya merevitalisasi (menghidupkan kembali) nilai-nilai kearifan lokal sebagai penyeimbang antara modernitas dan budaya asli, agar bangsa ini tidak kehilangan karakter.
Di bagian lain, jurnal ini juga menyoroti potensi konflik antar kelompok etnik, budaya, bahkan agama, yang bisa mengancam persatuan bangsa kalau tidak dikelola dengan bijak. Kearifan lokal bisa jadi "lem perekat" yang menyatukan keberagaman itu karena sarat nilai damai, gotong royong, dan harmoni. Contohnya seperti filosofi Tri Hita Karana dari Bali atau pepatah Jawa seperti ing ngarso sung tulodo. Semua nilai itu bukan sekadar simbol, tapi punya fungsi sosial yang bisa memperkuat identitas bangsa dan menumbuhkan rasa saling menghargai di tengah perbedaan. Jadi, kearifan lokal itu bukan barang usang, tapi justru solusi untuk menjaga keutuhan bangsa.
Nama : Regina Alodiya Pasya
Npm : 2406061021
Kelas : D3 Administrasi perkantoran
Jurnal ini membahas pentingnya kearifan lokal sebagai perekat identitas bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi yang mengancam keutuhan budaya dan sosial. Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan budaya harus di jaga nilai-nilai lokal nya agar tidak hilang dan tetap menjadi fondasi kuat dalam membangun persatuan dan jati diri bangsa. Kearifan lokal dianggap mampu bertahan, menyesuaikan, dan mengintegrasi unsur budaya luar sehingga bisa menjadi solusi menghadapi tantangan global tanpa kehilangan akar budaya asli.
Selain itu, jurnal ini juga menjelaskan bahwa konflik sosial sering muncul karena perbedaan budaya, agama, dan kepentingan antar kelompok etnis di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sikap saling menghormati dan toleransi lewat pendekatan multikulturalisme. Kearifan lokal bisa menjadi jembatan yang menghubungkan keberagaman tersebut agar tetap harmonis dan terhindar dari konflik yang merusak persatuan bangsa.
Npm : 2406061021
Kelas : D3 Administrasi perkantoran
Jurnal ini membahas pentingnya kearifan lokal sebagai perekat identitas bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi yang mengancam keutuhan budaya dan sosial. Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan budaya harus di jaga nilai-nilai lokal nya agar tidak hilang dan tetap menjadi fondasi kuat dalam membangun persatuan dan jati diri bangsa. Kearifan lokal dianggap mampu bertahan, menyesuaikan, dan mengintegrasi unsur budaya luar sehingga bisa menjadi solusi menghadapi tantangan global tanpa kehilangan akar budaya asli.
Selain itu, jurnal ini juga menjelaskan bahwa konflik sosial sering muncul karena perbedaan budaya, agama, dan kepentingan antar kelompok etnis di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sikap saling menghormati dan toleransi lewat pendekatan multikulturalisme. Kearifan lokal bisa menjadi jembatan yang menghubungkan keberagaman tersebut agar tetap harmonis dan terhindar dari konflik yang merusak persatuan bangsa.
Nama : Dinda ayu selfiah
Npm : 2406061007
Prodi : administrasi perkantoran
Menurut saya materi ini membahas Penegakan hukum masih lemah
Banyak warga, bahkan aparat, yang masih melanggar hukum. Ini nunjukin hukum kita belum ditegakkan dengan tegas. Masyarakat juga ngerasa aparat penegak hukum seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas — galak ke rakyat biasa, tapi lunak ke pejabat atau orang berkuasa.
2. Aparat harus punya mental yang kuat
Di masa sekarang yang penuh dengan godaan, aparat penegak hukum harus tahan uji. Harus jujur, adil, dan tidak mudah menipu suap atau tekanan. Kalau nggak kuat, ya bisa jatuh juga citranya di mata masyarakat.
3. Masih banyak kasus sosial dan hukum yang belum selesai
Contoh-contohnya kayak KKN, suap, premanisme, kekerasan sosial, konflik SARA, pelanggaran HAM, dan lainnya. Ini menunjukkan masih banyak yang harus diberesin agar hukum benar-benar bisa menjadi pelindung rakyat.
4. Pentingnya pendekatan preventif dan edukatif
Pemerintah perlu terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan juga bina aparat agar ngerti dan konsisten menjalankan hukum. Kalau dari awal sudah dididik dengan baik, pelanggaran bisa ditekan.
5. Penegakan hukum = bagian penting dari pembangunan
Hukum yang baik itu tidak hanya membuat nyari keadilan, tapi juga membuat mendorong pembangunan manusia dan bangsa. Jadi hukum tuh bukan cuma soal hukuman, tapi juga soal menciptakan masyarakat yang adil dan maju.
6. Kemajuan bangsa tercermin dari hukumnya
Kalau suatu negara hukumnya lemah, ya bisa terlihat dari kondisi sosial ekonominya juga. Hukum itu mencerminkan budaya dan cara hidup masyarakatnya.
Kalau dirangkum, penegakan hukum kita masih penuh PR. Perlunya integritas dari aparat, kesadaran masyarakat, dan peran aktif pemerintah membuat terjadinya ketidakadilan yang masih banyak terjadi.
Npm : 2406061007
Prodi : administrasi perkantoran
Menurut saya materi ini membahas Penegakan hukum masih lemah
Banyak warga, bahkan aparat, yang masih melanggar hukum. Ini nunjukin hukum kita belum ditegakkan dengan tegas. Masyarakat juga ngerasa aparat penegak hukum seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas — galak ke rakyat biasa, tapi lunak ke pejabat atau orang berkuasa.
2. Aparat harus punya mental yang kuat
Di masa sekarang yang penuh dengan godaan, aparat penegak hukum harus tahan uji. Harus jujur, adil, dan tidak mudah menipu suap atau tekanan. Kalau nggak kuat, ya bisa jatuh juga citranya di mata masyarakat.
3. Masih banyak kasus sosial dan hukum yang belum selesai
Contoh-contohnya kayak KKN, suap, premanisme, kekerasan sosial, konflik SARA, pelanggaran HAM, dan lainnya. Ini menunjukkan masih banyak yang harus diberesin agar hukum benar-benar bisa menjadi pelindung rakyat.
4. Pentingnya pendekatan preventif dan edukatif
Pemerintah perlu terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan juga bina aparat agar ngerti dan konsisten menjalankan hukum. Kalau dari awal sudah dididik dengan baik, pelanggaran bisa ditekan.
5. Penegakan hukum = bagian penting dari pembangunan
Hukum yang baik itu tidak hanya membuat nyari keadilan, tapi juga membuat mendorong pembangunan manusia dan bangsa. Jadi hukum tuh bukan cuma soal hukuman, tapi juga soal menciptakan masyarakat yang adil dan maju.
6. Kemajuan bangsa tercermin dari hukumnya
Kalau suatu negara hukumnya lemah, ya bisa terlihat dari kondisi sosial ekonominya juga. Hukum itu mencerminkan budaya dan cara hidup masyarakatnya.
Kalau dirangkum, penegakan hukum kita masih penuh PR. Perlunya integritas dari aparat, kesadaran masyarakat, dan peran aktif pemerintah membuat terjadinya ketidakadilan yang masih banyak terjadi.
Nama: Nola Dwi Istiqomah
NPM: 2406061002
Kelas: Administrasi Perkantoran 24
Penegakan hukum di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam hal keadilan dan perlindungan hak warga negara. Studi kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menunjukkan bahwa keputusan hukum yang diambil aparat penegak hukum didasarkan pada pertimbangan hukum, bukan tekanan masyarakat, namun tetap menimbulkan risiko sosial dan politik yang besar. Demonstrasi besar-besaran yang menuntut penegakan hukum secara profesional menegaskan pentingnya negara hadir untuk melindungi seluruh warga negara dari tindakan yang dapat mencederai tatanan hukum dan keadilan.
Dari perspektif perlindungan hukum, teori Philipus M. Hadjon membedakan perlindungan hukum preventif dan represif. Perlindungan preventif bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengajukan keberatan sebelum keputusan diambil, sementara perlindungan represif diberikan setelah terjadi pelanggaran melalui proses peradilan dan sanksi yang tegas. Dalam konteks Indonesia, perlindungan hukum yang efektif masih belum optimal karena belum ada peraturan khusus yang mengatur secara rinci mekanisme perlindungan hukum preventif, sehingga masyarakat sering kali belum mendapatkan perlindungan maksimal sebelum sengketa terjadi.
Penegakan hukum tidak hanya sekadar pelaksanaan perundang-undangan, tetapi juga merupakan proses penjabaran nilai-nilai keadilan dan kebenaran ke dalam tindakan nyata oleh aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan pengacara. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menyeimbangkan penerapan hukum secara normatif dan administratif, serta memastikan bahwa penegakan hukum benar-benar mencerminkan supremasi nilai keadilan. Lemahnya penegakan hukum dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum, sehingga diperlukan reformasi menyeluruh agar hukum benar-benar menjadi panglima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
NPM: 2406061002
Kelas: Administrasi Perkantoran 24
Penegakan hukum di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam hal keadilan dan perlindungan hak warga negara. Studi kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menunjukkan bahwa keputusan hukum yang diambil aparat penegak hukum didasarkan pada pertimbangan hukum, bukan tekanan masyarakat, namun tetap menimbulkan risiko sosial dan politik yang besar. Demonstrasi besar-besaran yang menuntut penegakan hukum secara profesional menegaskan pentingnya negara hadir untuk melindungi seluruh warga negara dari tindakan yang dapat mencederai tatanan hukum dan keadilan.
Dari perspektif perlindungan hukum, teori Philipus M. Hadjon membedakan perlindungan hukum preventif dan represif. Perlindungan preventif bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengajukan keberatan sebelum keputusan diambil, sementara perlindungan represif diberikan setelah terjadi pelanggaran melalui proses peradilan dan sanksi yang tegas. Dalam konteks Indonesia, perlindungan hukum yang efektif masih belum optimal karena belum ada peraturan khusus yang mengatur secara rinci mekanisme perlindungan hukum preventif, sehingga masyarakat sering kali belum mendapatkan perlindungan maksimal sebelum sengketa terjadi.
Penegakan hukum tidak hanya sekadar pelaksanaan perundang-undangan, tetapi juga merupakan proses penjabaran nilai-nilai keadilan dan kebenaran ke dalam tindakan nyata oleh aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan pengacara. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menyeimbangkan penerapan hukum secara normatif dan administratif, serta memastikan bahwa penegakan hukum benar-benar mencerminkan supremasi nilai keadilan. Lemahnya penegakan hukum dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum, sehingga diperlukan reformasi menyeluruh agar hukum benar-benar menjadi panglima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nama : Sisilia Ardila Syah
NPM : 2406061008
Kelas : D3 Administrasi Perkantoran
Jurnal ini berbicara tentang bagaimana kearifan lokal bisa menjadi kekuatan penting dalam menjaga identitas bangsa Indonesia, apalagi di tengah derasnya arus globalisasi. Banyak perubahan yang terjadi pasca reformasi, mulai dari tekanan sosial, ekonomi, hingga budaya. Semua itu seringkali membuat masyarakat jadi bingung tentang siapa dirinya dan ke mana arah hidup bersama seharusnya dibawa. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang sangat beragam—dari Sabang sampai Merauke, tiap daerah punya budaya, adat, dan nilai-nilai sendiri. Tapi kadang justru keberagaman ini jadi sumber perpecahan kalau tidak dikelola dengan baik. Karena itu, penting untuk kembali melihat ke dalam, menggali nilai-nilai lokal yang selama ini mungkin terlupakan. Bukan hanya untuk nostalgia, tapi karena nilai-nilai itu sebenarnya punya kekuatan besar untuk menyatukan kita semua. Kearifan lokal muncul dari pengalaman panjang masyarakat. Nilai-nilai seperti gotong royong, saling menghormati, hidup selaras dengan alam, dan menjaga harmoni antar manusia sebenarnya sudah hidup di banyak tradisi di Indonesia. Ada filosofi Tri Hita Karana dari Bali, yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ada juga semboyan Jawa seperti tepo seliro atau tut wuri handayani yang menggambarkan empati dan kepemimpinan yang bijak.
NPM : 2406061008
Kelas : D3 Administrasi Perkantoran
Jurnal ini berbicara tentang bagaimana kearifan lokal bisa menjadi kekuatan penting dalam menjaga identitas bangsa Indonesia, apalagi di tengah derasnya arus globalisasi. Banyak perubahan yang terjadi pasca reformasi, mulai dari tekanan sosial, ekonomi, hingga budaya. Semua itu seringkali membuat masyarakat jadi bingung tentang siapa dirinya dan ke mana arah hidup bersama seharusnya dibawa. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang sangat beragam—dari Sabang sampai Merauke, tiap daerah punya budaya, adat, dan nilai-nilai sendiri. Tapi kadang justru keberagaman ini jadi sumber perpecahan kalau tidak dikelola dengan baik. Karena itu, penting untuk kembali melihat ke dalam, menggali nilai-nilai lokal yang selama ini mungkin terlupakan. Bukan hanya untuk nostalgia, tapi karena nilai-nilai itu sebenarnya punya kekuatan besar untuk menyatukan kita semua. Kearifan lokal muncul dari pengalaman panjang masyarakat. Nilai-nilai seperti gotong royong, saling menghormati, hidup selaras dengan alam, dan menjaga harmoni antar manusia sebenarnya sudah hidup di banyak tradisi di Indonesia. Ada filosofi Tri Hita Karana dari Bali, yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ada juga semboyan Jawa seperti tepo seliro atau tut wuri handayani yang menggambarkan empati dan kepemimpinan yang bijak.
Di era global ini, budaya asing sangat mudah masuk lewat internet, film, dan media sosial. Banyak orang muda mulai melupakan atau bahkan merasa malu dengan budaya daerahnya sendiri. Padahal, justru nilai-nilai lokal itulah yang bisa memberi arah di tengah kebingungan zaman. Identitas yang kuat akan membuat seseorang atau suatu bangsa tidak mudah terbawa arus, tapi juga tidak tertutup terhadap hal-hal baru. Masalahnya, tidak sedikit konflik yang muncul karena ketidakmampuan untuk menerima perbedaan. Persaingan, prasangka, bahkan permusuhan bisa muncul hanya karena perbedaan suku atau agama. Kearifan lokal sebenarnya bisa jadi penawar dari semua itu. Dengan memahami bahwa setiap daerah punya cara sendiri dalam melihat dunia, akan muncul sikap saling menghargai. Kalau nilai-nilai lokal ini bisa diangkat dan dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari, maka identitas bangsa akan semakin kokoh. Keberagaman bukan lagi jadi beban, tapi justru kekuatan. Kearifan lokal bukan sesuatu yang kuno atau ketinggalan zaman. Sebaliknya, itu adalah modal budaya yang bisa membawa Indonesia jadi bangsa yang lebih kuat, lebih beradab, dan tetap punya ciri khas di tengah dunia yang makin seragam.
Nama : Uswatun Chasanah
NPM : 2406061020
Kelas : Administrasi Perkantoran
Analisis jurnal “Identitas Bangsa: Upaya Memahami dan Menguatkannya dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh Andayani (2022).
Jurnal ini menyoroti pentingnya identitas bangsa sebagai landasan utama dalam menjaga keutuhan, persatuan, dan ketahanan nasional Indonesia. Identitas bangsa dianggap sebagai nilai fundamental yang harus dijaga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam penulisannya, jurnal ini bertujuan untuk memahami makna identitas bangsa, mengkaji tantangan yang muncul akibat globalisasi, serta menawarkan solusi dan strategi dalam memperkuat identitas bangsa di tengah arus perubahan zaman. Pendekatan yang digunakan dalam jurnal ini bersifat sosiologis dan kebudayaan, dengan kaitan langsung terhadap nilai-nilai Pancasila, kebudayaan lokal dan nasional, pengaruh globalisasi terhadap identitas nasional, serta peran pendidikan, media, dan pemerintah dalam menjaga nilai kebangsaan. Identitas bangsa dalam jurnal ini dijelaskan sebagai kesatuan nilai yang menjadi ciri khas sekaligus pembeda bagi bangsa Indonesia. Tantangan utama dalam memperkuatnya datang dari globalisasi, individualisme, dan lunturnya semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Untuk mengatasi hal ini, jurnal menawarkan solusi berupa penguatan pendidikan karakter, revitalisasi budaya lokal, serta pelibatan aktif masyarakat dan pemerintah. Kelebihan jurnal ini terletak pada relevansinya dengan kondisi sosial-politik Indonesia saat ini, keterkaitan antara teori dan fenomena yang sedang terjadi, serta solusi yang konkret dan aplikatif. Namun, jurnal ini memiliki kekurangan, seperti minimnya data empiris dalam bentuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif, dominasi pembahasan normatif dan deskriptif, serta ketiadaan studi kasus atau perbandingan dengan negara lain sebagai bahan pembanding.
Kesimpulannya jurnal ini menekankan bahwa penguatan identitas bangsa adalah tugas kolektif yang harus dilakukan secara berkelanjutan, terutama melalui pendidikan, media, dan kebijakan pemerintah. Semua upaya tersebut harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai inti dari identitas bangsa Indonesia.
NPM : 2406061020
Kelas : Administrasi Perkantoran
Analisis jurnal “Identitas Bangsa: Upaya Memahami dan Menguatkannya dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh Andayani (2022).
Jurnal ini menyoroti pentingnya identitas bangsa sebagai landasan utama dalam menjaga keutuhan, persatuan, dan ketahanan nasional Indonesia. Identitas bangsa dianggap sebagai nilai fundamental yang harus dijaga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam penulisannya, jurnal ini bertujuan untuk memahami makna identitas bangsa, mengkaji tantangan yang muncul akibat globalisasi, serta menawarkan solusi dan strategi dalam memperkuat identitas bangsa di tengah arus perubahan zaman. Pendekatan yang digunakan dalam jurnal ini bersifat sosiologis dan kebudayaan, dengan kaitan langsung terhadap nilai-nilai Pancasila, kebudayaan lokal dan nasional, pengaruh globalisasi terhadap identitas nasional, serta peran pendidikan, media, dan pemerintah dalam menjaga nilai kebangsaan. Identitas bangsa dalam jurnal ini dijelaskan sebagai kesatuan nilai yang menjadi ciri khas sekaligus pembeda bagi bangsa Indonesia. Tantangan utama dalam memperkuatnya datang dari globalisasi, individualisme, dan lunturnya semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Untuk mengatasi hal ini, jurnal menawarkan solusi berupa penguatan pendidikan karakter, revitalisasi budaya lokal, serta pelibatan aktif masyarakat dan pemerintah. Kelebihan jurnal ini terletak pada relevansinya dengan kondisi sosial-politik Indonesia saat ini, keterkaitan antara teori dan fenomena yang sedang terjadi, serta solusi yang konkret dan aplikatif. Namun, jurnal ini memiliki kekurangan, seperti minimnya data empiris dalam bentuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif, dominasi pembahasan normatif dan deskriptif, serta ketiadaan studi kasus atau perbandingan dengan negara lain sebagai bahan pembanding.
Kesimpulannya jurnal ini menekankan bahwa penguatan identitas bangsa adalah tugas kolektif yang harus dilakukan secara berkelanjutan, terutama melalui pendidikan, media, dan kebijakan pemerintah. Semua upaya tersebut harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai inti dari identitas bangsa Indonesia.
Nama: Devi Nurjayanti
Npm:2456061004
Kelas: Administrasi Perkantoran
jurnal "Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa"
Kearifan lokal merupakan unsur penting dalam kebudayaan yang tidak hanya mencerminkan identitas suatu kelompok etnik, tetapi juga menjadi fondasi kuat dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia secara keseluruhan. Di tengah arus globalisasi yang membawa kecenderungan homogenisasi budaya dan mengaburkan batas-batas identitas lokal, nilai-nilai kearifan lokal tampil sebagai penyeimbang yang mampu menjaga keutuhan sosial dan memperkuat kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Jurnal ini menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara yang majemuk dan multikultural, memerlukan pengakuan dan penguatan terhadap kearifan budaya lokal agar tidak tercerabut dari akar sejarah dan budayanya sendiri. Melalui revitalisasi nilai-nilai lokal seperti gotong royong, harmoni, solidaritas, dan keseimbangan yang terkandung dalam tradisi masing-masing daerah, bangsa Indonesia diharapkan mampu membangun identitas nasional yang inklusif, kuat, dan tahan terhadap guncangan sosial maupun pengaruh budaya asing. Dengan demikian, kearifan lokal tidak hanya menjadi perekat identitas bangsa, tetapi juga menjadi modal sosial dan budaya dalam menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan beradab, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di mata dunia melalui diplomasi kebudayaan yang berakar pada jati diri sendiri.
Npm:2456061004
Kelas: Administrasi Perkantoran
jurnal "Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa"
Kearifan lokal merupakan unsur penting dalam kebudayaan yang tidak hanya mencerminkan identitas suatu kelompok etnik, tetapi juga menjadi fondasi kuat dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia secara keseluruhan. Di tengah arus globalisasi yang membawa kecenderungan homogenisasi budaya dan mengaburkan batas-batas identitas lokal, nilai-nilai kearifan lokal tampil sebagai penyeimbang yang mampu menjaga keutuhan sosial dan memperkuat kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Jurnal ini menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara yang majemuk dan multikultural, memerlukan pengakuan dan penguatan terhadap kearifan budaya lokal agar tidak tercerabut dari akar sejarah dan budayanya sendiri. Melalui revitalisasi nilai-nilai lokal seperti gotong royong, harmoni, solidaritas, dan keseimbangan yang terkandung dalam tradisi masing-masing daerah, bangsa Indonesia diharapkan mampu membangun identitas nasional yang inklusif, kuat, dan tahan terhadap guncangan sosial maupun pengaruh budaya asing. Dengan demikian, kearifan lokal tidak hanya menjadi perekat identitas bangsa, tetapi juga menjadi modal sosial dan budaya dalam menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan beradab, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di mata dunia melalui diplomasi kebudayaan yang berakar pada jati diri sendiri.
Nama : Agustin muzahroh
npm . 24060601005
kelas : Administrasi perkantoran 2024
Jurnal ini menganalisis penegakan hukum dan perlindungan negara dalam konteks kasus penistaan agama yang melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Penulis menelaah keputusan penetapan Ahok sebagai tersangka, menekankan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan hukum, bukan tekanan publik. Meskipun demonstrasi besar terjadi, penegasan ini penting untuk menjaga integritas proses hukum dan menghindari kesan intervensi politik. Jurnal juga membahas peran negara dalam melindungi warga negara dari ketidakadilan dan menjamin keadilan hukum bagi semua warga negara, sesuai dengan Pasal 27 UUD 1945.
Lebih lanjut, jurnal membahas berbagai teori perlindungan hukum, membandingkan pendekatan preventif dan represif. Penulis juga membahas gaya kepemimpinan Ahok yang tegas dan kontroversial, serta dampaknya pada opini publik dan reaksi berbagai pihak. Analisis ini mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi penegakan hukum di Indonesia, termasuk kualitas aparat penegak hukum dan pengaruh budaya. Kesimpulannya, jurnal menyoroti kompleksitas penegakan hukum di Indonesia, menekankan perlunya reformasi dan peningkatan kualitas aparat penegak hukum untuk mencapai keadilan dan kepercayaan publik.
npm . 24060601005
kelas : Administrasi perkantoran 2024
Jurnal ini menganalisis penegakan hukum dan perlindungan negara dalam konteks kasus penistaan agama yang melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Penulis menelaah keputusan penetapan Ahok sebagai tersangka, menekankan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan hukum, bukan tekanan publik. Meskipun demonstrasi besar terjadi, penegasan ini penting untuk menjaga integritas proses hukum dan menghindari kesan intervensi politik. Jurnal juga membahas peran negara dalam melindungi warga negara dari ketidakadilan dan menjamin keadilan hukum bagi semua warga negara, sesuai dengan Pasal 27 UUD 1945.
Lebih lanjut, jurnal membahas berbagai teori perlindungan hukum, membandingkan pendekatan preventif dan represif. Penulis juga membahas gaya kepemimpinan Ahok yang tegas dan kontroversial, serta dampaknya pada opini publik dan reaksi berbagai pihak. Analisis ini mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi penegakan hukum di Indonesia, termasuk kualitas aparat penegak hukum dan pengaruh budaya. Kesimpulannya, jurnal menyoroti kompleksitas penegakan hukum di Indonesia, menekankan perlunya reformasi dan peningkatan kualitas aparat penegak hukum untuk mencapai keadilan dan kepercayaan publik.
Nama: Dwinta Keysa Willaputri
NPM: 2456061002
Menurut saya, artikel ini menyoroti pentingnya kearifan lokal sebagai fondasi utama dalam membangun dan memperkuat identitas bangsa Indonesia, terutama di tengah arus globalisasi yang semakin deras. Di era sekarang, di mana budaya asing sangat mudah masuk lewat media sosial, film, dan teknologi, nilai-nilai lokal sering kali terpinggirkan. Padahal, kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur kita, seperti gotong royong, toleransi, dan musyawarah, justru menjadi perekat yang mampu menjaga keutuhan bangsa yang sangat majemuk ini. Penulis menegaskan bahwa tanpa penguatan identitas berbasis budaya lokal, masyarakat Indonesia bisa kehilangan arah dan mudah terpecah oleh isu-isu yang sifatnya sensitif, seperti agama, etnis, dan adat.
Selain itu, saya setuju dengan pendapat penulis bahwa multikulturalisme di Indonesia adalah realitas yang tidak bisa dihindari.
Dengan lebih dari 500 suku bangsa, Indonesia memang sangat kaya akan budaya, tapi di sisi lain juga rawan konflik jika tidak ada rasa saling menghargai. Di sinilah peran kearifan lokal menjadi sangat penting, karena mampu menjadi jembatan antara perbedaan dan alat untuk membangun integrasi sosial. Namun, tantangannya adalah bagaimana nilai-nilai tradisional ini bisa tetap relevan dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat modern yang serba cepat dan individualis.
Menurut saya, revitalisasi kearifan lokal harus dilakukan secara kreatif, misalnya melalui pendidikan, media, dan aktivitas komunitas, supaya generasi muda tetap mengenal dan bangga dengan identitas budayanya sendiri.
NPM: 2456061002
Menurut saya, artikel ini menyoroti pentingnya kearifan lokal sebagai fondasi utama dalam membangun dan memperkuat identitas bangsa Indonesia, terutama di tengah arus globalisasi yang semakin deras. Di era sekarang, di mana budaya asing sangat mudah masuk lewat media sosial, film, dan teknologi, nilai-nilai lokal sering kali terpinggirkan. Padahal, kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur kita, seperti gotong royong, toleransi, dan musyawarah, justru menjadi perekat yang mampu menjaga keutuhan bangsa yang sangat majemuk ini. Penulis menegaskan bahwa tanpa penguatan identitas berbasis budaya lokal, masyarakat Indonesia bisa kehilangan arah dan mudah terpecah oleh isu-isu yang sifatnya sensitif, seperti agama, etnis, dan adat.
Selain itu, saya setuju dengan pendapat penulis bahwa multikulturalisme di Indonesia adalah realitas yang tidak bisa dihindari.
Dengan lebih dari 500 suku bangsa, Indonesia memang sangat kaya akan budaya, tapi di sisi lain juga rawan konflik jika tidak ada rasa saling menghargai. Di sinilah peran kearifan lokal menjadi sangat penting, karena mampu menjadi jembatan antara perbedaan dan alat untuk membangun integrasi sosial. Namun, tantangannya adalah bagaimana nilai-nilai tradisional ini bisa tetap relevan dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat modern yang serba cepat dan individualis.
Menurut saya, revitalisasi kearifan lokal harus dilakukan secara kreatif, misalnya melalui pendidikan, media, dan aktivitas komunitas, supaya generasi muda tetap mengenal dan bangga dengan identitas budayanya sendiri.
Nama: Eka Setianingsih
NPM: 2406061024
Jurnal ini membahas pentingnya kearifan lokal sebagai elemen budaya yang berfungsi sebagai perekat
identitas bangsa, khususnya dalam menghadapi arus globalisasi yang makin mengaburkan batas antar budaya.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, keberagaman suku, adat, dan budaya bukan hanya menjadi
kekayaan, tapi juga tantangan dalam menjaga persatuan nasional. Globalisasi yang membawa homogenisasi
budaya global telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, revitalisasi
budaya lokal dianggap sebagai langkah penting untuk memperkuat jati diri bangsa. Kearifan lokal seperti nilai
gotong royong, toleransi, hingga berbagai adat istiadat, dipercaya mampu menjaga harmoni dan stabilitas
sosial di tengah perbedaan. Identitas budaya tidak boleh diabaikan, karena identitas ini membentuk karakter
kolektif yang memperkuat daya tahan bangsa dalam menghadapi tantangan zaman.
Lebih lanjut, jurnal ini juga menekankan bahwa kearifan lokal bukan hanya warisan pasif, tetapi harus dikelola
sebagai sumber kekuatan budaya yang adaptif. Nilai-nilai lokal tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tapi juga
sebagai pedoman praktis dalam kehidupan sosial dan politik. Penggunaan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita
Karana, Tat Twam Asi, atau prinsip gotong royong di berbagai daerah dapat menjadi solusi konkret atas
konflik etnis, ketimpangan sosial, dan lemahnya solidaritas nasional. Di tengah kemajuan teknologi dan
transformasi global, penanaman kesadaran akan identitas budaya harus menjadi bagian dari kebijakan
pendidikan dan pembangunan. Dengan demikian, penguatan identitas nasional melalui kearifan lokal menjadi
langkah strategis yang tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjaga keberlangsungan hidup
berbangsa dan bernegara yang damai, adil, dan berkeadaban.
Selain itu, jurnal ini memberikan gambaran bahwa proses integrasi budaya di Indonesia sebaiknya tidak
memaksakan satu budaya tertentu sebagai budaya dominan. Melainkan, perlu adanya penghormatan terhadap
keberagaman budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Identitas bangsa Indonesia dibentuk dari
kebersamaan seluruh etnis dan kebudayaan yang ada. Oleh karena itu, dalam menjaga keutuhan NKRI,
penting untuk terus menggali, melestarikan, dan mempromosikan kearifan lokal sebagai bentuk penghargaan
terhadap identitas budaya daerah yang menyatu dalam bingkai kebangsaan. Dengan begitu, Indonesia bisa
menjadi bangsa yang kuat, berkarakter, dan berdaulat secara budaya di tengah derasnya arus globalisasi
NPM: 2406061024
Jurnal ini membahas pentingnya kearifan lokal sebagai elemen budaya yang berfungsi sebagai perekat
identitas bangsa, khususnya dalam menghadapi arus globalisasi yang makin mengaburkan batas antar budaya.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, keberagaman suku, adat, dan budaya bukan hanya menjadi
kekayaan, tapi juga tantangan dalam menjaga persatuan nasional. Globalisasi yang membawa homogenisasi
budaya global telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, revitalisasi
budaya lokal dianggap sebagai langkah penting untuk memperkuat jati diri bangsa. Kearifan lokal seperti nilai
gotong royong, toleransi, hingga berbagai adat istiadat, dipercaya mampu menjaga harmoni dan stabilitas
sosial di tengah perbedaan. Identitas budaya tidak boleh diabaikan, karena identitas ini membentuk karakter
kolektif yang memperkuat daya tahan bangsa dalam menghadapi tantangan zaman.
Lebih lanjut, jurnal ini juga menekankan bahwa kearifan lokal bukan hanya warisan pasif, tetapi harus dikelola
sebagai sumber kekuatan budaya yang adaptif. Nilai-nilai lokal tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tapi juga
sebagai pedoman praktis dalam kehidupan sosial dan politik. Penggunaan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita
Karana, Tat Twam Asi, atau prinsip gotong royong di berbagai daerah dapat menjadi solusi konkret atas
konflik etnis, ketimpangan sosial, dan lemahnya solidaritas nasional. Di tengah kemajuan teknologi dan
transformasi global, penanaman kesadaran akan identitas budaya harus menjadi bagian dari kebijakan
pendidikan dan pembangunan. Dengan demikian, penguatan identitas nasional melalui kearifan lokal menjadi
langkah strategis yang tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjaga keberlangsungan hidup
berbangsa dan bernegara yang damai, adil, dan berkeadaban.
Selain itu, jurnal ini memberikan gambaran bahwa proses integrasi budaya di Indonesia sebaiknya tidak
memaksakan satu budaya tertentu sebagai budaya dominan. Melainkan, perlu adanya penghormatan terhadap
keberagaman budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Identitas bangsa Indonesia dibentuk dari
kebersamaan seluruh etnis dan kebudayaan yang ada. Oleh karena itu, dalam menjaga keutuhan NKRI,
penting untuk terus menggali, melestarikan, dan mempromosikan kearifan lokal sebagai bentuk penghargaan
terhadap identitas budaya daerah yang menyatu dalam bingkai kebangsaan. Dengan begitu, Indonesia bisa
menjadi bangsa yang kuat, berkarakter, dan berdaulat secara budaya di tengah derasnya arus globalisasi
Nama: Dea Soval Maulida
NPM: 2406061008
Kelas: Administrasi Perkantoran
Analisis Jurnal:
Jurnal ini membahas tentang pentingnya kearifan lokal dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia di era globalisasi. Penulis berpendapat bahwa kearifan lokal dapat menjadi perekat identitas bangsa dan mempromosikan kesatuan dalam keragaman.
Penulis juga menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa dan bahwa kearifan lokal dapat menjadi modal dasar untuk memperkokoh identitas bangsa. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar nilai-nilai budaya lokal direvitalisasi dan dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan wawasan kebangsaan.
Dalam kesimpulan, penulis menekankan bahwa kearifan lokal dapat menjadi aset kekayaan kebudayaan bangsa dan memperkokoh identitas bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian dan pengembangan kearifan lokal untuk memperkuat identitas bangsa Indonesia.
NPM: 2406061008
Kelas: Administrasi Perkantoran
Analisis Jurnal:
Jurnal ini membahas tentang pentingnya kearifan lokal dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia di era globalisasi. Penulis berpendapat bahwa kearifan lokal dapat menjadi perekat identitas bangsa dan mempromosikan kesatuan dalam keragaman.
Penulis juga menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa dan bahwa kearifan lokal dapat menjadi modal dasar untuk memperkokoh identitas bangsa. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar nilai-nilai budaya lokal direvitalisasi dan dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan wawasan kebangsaan.
Dalam kesimpulan, penulis menekankan bahwa kearifan lokal dapat menjadi aset kekayaan kebudayaan bangsa dan memperkokoh identitas bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian dan pengembangan kearifan lokal untuk memperkuat identitas bangsa Indonesia.