FORUM JAWABAN POST TEST
NAMA: Alya Salma
NPM: 2117011080
KELAS: C
1.Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab: Setelah membaca artikel mengenai konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, tanggapan yang dapat diambil adalah pemahaman mendalam mengenai kompleksitas konflik antarwarga di wilayah perbatasan kedua negara. Beberapa hal positif yang dapat diambil dari artikel tersebut antara lain:
- Meningkatan Kesadaran: Artikel ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: Artikel memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: Konflik ini menunjukkan pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Perlunya Langkah Antisipasi: Artikel ini menekankan perlunya langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
Dengan membaca artikel ini dapat memperluas wawasan mengenai kompleksitas hubungan antarwarga di wilayah perbatasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab: Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
Jadi, konsepsi wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel diatas?
Jawab: Konsepsi wawasan nusantara memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Ada beberapa cara di mana konsepsi wawasan nusantara dapat membantu dalam pencegahan konflik:
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia. Dengan memiliki identitas kebangsaan yang kuat, masyarakat akan lebih cenderung untuk memprioritaskan kepentingan bersama daripada terlibat dalam konflik antarwarga.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN. Dengan membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, potensi konflik di perbatasan dapat diminimalkan.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional. Dengan memiliki batas yang jelas, konflik terkait klaim wilayah dapat dicegah.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Dengan menerapkan konsepsi wawasan nusantara secara komprehensif, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan negara, meminimalkan potensi konflik di perbatasan, dan mempromosikan perdamaian serta kerjasama regional yang berkelanjutan.
Jawab: Setelah membaca artikel mengenai konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, tanggapan yang dapat diambil adalah pemahaman mendalam mengenai kompleksitas konflik antarwarga di wilayah perbatasan kedua negara. Beberapa hal positif yang dapat diambil dari artikel tersebut antara lain:
- Meningkatan Kesadaran: Artikel ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: Artikel memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: Konflik ini menunjukkan pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Perlunya Langkah Antisipasi: Artikel ini menekankan perlunya langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
Dengan membaca artikel ini dapat memperluas wawasan mengenai kompleksitas hubungan antarwarga di wilayah perbatasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab: Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
Jadi, konsepsi wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel diatas?
Jawab: Konsepsi wawasan nusantara memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Ada beberapa cara di mana konsepsi wawasan nusantara dapat membantu dalam pencegahan konflik:
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia. Dengan memiliki identitas kebangsaan yang kuat, masyarakat akan lebih cenderung untuk memprioritaskan kepentingan bersama daripada terlibat dalam konflik antarwarga.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN. Dengan membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, potensi konflik di perbatasan dapat diminimalkan.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional. Dengan memiliki batas yang jelas, konflik terkait klaim wilayah dapat dicegah.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Dengan menerapkan konsepsi wawasan nusantara secara komprehensif, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan negara, meminimalkan potensi konflik di perbatasan, dan mempromosikan perdamaian serta kerjasama regional yang berkelanjutan.
Analisis jurnal Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Dalam jurnal "Integrasi Nasional", terdapat analisis yang mendalam mengenai tantangan integrasi nasional di Indonesia. Konsep integrasi nasional dipahami sebagai upaya untuk menyatukan visi dan misi suatu bangsa dari beragam kepentingan masyarakat. Identitas individu dan kelompok memainkan peran krusial dalam proses integrasi ini, di mana kesamaan nilai budaya, bahasa, cita-cita politik, dan pandangan hidup menjadi faktor pendukung terbentuknya integrasi. Namun, integrasi yang lebih luas hanya dapat tercapai apabila kelompok mampu melampaui identitas mereka yang eksisting dan bersedia untuk melepaskan identitas yang sempit demi menciptakan kesatuan yang lebih inklusif. Selain itu, isi dalam jurnal juga menyoroti peran Bahasa Indonesia sebagai simbol identitas nasional yang menyatukan berbagai kelompok etnis. Bahasa Indonesia, yang awalnya berasal dari kepulauan Riau dan berkembang menjadi Melayu Pasar, menjadi atribut identitas yang menghubungkan berbagai kelompok dalam interaksi perdagangan. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat menjadi alat integrasi yang kuat dalam memperkuat kesatuan bangsa. Dengan demikian, jurnal ini memberikan pemahaman mendalam tentang kompleksitas integrasi nasional, di mana identitas, keberagaman, dan kesatuan menjadi elemen-elemen kunci yang perlu dipertimbangkan dalam upaya membangun integrasi yang inklusif dan progresif di Indonesia.
Dalam jurnal "Integrasi Nasional", terdapat analisis yang mendalam mengenai tantangan integrasi nasional di Indonesia. Konsep integrasi nasional dipahami sebagai upaya untuk menyatukan visi dan misi suatu bangsa dari beragam kepentingan masyarakat. Identitas individu dan kelompok memainkan peran krusial dalam proses integrasi ini, di mana kesamaan nilai budaya, bahasa, cita-cita politik, dan pandangan hidup menjadi faktor pendukung terbentuknya integrasi. Namun, integrasi yang lebih luas hanya dapat tercapai apabila kelompok mampu melampaui identitas mereka yang eksisting dan bersedia untuk melepaskan identitas yang sempit demi menciptakan kesatuan yang lebih inklusif. Selain itu, isi dalam jurnal juga menyoroti peran Bahasa Indonesia sebagai simbol identitas nasional yang menyatukan berbagai kelompok etnis. Bahasa Indonesia, yang awalnya berasal dari kepulauan Riau dan berkembang menjadi Melayu Pasar, menjadi atribut identitas yang menghubungkan berbagai kelompok dalam interaksi perdagangan. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat menjadi alat integrasi yang kuat dalam memperkuat kesatuan bangsa. Dengan demikian, jurnal ini memberikan pemahaman mendalam tentang kompleksitas integrasi nasional, di mana identitas, keberagaman, dan kesatuan menjadi elemen-elemen kunci yang perlu dipertimbangkan dalam upaya membangun integrasi yang inklusif dan progresif di Indonesia.
Jurnal juga menekankan bahwa integrasi nasional memerlukan kemampuan kelompok untuk melampaui identitas eksisting mereka dan bersedia melepaskan identitas yang sempit demi menciptakan kesatuan yang lebih inklusif. Integrasi yang lebih luas hanya dapat tercapai apabila masyarakat mampu memahami dan menghargai keberagaman sebagai kekuatan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa. Dengan demikian, jurnal ini memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas integrasi nasional, di mana identitas, keberagaman, dan kesatuan menjadi elemen-elemen kunci yang perlu dipertimbangkan dalam upaya memperkuat integrasi nasional yang inklusif dan progresif di Indonesia.
1. Artikel ini memberikan informasi yang berharga tentang konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Dengan memahami situasi ini dengan lebih baik, kita dapat berkontribusi dalam upaya membangun perdamaian dan rekonsiliasi yang langgeng di kawasan tersebut. Hal positif yang bisa diambil yaitu pentingnya dialog dan kerjasama antar negara dan masyarakat sipil, upaya penyelesaian konflik yang komprehensif dan berkelanjutan, pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan agama.
2. Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, maka akan kekurangan pendukung dan pendukung lainnya mungkin akan menyebabkan kesulitan dalam mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia. Hal ini mungkin akan menyebabkan pergeseran pembagian wilayah di Indonesia, dengan beberapa wilayah yang terpencil di Jawa dan Sumatera, sementara wilayah lainnya mungkin akan menjadi negara-negara yang lebih kecil.
3. Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, konsepsi wawasan Nusantara dapat membantu mengurangi konflik antar negara dengan mendorong pemahaman dan toleransi antar masyarakat yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan hubungan sosial budaya antara masyarakat di perbatasan, yang dapat membantu mengurangi perbedaan perspektif yang mungkin akan menjadi sumber konflik
2. Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, maka akan kekurangan pendukung dan pendukung lainnya mungkin akan menyebabkan kesulitan dalam mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia. Hal ini mungkin akan menyebabkan pergeseran pembagian wilayah di Indonesia, dengan beberapa wilayah yang terpencil di Jawa dan Sumatera, sementara wilayah lainnya mungkin akan menjadi negara-negara yang lebih kecil.
3. Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, konsepsi wawasan Nusantara dapat membantu mengurangi konflik antar negara dengan mendorong pemahaman dan toleransi antar masyarakat yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan hubungan sosial budaya antara masyarakat di perbatasan, yang dapat membantu mengurangi perbedaan perspektif yang mungkin akan menjadi sumber konflik
Analisis Jurnal Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bagaimana Ide-ide nasionalis dan pluralis memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran dan integrasi nasional di Indonesia. Ide-ide nasionalis memperkuat rasa persatuan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sementara ide-ide pluralis mengakui dan merayakan keragaman budaya, bahasa, dan kepercayaan dalam masyarakat. Dengan menggabungkan kedua ide ini, Indonesia dapat memperkuat identitas nasionalnya sambil tetap menghormati identitas unik dari beragam kelompok penduduknya, yang pada akhirnya akan memperkuat kesadaran dan integrasi nasional. Integrasi nasional juga terjadi melalui pembentukan jaringan kelompok yang dipersatukan oleh isu bersama, baik ideologis, ekonomis, maupun sosial, menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Selain itu, perubahan azas dan ideologi dalam sejarah Indonesia juga menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional, menunjukkan kompleksitas dalam pembentukan identitas dan integrasi bangsa.
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bagaimana Ide-ide nasionalis dan pluralis memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran dan integrasi nasional di Indonesia. Ide-ide nasionalis memperkuat rasa persatuan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sementara ide-ide pluralis mengakui dan merayakan keragaman budaya, bahasa, dan kepercayaan dalam masyarakat. Dengan menggabungkan kedua ide ini, Indonesia dapat memperkuat identitas nasionalnya sambil tetap menghormati identitas unik dari beragam kelompok penduduknya, yang pada akhirnya akan memperkuat kesadaran dan integrasi nasional. Integrasi nasional juga terjadi melalui pembentukan jaringan kelompok yang dipersatukan oleh isu bersama, baik ideologis, ekonomis, maupun sosial, menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Selain itu, perubahan azas dan ideologi dalam sejarah Indonesia juga menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional, menunjukkan kompleksitas dalam pembentukan identitas dan integrasi bangsa.
Nama : Trie Choirunnisa Dzilhaj
NPM : 2117011077
Kelas : C
Indonesia telah banyak mengalami perubahan sejak peristiwa proklamasi. Mulai dari ideologi, azas, doktrin dalam berbangsa dan bertanah air. Indonesia telah banyak melewati berbagai konflik yang terjadi dalam kurun waktu 1 abad terakhir, mulai dari peralihan dari orde lama ke orde baru dan setelah 30 tahun lamanya kemudian muncul lah era reformasi.
Orde baru dapat digulingkan setelah lama nya 30 tahun menjabat karena pengendalian pemerintahnya yang sentralistik dan ide gagasan masyarakat yang selalu disikapi dengan cara otoriter sangat menentang kodrat Indonesia sebagai negara yang plural.
Di Era Reformasi tidak mempunyai acuan yang jelas sehingga menimbulkan banyak kekacauan mulai dari tindakan anarkis, pelanggaran moral hingga etika. Para pengamat menyimpulkan "bangsa yang sedang sakit" dan hanya dapat memberikan kesimpulan tanpa memberikan solusi.
Solusi terbaik yg dapat diberikan berupa 'Identitas dan Integrasi Nasional'. Identitas disini dimaksudkan bahwa menyesuaikan dengan apa yang hadapi dan dijalankan, dengan begitu suatu Identitas akan terbentuk dengan apa yang kita inginkan. Identitas menjadi sarana dalam membentuk mindset, mental,
memajukan adab dan kemampuan bangsa menjadi tugas utama dalam pembangunan kebudayaan nasional. Mampu mengembangkan harga diri dan memelihara bangsa menjadi dasar keyakinan dari Integrasi Nasional. Di sisi lain, integrasi dapat terbentuk apabila ada nya dukungan identitas seperti kesamaan bahasa, persamaan sistem politik, dan orientasi beragama.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi diantara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2117011077
Kelas : C
Indonesia telah banyak mengalami perubahan sejak peristiwa proklamasi. Mulai dari ideologi, azas, doktrin dalam berbangsa dan bertanah air. Indonesia telah banyak melewati berbagai konflik yang terjadi dalam kurun waktu 1 abad terakhir, mulai dari peralihan dari orde lama ke orde baru dan setelah 30 tahun lamanya kemudian muncul lah era reformasi.
Orde baru dapat digulingkan setelah lama nya 30 tahun menjabat karena pengendalian pemerintahnya yang sentralistik dan ide gagasan masyarakat yang selalu disikapi dengan cara otoriter sangat menentang kodrat Indonesia sebagai negara yang plural.
Di Era Reformasi tidak mempunyai acuan yang jelas sehingga menimbulkan banyak kekacauan mulai dari tindakan anarkis, pelanggaran moral hingga etika. Para pengamat menyimpulkan "bangsa yang sedang sakit" dan hanya dapat memberikan kesimpulan tanpa memberikan solusi.
Solusi terbaik yg dapat diberikan berupa 'Identitas dan Integrasi Nasional'. Identitas disini dimaksudkan bahwa menyesuaikan dengan apa yang hadapi dan dijalankan, dengan begitu suatu Identitas akan terbentuk dengan apa yang kita inginkan. Identitas menjadi sarana dalam membentuk mindset, mental,
memajukan adab dan kemampuan bangsa menjadi tugas utama dalam pembangunan kebudayaan nasional. Mampu mengembangkan harga diri dan memelihara bangsa menjadi dasar keyakinan dari Integrasi Nasional. Di sisi lain, integrasi dapat terbentuk apabila ada nya dukungan identitas seperti kesamaan bahasa, persamaan sistem politik, dan orientasi beragama.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi diantara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Nama : Naurah Nabilah
NPM : 2117011009
Kelas C
Diari Jurnal tersebut didapatkan bahwa Indonesia mempunyai sejarah yang panjang Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas. Otonomi daerah dapat mempengeruhi integritas, demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, terdiri dari 38 provinsi, dan juga mempunyai adat itiadat, budaya yang beragam dari sabang sampai merauke. oleh karenanya dibutuhkan strategi yang strategi agar dapat menyatukan perbedaan yang beragam. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang komplek.
NPM : 2117011009
Kelas C
Diari Jurnal tersebut didapatkan bahwa Indonesia mempunyai sejarah yang panjang Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas. Otonomi daerah dapat mempengeruhi integritas, demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, terdiri dari 38 provinsi, dan juga mempunyai adat itiadat, budaya yang beragam dari sabang sampai merauke. oleh karenanya dibutuhkan strategi yang strategi agar dapat menyatukan perbedaan yang beragam. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang komplek.
Nama: Nadira Anjani
Npm:2117011101
Kelas:C
bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari perubahan tersebut menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba)
Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi.Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidak menentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks.
Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.Kepentingan masing- masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional.Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara.konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Npm:2117011101
Kelas:C
bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari perubahan tersebut menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba)
Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi.Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidak menentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks.
Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.Kepentingan masing- masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional.Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara.konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Jurnal ini membahas tentang peran integrasi nasional sebagai pencegah etnosentrisme di Indonesia. Etnosentrisme merupakan suatu pandangan yang menganggap budaya dan kelompok etnis sendiri lebih unggul dari kelompok lain. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dan disintegrasi bangsa. Sedangkan itu, integrasi nasional adalah proses penyatuan seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam jurnal ini penulis menjelaskan bahwa integrasi nasional memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya etnosentrisme.
Penulis berargumen bahwa etnosentrisme dapat menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, karena etnosentrisme dapat memicu konflik antar kelompok etnis. Integrasi nasional dengan fokus pada Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme. Kemudian salah satu poin utama yang menjadi fokus utama oleh penulis adalah bahwa integrasi nasional bukanlah proses yang bersifat statis atau sekadar formalitas administratif. Sebaliknya, hal tersebut melibatkan upaya yang berkelanjutan dan menyeluruh untuk membangun rasa persatuan, solidaritas, dan kesetiaan terhadap negara di antara semua warga Indonesia. Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pendidikan yang inklusif dan penegakan hukum yang adil hingga pembangunan ekonomi yang merata serta promosi budaya nasional yang inklusif. Penulis juga menjelaskan bahwa semua pihak harus bekerjasama untuk membangun kesadaran akan pentingnya persatuan nasional di tengah keragaman, serta untuk mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan yang mungkin muncul akibat etnosentrisme.
Penulis berargumen bahwa etnosentrisme dapat menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, karena etnosentrisme dapat memicu konflik antar kelompok etnis. Integrasi nasional dengan fokus pada Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme. Kemudian salah satu poin utama yang menjadi fokus utama oleh penulis adalah bahwa integrasi nasional bukanlah proses yang bersifat statis atau sekadar formalitas administratif. Sebaliknya, hal tersebut melibatkan upaya yang berkelanjutan dan menyeluruh untuk membangun rasa persatuan, solidaritas, dan kesetiaan terhadap negara di antara semua warga Indonesia. Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pendidikan yang inklusif dan penegakan hukum yang adil hingga pembangunan ekonomi yang merata serta promosi budaya nasional yang inklusif. Penulis juga menjelaskan bahwa semua pihak harus bekerjasama untuk membangun kesadaran akan pentingnya persatuan nasional di tengah keragaman, serta untuk mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan yang mungkin muncul akibat etnosentrisme.
Berdasarkan poin deskriptif di atas, berikut adalah kesimpulan hasil analisis dan pendapat yang dapat saya sampaikan:
Jurnal tersebut mengangkat topik yang relevan dengan keadaan Indonesia saat ini di mana etnosentrisme adalah isu yang penting di Indonesia, dan integrasi nasional dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasinya. Pembahasan yang disampaikan bersifat menyeluruh yang mana jurnal ini membahas berbagai aspek etnosentrisme dan integrasi nasional, termasuk definisi, penyebab, dan solusi. Namun, menurut saya jurnal ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kurangnya data empiris yang dapat digunakan untuk mendukung argumen yang disampaikan oleh penulis, kurang nyatanya solusi dari penulis di mana dalam jurnal disebutkan bahwa integrasi nasional dapat menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme, tetapi tidak menjelaskan secara jelas bagaimana hal itu dapat dilakukan dan dicapai.
Kemudian menurut saya, penulis dapat menambahkan beberapa data empiris yang dapat menunjukkan hubungan antara etnosentrisme, integrasi nasional, dan persatuan bangsa dengan menyediakan bukti jelas yang menggambarkan pola dalam perilaku serta pandangan masyarakat. Misalnya, penelitian survei yang meminta responden menilai tingkat etnosentrisme di antara kelompok etnis dalam suatu daerah, persepsi tentang integrasi nasional, dan tingkat persatuan dalam masyarakat. Kemudian mengaitkannya dengan indikator integrasi nasional, seperti contohnya tingkat partisipasi dalam kegiatan bersama lintas etnis atau dukungan terhadap kebijakan integrasi. Data ini kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel-variabel tersebut, seperti apakah tingkat etnosentrisme yang tinggi berhubungan dengan rendahnya integrasi nasional dan persatuan bangsa.
Jurnal tersebut mengangkat topik yang relevan dengan keadaan Indonesia saat ini di mana etnosentrisme adalah isu yang penting di Indonesia, dan integrasi nasional dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasinya. Pembahasan yang disampaikan bersifat menyeluruh yang mana jurnal ini membahas berbagai aspek etnosentrisme dan integrasi nasional, termasuk definisi, penyebab, dan solusi. Namun, menurut saya jurnal ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kurangnya data empiris yang dapat digunakan untuk mendukung argumen yang disampaikan oleh penulis, kurang nyatanya solusi dari penulis di mana dalam jurnal disebutkan bahwa integrasi nasional dapat menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme, tetapi tidak menjelaskan secara jelas bagaimana hal itu dapat dilakukan dan dicapai.
Kemudian menurut saya, penulis dapat menambahkan beberapa data empiris yang dapat menunjukkan hubungan antara etnosentrisme, integrasi nasional, dan persatuan bangsa dengan menyediakan bukti jelas yang menggambarkan pola dalam perilaku serta pandangan masyarakat. Misalnya, penelitian survei yang meminta responden menilai tingkat etnosentrisme di antara kelompok etnis dalam suatu daerah, persepsi tentang integrasi nasional, dan tingkat persatuan dalam masyarakat. Kemudian mengaitkannya dengan indikator integrasi nasional, seperti contohnya tingkat partisipasi dalam kegiatan bersama lintas etnis atau dukungan terhadap kebijakan integrasi. Data ini kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel-variabel tersebut, seperti apakah tingkat etnosentrisme yang tinggi berhubungan dengan rendahnya integrasi nasional dan persatuan bangsa.
Nama: Agis Andriyani
NPM: 2157011004
Kelas: C
1.Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab: pemahaman mengenai kompleksitas konflik antarwarga di wilayah perbatasan kedua negara. Hal positif yang dapat diambil antara lain:
- Meningkatan Kesadaran: pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Perlunya Langkah Antisipasi: langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
Dengan membaca artikel ini dapat memperluas wawasan mengenai kompleksitas hubungan antarwarga di wilayah perbatasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab: Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara yaitu dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
Konsepsi wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jawab: Konsepsi wawasan nusantara memiliki peran sangat penting dalam mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Ada beberapa cara di mana konsepsi wawasan nusantara dapat membantu dalam pencegahan konflik:
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia. Dengan memiliki identitas kebangsaan yang kuat, masyarakat akan lebih cenderung untuk memprioritaskan kepentingan bersama daripada terlibat dalam konflik antarwarga.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN. Dengan membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, potensi konflik di perbatasan dapat diminimalkan.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional. Dengan memiliki batas yang jelas, konflik terkait klaim wilayah dapat dicegah.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Dengan menerapkan konsepsi wawasan nusantara secara komprehensif, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan negara, meminimalkan potensi konflik di perbatasan, dan mempromosikan perdamaian serta kerjasama regional yang berkelanjutan.
NPM: 2157011004
Kelas: C
1.Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab: pemahaman mengenai kompleksitas konflik antarwarga di wilayah perbatasan kedua negara. Hal positif yang dapat diambil antara lain:
- Meningkatan Kesadaran: pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Perlunya Langkah Antisipasi: langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
Dengan membaca artikel ini dapat memperluas wawasan mengenai kompleksitas hubungan antarwarga di wilayah perbatasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab: Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara yaitu dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
Konsepsi wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jawab: Konsepsi wawasan nusantara memiliki peran sangat penting dalam mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Ada beberapa cara di mana konsepsi wawasan nusantara dapat membantu dalam pencegahan konflik:
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia. Dengan memiliki identitas kebangsaan yang kuat, masyarakat akan lebih cenderung untuk memprioritaskan kepentingan bersama daripada terlibat dalam konflik antarwarga.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN. Dengan membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, potensi konflik di perbatasan dapat diminimalkan.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional. Dengan memiliki batas yang jelas, konflik terkait klaim wilayah dapat dicegah.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Dengan menerapkan konsepsi wawasan nusantara secara komprehensif, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan negara, meminimalkan potensi konflik di perbatasan, dan mempromosikan perdamaian serta kerjasama regional yang berkelanjutan.
Nama : Dina Elviana
NPM : 2117011049
1.Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab:
Setelah membaca artikel mengenai konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, terdapat beberapa hal positif yang dapat diambil, antara lain sebagai berikut :
- Artikel ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: Artikel memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: Konflik ini menunjukkan pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Artikel ini menekankan perlunya langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab:
Konsep wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan. Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jawab:
Terdapat beberapa cara yang dapat membantu dalam pencegahan konflik yaitu sebagai berikut :
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Hasil Analisis Jurnal
Bangsa Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
NPM : 2117011049
1.Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab:
Setelah membaca artikel mengenai konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, terdapat beberapa hal positif yang dapat diambil, antara lain sebagai berikut :
- Artikel ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik secara damai dan diplomatis di wilayah perbatasan.
- Pemahaman Faktor Penyebab: Artikel memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik, seperti masalah delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi mengenai zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
- Pentingnya Kerjasama Internasional: Konflik ini menunjukkan pentingnya kerjasama antarnegara dalam menyelesaikan konflik perbatasan dan menjaga hubungan baik antarwarga.
- Artikel ini menekankan perlunya langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, seperti penyelesaian delimitasi perbatasan yang belum tuntas.
2.Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab:
Konsep wawasan nusantara sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara, serta mempromosikan kerjasama regional dan internasional yang saling menguntungkan. Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka dapat terjadi beberapa dampak negatif terhadap wilayah dan bangsa Indonesia seperti, potensi konflik perbatasan, Kerentanan Terhadap Penyusupan dan Konflik Internal, kerugian ekonomi, hilangnya identitas dan kebudayaan.
3.Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jawab:
Terdapat beberapa cara yang dapat membantu dalam pencegahan konflik yaitu sebagai berikut :
- Penguatan Identitas Kebangsaan: Konsepsi wawasan nusantara dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia.
- Peningkatan Kerjasama Regional: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara tetangga dan anggota ASEAN.
- Penyelesaian Delimitasi Perbatasan: Konsepsi wawasan nusantara mendorong Indonesia untuk menyelesaikan masalah delimitasi perbatasan dengan negara tetangga secara damai dan berdasarkan hukum internasional.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Konsepsi wawasan nusantara dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas batas.
Hasil Analisis Jurnal
Bangsa Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Nama: Dini Aulia Adha
NPM: 2117011039
Kelas: C
Berbagai perubahan azas dan idiologi, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. Penyikapan yang dilakukan pemerintahan Orba tentu bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia yang selama ini dianugerahi sebagai suatu bangsa yang plural. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Suatu integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
NPM: 2117011039
Kelas: C
Berbagai perubahan azas dan idiologi, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. Penyikapan yang dilakukan pemerintahan Orba tentu bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia yang selama ini dianugerahi sebagai suatu bangsa yang plural. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Suatu integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Nama: Tegar Ismail Widiyansyah
Kelas: C
NPM: 2117011070
Dari analisa journal yang saya baca, integrasi nasional memiliki peran penting sebagai penangkal etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang menganggap kelompok atau budaya tertentu lebih unggul atau superior dibandingkan kelompok atau budaya lainnya.jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik
antar-agama, konflik antar-partai politik,
konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik
kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan
Kelas: C
NPM: 2117011070
Dari analisa journal yang saya baca, integrasi nasional memiliki peran penting sebagai penangkal etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang menganggap kelompok atau budaya tertentu lebih unggul atau superior dibandingkan kelompok atau budaya lainnya.jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik
antar-agama, konflik antar-partai politik,
konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik
kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan
Nama : Kurniawan Sugiarto
Kelas : C
1.Pada artikel yang disajikan memberikan informasi berharga mengenai konflik masyarakat di perbatasan antara Indonesia dan Timor Timur. Dengan lebih memahami situasi ini, kita dapat memajukan upaya membangun perdamaian dan rekonsiliasi abadi di kawasan. Hal positif yang dapat diambil mencakup pentingnya dialog dan kerja sama antara negara dan masyarakat sipil, upaya komprehensif dan berkelanjutan untuk menyelesaikan konflik, pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan agama.
2. Jika Indonesia kurang memahami visi nusantara, maka minimnya pendukung dan non-pendukung kemungkinan besar akan menyulitkan pengelolaan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Hal ini kemungkinan besar akan menyebabkan perubahan sebaran wilayah Indonesia, dimana sebagian wilayah terisolir di Jawa dan Sumatera, sementara wilayah lainnya cenderung menjadi negara yang lebih kecil.
3. Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, cara pandang Indonesia dapat membantu mengurangi konflik antarnegara dengan mengedepankan pemahaman dan toleransi antar komunitas yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan sosial budaya antar masyarakat perbatasan yang dapat membantu mengurangi perbedaan cara pandang yang dapat menjadi sumber konflik..
Kelas : C
1.Pada artikel yang disajikan memberikan informasi berharga mengenai konflik masyarakat di perbatasan antara Indonesia dan Timor Timur. Dengan lebih memahami situasi ini, kita dapat memajukan upaya membangun perdamaian dan rekonsiliasi abadi di kawasan. Hal positif yang dapat diambil mencakup pentingnya dialog dan kerja sama antara negara dan masyarakat sipil, upaya komprehensif dan berkelanjutan untuk menyelesaikan konflik, pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan agama.
2. Jika Indonesia kurang memahami visi nusantara, maka minimnya pendukung dan non-pendukung kemungkinan besar akan menyulitkan pengelolaan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Hal ini kemungkinan besar akan menyebabkan perubahan sebaran wilayah Indonesia, dimana sebagian wilayah terisolir di Jawa dan Sumatera, sementara wilayah lainnya cenderung menjadi negara yang lebih kecil.
3. Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, cara pandang Indonesia dapat membantu mengurangi konflik antarnegara dengan mengedepankan pemahaman dan toleransi antar komunitas yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan sosial budaya antar masyarakat perbatasan yang dapat membantu mengurangi perbedaan cara pandang yang dapat menjadi sumber konflik..
Nama : Julia Putri
Npm: 2157011001
Kelas : C
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Peralihan masa dari orde baru ke orde lama dikarenakan keberagaman yang ada di Indonesia, menganut sistem pluralisme membuat indonesia harus menyesuaikan segala keputusan dan tingkah laku dengan beragam identitas budaya,suku agama dan ras. Adanya elit politik yang berkuasa membuat sistem orde lama terguling dan digantikan dengan orde baru.
Identitas nasional Indonesia ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya).
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga
wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal-asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran konstruksi tayangan televisi. Interaksi antarindividu yang dikonstruksi tayangan televisi berlangsung sangat cepat. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedagang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnis Minang akan bersatu dengan PKL-PKL beretnis lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Maju nya dunia luar tentunya semakin membuat identitas dan integritas nasional menguat dan bertambah besar cakupannya menyesuaikan hal-hal asing yang turut masuk dalam negara. Integritas menjadi salah satu cara agar bangsa Indonesia tetap utuh dan tidak terpecah belah walaupun terdiri dari banyak suku, bahasa, adat budaya dan juga agama. Karena sejatinya perbedaan itu bukanlah halangan untuk tetap menjadi satu sebagai bangsa Indonesia
Npm: 2157011001
Kelas : C
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Peralihan masa dari orde baru ke orde lama dikarenakan keberagaman yang ada di Indonesia, menganut sistem pluralisme membuat indonesia harus menyesuaikan segala keputusan dan tingkah laku dengan beragam identitas budaya,suku agama dan ras. Adanya elit politik yang berkuasa membuat sistem orde lama terguling dan digantikan dengan orde baru.
Identitas nasional Indonesia ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya).
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga
wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal-asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran konstruksi tayangan televisi. Interaksi antarindividu yang dikonstruksi tayangan televisi berlangsung sangat cepat. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedagang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnis Minang akan bersatu dengan PKL-PKL beretnis lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Maju nya dunia luar tentunya semakin membuat identitas dan integritas nasional menguat dan bertambah besar cakupannya menyesuaikan hal-hal asing yang turut masuk dalam negara. Integritas menjadi salah satu cara agar bangsa Indonesia tetap utuh dan tidak terpecah belah walaupun terdiri dari banyak suku, bahasa, adat budaya dan juga agama. Karena sejatinya perbedaan itu bukanlah halangan untuk tetap menjadi satu sebagai bangsa Indonesia
Nama : Nella Simanjuntak
NPM : 2117011062
Kelas : C
1. Tanggapan saya terhadap isi artikel "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" adalah positif. Artikel tersebut mengangkat isu yang sangat relevan dengan kondisi sosial dan politik di Indonesia, di mana konflik etnis masih menjadi salah satu tantangan utama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.Satu hal positif yang bisa diambil dari artikel ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran akan keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.
2. Menurut pendapat saya, konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi wilayah dan bangsa Indonesia.Tanpa konsepsi Wawasan Nusantara, Indonesia mungkin akan mengalami fragmentasi dan konflik antar-etnis, kesulitan dalam mengelola sumber daya alam, serta tantangan dalam menjaga kedaulatan wilayah. Konsep ini penting untuk memperkuat persatuan, mengelola sumber daya dengan bijaksana, dan menjaga keutuhan wilayah Indonesia.
3. Konsepsi Wawasan Nusantara dapat membantu mencegah timbulnya konflik seperti etnosentrisme dengan beberapa cara. Pertama, konsep ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman etnis, budaya, dan agama. Kedua, Wawasan Nusantara menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga dapat mengurangi konflik terkait sumber daya alam. Ketiga, konsep ini juga menekankan pentingnya keutuhan wilayah Indonesia, sehingga dapat mencegah konflik teritorial dan separatisme
Hasil Analisis saya dari jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia," penulis membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal sikap etnosentris yang dapat mengancam persatuan dan kerukunan di Indonesia. Etnosentrisme, yang merupakan pandangan yang menganggap kelompok etnis tertentu lebih unggul daripada kelompok lain, dapat memicu konflik antar-etnis yang merugikan stabilitas bangsa. Integrasi nasional dipandang sebagai solusi yang efektif untuk meredakan konflik ini. Pendekatan integrasi nasional mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial, yang bertujuan untuk menciptakan inklusi, partisipasi, dan kesinambungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya integrasi nasional harus dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta mencegah terjadinya konflik etnis yang merugikan.
NPM : 2117011062
Kelas : C
1. Tanggapan saya terhadap isi artikel "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" adalah positif. Artikel tersebut mengangkat isu yang sangat relevan dengan kondisi sosial dan politik di Indonesia, di mana konflik etnis masih menjadi salah satu tantangan utama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.Satu hal positif yang bisa diambil dari artikel ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran akan keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.
2. Menurut pendapat saya, konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi wilayah dan bangsa Indonesia.Tanpa konsepsi Wawasan Nusantara, Indonesia mungkin akan mengalami fragmentasi dan konflik antar-etnis, kesulitan dalam mengelola sumber daya alam, serta tantangan dalam menjaga kedaulatan wilayah. Konsep ini penting untuk memperkuat persatuan, mengelola sumber daya dengan bijaksana, dan menjaga keutuhan wilayah Indonesia.
3. Konsepsi Wawasan Nusantara dapat membantu mencegah timbulnya konflik seperti etnosentrisme dengan beberapa cara. Pertama, konsep ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman etnis, budaya, dan agama. Kedua, Wawasan Nusantara menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga dapat mengurangi konflik terkait sumber daya alam. Ketiga, konsep ini juga menekankan pentingnya keutuhan wilayah Indonesia, sehingga dapat mencegah konflik teritorial dan separatisme
Hasil Analisis saya dari jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia," penulis membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal sikap etnosentris yang dapat mengancam persatuan dan kerukunan di Indonesia. Etnosentrisme, yang merupakan pandangan yang menganggap kelompok etnis tertentu lebih unggul daripada kelompok lain, dapat memicu konflik antar-etnis yang merugikan stabilitas bangsa. Integrasi nasional dipandang sebagai solusi yang efektif untuk meredakan konflik ini. Pendekatan integrasi nasional mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial, yang bertujuan untuk menciptakan inklusi, partisipasi, dan kesinambungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya integrasi nasional harus dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta mencegah terjadinya konflik etnis yang merugikan.
NAMA : Amalia Triananda
NPM : 2117011081
Kelas : C
Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnisestrisme di Indonesia
Dalam jurnal Integrasi Nasional sebagau Penangkal Etnisestrisme di Indonesia menunjukan bahwa perkembangan politik Indonesia dari Orde lama ke Orde baru diwarnai dengan berbagai perubahan dan pergolakan. Orde baru berusaha untuk menciptakan stabilitas politik dengan melakukan kontrol dan pembatasan terhadap partai politik dan organisasi masyarakat. Orde Baru (Orba) berkuasa selama 32 tahun (1967-1998) bersifat sentralistik dan otoriter-represif, membatasi kebebasan politik dan sipil. Kebijakan sentralistik Orba memicu munculnya gerakan separatis di beberapa daerah. Ketidakmampuan Orba dalam menangani krisis dan tuntutan reformasi menyebabkan lengsernya Soeharto pada Mei 1998.
Identitas nasional adalah konsep yang dinamis dan terus berkembang. Di era modern, identitas nasional tidak hanya terpaku pada simbol fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Oleh karena itu, interpretasi ulang tentang identitas nasional perlu dilakukan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Integrasi nasional adalah penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional sejalan dengan kondisi Indonesia yang beragam. Konflik antar-etnik, antar-daerah, antar-agama, dan lain sebagainya merupakan contoh tantangan integrasi nasional di Indonesia. Keberagaman Indonesia merupakan potensi sekaligus tantangan bagi integrasi nasional. Diperlukan upaya untuk memperkuat integrasi nasional agar Indonesia dapat bersatu dan maju.
Konflik Komunal di Perbatasan Indonesia-Timor Leste dan Upaya Penyelesaiannya
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab: menurut saya artikel ini dapat memberikan informasi tentang konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Artikel ini dijelaskan akar permasalahan, dampak, dan upaya penyelesaian konflik. Informasi ini penting untuk memahami situasi di perbatasan dan mencari solusi yang tepat.
Hal Positif :
• Meningkatkan kesadaran : menurut saya dari artikel ini saya menjadi tahu mengenai konflik yang terjadi antara Indonesia-Timor Leste.
• Mendorong empati : saya menjadi memiliki rasa empati terhadap masyarakat yang terkena damplak konflik tersebut.
• Mendorong solusi : dalam artikel dijelaskan bagaimana cara menangani permasalahan konflik yang ada dan mendorong kerjasama antar kedua negara.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab : Menurut saya, Wawasan Nusantara adalah landasan fundamental bagi Indonesia untuk mencapai tujuan nasionalnya. Wawasan Nusantara memberikan kerangka berpikir dan bertindak bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Tanpa Wawasan Nusantara, Indonesia akan menjadi bangsa yang terpecah belah dan mudah diadu domba oleh kekuatan luar.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel di atas?
Jawab : Wawasan Nusantara merupakan konsepsi geopolitik Indonesia yang memandang negara sebagai satu kesatuan integral. Konsepsi ini dapat diterapkan untuk mencegah konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, dengan cara:
• Memperkuat Rasa Kesatuan dan Persatuan
• Meningkatkan Kerjasama dan Koordinasi
• Membangun Rasa Keadilan dan Kesejahteraan
• Meningkatkan Pemahaman tentang Kearifan Lokal
• Memperkuat Diplomasi dan Penegakan Hukum
Dengan menerapkan konsepsi Wawasan Nusantara secara konsisten dan komprehensif, diharapkan konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste dapat dicegah dan diatasi.
NPM : 2117011081
Kelas : C
Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnisestrisme di Indonesia
Dalam jurnal Integrasi Nasional sebagau Penangkal Etnisestrisme di Indonesia menunjukan bahwa perkembangan politik Indonesia dari Orde lama ke Orde baru diwarnai dengan berbagai perubahan dan pergolakan. Orde baru berusaha untuk menciptakan stabilitas politik dengan melakukan kontrol dan pembatasan terhadap partai politik dan organisasi masyarakat. Orde Baru (Orba) berkuasa selama 32 tahun (1967-1998) bersifat sentralistik dan otoriter-represif, membatasi kebebasan politik dan sipil. Kebijakan sentralistik Orba memicu munculnya gerakan separatis di beberapa daerah. Ketidakmampuan Orba dalam menangani krisis dan tuntutan reformasi menyebabkan lengsernya Soeharto pada Mei 1998.
Identitas nasional adalah konsep yang dinamis dan terus berkembang. Di era modern, identitas nasional tidak hanya terpaku pada simbol fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Oleh karena itu, interpretasi ulang tentang identitas nasional perlu dilakukan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Integrasi nasional adalah penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional sejalan dengan kondisi Indonesia yang beragam. Konflik antar-etnik, antar-daerah, antar-agama, dan lain sebagainya merupakan contoh tantangan integrasi nasional di Indonesia. Keberagaman Indonesia merupakan potensi sekaligus tantangan bagi integrasi nasional. Diperlukan upaya untuk memperkuat integrasi nasional agar Indonesia dapat bersatu dan maju.
Konflik Komunal di Perbatasan Indonesia-Timor Leste dan Upaya Penyelesaiannya
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawab: menurut saya artikel ini dapat memberikan informasi tentang konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Artikel ini dijelaskan akar permasalahan, dampak, dan upaya penyelesaian konflik. Informasi ini penting untuk memahami situasi di perbatasan dan mencari solusi yang tepat.
Hal Positif :
• Meningkatkan kesadaran : menurut saya dari artikel ini saya menjadi tahu mengenai konflik yang terjadi antara Indonesia-Timor Leste.
• Mendorong empati : saya menjadi memiliki rasa empati terhadap masyarakat yang terkena damplak konflik tersebut.
• Mendorong solusi : dalam artikel dijelaskan bagaimana cara menangani permasalahan konflik yang ada dan mendorong kerjasama antar kedua negara.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawab : Menurut saya, Wawasan Nusantara adalah landasan fundamental bagi Indonesia untuk mencapai tujuan nasionalnya. Wawasan Nusantara memberikan kerangka berpikir dan bertindak bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Tanpa Wawasan Nusantara, Indonesia akan menjadi bangsa yang terpecah belah dan mudah diadu domba oleh kekuatan luar.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel di atas?
Jawab : Wawasan Nusantara merupakan konsepsi geopolitik Indonesia yang memandang negara sebagai satu kesatuan integral. Konsepsi ini dapat diterapkan untuk mencegah konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, dengan cara:
• Memperkuat Rasa Kesatuan dan Persatuan
• Meningkatkan Kerjasama dan Koordinasi
• Membangun Rasa Keadilan dan Kesejahteraan
• Meningkatkan Pemahaman tentang Kearifan Lokal
• Memperkuat Diplomasi dan Penegakan Hukum
Dengan menerapkan konsepsi Wawasan Nusantara secara konsisten dan komprehensif, diharapkan konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste dapat dicegah dan diatasi.
Nama : Suci Dera Jenita
NPM : 2117011036
Kelas : C
1. Tanggapan saya terhadap isi artikel "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" adalah positif. Artikel tersebut mengangkat isu yang sangat relevan dengan kondisi sosial dan politik di Indonesia, di mana konflik etnis masih menjadi salah satu tantangan utama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini sangat penting akan kesadaran keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.
2. Menurut pendapat saya, konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi wilayah dan bangsa Indonesia.Tanpa konsepsi Wawasan Nusantara, Indonesia mungkin akan mengalami fragmentasi dan konflik antar-etnis.
3. Konsepsi Wawasan Nusantara dapat membantu mencegah timbulnya konflik seperti etnosentrisme dengan beberapa cara. Pertama, konsep ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman etnis, budaya, dan agama. Kedua, Wawasan Nusantara menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga dapat mengurangi konflik terkait sumber daya alam.
Upaya integrasi nasional harus dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta mencegah terjadinya konflik etnis yang merugikan
NPM : 2117011036
Kelas : C
1. Tanggapan saya terhadap isi artikel "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" adalah positif. Artikel tersebut mengangkat isu yang sangat relevan dengan kondisi sosial dan politik di Indonesia, di mana konflik etnis masih menjadi salah satu tantangan utama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini sangat penting akan kesadaran keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai sumber konflik.
2. Menurut pendapat saya, konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi wilayah dan bangsa Indonesia.Tanpa konsepsi Wawasan Nusantara, Indonesia mungkin akan mengalami fragmentasi dan konflik antar-etnis.
3. Konsepsi Wawasan Nusantara dapat membantu mencegah timbulnya konflik seperti etnosentrisme dengan beberapa cara. Pertama, konsep ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman etnis, budaya, dan agama. Kedua, Wawasan Nusantara menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga dapat mengurangi konflik terkait sumber daya alam.
Upaya integrasi nasional harus dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta mencegah terjadinya konflik etnis yang merugikan
Identitas merupakan cara seseorang atau masyarakat memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandang mereka dalam konteks sosial dan budaya. Identitas merupakan hasil dari pengaruh budaya yang kompleks dan terus berubah seiring waktu. Identitas tidaklah tetap sejak awal dan tidak memiliki esensi yang abadi, serta terdiri dari berbagai lapisan yang dipengaruhi oleh peran yang diemban, situasi objektif, dan cara individu menanggapi situasi dan peran tersebut.
Identitas tidaklah statis atau final, melainkan selalu berubah dan disesuaikan kembali, terus-menerus diperbarui, dan terus dinegosiasi, sehingga bentuknya tergantung pada proses yang membentuknya. Identitas saat ini menunjukkan pluralitas yang tidak tunggal, melainkan beragam. Pluralitas pada masa kini tidak hanya mencakup perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal daerah, tetapi juga menyoroti perbedaan kepentingan. Seseorang bisa memiliki identitas yang berbeda dengan orang lain bukan hanya karena perbedaan dalam hal-hal seperti etnis, profesi, latar belakang pendidikan, atau asal daerah, melainkan karena perbedaan dalam kepentingan individu yang kemudian menyatukan identitas mereka.
Pluralitas adalah takdir bagi bangsa Indonesia. Namun, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan atau menyebabkan konflik selama anggota masyarakat menyadari pluralitas tersebut. Meskipun pluralitas merupakan takdir, belakangan ini telah memicu konflik di antara beberapa anggota masyarakat. Bahkan, telah muncul perpecahan dengan narasi "Kami versus kalian, aku versus kamu", dan sejenisnya. Hal ini telah menghasilkan pandangan sentris seperti etnosentrisme, religisentrisme, politiksentris, dan sebagainya. Sebagai contoh, dalam budaya Jawa, terdapat konsep "nanding sarira" yang menggelorakan perbandingan diri. Fenomena ini menjadi akar kesombongan kolektif, yaitu etnosentrisme, yang menganggap budaya etniknya lebih superior daripada budaya etnik lainnya, dengan melihat segala hal dari perspektif etnik sendiri.
Mengembangkan konsep integrasi nasional menjadi strategi kebudayaan yang penting bagi Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasawarsa. Strategi kebudayaan ini berfokus pada kekuatan budaya yang memperhatikan kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan terhadap kompleksitas budaya yang ada. Dengan demikian, mengadopsi konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya mengharmoniskan visi dan misi di antara berbagai kepentingan dan identitas dari anggota masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang beragam.
Pentingnya integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dekade. Strategi kebudayaan ini didasarkan pada kekuatan budaya yang bersandar pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan terhadap kompleksitas budaya yang ada. Dengan demikian, pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk menyatukan visi dan misi di antara beragam kepentingan dan identitas masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan yang kompleks.
Identitas tidaklah statis atau final, melainkan selalu berubah dan disesuaikan kembali, terus-menerus diperbarui, dan terus dinegosiasi, sehingga bentuknya tergantung pada proses yang membentuknya. Identitas saat ini menunjukkan pluralitas yang tidak tunggal, melainkan beragam. Pluralitas pada masa kini tidak hanya mencakup perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal daerah, tetapi juga menyoroti perbedaan kepentingan. Seseorang bisa memiliki identitas yang berbeda dengan orang lain bukan hanya karena perbedaan dalam hal-hal seperti etnis, profesi, latar belakang pendidikan, atau asal daerah, melainkan karena perbedaan dalam kepentingan individu yang kemudian menyatukan identitas mereka.
Pluralitas adalah takdir bagi bangsa Indonesia. Namun, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan atau menyebabkan konflik selama anggota masyarakat menyadari pluralitas tersebut. Meskipun pluralitas merupakan takdir, belakangan ini telah memicu konflik di antara beberapa anggota masyarakat. Bahkan, telah muncul perpecahan dengan narasi "Kami versus kalian, aku versus kamu", dan sejenisnya. Hal ini telah menghasilkan pandangan sentris seperti etnosentrisme, religisentrisme, politiksentris, dan sebagainya. Sebagai contoh, dalam budaya Jawa, terdapat konsep "nanding sarira" yang menggelorakan perbandingan diri. Fenomena ini menjadi akar kesombongan kolektif, yaitu etnosentrisme, yang menganggap budaya etniknya lebih superior daripada budaya etnik lainnya, dengan melihat segala hal dari perspektif etnik sendiri.
Mengembangkan konsep integrasi nasional menjadi strategi kebudayaan yang penting bagi Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasawarsa. Strategi kebudayaan ini berfokus pada kekuatan budaya yang memperhatikan kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan terhadap kompleksitas budaya yang ada. Dengan demikian, mengadopsi konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya mengharmoniskan visi dan misi di antara berbagai kepentingan dan identitas dari anggota masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang beragam.
Pentingnya integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dekade. Strategi kebudayaan ini didasarkan pada kekuatan budaya yang bersandar pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan terhadap kompleksitas budaya yang ada. Dengan demikian, pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk menyatukan visi dan misi di antara beragam kepentingan dan identitas masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan yang kompleks.
Nama : Putri Ilda Damayanti
NPM : 2117011030
Kelas : C
Analisis Jurnal
Dalam sejarahnya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya orde lama ditandai dengan perebutan kekuasaan antara para tokoh di masa itu. Pada saat itu kelompok PKI menjadi satu satunya kelompok yang dituduh menjadi dalang yang melakukan kudeta pada 30 Oktober 1965, akibatnya para mahasiswa, pelajar dan pemerintah pada saat itu menghancurkan Kelompok tersebut sampai keakar-akarnya. Setelah orde baru berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan dengan pemerintahan reformasi. Tetapi karena sikap otoriter -repferesif pemerintahan orde baru menimbulkan kericuhan yang memuncak pada peristiwa Mei 1998. Salah satu kesalahan pada pemerintahan orde baru adalah penerapan kendali pemerintahan yang sentralistik. Dimana ide dan gagasan tiap daerah berusaha diredam dan ditanggapi dengan sikap otoriter-reprensif. Sehingga sikap inilah yang sangat bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia selama ini. Maka orba, yang lebih menekankan pada stabilitas pembangunan, cenderung tidak memberi ruang adanya politik identitas.
Era reformasi mulai membuka demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberikan kebebasan untuk membangun dan mengatur daerahnya sendiri. Tetapi, era ini malah tidak memiliki platform yang jelas, justru menimbulkan ketidak menetuan dan kekacauan. Kondisi tersebut berlarut-larut hingga hari ini, dan tak mendapatkan solusi. Sehingga diperlukan suatu strategi kebudayaan nasional dan strategi kebudayaan Indonesia.
Identitas ialah representasi diri seseorang melihat dirinya sendiri dan orang lain yang melihat sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Disatu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan sendiri, sedangkan sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan objektif yang terjadi disekitar. Contoh penyatuan identitas adalah pada media masa atau industri televisi, dimana banyak orang yang berbeda etnis, latar belakang, profesi dan sebagiannya tetapi, tetap bisa menyatu karena kepentingan tertentu.
Integrasi nasional versus otonomi daerah. Etnosentrisme semakin kuat karena kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah berjalan seiring semakin kuatnya Etnosentrisme. Sebagai contoh, pendirian sekolah di setiap daerah, bukan hanya akan mencerdaskan anak bangsa tetapi, juga menyelamatkan aset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Berdasarkan gambaran tersebut, konsep mengenai integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia akan menyatukan visi dan misi dari tiap kelompok masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
NPM : 2117011030
Kelas : C
Analisis Jurnal
Dalam sejarahnya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya orde lama ditandai dengan perebutan kekuasaan antara para tokoh di masa itu. Pada saat itu kelompok PKI menjadi satu satunya kelompok yang dituduh menjadi dalang yang melakukan kudeta pada 30 Oktober 1965, akibatnya para mahasiswa, pelajar dan pemerintah pada saat itu menghancurkan Kelompok tersebut sampai keakar-akarnya. Setelah orde baru berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan dengan pemerintahan reformasi. Tetapi karena sikap otoriter -repferesif pemerintahan orde baru menimbulkan kericuhan yang memuncak pada peristiwa Mei 1998. Salah satu kesalahan pada pemerintahan orde baru adalah penerapan kendali pemerintahan yang sentralistik. Dimana ide dan gagasan tiap daerah berusaha diredam dan ditanggapi dengan sikap otoriter-reprensif. Sehingga sikap inilah yang sangat bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia selama ini. Maka orba, yang lebih menekankan pada stabilitas pembangunan, cenderung tidak memberi ruang adanya politik identitas.
Era reformasi mulai membuka demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberikan kebebasan untuk membangun dan mengatur daerahnya sendiri. Tetapi, era ini malah tidak memiliki platform yang jelas, justru menimbulkan ketidak menetuan dan kekacauan. Kondisi tersebut berlarut-larut hingga hari ini, dan tak mendapatkan solusi. Sehingga diperlukan suatu strategi kebudayaan nasional dan strategi kebudayaan Indonesia.
Identitas ialah representasi diri seseorang melihat dirinya sendiri dan orang lain yang melihat sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Disatu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan sendiri, sedangkan sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan objektif yang terjadi disekitar. Contoh penyatuan identitas adalah pada media masa atau industri televisi, dimana banyak orang yang berbeda etnis, latar belakang, profesi dan sebagiannya tetapi, tetap bisa menyatu karena kepentingan tertentu.
Integrasi nasional versus otonomi daerah. Etnosentrisme semakin kuat karena kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah berjalan seiring semakin kuatnya Etnosentrisme. Sebagai contoh, pendirian sekolah di setiap daerah, bukan hanya akan mencerdaskan anak bangsa tetapi, juga menyelamatkan aset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Berdasarkan gambaran tersebut, konsep mengenai integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia akan menyatukan visi dan misi dari tiap kelompok masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
Nama : Wahyuni Eka Putri
NPM : 2157011005
Kelas : C
Dari jurnal yang telah saya baca sejak kemerdekaan negara Indonesia mengalami sejumlah pengalaman yang melahirkan keberagaman ideologi, azas, dan doktrin pada kehidupan bermasyarakat. Hal-hal tersebut melahirkan disintegrasi dan instabilisasi nasional, sehingga diperlukan strategi yang mampu menyatukan masyarakat indonesia dari keberagaman yang dimiliki. Peristiwa ini melahirkan identitas dan integrasi nasional. Identitas nasional adalah representasi idividual sebagai sebuah entitas sosial dan budaya. Identitas dapat terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri dan bahkan sangat bergantung terhadap apa yang kita temui dan cara kita menanggapinya, sedangkan integritas nasional terbentuk melalui perbedaan dan disatukan oleh kepentingan yang sama sehingga mengharuskan mereka untuk bersatu dengan semua perbedaan yang ada. Integrasi nasional dapat berjalan apabila masyarakat dapat menerobos identitasnya dan tidak mengedepankan kepentingan yang selama ini membentuk watak kelompok atau identitasnya sehingga dapat memperluas terbentuknya integrasi.
NPM : 2157011005
Kelas : C
Dari jurnal yang telah saya baca sejak kemerdekaan negara Indonesia mengalami sejumlah pengalaman yang melahirkan keberagaman ideologi, azas, dan doktrin pada kehidupan bermasyarakat. Hal-hal tersebut melahirkan disintegrasi dan instabilisasi nasional, sehingga diperlukan strategi yang mampu menyatukan masyarakat indonesia dari keberagaman yang dimiliki. Peristiwa ini melahirkan identitas dan integrasi nasional. Identitas nasional adalah representasi idividual sebagai sebuah entitas sosial dan budaya. Identitas dapat terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri dan bahkan sangat bergantung terhadap apa yang kita temui dan cara kita menanggapinya, sedangkan integritas nasional terbentuk melalui perbedaan dan disatukan oleh kepentingan yang sama sehingga mengharuskan mereka untuk bersatu dengan semua perbedaan yang ada. Integrasi nasional dapat berjalan apabila masyarakat dapat menerobos identitasnya dan tidak mengedepankan kepentingan yang selama ini membentuk watak kelompok atau identitasnya sehingga dapat memperluas terbentuknya integrasi.
NAMA : Inggit Pratiwi
NPM : 2157011008
KELAS : C
integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda. integrasi terbentuk
kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan
hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak yang digantikan dengan Orde Reformasi.
Mengapa Orba yang mampu berkuasa pengamat hanya bisa mengatakan bahwa selama lebih dari 30 tahun akhirnya juga bangsa kita adalah “bangsa yang sedang terguling?. Untuk itulah diperlukan, memegang kendali pemerintahan, adalah suatu strategi kebudayaan nasional penerapan politik pemerintahan yang senyampang sejak kemerdekaan hingga hari sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas ini negeri ini belum memiliki adanya strategi munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Akan di kekayaan yang tiada tara bagi sebuah bangsa, era yang berkembang pada saat ini, apakah justru tidak dikelola dengan baik. Identitas adalah representasi diri menekankan pada persoalan stabilitas seseorang atau masyarakat melihat dirinya pembangunan, cenderung tidak memberi sendiri dan bagaimana orang lain melihat ruang adanya politik identitas. Identitas dilihat dari aspek waktu desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak kebebasan untuk membangun dan mengatur semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi dirinya sendiri. Indonesia dengan ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, mengatasnamakan demokrasi ternyata justru tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
1 Pendapat tersebut telah diaungkapkan oleh Agus Maladi Irianto melalui makalah berjudul “Kebudayaan Indonesia dan Kita Hari Ini” pada acara Roundtable Discussion Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi. Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri.
NPM : 2157011008
KELAS : C
integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda. integrasi terbentuk
kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan
hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak yang digantikan dengan Orde Reformasi.
Mengapa Orba yang mampu berkuasa pengamat hanya bisa mengatakan bahwa selama lebih dari 30 tahun akhirnya juga bangsa kita adalah “bangsa yang sedang terguling?. Untuk itulah diperlukan, memegang kendali pemerintahan, adalah suatu strategi kebudayaan nasional penerapan politik pemerintahan yang senyampang sejak kemerdekaan hingga hari sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas ini negeri ini belum memiliki adanya strategi munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Akan di kekayaan yang tiada tara bagi sebuah bangsa, era yang berkembang pada saat ini, apakah justru tidak dikelola dengan baik. Identitas adalah representasi diri menekankan pada persoalan stabilitas seseorang atau masyarakat melihat dirinya pembangunan, cenderung tidak memberi sendiri dan bagaimana orang lain melihat ruang adanya politik identitas. Identitas dilihat dari aspek waktu desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak kebebasan untuk membangun dan mengatur semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi dirinya sendiri. Indonesia dengan ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, mengatasnamakan demokrasi ternyata justru tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
1 Pendapat tersebut telah diaungkapkan oleh Agus Maladi Irianto melalui makalah berjudul “Kebudayaan Indonesia dan Kita Hari Ini” pada acara Roundtable Discussion Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi. Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri.
NAMA : NOVI PURNAMA SARI
NPM : 2117011027
KELAS : C
Pada jurnal Integrasi Nasional terdapat informasi mengenai sejarah integrasi Nasional yang berasal dari Soeharto yang berusaha Memberantas PKI sampai ke akar-akarnya. Selama pengalaman tersebut, negara yang berkuasa berupaya mendorong berbagai perubahan di Indonesia dengan mengintegrasikan dan merasionalisasi prinsip, pemahaman, ideologi, dan doktrin ke dalam serangkaian organisasi massa dan partai politik.
Pada tanggal 9 Maret terjadi pengelompokan partai-partai nasional dalam masyarakat, bangsa dan kehidupan tahun 1970.
Berbagai perubahan prinsip dan terbentuknya kelompok ideologi demokrasi menyebabkan runtuhnya pembangunan yang terdiri dari ketidakstabilan PNI, partai, dan negara.
Perubahan dari Katolik, Parkindo, IPKI, Mulva. Orde lama (aura) menjadi orde baru (orba). Didirikan pada 13 Maret 1970 setelah pemberontakan PKI, oleh sekelompok 30 serikat pembangunan yang terdiri dari NU, PARMUSI, PSII, dan Perti antara September 1965 dan lahirnya Surat.Urutan 11 Maret (Supersmar). situasi tersebut, dan bahwa sebelum runtuhnya politik nasional terdapat suatu kelompok fungsional yang termasuk dalam salah satu kelompok aura yang bercirikan perebutan pengaruhnya sendiri, dan pada saat itu dianggap sebagai kelompok dikalangan elit politik negara negara yang ditentukan.Dengan memberikan panduan mengenai hal ini. Kekuatan elit saat itu, seperti PKI dan PNI, yang mempunyai pengaruh terhadap partai politik pada masa Orde Baru, memandang pembubaran partai politik sebagai ajang Mashmi dan militer (militer).PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh mendalangi pemilu 1977, karena tergencetnya aspirasi masyarakat saat itu. Tiga kandidat mencalonkan diri dalam pemilihan umum itu. Yakni partai yang melakukan kudeta pada 30 Oktober, Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai 1965.
Integrasi nasional pada hakekatnya berarti memadukan visi dan misi nasional berdasarkan keberagaman kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Sentralisme politik pada masa Orde Baru telah lama menjadikan birokrasi hanya sebagai alat pemerintah pusat, bukan alat mengatur hubungan masyarakat dan negara. Konsep integrasi nasional menjadi penting sebagai strategi kebudayaan negara Indonesia lama.
60 tahun ini. Strategi budaya dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya.
Hal ini didasarkan pada kedekatan dan sikap terhadap kehidupan subjek budaya dalam kaitannya dengan kompleksitas budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan di Indonesia pada hakikatnya mengintegrasikan visi dan misi antara berbagai kepentingan dan identitas setiap anggota masyarakat dengan latar belakang budaya yang kompleks.
NPM : 2117011027
KELAS : C
Pada jurnal Integrasi Nasional terdapat informasi mengenai sejarah integrasi Nasional yang berasal dari Soeharto yang berusaha Memberantas PKI sampai ke akar-akarnya. Selama pengalaman tersebut, negara yang berkuasa berupaya mendorong berbagai perubahan di Indonesia dengan mengintegrasikan dan merasionalisasi prinsip, pemahaman, ideologi, dan doktrin ke dalam serangkaian organisasi massa dan partai politik.
Pada tanggal 9 Maret terjadi pengelompokan partai-partai nasional dalam masyarakat, bangsa dan kehidupan tahun 1970.
Berbagai perubahan prinsip dan terbentuknya kelompok ideologi demokrasi menyebabkan runtuhnya pembangunan yang terdiri dari ketidakstabilan PNI, partai, dan negara.
Perubahan dari Katolik, Parkindo, IPKI, Mulva. Orde lama (aura) menjadi orde baru (orba). Didirikan pada 13 Maret 1970 setelah pemberontakan PKI, oleh sekelompok 30 serikat pembangunan yang terdiri dari NU, PARMUSI, PSII, dan Perti antara September 1965 dan lahirnya Surat.Urutan 11 Maret (Supersmar). situasi tersebut, dan bahwa sebelum runtuhnya politik nasional terdapat suatu kelompok fungsional yang termasuk dalam salah satu kelompok aura yang bercirikan perebutan pengaruhnya sendiri, dan pada saat itu dianggap sebagai kelompok dikalangan elit politik negara negara yang ditentukan.Dengan memberikan panduan mengenai hal ini. Kekuatan elit saat itu, seperti PKI dan PNI, yang mempunyai pengaruh terhadap partai politik pada masa Orde Baru, memandang pembubaran partai politik sebagai ajang Mashmi dan militer (militer).PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh mendalangi pemilu 1977, karena tergencetnya aspirasi masyarakat saat itu. Tiga kandidat mencalonkan diri dalam pemilihan umum itu. Yakni partai yang melakukan kudeta pada 30 Oktober, Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai 1965.
Integrasi nasional pada hakekatnya berarti memadukan visi dan misi nasional berdasarkan keberagaman kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Sentralisme politik pada masa Orde Baru telah lama menjadikan birokrasi hanya sebagai alat pemerintah pusat, bukan alat mengatur hubungan masyarakat dan negara. Konsep integrasi nasional menjadi penting sebagai strategi kebudayaan negara Indonesia lama.
60 tahun ini. Strategi budaya dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya.
Hal ini didasarkan pada kedekatan dan sikap terhadap kehidupan subjek budaya dalam kaitannya dengan kompleksitas budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan di Indonesia pada hakikatnya mengintegrasikan visi dan misi antara berbagai kepentingan dan identitas setiap anggota masyarakat dengan latar belakang budaya yang kompleks.
NAMA : Najmi Annistya
NPM : 2117011078
KELAS : C
“Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani”
Jurnal ini membahas urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan karakter bangsa Indonesia melalui demokrasi, HAM, dan masyarakat madani. Penulis mengatakan bahwa transisi Indonesia menuju demokrasi membutuhkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan instrumen penting untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan masyarakat madani pada generasi muda. Demokrasi membutuhkan warga negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab. HAM adalah hak dasar yang melekat pada setiap manusia dan harus dilindungi. Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi literatur. Penulis menyimpulkan bahwa PKn sangat penting untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang demokratis, bermartabat, dan berwawasan HAM. PKn harus diajarkan secara kontekstual dan interaktif agar menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelebihan dari jurnal ini, topik yang dibahas relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, serta penulis menyertakan referensi yang kredibel. Jurnal ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak membahas secara detail bagaimana PKn dapat diajarkan secara kontekstual dan interaktif. Jurnal ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti, pendidik, dan pemangku kepentingan lainnya yang ingin mengembangkan PKn yang lebih efektif dan kontekstual.
Analisis Artikel
1. Isi Artikel dan Hal Positif
Artikel tersebut membahas tentang konflik komunal yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste, faktor-faktor yang menyebabkannya, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikannya. Hal positif yang dapat diambil dari artikel tersebut adalah:
• Pemahaman yang lebih baik tentang situasi di perbatasan: Artikel ini memberikan informasi tentang kompleksitas konflik komunal di perbatasan, termasuk faktor-faktor yang menyebabkannya dan dampaknya terhadap masyarakat.
• Pentingnya penyelesaian yang komprehensif: Artikel ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik komunal memerlukan upaya yang komprehensif, yang melibatkan berbagai pihak dan sektor.
• Peran penting wawasan nusantara: Artikel ini menunjukkan bagaimana wawasan nusantara dapat menjadi kerangka kerja untuk menyelesaikan konflik komunal dan membangun perdamaian di perbatasan.
2. Dampak Ketiadaan Wawasan Nusantara
Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka:
• Kesatuan dan persatuan bangsa akan terancam: Wawasan nusantara merupakan perekat yang menyatukan bangsa Indonesia yang beragam. Tanpa wawasan nusantara, rasa nasionalisme dan patriotisme akan melemah, dan bangsa Indonesia akan mudah terpecah belah.
• Konflik dan disintegrasi: Ketiadaan wawasan nusantara akan memicu berbagai konflik dan disintegrasi, seperti separatisme dan gerakan radikal.
• Keterbelakangan dan kemiskinan: Wawasan nusantara mendorong pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan. Tanpa wawasan nusantara, pembangunan akan terhambat, dan rakyat Indonesia akan tertinggal.
3. Peran Wawasan Nusantara dalam Pencegahan Konflik
Wawasan nusantara dapat mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste dengan cara:
• Membangun rasa persatuan dan kesatuan bangsa: Wawasan nusantara menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
• Meningkatkan toleransi dan saling menghormati: Wawasan nusantara menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati antar kelompok etnis dan budaya di Indonesia. Dengan toleransi dan saling menghormati, konflik antar kelompok dapat dicegah.
• Mewujudkan pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan: Wawasan nusantara mendorong pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan pembangunan yang merata, kecemburuan sosial dan potensi konflik dapat dikurangi.
NPM : 2117011078
KELAS : C
“Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani”
Jurnal ini membahas urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan karakter bangsa Indonesia melalui demokrasi, HAM, dan masyarakat madani. Penulis mengatakan bahwa transisi Indonesia menuju demokrasi membutuhkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan instrumen penting untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan masyarakat madani pada generasi muda. Demokrasi membutuhkan warga negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab. HAM adalah hak dasar yang melekat pada setiap manusia dan harus dilindungi. Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi literatur. Penulis menyimpulkan bahwa PKn sangat penting untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang demokratis, bermartabat, dan berwawasan HAM. PKn harus diajarkan secara kontekstual dan interaktif agar menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelebihan dari jurnal ini, topik yang dibahas relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, serta penulis menyertakan referensi yang kredibel. Jurnal ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak membahas secara detail bagaimana PKn dapat diajarkan secara kontekstual dan interaktif. Jurnal ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti, pendidik, dan pemangku kepentingan lainnya yang ingin mengembangkan PKn yang lebih efektif dan kontekstual.
Analisis Artikel
1. Isi Artikel dan Hal Positif
Artikel tersebut membahas tentang konflik komunal yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste, faktor-faktor yang menyebabkannya, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikannya. Hal positif yang dapat diambil dari artikel tersebut adalah:
• Pemahaman yang lebih baik tentang situasi di perbatasan: Artikel ini memberikan informasi tentang kompleksitas konflik komunal di perbatasan, termasuk faktor-faktor yang menyebabkannya dan dampaknya terhadap masyarakat.
• Pentingnya penyelesaian yang komprehensif: Artikel ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik komunal memerlukan upaya yang komprehensif, yang melibatkan berbagai pihak dan sektor.
• Peran penting wawasan nusantara: Artikel ini menunjukkan bagaimana wawasan nusantara dapat menjadi kerangka kerja untuk menyelesaikan konflik komunal dan membangun perdamaian di perbatasan.
2. Dampak Ketiadaan Wawasan Nusantara
Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara, maka:
• Kesatuan dan persatuan bangsa akan terancam: Wawasan nusantara merupakan perekat yang menyatukan bangsa Indonesia yang beragam. Tanpa wawasan nusantara, rasa nasionalisme dan patriotisme akan melemah, dan bangsa Indonesia akan mudah terpecah belah.
• Konflik dan disintegrasi: Ketiadaan wawasan nusantara akan memicu berbagai konflik dan disintegrasi, seperti separatisme dan gerakan radikal.
• Keterbelakangan dan kemiskinan: Wawasan nusantara mendorong pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan. Tanpa wawasan nusantara, pembangunan akan terhambat, dan rakyat Indonesia akan tertinggal.
3. Peran Wawasan Nusantara dalam Pencegahan Konflik
Wawasan nusantara dapat mencegah timbulnya konflik seperti yang terjadi di perbatasan Indonesia-Timor Leste dengan cara:
• Membangun rasa persatuan dan kesatuan bangsa: Wawasan nusantara menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
• Meningkatkan toleransi dan saling menghormati: Wawasan nusantara menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati antar kelompok etnis dan budaya di Indonesia. Dengan toleransi dan saling menghormati, konflik antar kelompok dapat dicegah.
• Mewujudkan pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan: Wawasan nusantara mendorong pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan pembangunan yang merata, kecemburuan sosial dan potensi konflik dapat dikurangi.
Nama: Retno Dwi Anggraeni
NPM: 2117011003
Kelas: C
Menurut jurnal "Integrasi Nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia", Jurnal ini membahas urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan karakter bangsa Indonesia melalui demokrasi, HAM, dan masyarakat madani. Penulis menekankan bahwa transisi Indonesia menuju demokrasi membutuhkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan instrumen penting untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan masyarakat madani pada generasi muda. Demokrasi membutuhkan warga negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab. HAM adalah hak dasar yang melekat pada setiap manusia dan harus dilindungi. Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi literatur. PKn harus diajarkan secara kontekstual dan interaktif agar dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelebihan dari jurnal ini, yaitu topik yang dibahas relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, argumentasi penulis logis dan sistematis, serta penulis menyertakan referensi yang kredibel. Namun, jurnal ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak membahas secara detail bagaimana PKn dapat diajarkan secara kontekstual dan interaktif.
Analiis Kasus 1 "Konflik Komunal di Perbatasan Indonesia-Timor Leste dan Upaya Penyelesaiannya":
1. Artikel ini memberikan gambaran yang jelas mengenai situasi konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, termasuk akar permasalahannya (seperti sengketa batas wilayah, perebutan sumber daya alam, dan faktor sejarah). Artikel ini juga membahas berbagai upaya penyelesaian yang telah dilakukan oleh kedua negara, baik melalui jalur diplomasi maupun pendekatan keamanan. Artikel ini menekankan pentingnya kerja sama antara kedua negara dan partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan konflik secara damai. Hal positif yang dapat diambil setelah membaca artikel tersebut: Peningkatan pengetahuan mengenai situasi konflik di perbatasan Indonesia-Timor Leste; Kesadaran akan pentingnya menyelesaikan konflik secara damai dan berkelanjutan; serta Pemahaman tentang berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
2. Menurut saya, jika Indonesia tidak memiliki konsepsi Wawasan Nusantara, maka akan terjadi beberapa dampak negatif pada wilayah dan bangsa Indonesia, antara lain: ancaman disintegrasi bangsa, ketidakjelasan arah pembangunan, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali, lemahnya pertahanan dan keamanan, kemunduran ekonomi, dan hilangnya identitas nasional. Jadi, kesimpulannya adalah konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi bangsa dan wilayah Indonesia. Tanpa konsep ini, Indonesia akan mengalami berbagai dampak negatif, seperti disintegrasi bangsa, pembangunan yang tidak terarah, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali, lemahnya pertahanan dan keamanan, kemunduran ekonomi, dan hilangnya identitas nasional.
3. Konsep Wawasan Nusantara (Wawasan Nus) memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, seperti yang dibahas dalam artikel tersebut. Berikut beberapa poin penting yaitu Kesatuan Bangsa dan Wilayah, Persatuan dan Kesatuan, Keutuhan Wilayah, Kerjasama dan Kemitraan, dan Penegakan Hukum. Penerapan Wawasan Nusantara secara konsisten dan berkelanjutan dapat membantu mencegah terjadinya konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Hal ini membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional.
NPM: 2117011003
Kelas: C
Menurut jurnal "Integrasi Nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia", Jurnal ini membahas urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan karakter bangsa Indonesia melalui demokrasi, HAM, dan masyarakat madani. Penulis menekankan bahwa transisi Indonesia menuju demokrasi membutuhkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan instrumen penting untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan masyarakat madani pada generasi muda. Demokrasi membutuhkan warga negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab. HAM adalah hak dasar yang melekat pada setiap manusia dan harus dilindungi. Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi literatur. PKn harus diajarkan secara kontekstual dan interaktif agar dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelebihan dari jurnal ini, yaitu topik yang dibahas relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, argumentasi penulis logis dan sistematis, serta penulis menyertakan referensi yang kredibel. Namun, jurnal ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak membahas secara detail bagaimana PKn dapat diajarkan secara kontekstual dan interaktif.
Analiis Kasus 1 "Konflik Komunal di Perbatasan Indonesia-Timor Leste dan Upaya Penyelesaiannya":
1. Artikel ini memberikan gambaran yang jelas mengenai situasi konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, termasuk akar permasalahannya (seperti sengketa batas wilayah, perebutan sumber daya alam, dan faktor sejarah). Artikel ini juga membahas berbagai upaya penyelesaian yang telah dilakukan oleh kedua negara, baik melalui jalur diplomasi maupun pendekatan keamanan. Artikel ini menekankan pentingnya kerja sama antara kedua negara dan partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan konflik secara damai. Hal positif yang dapat diambil setelah membaca artikel tersebut: Peningkatan pengetahuan mengenai situasi konflik di perbatasan Indonesia-Timor Leste; Kesadaran akan pentingnya menyelesaikan konflik secara damai dan berkelanjutan; serta Pemahaman tentang berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
2. Menurut saya, jika Indonesia tidak memiliki konsepsi Wawasan Nusantara, maka akan terjadi beberapa dampak negatif pada wilayah dan bangsa Indonesia, antara lain: ancaman disintegrasi bangsa, ketidakjelasan arah pembangunan, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali, lemahnya pertahanan dan keamanan, kemunduran ekonomi, dan hilangnya identitas nasional. Jadi, kesimpulannya adalah konsepsi Wawasan Nusantara sangat penting bagi bangsa dan wilayah Indonesia. Tanpa konsep ini, Indonesia akan mengalami berbagai dampak negatif, seperti disintegrasi bangsa, pembangunan yang tidak terarah, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali, lemahnya pertahanan dan keamanan, kemunduran ekonomi, dan hilangnya identitas nasional.
3. Konsep Wawasan Nusantara (Wawasan Nus) memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste, seperti yang dibahas dalam artikel tersebut. Berikut beberapa poin penting yaitu Kesatuan Bangsa dan Wilayah, Persatuan dan Kesatuan, Keutuhan Wilayah, Kerjasama dan Kemitraan, dan Penegakan Hukum. Penerapan Wawasan Nusantara secara konsisten dan berkelanjutan dapat membantu mencegah terjadinya konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Hal ini membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional.
Dalam jurnal ini telah dibahas berkaitan integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia. Sejak proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, identitas nasional dapat ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia diantaranya adalah dengan melakukan penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, serta Bahasa Indonesia. Sedangkan, integrasi nasional dapat diartikan sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia.
Identitas adalah representasi diri atau masyarakat melihat dirinya dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Sehingga, identitas dapat diartikan suatu kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat, dimana diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dalam hal ini, kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan martabat bangsa. Integrasi terbentuk ketika terdapat suatu identitas yang mendukungnya seperti adanya kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, agama, cita-cita, politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup. Integrasi nasional dapat terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain, dimana segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat akibat kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Konsep terkait integrasi nasional pun menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bangsa Indonesia, dimana strategi kebudayaan mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Sehingga, dikembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia yang pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Dengan demikian, perwujudan integrasi nasional dapat terjadi ketika suatu kelompok anggota masyarakat meninggalkan identitasnya dan membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas sebagai penangkal adanya etnosentrisme di indonesia.
Identitas adalah representasi diri atau masyarakat melihat dirinya dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Sehingga, identitas dapat diartikan suatu kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat, dimana diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dalam hal ini, kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan martabat bangsa. Integrasi terbentuk ketika terdapat suatu identitas yang mendukungnya seperti adanya kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, agama, cita-cita, politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup. Integrasi nasional dapat terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain, dimana segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat akibat kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Konsep terkait integrasi nasional pun menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bangsa Indonesia, dimana strategi kebudayaan mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Sehingga, dikembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia yang pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Dengan demikian, perwujudan integrasi nasional dapat terjadi ketika suatu kelompok anggota masyarakat meninggalkan identitasnya dan membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas sebagai penangkal adanya etnosentrisme di indonesia.
menurut saya pada jurnal tersebut ada beberapa faktor yang dapat kita ambil yaitu
pada Artikeltersebut berisi informasi terkait konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste dalam hal ini kita dapat memaknai bahwa akan pentingnya membangun perdamaian dan sikap kikhlas dikawasan asia khususnya timor leste tidak lah menjatuhkan harga diri bangsa . dalam artikel tersebut bisa kita ambil hal poitif seperti penyelesaian masalah , pentingnya dialog dan kerjasama antar negara dan masyarakat sipil, upaya dalam penyelesaian konflik yang komprehensif dan berkelanjutan, pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan agama.
dalam hal ini jika di indonesia Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, Akan mnyebabkan kekurangan pendukung dan pendukung lainnya mungkin akan menyebabkan kesulitan dalam mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia.dan akan mudah untuk memecah belah bangsa indonesia .
Di Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, konsepsi wawasan Nusantara ini dapat membantu bangsa indonesia untuk mengurangi konflik antar negara , melalui pendorongan akan pemahaman dan toleransi antar masyarakat yang berbeda-beda. hal tersebut dapat dilakukan dengan pembangunan rasa sosialisme atau rasa tolong menolong dalam kehidupan berbangsa , sikap toleransi antar umat beragam, Tidak egois dengan keputusan yang diberikan oleh orang lain, dan tidak terjadi perpecahan antara sesama bangsa indonesia.
pada Artikeltersebut berisi informasi terkait konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Leste dalam hal ini kita dapat memaknai bahwa akan pentingnya membangun perdamaian dan sikap kikhlas dikawasan asia khususnya timor leste tidak lah menjatuhkan harga diri bangsa . dalam artikel tersebut bisa kita ambil hal poitif seperti penyelesaian masalah , pentingnya dialog dan kerjasama antar negara dan masyarakat sipil, upaya dalam penyelesaian konflik yang komprehensif dan berkelanjutan, pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan agama.
dalam hal ini jika di indonesia Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, Akan mnyebabkan kekurangan pendukung dan pendukung lainnya mungkin akan menyebabkan kesulitan dalam mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia.dan akan mudah untuk memecah belah bangsa indonesia .
Di Dalam proses penyelesaian konflik perbatasan, konsepsi wawasan Nusantara ini dapat membantu bangsa indonesia untuk mengurangi konflik antar negara , melalui pendorongan akan pemahaman dan toleransi antar masyarakat yang berbeda-beda. hal tersebut dapat dilakukan dengan pembangunan rasa sosialisme atau rasa tolong menolong dalam kehidupan berbangsa , sikap toleransi antar umat beragam, Tidak egois dengan keputusan yang diberikan oleh orang lain, dan tidak terjadi perpecahan antara sesama bangsa indonesia.
Nama : Putu Devi Prastya Sari
NPM : 2117011012
Kelas : C
Dalam jurnal berjudul "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto, dibahas mengenai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional dalam rangka mencegah etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme. Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terutama terkait dengan pemberontakan PKI pada 30 September 1965 dan munculnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), memiliki dampak besar terhadap situasi politik nasional. Sejarah ini mencerminkan disintegrasi dan instabilisasi nasional akibat perubahan ideologi dan perebutan kekuasaan di Indonesia
Pada era awal kemerdekaan Indonesia, identitas nasional ditandai oleh simbol fisik dan kebijakan umum seperti bendera, lagu kebangsaan, dan Bahasa Indonesia. Namun, dalam perkembangan zaman, identitas nasional menjadi kompleks dan tidak lagi hanya bergantung pada simbol-simbol fisik. Identitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti peran individu, interaksi sosial, dan kepentingan pribadi. Pembentukan identitas juga berperan dalam menciptakan integrasi nasional, di mana kesadaran nasional dan pluralisme menjadi kunci utama. Integrasi nasional terjadi ketika identitas mendukungnya melalui kesamaan bahasa, nilai budaya, cita-cita politik, dan pandangan hidup. Dengan demikian, identitas nasional dan integrasi memiliki hubungan timbal balik dalam membentuk kesatuan bangsa Indonesia.
Integrasi nasional harus menjadi penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat, terutama bagi bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya dan kekayaan alam yang melimpah. Namun, otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme, yang mungkin akan menyempitkan integrasi nasional. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sesuatu harus dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Oleh karena itu diperlukan strategi kebudayaan Indonesia yang bertujuan untuk menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Maka dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional merupakan solusi untuk mengatasi konflik yang terus melanda Indonesia. Dalam konteks ini, pemahaman akan keragaman masyarakat di Indonesia dianggap sebagai langkah awal yang penting untuk mencapai integrasi nasional. Dengan demikian, penutup jurnal ini menekankan pentingnya memahami dan menerima keragaman sebagai landasan integrasi nasional di Indonesia, sehingga konflik antar kelompok dapat diminimalkan dan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai
NPM : 2117011012
Kelas : C
Dalam jurnal berjudul "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto, dibahas mengenai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional dalam rangka mencegah etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme. Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terutama terkait dengan pemberontakan PKI pada 30 September 1965 dan munculnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), memiliki dampak besar terhadap situasi politik nasional. Sejarah ini mencerminkan disintegrasi dan instabilisasi nasional akibat perubahan ideologi dan perebutan kekuasaan di Indonesia
Pada era awal kemerdekaan Indonesia, identitas nasional ditandai oleh simbol fisik dan kebijakan umum seperti bendera, lagu kebangsaan, dan Bahasa Indonesia. Namun, dalam perkembangan zaman, identitas nasional menjadi kompleks dan tidak lagi hanya bergantung pada simbol-simbol fisik. Identitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti peran individu, interaksi sosial, dan kepentingan pribadi. Pembentukan identitas juga berperan dalam menciptakan integrasi nasional, di mana kesadaran nasional dan pluralisme menjadi kunci utama. Integrasi nasional terjadi ketika identitas mendukungnya melalui kesamaan bahasa, nilai budaya, cita-cita politik, dan pandangan hidup. Dengan demikian, identitas nasional dan integrasi memiliki hubungan timbal balik dalam membentuk kesatuan bangsa Indonesia.
Integrasi nasional harus menjadi penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat, terutama bagi bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya dan kekayaan alam yang melimpah. Namun, otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme, yang mungkin akan menyempitkan integrasi nasional. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sesuatu harus dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Oleh karena itu diperlukan strategi kebudayaan Indonesia yang bertujuan untuk menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Maka dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional merupakan solusi untuk mengatasi konflik yang terus melanda Indonesia. Dalam konteks ini, pemahaman akan keragaman masyarakat di Indonesia dianggap sebagai langkah awal yang penting untuk mencapai integrasi nasional. Dengan demikian, penutup jurnal ini menekankan pentingnya memahami dan menerima keragaman sebagai landasan integrasi nasional di Indonesia, sehingga konflik antar kelompok dapat diminimalkan dan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai
Nama : Sayyid Amanullah Gani
NPM:2117011067
Kelas :C
Tugas Analisis Jurnal
Dalam Jurnal ini, terdapat beberapa point - point yang sangat penting yang harus di pelajari dan di gari bawahi yaitu: tentang identitas dan juga Integrasi nasional di mana dalam jurnal ini menjelaskan bagaimana sejarah bangsa Indonesia membentuk identitas nasionalnya sendiri dan juga membentuk integrasi nasionalnya. Dalam sejarah bangsa ini, awal pembentukan dan pencarian identitas dan integritasnya bangsa Indonesia mengalami masa - masa yang cukup komplit di mana pada awalnya proklamasi hingga masa reformasi sudah banyak pemahaman baik itu ideologi, perubahan azas, dan juga doktrin yang di gunakan sehingga hal ini lah yang menjadi wal sebuah identitas dan juga sebuah integrasi itu lahir dengan bentuknya sendiri. Pada awal terbntuknya sebuah integritas dan juga identitas ini di mulai ketika pada masa orde lama di mana pada masa ini pemerintahan di lakukan dengan sentralistik, dengan bertujuan untuk meredam aksi - aksi sparatisme di setiap daerah yang ada di Indonesia, dan hal itu pun tak bertahan lama dan mulai runtuh, dan di ganti dengan masa orde baru, di mana pada masa ini muncullah beberapa partai besar yang menguasai pemerintahan, dan juga mengatur di dalamnya, akan tetapi hal ini tak bertahan ketika terjadinya pemberontakan PKI Pada tanggal 30 Oktober 1965 dan terjadi puncak pemberontakan pada tanggal 30 september 1965, dan masa inipun berganti ke masa reformasi dimana pada masa ini azas -azas demokrasi mulai di buka luas kepada setiap daerah sehigga, banyak wilayah wilayah yang berkembang. Akan tetapi, hal ini yang menyebabkan pada masa ini sistem pemerintahan dan juga hukum dan berkehidupan negara menjadi berantakan karena tidak di pegang oleh satu komando saja, sehingga hal ini menimbulkan angka kejahatan yang semakin hari semakin tinggi dan hal tersebut masih terjadi pada saat ini. Hal ini juga yang menyebabkan Bangsa ini menjadi bangsa yang kurang baik baik saja di dalamnya.
Hal ini juga yang menjadi suatu PR yang cukup besar yang harus di tangani oleh pemerintah saat ini, dan dari sejarah yang telah di lami itu juga lahirlah identitas nasional dan juga integrasi nasional namun hal ini belom sepenuhnya di pahami oleh setiap element terutama elemen pemerintah dimana masih banyak yang melanggar ketentuan yang sudah ada sehingga identitas nasional dan juga integritas menjadi suatu hal yang sangat penting yang harus di miliki oleh bangsa ini agar tetap berjalan padda porosnya.
NPM:2117011067
Kelas :C
Tugas Analisis Jurnal
Dalam Jurnal ini, terdapat beberapa point - point yang sangat penting yang harus di pelajari dan di gari bawahi yaitu: tentang identitas dan juga Integrasi nasional di mana dalam jurnal ini menjelaskan bagaimana sejarah bangsa Indonesia membentuk identitas nasionalnya sendiri dan juga membentuk integrasi nasionalnya. Dalam sejarah bangsa ini, awal pembentukan dan pencarian identitas dan integritasnya bangsa Indonesia mengalami masa - masa yang cukup komplit di mana pada awalnya proklamasi hingga masa reformasi sudah banyak pemahaman baik itu ideologi, perubahan azas, dan juga doktrin yang di gunakan sehingga hal ini lah yang menjadi wal sebuah identitas dan juga sebuah integrasi itu lahir dengan bentuknya sendiri. Pada awal terbntuknya sebuah integritas dan juga identitas ini di mulai ketika pada masa orde lama di mana pada masa ini pemerintahan di lakukan dengan sentralistik, dengan bertujuan untuk meredam aksi - aksi sparatisme di setiap daerah yang ada di Indonesia, dan hal itu pun tak bertahan lama dan mulai runtuh, dan di ganti dengan masa orde baru, di mana pada masa ini muncullah beberapa partai besar yang menguasai pemerintahan, dan juga mengatur di dalamnya, akan tetapi hal ini tak bertahan ketika terjadinya pemberontakan PKI Pada tanggal 30 Oktober 1965 dan terjadi puncak pemberontakan pada tanggal 30 september 1965, dan masa inipun berganti ke masa reformasi dimana pada masa ini azas -azas demokrasi mulai di buka luas kepada setiap daerah sehigga, banyak wilayah wilayah yang berkembang. Akan tetapi, hal ini yang menyebabkan pada masa ini sistem pemerintahan dan juga hukum dan berkehidupan negara menjadi berantakan karena tidak di pegang oleh satu komando saja, sehingga hal ini menimbulkan angka kejahatan yang semakin hari semakin tinggi dan hal tersebut masih terjadi pada saat ini. Hal ini juga yang menyebabkan Bangsa ini menjadi bangsa yang kurang baik baik saja di dalamnya.
Hal ini juga yang menjadi suatu PR yang cukup besar yang harus di tangani oleh pemerintah saat ini, dan dari sejarah yang telah di lami itu juga lahirlah identitas nasional dan juga integrasi nasional namun hal ini belom sepenuhnya di pahami oleh setiap element terutama elemen pemerintah dimana masih banyak yang melanggar ketentuan yang sudah ada sehingga identitas nasional dan juga integritas menjadi suatu hal yang sangat penting yang harus di miliki oleh bangsa ini agar tetap berjalan padda porosnya.
Nama : Diah Vio Rahmadanti
NPM : 2117011073
Kelas : C
Sejak zaman proklamasi hingga saat ini bangsa Indonesia telah mengalami banyak sekali perubahan seperti perubahan azaz, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Adanya perubahan azaz tersebut menciptakan disintegerasi dan intsabilisasi nasional. Perubahan dari orde lama ke orde baru ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965. Berakhirnya masa orde lama ditandai dengan perebutan pengaruh diantara para elite politik negeri. Berlanjut ke orde baru dimana pada masa itu terjadi perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat. Selama masa orde baru golkar selalu memenangkan pemilu dan diduga golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa saat itu. Setelah orde baru usai setelah 32 tahun berkuasa munculah masa reformasi. Kesalahan yang muncul pada masa pemerintahan orde baru adalah adanya sistme politik sentralistik. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan ciri khas Indonesia sebagai negara plural. Plurallitas menjadi suatu hal yang membanggakan namun tidak dikelola dengan baik. Ketika era reformasi justru menimbulkan kekacauan, dimana kehidupan bernegara dan rukun menjadi tidak terkondisikan. Di masa awal kemerdekaan Indonesia identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik seperti penghormatan kepada sang saka merah putih, lagu indonesia raya, bahasa indonesia dan lain nya. Berdasarkan jurnal tersebut menurut saya pemahaman tentang integrasi nasional harus di pertahankan mengingat betapa pentingnya integrasi nasional itu. Integrasi nasional menjadi solusi utama untuk permasalahan-permasalahan yang beberapa tahun terakhir ini muncul seperti konflik antar etnik, antar daerah, antar agama dan lain nya, serta sebagai upaya untuk menyatukan visi dan misi sejumlah kepentingan.
NPM : 2117011073
Kelas : C
Sejak zaman proklamasi hingga saat ini bangsa Indonesia telah mengalami banyak sekali perubahan seperti perubahan azaz, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Adanya perubahan azaz tersebut menciptakan disintegerasi dan intsabilisasi nasional. Perubahan dari orde lama ke orde baru ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965. Berakhirnya masa orde lama ditandai dengan perebutan pengaruh diantara para elite politik negeri. Berlanjut ke orde baru dimana pada masa itu terjadi perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat. Selama masa orde baru golkar selalu memenangkan pemilu dan diduga golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa saat itu. Setelah orde baru usai setelah 32 tahun berkuasa munculah masa reformasi. Kesalahan yang muncul pada masa pemerintahan orde baru adalah adanya sistme politik sentralistik. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan ciri khas Indonesia sebagai negara plural. Plurallitas menjadi suatu hal yang membanggakan namun tidak dikelola dengan baik. Ketika era reformasi justru menimbulkan kekacauan, dimana kehidupan bernegara dan rukun menjadi tidak terkondisikan. Di masa awal kemerdekaan Indonesia identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik seperti penghormatan kepada sang saka merah putih, lagu indonesia raya, bahasa indonesia dan lain nya. Berdasarkan jurnal tersebut menurut saya pemahaman tentang integrasi nasional harus di pertahankan mengingat betapa pentingnya integrasi nasional itu. Integrasi nasional menjadi solusi utama untuk permasalahan-permasalahan yang beberapa tahun terakhir ini muncul seperti konflik antar etnik, antar daerah, antar agama dan lain nya, serta sebagai upaya untuk menyatukan visi dan misi sejumlah kepentingan.
Nama : Adryan Daffa Dzulfiqar
NPM : 2117011075
Kelas : C
Hasil analisis jurnal :
Pada jurnal ini, Agus Maladi Irianto membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Ia menyoroti perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Dalam konteks perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terjadi perebutan pengaruh di antara elite politik yang pada akhirnya mengakibatkan pemberontakan PKI dan terjadinya Supersemar. Selain itu, jurnal ini juga membahas bagaimana identitas memiliki peran ganda dalam pembentukan integrasi nasional dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional untuk mengatasi etnosentrisme, religisentris, dan politisentris.
Pertanyaan dari artikel
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Konsepsi wawasan Nusantara adalah penting bagi Indonesia karena akan membantu negara dalam mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Hal ini akan mempengaruhi kebijaksanaan, keputusan, dan tindakan dalam penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah. Dengan konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan lebih mudah mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mengamankan serta menjaga kepentingan nasionalnya dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik yang besar, mulai dari Natuna hingga separatisme. Hal ini akan membantu Indonesia dalam menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek, termasuk aspek ilmiah dan sosial. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1997 hingga saat ini. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan yaitu menasejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Artikel ini mengulas konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste dan usaha penyelesaiannya. Konflik ini terjadi pada Oktober 2013, ketika Timor Leste membangun jalan di perbatasan dengan Indonesia, yang disebutkan sebagai masalah belum disepakati perbatasan dan zona bebas yang tidak diterima oleh kedua negara. Konflik ini menimbulkan ketegangan hubungan antarwarga yang berhari-hari berikutnya.
Faktor penyebab konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste termasuk masih belum tuntasnya delimitasi perbatasan antara kedua negara, perbedaan interpretasi zona netral, dan masih ada sentimen negatif antarwarga Indonesia dengan warga Timor Leste.
Untuk mengatasi konflik ini, penulis menyarankan beberapa langkah, seperti:
1. Memperluas pendidikan nasional melalui media massa, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Memperluas penggunaan bahasa nasional.
3. Memperluas penggunaan pendidikan kesenian dan budaya.
4. Memperluas penggunaan pendidikan kewirausahaan.
5. Memperluas penggunaan pendidikan pemerintah.
Penulis juga menganggap bahwa integrasi nasional adalah proses yang tidak cepat dan tidak mudah, tetapi perlu dilakukan secara bertahap. Dia menyebutkan bahwa integrasi nasional adalah proses yang tidak hanya berhubungan dengan etnosentrisme, tetapi juga dengan ekonomi, politik, dan keamanan.
Selain itu, penulis juga menganggap bahwa integrasi nasional tidak hanya dapat mengurangi konflik etnis, tetapi juga dapat membangun ekonomi, memperkuat politik, dan memperbaiki keamanan di Indonesia.
Artikel ini menggambarkan bahwa konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste adalah masalah yang penting untuk dilakukan analisis, agar Indonesia dapat membuat langkah antisipasi sehingga kejadian serupa tidak terjadi di masa depan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, maka negara akan tidak memiliki cara pandang yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah demi tercapainya tujuan nasional. Hal ini akan mempengaruhi kebijaksanaan, keputusan, tindakan dalam penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah, serta kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan lebih mudah mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mengamankan serta menjaga kepentingan nasionalnya dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik yang besar, mulai dari Natuna hingga separatisme. Hal ini akan membantu Indonesia dalam menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek, termasuk aspek ilmiah dan sosial.
Konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1997 hingga saat ini. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan yaitu menasejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.
NPM : 2117011075
Kelas : C
Hasil analisis jurnal :
Pada jurnal ini, Agus Maladi Irianto membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Ia menyoroti perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Dalam konteks perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terjadi perebutan pengaruh di antara elite politik yang pada akhirnya mengakibatkan pemberontakan PKI dan terjadinya Supersemar. Selain itu, jurnal ini juga membahas bagaimana identitas memiliki peran ganda dalam pembentukan integrasi nasional dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional untuk mengatasi etnosentrisme, religisentris, dan politisentris.
Pertanyaan dari artikel
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Konsepsi wawasan Nusantara adalah penting bagi Indonesia karena akan membantu negara dalam mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Hal ini akan mempengaruhi kebijaksanaan, keputusan, dan tindakan dalam penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah. Dengan konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan lebih mudah mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mengamankan serta menjaga kepentingan nasionalnya dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik yang besar, mulai dari Natuna hingga separatisme. Hal ini akan membantu Indonesia dalam menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek, termasuk aspek ilmiah dan sosial. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1997 hingga saat ini. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan yaitu menasejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Artikel ini mengulas konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste dan usaha penyelesaiannya. Konflik ini terjadi pada Oktober 2013, ketika Timor Leste membangun jalan di perbatasan dengan Indonesia, yang disebutkan sebagai masalah belum disepakati perbatasan dan zona bebas yang tidak diterima oleh kedua negara. Konflik ini menimbulkan ketegangan hubungan antarwarga yang berhari-hari berikutnya.
Faktor penyebab konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste termasuk masih belum tuntasnya delimitasi perbatasan antara kedua negara, perbedaan interpretasi zona netral, dan masih ada sentimen negatif antarwarga Indonesia dengan warga Timor Leste.
Untuk mengatasi konflik ini, penulis menyarankan beberapa langkah, seperti:
1. Memperluas pendidikan nasional melalui media massa, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Memperluas penggunaan bahasa nasional.
3. Memperluas penggunaan pendidikan kesenian dan budaya.
4. Memperluas penggunaan pendidikan kewirausahaan.
5. Memperluas penggunaan pendidikan pemerintah.
Penulis juga menganggap bahwa integrasi nasional adalah proses yang tidak cepat dan tidak mudah, tetapi perlu dilakukan secara bertahap. Dia menyebutkan bahwa integrasi nasional adalah proses yang tidak hanya berhubungan dengan etnosentrisme, tetapi juga dengan ekonomi, politik, dan keamanan.
Selain itu, penulis juga menganggap bahwa integrasi nasional tidak hanya dapat mengurangi konflik etnis, tetapi juga dapat membangun ekonomi, memperkuat politik, dan memperbaiki keamanan di Indonesia.
Artikel ini menggambarkan bahwa konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste adalah masalah yang penting untuk dilakukan analisis, agar Indonesia dapat membuat langkah antisipasi sehingga kejadian serupa tidak terjadi di masa depan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas?
Jika Indonesia tidak memiliki konsepsi wawasan Nusantara, maka negara akan tidak memiliki cara pandang yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah demi tercapainya tujuan nasional. Hal ini akan mempengaruhi kebijaksanaan, keputusan, tindakan dalam penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah, serta kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan lebih mudah mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mengamankan serta menjaga kepentingan nasionalnya dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Selain itu, konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik yang besar, mulai dari Natuna hingga separatisme. Hal ini akan membantu Indonesia dalam menjamin persatuan dan kesatuan di segenap aspek, termasuk aspek ilmiah dan sosial.
Konsepsi wawasan Nusantara juga akan membantu Indonesia dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1997 hingga saat ini. Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan yaitu menasejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Nama : Camelia
NPM : 2117011112
Kelas : C
Analisis Jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" menjelaskan bahwa integrasi nasional adalah proses yang menciptakan kesatuan bangsa Indonesia dengan identitas yang berbeda. Integrasi nasional ini memiliki dua fungsi, yaitu untuk mengumpulkan berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda dan mengurangi konflik seperti konflik etnosentrisme, religiosentrisme, dan politik. Di dalam Jurnal ini juga menjelaskan tentang bagaimana integrasi nasional di Indonesia mengalami perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) dan bagaimana kekuatan elite politik yang berbeda yang mengarah kepada perubahan di Indonesia. Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.
Identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah gambaran diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Untuk mengatasi etnosentrisme ini diperlukan intergrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia, yang menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat yang berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Hal ini menjadi jalan keluar untuk dapat menghadapi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, dan sejumlah konflik kepentingan lain yang masih terus-menerus melanda Indonesia.
Dari jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia", dapat disimpulkan bahwa cita-cita untuk menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakatnya bersedia menerobos identitasnya dan senantiasa dapat mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
NPM : 2117011112
Kelas : C
Analisis Jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" menjelaskan bahwa integrasi nasional adalah proses yang menciptakan kesatuan bangsa Indonesia dengan identitas yang berbeda. Integrasi nasional ini memiliki dua fungsi, yaitu untuk mengumpulkan berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda dan mengurangi konflik seperti konflik etnosentrisme, religiosentrisme, dan politik. Di dalam Jurnal ini juga menjelaskan tentang bagaimana integrasi nasional di Indonesia mengalami perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) dan bagaimana kekuatan elite politik yang berbeda yang mengarah kepada perubahan di Indonesia. Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.
Identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah gambaran diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Untuk mengatasi etnosentrisme ini diperlukan intergrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia, yang menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat yang berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Hal ini menjadi jalan keluar untuk dapat menghadapi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, dan sejumlah konflik kepentingan lain yang masih terus-menerus melanda Indonesia.
Dari jurnal "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia", dapat disimpulkan bahwa cita-cita untuk menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakatnya bersedia menerobos identitasnya dan senantiasa dapat mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Nama : Marsanda Nur Wahyu Ning Tyas
Npm: 2117011006
Kelas : C
Pada jurnal Integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia membahas tentang perlunya strategi kebudayaan nasional di Indonesia, dan menyoroti tidak adanya strategi tersebut sejak kemerdekaan. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Mengeksplorasi konsep identitas nasional dan evolusinya dari waktu ke waktu, mempertanyakan apakah hal tersebut harus ditafsirkan ulang di era sekarang. Jurnal ini menekankan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan integrasi nasional untuk mengatasi isu-isu seperti etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.Memberikan konteks sejarah, menyebutkan perubahan prinsip, ideologi, dan doktrin dalam masyarakat dan politik Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru. Menyinggung peristiwa politik seperti pemberontakan PKI, pembentukan kelompok politik, dan peran Golkar sebagai mesin politik pada masa Orde Baru. Pada jurnal ini juga membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Ia menyoroti perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Dalam konteks perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terjadi perebutan pengaruh di antara elite politik yang pada akhirnya mengakibatkan pemberontakan PKI dan terjadinya Supersemar. Selain itu, jurnal ini juga membahas bagaimana identitas memiliki peran ganda dalam pembentukan integrasi nasional dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional untuk mengatasi etnosentrisme, religisentris, dan politisentris.
Analisis soal 1
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawaban
Konsepsi wawasan Nusantara adalah konsep penting bagi Indonesia karena membantu memprioritaskan persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah. Ini berdampak pada kebijakan dan tindakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan konsep ini, Indonesia lebih mampu mengedepankan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Ini mendukung keamanan nasional dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Konsepsi ini juga membantu menghadapi tantangan geopolitik, termasuk di Natuna dan dalam mengatasi separatisme. Dengan demikian, konsepsi wawasan Nusantara mendukung persatuan dan kesatuan secara menyeluruh, termasuk dalam ranah ilmiah dan sosial. Selain itu, konsep ini membantu mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang telah melanda Indonesia sejak 1997. Ini mendukung tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawaban
Artikel membahas konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste pada Oktober 2013, yang dipicu oleh pembangunan jalan oleh Timor Leste di perbatasan yang belum disepakati kedua negara. Konflik ini menimbulkan ketegangan dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti belum tuntasnya delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
Untuk mengatasi konflik ini, penulis menyarankan pendekatan melalui pendidikan nasional, penggunaan bahasa nasional, pendidikan kesenian dan budaya, kewirausahaan, dan pemerintahan. Penulis menganggap integrasi nasional sebagai proses yang penting, yang tidak hanya terkait dengan etnosentrisme tetapi juga dengan ekonomi, politik, dan keamanan. Integrasi nasional dapat mengurangi konflik etnis, membangun ekonomi, memperkuat politik, dan meningkatkan keamanan di Indonesia. Artikel menekankan pentingnya analisis terhadap konflik perbatasan ini untuk mengantisipasi masalah serupa di masa depan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel diatas?
Jawaban
Tanpa konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan kehilangan orientasi yang memprioritaskan persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah demi mencapai tujuan nasional. Ini akan berdampak pada kebijakan dan tindakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Dengan adanya konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia lebih mampu mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu. Hal ini mendukung keamanan nasional dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Konsep ini juga membantu dalam menghadapi tantangan geopolitik, termasuk di Natuna dan dalam menghadapi separatisme.
Selain itu, konsep wawasan Nusantara juga membantu dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang telah terjadi sejak 1997. Ini mendukung tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
Npm: 2117011006
Kelas : C
Pada jurnal Integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia membahas tentang perlunya strategi kebudayaan nasional di Indonesia, dan menyoroti tidak adanya strategi tersebut sejak kemerdekaan. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Mengeksplorasi konsep identitas nasional dan evolusinya dari waktu ke waktu, mempertanyakan apakah hal tersebut harus ditafsirkan ulang di era sekarang. Jurnal ini menekankan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan integrasi nasional untuk mengatasi isu-isu seperti etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.Memberikan konteks sejarah, menyebutkan perubahan prinsip, ideologi, dan doktrin dalam masyarakat dan politik Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru. Menyinggung peristiwa politik seperti pemberontakan PKI, pembentukan kelompok politik, dan peran Golkar sebagai mesin politik pada masa Orde Baru. Pada jurnal ini juga membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Ia menyoroti perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Dalam konteks perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru, terjadi perebutan pengaruh di antara elite politik yang pada akhirnya mengakibatkan pemberontakan PKI dan terjadinya Supersemar. Selain itu, jurnal ini juga membahas bagaimana identitas memiliki peran ganda dalam pembentukan integrasi nasional dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional untuk mengatasi etnosentrisme, religisentris, dan politisentris.
Analisis soal 1
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut?
Jawaban
Konsepsi wawasan Nusantara adalah konsep penting bagi Indonesia karena membantu memprioritaskan persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah. Ini berdampak pada kebijakan dan tindakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan konsep ini, Indonesia lebih mampu mengedepankan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Ini mendukung keamanan nasional dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Konsepsi ini juga membantu menghadapi tantangan geopolitik, termasuk di Natuna dan dalam mengatasi separatisme. Dengan demikian, konsepsi wawasan Nusantara mendukung persatuan dan kesatuan secara menyeluruh, termasuk dalam ranah ilmiah dan sosial. Selain itu, konsep ini membantu mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang telah melanda Indonesia sejak 1997. Ini mendukung tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidak memiliki konsepsi wawasan nusantara?
Jawaban
Artikel membahas konflik antarwarga di perbatasan Indonesia-Timor Leste pada Oktober 2013, yang dipicu oleh pembangunan jalan oleh Timor Leste di perbatasan yang belum disepakati kedua negara. Konflik ini menimbulkan ketegangan dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti belum tuntasnya delimitasi perbatasan, perbedaan interpretasi zona netral, dan sentimen negatif antarwarga.
Untuk mengatasi konflik ini, penulis menyarankan pendekatan melalui pendidikan nasional, penggunaan bahasa nasional, pendidikan kesenian dan budaya, kewirausahaan, dan pemerintahan. Penulis menganggap integrasi nasional sebagai proses yang penting, yang tidak hanya terkait dengan etnosentrisme tetapi juga dengan ekonomi, politik, dan keamanan. Integrasi nasional dapat mengurangi konflik etnis, membangun ekonomi, memperkuat politik, dan meningkatkan keamanan di Indonesia. Artikel menekankan pentingnya analisis terhadap konflik perbatasan ini untuk mengantisipasi masalah serupa di masa depan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikel diatas?
Jawaban
Tanpa konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia akan kehilangan orientasi yang memprioritaskan persatuan dan kesatuan bangsa serta wilayah demi mencapai tujuan nasional. Ini akan berdampak pada kebijakan dan tindakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Dengan adanya konsepsi wawasan Nusantara, Indonesia lebih mampu mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu. Hal ini mendukung keamanan nasional dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan pertahanan. Konsep ini juga membantu dalam menghadapi tantangan geopolitik, termasuk di Natuna dan dalam menghadapi separatisme.
Selain itu, konsep wawasan Nusantara juga membantu dalam mencegah dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kepentingan nasional, termasuk krisis sosial yang telah terjadi sejak 1997. Ini mendukung tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
NAMA : NIDA ROUFIQOH
NPM : 2117011059
KELAS : C
ANALISIS JURNAL
"INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.4 Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL-PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
Kebijakan otonomi daerah yang saat ini banyak dijumpai di sejumlah di negara ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita itu akan terwujud, apabila sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
NPM : 2117011059
KELAS : C
ANALISIS JURNAL
"INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.4 Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL-PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
Kebijakan otonomi daerah yang saat ini banyak dijumpai di sejumlah di negara ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita itu akan terwujud, apabila sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Analisis soal 1
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut? Tanggapan saya setelah membaca artikel tersebut adalah dapat memahamo bagaimana kompleksnya konflik yang terjadi antarwarga perbatasan. Hal positif yang dapat diambil yakni dapat mengetahui apa yang menjadi penyebab dan bagaimana upaya serta antisipasi yang dapat diambil untuk mencegah konflik tersebut.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidakmemiliki konsepsi wawasan nusantara? Konsepsi wawasan nusantara sangat amat penting untuk mencegah terjadinya konflik perbatasan maupun konflik internal serta hilangnya identitas nasional dan kebudayaan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas? Dengan adanya konsepsi wawasan nusantara dapat menjadin penguat identitas kebangsaan lalu dengan adanya kerjasama regional dan mengaplikasikan konsepsi wawasan nusantara ke dalam masyarakat agar masyarakat memahami pentingnya upaya dalam mencegah konflik.
1. Bagaimanakah tanggapanmu mengenai isi artikel dan hal positif apa yang bisa kamu ambil setelah membaca artikel tersebut? Tanggapan saya setelah membaca artikel tersebut adalah dapat memahamo bagaimana kompleksnya konflik yang terjadi antarwarga perbatasan. Hal positif yang dapat diambil yakni dapat mengetahui apa yang menjadi penyebab dan bagaimana upaya serta antisipasi yang dapat diambil untuk mencegah konflik tersebut.
2. Bagaimanakah menurut pendapatmu dan apa yang terjadi dengan wilayah dan bangsa Indonesia jika tidakmemiliki konsepsi wawasan nusantara? Konsepsi wawasan nusantara sangat amat penting untuk mencegah terjadinya konflik perbatasan maupun konflik internal serta hilangnya identitas nasional dan kebudayaan.
3. Bagaimanakah konsepsi wawasan nusantara dalam mencegah timbulnya konflik seperti artikell diatas? Dengan adanya konsepsi wawasan nusantara dapat menjadin penguat identitas kebangsaan lalu dengan adanya kerjasama regional dan mengaplikasikan konsepsi wawasan nusantara ke dalam masyarakat agar masyarakat memahami pentingnya upaya dalam mencegah konflik.
Nama : Chairunnisa Putri Islamy
Npm : 2117011106
Kelas : C
Jurnal ini membahas tentang integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan, negara Indonesia telah mengalami berbagai perubahan asas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menyebabkan keruntuhan dan ketidakstabilan negara.
Pada tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia, jati diri bangsa dapat dibentuk melalui bentuk fisik dan pedoman umum bagi seluruh warga negara Indonesia, seperti San Saka Mera Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan penghormatan terhadap bahasa Indonesia.
Di sisi lain, integrasi nasional dapat diartikan sebagai suatu bentuk kesadaran dan kekompakan dimana kelompok-kelompok yang berbeda dengan identitasnya masing-masing merasa menjadi satu, yakni menyatu dengan bangsa Indonesia.
Identitas merupakan ekspresi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sebagai suatu entitas sosio-kultural dan menunjukkan bagaimana orang lain memandangnya sebagai suatu entitas sosio-kultural; Ia merupakan produk suatu kebudayaan yang berlangsung sedemikian kompleks.
Dilihat dari waktu pada tahun , identitas bukanlah suatu wujud yang semula ada sejak tahun dan terus ada sebagai hakikat kekal .
Namun pada aspek , ruang bukan hanya satu atau satu , melainkan terdiri dari berbagai tingkat identitas.
Tingkat identitas tersebut bergantung pada peran yang dilakukan, situasi objektif, dan juga ditentukan oleh bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi dan peran tersebut.
Npm : 2117011106
Kelas : C
Jurnal ini membahas tentang integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan, negara Indonesia telah mengalami berbagai perubahan asas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menyebabkan keruntuhan dan ketidakstabilan negara.
Pada tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia, jati diri bangsa dapat dibentuk melalui bentuk fisik dan pedoman umum bagi seluruh warga negara Indonesia, seperti San Saka Mera Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan penghormatan terhadap bahasa Indonesia.
Di sisi lain, integrasi nasional dapat diartikan sebagai suatu bentuk kesadaran dan kekompakan dimana kelompok-kelompok yang berbeda dengan identitasnya masing-masing merasa menjadi satu, yakni menyatu dengan bangsa Indonesia.
Identitas merupakan ekspresi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sebagai suatu entitas sosio-kultural dan menunjukkan bagaimana orang lain memandangnya sebagai suatu entitas sosio-kultural; Ia merupakan produk suatu kebudayaan yang berlangsung sedemikian kompleks.
Dilihat dari waktu pada tahun , identitas bukanlah suatu wujud yang semula ada sejak tahun dan terus ada sebagai hakikat kekal .
Namun pada aspek , ruang bukan hanya satu atau satu , melainkan terdiri dari berbagai tingkat identitas.
Tingkat identitas tersebut bergantung pada peran yang dilakukan, situasi objektif, dan juga ditentukan oleh bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi dan peran tersebut.
Artikel tersebut membahas mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan integrasi nasional dan menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme yang dapat mempengaruhi identitas nasional. Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu persoalan bersama, baik ideologis, ekonomi, dan sosial. Integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendasarinya seperti kesamaan bahasa, kesamaan nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, kesamaan dalam pandangan hidup, atau orientasi keagamaan. Identitas adalah sesuatu yang dapat berubah menyesuaikan kondisi, bersifat yang selalu diperbaharui, sehingga wujudnya akan selalu bergantung dengan proses yang membentuknya. Identitas sebaga sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. Integrasi nasional terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Artikel tersebut cenderung menimbulkan kesadaran dan bentuk sosial yang menimbulkan banyak hal kelompok dengan identitas masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan: Bangsa Indonesia. Integrasi nasional pada dasarnyab bermakna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari kepentingan masing masing masyarakat. Pluralitas masyarakat yang merupakan takdir dari Tuhan, akhir akhir ini memicu pertentangan di antara anggota masyaraka, maka dapat muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, Politksentrisme, dan sebagainya. Hal-hal tersebut yang dapat menghalangi integrasi nasional dengan cara merusak identitas nasional.
NAMA : Lansa Dwanis
NPM : 2117011087
KELAS : C
_Jurnal ini membahas tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia dan peran mahasiswa sebagai komponen strategis bangsa Indonesia dalam proses perjuangan reformasi._
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics memiliki banyak
pengertian dan istilah. Menurut Muhammad Numan Soemantri pengertian Civics dapat dirumuskan sebagai Ilmu Kewarganegaraan yang membicaraan hubungan manusia dengan;
(a) manusia dalam perkumpulan-perkumpulan
terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi,
politik);
b) individu-individu dengan negara.
Menurut Edmonson (1958), makna Civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang
terkait dengan kewajiban, hak dan hak hak istimewa warganegara. Pengertian ini menunjukkan Civics sebagai cabang dari ilmu politik (Ubaedillah, 2008: 5)
Menurut sejarahnya pendidikan
kewarganegaraan (Civics) berasal dari
pendidikan tentang kewarganegaraan
(Citizenship). Stanley E. Dimond menjelaskan bahwa Citizenship sebagaimana keterhubungan dengan kegiatan-kegiatan sekolah mempunyai
dua pengertian dalam arti sempit, citizenship hanya mencakup status hukum warga negara dalam sebuah negara, organisasi pemerintah,mengelola kekuasaan, hak-hak hukum dan tanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
untuk membangun karakter (Character
Building) bangsa Indonesia yang antara lain:
a)membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
b)menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa;
c)mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggungjawab.
Pengertian demokrasi secara terminologi telah dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi. Menurut Abraham Lincoln,
pengertian demokrasi adalah sistem
pemerintah yang diselenggaran dari rakyat,oleh rakyat dan untu rakyat. Menurut Charles Costello, pengertian demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi dengan hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
pertamakalinya dikemukakan oleh John Locke,yang menjelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak- hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi setiap
manusia. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan (Sutiyoso, 2010: 167).
Di dalam HAM terdapat empat prinsip
dasar HAM yaitu; 1)kebebasan, 2)
kemerdekaan, 3) persamaan dan 4) keadilan. Kebebasan merupakan penghormatan yang diciptakan oleh Sang Pencipta kepada martabat manusia selaku ciptaan-Nya dimana manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berkuasa.
Kemerdekaan memiliki arti bahwa manusia telah diberikan kebebasan oleh Sang Pencipta oleh karena itu manusia harus dibiarkan merdeka dalam arti tidak boleh dijajah,dibelenggu atau dipasung dalam bentuk apapun.
Istilah NGO merujuk pada organisasi non-negara yang memiliki kaitan dengan badan-badan PBB atau mitra mitra PBB ketika berinteraksi dengan organisasi non-pemerintah. Secara umum,pengertian
organisasi nonpemerintah mencakup semua organisasi masyarakat yang berada di luar struktur dan jalur pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merpakan bagian dari birokrasi pemerintah. Selain NGO, mahasiswa juga merupakan salah satu komponen strateis bangsa Indonesia dalam pengembangan demokrasi dan masyarakat madani. Peran strategis mahasiswa dalam proses perjuangan reformasi menumbangkan rezim otoriter seharusnya dapat ditindaklanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokratisasi
bangsa dan pengembangan masyarakat
madani di Indonesia
NPM : 2117011087
KELAS : C
_Jurnal ini membahas tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia dan peran mahasiswa sebagai komponen strategis bangsa Indonesia dalam proses perjuangan reformasi._
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics memiliki banyak
pengertian dan istilah. Menurut Muhammad Numan Soemantri pengertian Civics dapat dirumuskan sebagai Ilmu Kewarganegaraan yang membicaraan hubungan manusia dengan;
(a) manusia dalam perkumpulan-perkumpulan
terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi,
politik);
b) individu-individu dengan negara.
Menurut Edmonson (1958), makna Civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang
terkait dengan kewajiban, hak dan hak hak istimewa warganegara. Pengertian ini menunjukkan Civics sebagai cabang dari ilmu politik (Ubaedillah, 2008: 5)
Menurut sejarahnya pendidikan
kewarganegaraan (Civics) berasal dari
pendidikan tentang kewarganegaraan
(Citizenship). Stanley E. Dimond menjelaskan bahwa Citizenship sebagaimana keterhubungan dengan kegiatan-kegiatan sekolah mempunyai
dua pengertian dalam arti sempit, citizenship hanya mencakup status hukum warga negara dalam sebuah negara, organisasi pemerintah,mengelola kekuasaan, hak-hak hukum dan tanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
untuk membangun karakter (Character
Building) bangsa Indonesia yang antara lain:
a)membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
b)menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa;
c)mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggungjawab.
Pengertian demokrasi secara terminologi telah dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi. Menurut Abraham Lincoln,
pengertian demokrasi adalah sistem
pemerintah yang diselenggaran dari rakyat,oleh rakyat dan untu rakyat. Menurut Charles Costello, pengertian demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi dengan hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
pertamakalinya dikemukakan oleh John Locke,yang menjelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak- hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabut hak asasi setiap
manusia. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan (Sutiyoso, 2010: 167).
Di dalam HAM terdapat empat prinsip
dasar HAM yaitu; 1)kebebasan, 2)
kemerdekaan, 3) persamaan dan 4) keadilan. Kebebasan merupakan penghormatan yang diciptakan oleh Sang Pencipta kepada martabat manusia selaku ciptaan-Nya dimana manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berkuasa.
Kemerdekaan memiliki arti bahwa manusia telah diberikan kebebasan oleh Sang Pencipta oleh karena itu manusia harus dibiarkan merdeka dalam arti tidak boleh dijajah,dibelenggu atau dipasung dalam bentuk apapun.
Istilah NGO merujuk pada organisasi non-negara yang memiliki kaitan dengan badan-badan PBB atau mitra mitra PBB ketika berinteraksi dengan organisasi non-pemerintah. Secara umum,pengertian
organisasi nonpemerintah mencakup semua organisasi masyarakat yang berada di luar struktur dan jalur pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merpakan bagian dari birokrasi pemerintah. Selain NGO, mahasiswa juga merupakan salah satu komponen strateis bangsa Indonesia dalam pengembangan demokrasi dan masyarakat madani. Peran strategis mahasiswa dalam proses perjuangan reformasi menumbangkan rezim otoriter seharusnya dapat ditindaklanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokratisasi
bangsa dan pengembangan masyarakat
madani di Indonesia
NAMA : LANSA DWANIS
NPM : 2117011087
KELAS : C
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat
itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok
yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik di kabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri d PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan
gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
*Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah*
Etnosentrisme kian menguat justru
ditopang dengan kebijakan negara yang
mengembangkan otonomi daerah dan
pemekaran daerah. Semangat otonomi
daerah dan pemekaran daerah menjadi
berjalan seiring dengan menguatnya
etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap
provinsi dan setiap kabupaten ingin
mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan sejumlah gambaran
tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2117011087
KELAS : C
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat
itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok
yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik di kabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri d PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan
gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
*Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah*
Etnosentrisme kian menguat justru
ditopang dengan kebijakan negara yang
mengembangkan otonomi daerah dan
pemekaran daerah. Semangat otonomi
daerah dan pemekaran daerah menjadi
berjalan seiring dengan menguatnya
etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap
provinsi dan setiap kabupaten ingin
mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan sejumlah gambaran
tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NAMA : LANSA DWANIS
NPM : 2117011087
KELAS : C
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat
itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok
yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik di kabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri d PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan
gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
*Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah*
Etnosentrisme kian menguat justru
ditopang dengan kebijakan negara yang
mengembangkan otonomi daerah dan
pemekaran daerah. Semangat otonomi
daerah dan pemekaran daerah menjadi
berjalan seiring dengan menguatnya
etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap
provinsi dan setiap kabupaten ingin
mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan sejumlah gambaran
tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2117011087
KELAS : C
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat
itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok
yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik di kabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri d PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan
gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
*Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah*
Etnosentrisme kian menguat justru
ditopang dengan kebijakan negara yang
mengembangkan otonomi daerah dan
pemekaran daerah. Semangat otonomi
daerah dan pemekaran daerah menjadi
berjalan seiring dengan menguatnya
etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap
provinsi dan setiap kabupaten ingin
mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan sejumlah gambaran
tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Nama : Annisa Distiani
NPM : 2117011024
Kelas : C
Pada jurnal yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto dibahas tentang Integrasi nasional. Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu persoalan bersama, baik ideologi, ekonomi, dan sosial. Sehingga menimbulkan suatu kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitasnya masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan. Selain itu, pada jurnal tersebut dibahas tentang tantangan Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional guna menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.
Dengan integrasi nasional, akan terdapat jalan keluar dalam menghadapi konflik yang saat ini masih terus melanda Indonesia. Konflik tersebut seperti konflik antar-etnik, antar-daerah antar-agama, antar partai-politik, antar-pelajar serta konflik lain yang tidak perlu terjadi jika pelaku menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
NPM : 2117011024
Kelas : C
Pada jurnal yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto dibahas tentang Integrasi nasional. Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu persoalan bersama, baik ideologi, ekonomi, dan sosial. Sehingga menimbulkan suatu kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitasnya masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan. Selain itu, pada jurnal tersebut dibahas tentang tantangan Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional guna menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.
Dengan integrasi nasional, akan terdapat jalan keluar dalam menghadapi konflik yang saat ini masih terus melanda Indonesia. Konflik tersebut seperti konflik antar-etnik, antar-daerah antar-agama, antar partai-politik, antar-pelajar serta konflik lain yang tidak perlu terjadi jika pelaku menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.