Forum Diskusi

Forum Diskusi

Number of replies: 7
Cobalah diskusikan bersama rekan-rekan anda terkait dengan prinsip-prinsip ecopedagogy dalam IPS. 
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

by 2423031006 2423031006 -
Nama: Arip Guawan
NPM: 2423031006

Prinsip-prinsip ecopedagogy dalam IPS pada dasarnya berangkat dari pemikiran Paulo Freire tentang pedagogi kritis yang kemudian dikembangkan oleh tokoh seperti Richard Kahn dan Gadotti. Prinsip pertama menekankan kesadaran ekologis dan sosial, bahwa masalah lingkungan tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan sosial. Selanjutnya, terdapat prinsip kritis terhadap krisis global, yang mendorong peserta didik untuk melihat keterkaitan antara isu lokal dengan permasalahan dunia, seperti perubahan iklim atau kerusakan hutan. Prinsip lain adalah partisipasi aktif dan tanggung jawab, di mana siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga terlibat dalam aksi nyata menjaga lingkungan. Tidak kalah penting, prinsip interkoneksi global dan lokal menegaskan pentingnya berpikir global namun bertindak lokal. Selain itu, ecopedagogy bersifat humanis dan emansipatoris, karena siswa dipandang sebagai subjek yang mampu mengubah keadaan, bukan hanya penerima informasi. Pada akhirnya, ecopedagogy menuntut adanya integrasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga pembelajaran IPS melahirkan generasi warga planet (planetary citizen) yang kritis, peduli, dan bertanggung jawab. Jika kita melihat prinsip-prinsip tersebut, muncul pertanyaan menarik untuk didiskusikan
(1) Bagaimana penerapan prinsip ecopedagogy ini dapat diintegrasikan secara nyata dalam kurikulum IPS di sekolah?
(2) Apakah guru sudah memiliki ruang yang cukup untuk menghadirkan isu-isu sosial-ekologis di kelas, atau masih terbentur oleh tuntutan materi dan keterbatasan waktu?

Bagaimanakah menurut bapak ibu?
In reply to 2423031006 2423031006

Re: Forum Diskusi

by Gilang Rickat Trengginas 2423031005 -
Saya sependapat dengan apa yang telah disampaikan Pak Arip bahwa ecopedagogy dalam IPS merupakan pendekatan yang sangat sesuai dengan tantangan abad ke-21, terutama dalam menyikapi krisis lingkungan dan ketimpangan sosial yang semakin nyata. Berakar dari pemikiran kritis Paulo Freire, pendekatan ini tidak hanya menekankan pada penyampaian materi, tetapi juga pada upaya membangun kesadaran dan kemampuan siswa untuk mengambil peran. Pendekatan ini berhasil menggeser fokus pembelajaran IPS dari yang sekadar menghafal fakta geografis dan historis, menjadi ruang untuk memahami interaksi kompleks antara manusia dan lingkungannya secara kritis, serta memupuk tanggung jawab bersama sebagai bagian dari planet bumi.
Kekuatan ecopedagogy terletak pada sifatnya yang menyeluruh dan transformatif. Dengan menekankan keterkaitan antara isu lokal dan global, siswa dibekali pemahaman bahwa tindakan mereka di tingkat lokal dapat memengaruhi dunia, dan sebaliknya, persoalan global perlu diselesaikan dari tingkat lokal. Sifatnya yang humanis dan pemberdayaannya juga menjadikan siswa sebagai pelaku aktif yang diberi kepercayaan dan kemampuan untuk berkontribusi pada perubahan, sehingga pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menjawab pertanyaan yang muncul dari pemahaman Pak Arip menarik untuk coba saya bahas. Menjawab pertanyaan pertama, menurut saya penerapan prinsip ecopedagogy dalam kurikulum IPS dapat diintegrasikan melalui beberapa pendekatan nyata. Pertama, dengan merancang pembelajaran berbasis proyek yang berfokus pada isu sosial dan lingkungan di sekitar siswa, seperti meneliti kualitas air sungai atau memetakan persebaran sampah. Kedua, mengintegrasikan tema-tema seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan ke dalam materi pembahasan konsep-konsep IPS seperti globalisasi dan pembangunan. Ketiga, menjalin kolaborasi dengan komunitas atau lembaga lingkungan seberti BLH atau Walhi untuk memberikan pengalaman belajar langsung. Integrasi ini menuntut kurikulum yang fleksibel, yang menilai tidak hanya pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan siswa.
Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan kedua, ruang bagi guru untuk menghadirkan isu sosial dan ekologis saat ini masih sangat terbatas, terutama terbentur oleh kurikulum yang penuh konten/materi dan berorientasi pada hasil ujian sekolah yang cenderung kognitif. Guru sering kali terjebak dalam "balapan mengejar materi" sehingga waktu untuk eksplorasi isu yang mendalam dan partisipasi aksi nyata sangat minim. Oleh karena itu, dukungan dari pembuat kebijakan sangat diperlukan, misalnya dengan menyederhanakan muatan kurikulum, menyediakan bahan ajar yang mendukung, serta memberikan pelatihan untuk merancang pembelajaran yang lebih kritis dan partisipatif. Di sisi lain, guru dapat mengambil inisiatif dengan menyisipkan isu lingkungan ke dalam topik yang sudah ada, seperti mengaitkan adanya revolusi industri dengan dampak ekologis dan ketimpangan sosial yang ditimbulkannya.dengan menyoroti dampak ekologinya dan ketidakadilan sosial yang muncul.
In reply to 2423031006 2423031006

Re: Forum Diskusi

by Yuni Erdalina 2423031008 -
Menanggapi dari apa yang sudah disampaikan oleh Pak Arip, menurut saya penerapan prinsip ecopedagogy dalam kurikulum IPS dapat diintegrasikan melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang mengaitkan materi sosial-ekologis dengan konteks lokal, seperti menelusuri jejak ekologis industri di daerah setempat atau menganalisis dampak kebijakan pembangunan terhadap komunitas marginal. Guru dapat mengembangkan modul tematik yang merangkum kompetensi dasar IPS dengan isu keberlanjutan, misalnya dengan memetakan konflik agraria dalam materi geografi atau merekonstruksi kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan dalam studi sosial. Namun demikian, tantangan utama terletak pada keterbatasan ruang gerak guru yang sering terkungkung oleh beban kurikulum padat, orientasi ujian nasional, dan minimnya dukungan infrastruktur. Untuk itu, diperlukan terobosan kebijakan yang memberikan otonomi lebih besar bagi guru dalam mengembangkan materi ajar kontekstual, serta pelatihan khusus yang memperkuat kapasitas pedagogis-ekologis guru agar mampu mentransformasi kelas menjadi ruang dialog kritis yang memberdayakan siswa sebagai agen perubahan sosio-ekologis.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

by Aprilia Mutiasari 2423031011 -
Menurut saya prinsip-prinsip ecopedagogy dalam IPS berangkat dari kesadaran bahwa manusia, masyarakat, dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang saling memengaruhi. Pertama, prinsip kesaling terhubungan (interconnectedness), yaitu bahwa pembelajaran IPS harus menunjukkan hubungan antara aktivitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya dengan kelestarian lingkungan. Kedua, prinsip kritis-transformatif, di mana peserta didik didorong untuk mengkritisi praktik pembangunan yang eksploitatif sekaligus mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Ketiga, prinsip partisipasi dan tanggung jawab sosial, yakni pembelajaran IPS harus menumbuhkan sikap peduli serta keterlibatan aktif siswa dalam menjaga lingkungan melalui aksi nyata, misalnya proyek pengelolaan sampah atau konservasi. Keempat, prinsip keberlanjutan (sustainability), di mana IPS diarahkan untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi bagi generasi mendatang. Terakhir, prinsip kontekstualitas, yaitu materi IPS dikaitkan dengan permasalahan lingkungan lokal sehingga siswa dapat belajar dari realitas yang dekat dengan kehidupannya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, IPS tidak hanya menjadi pembelajaran tentang interaksi sosial, tetapi juga media untuk menumbuhkan warga negara yang ekologis, kritis, dan bertanggung jawab.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

by Erma Oktaviani 2423031004 -
menurut saya prinsip-prinsip ecopedagogy tidak sekadar mempelajari tentang pengetahuan ekologis, melainkan sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan kesadaran kritis, keadilan sosial, dan tanggung jawab manusia sebagai warga planet. Dalam konteks Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), prinsip ini menjadi penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya paham masalah sosial, ekonomi, dan politik, tetapi juga peduli pada keberlanjutan kehidupan di bumi.
Adapun beberapa prinsip ecopedagogy diantaranya
1. kritis dan emansipatoris. Ecopedagogy mengajak peserta didik untuk mempertanyakan realitas sosial dan lingkungan yang ada di sekelilingnya. Dalam IPS, guru tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga mengajak siswa menganalisis mengapa terjadi kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, atau kesenjangan ekonomi, serta bagaimana struktur global berperan di dalamnya. Dengan demikian, siswa dilatih untuk berani mengkritisi dan mencari jalan keluar.
2. kesadaran sebagai warga planet (planetary citizenship). IPS dengan pendekatan ecopedagogy menekankan bahwa siswa adalah bagian dari komunitas global. Mereka bukan hanya warga suatu negara, tetapi juga warga bumi yang memiliki tanggung jawab menjaga keberlangsungan hidup bersama. Kesadaran ini ditumbuhkan terkait isu-isu global seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, atau migrasi dengan pengalaman lokal di lingkungan sekitar siswa.
3. nilai keberlanjutan dan etika ekologis. Ecopedagogy mengajarkan bahwa setiap keputusan sosial, politik, dan ekonomi harus mempertimbangkan keberlanjutan ekologi. Dalam IPS, siswa didorong untuk memahami keterkaitan antara aktivitas manusia dengan dampaknya terhadap bumi. Misalnya, pembahasan mengenai industrialisasi yang menyoroti pertumbuhan ekonomi, yang dikaitan juga dampak lingkungan dan solusi yang lebih berkeadilan.
4. partisipatif dan kolaboratif. Sejalan dengan model pembelajaran berbasis kelompok dan inkuiri, ecopedagogy menekankan pentingnya kerja sama dalam memecahkan persoalan. Siswa diajak untuk berdiskusi, berdebat secara sehat, melakukan penelitian kecil di lingkungan, serta mengajukan solusi yang dapat dilakukan bersama. Proses ini memperkuat nilai demokrasi, solidaritas, dan tanggung jawab sosial.
5. integratif dan transformatif. Ecopedagogy tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan desain pembelajaran yang sistematis. Melalui perencanaan yang matang, guru IPS dapat menyusun tujuan, strategi, dan evaluasi pembelajaran yang mengukur aspek kognitif, sekaligus mengukur aspek sikap dan keterampilan aksi sosial. Transformasi yang diharapkan adalah lahirnya peserta didik yang sadar, peduli, dan mau bertindak untuk menjaga kelestarian lingkungan serta memperjuangkan keadilan sosial.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ecopedagogy dalam pembelajaran IPS, proses pendidikan tidak lagi sekadar memindahkan pengetahuan, melainkan menjadi sarana membangun kesadaran kritis, etika ekologis, dan kepedulian kemanusiaan yang berkelanjutan. Pada akhirnya, tujuan besar ecopedagogy adalah membentuk generasi yang mampu berpikir global, bertindak lokal, dan menjaga bumi sebagai rumah bersama.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

by Iskandar 2423031007 -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Iskandar
NPM : 2423031007

Mohon izin menjawab

Berdasarkan referensi yang saya baca Prinsip-prinsip ecopedagogy dalam IPS dapat dipahami melalui tiga aspek penting. Pertama, kesadaran kritis ekologis. Dalam hal ini, IPS tidak hanya menyampaikan fakta sosial, tetapi juga mengaitkan isu-isu sosial dengan kerusakan lingkungan. Misiaszek (2021) menjelaskan bahwa ecopedagogy mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan reflektif terhadap krisis ekologi serta memahami akar struktural dari permasalahan lingkungan.

Kedua, integrasi keadilan sosial dan lingkungan. Krisis ekologi tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan sosial, misalnya terkait kemiskinan, eksploitasi sumber daya, atau ketidaksetaraan akses terhadap lingkungan yang sehat. Huckle dan Wals (2015) menekankan bahwa prinsip ecopedagogy menuntut keterkaitan antara keadilan sosial dengan keberlanjutan ekologi, sehingga pembelajaran IPS harus membentuk kesadaran akan tanggung jawab bersama.

Ketiga, partisipasi aktif sebagai warga planet (planetary citizenship). Ecopedagogy mendorong siswa untuk mengambil bagian dalam aksi nyata menjaga bumi, baik melalui proyek lingkungan, kampanye sosial, maupun keterlibatan dalam komunitas. Penelitian Gwekwerere dan Buley (2022) menunjukkan bahwa praktik ecopedagogy dapat meningkatkan literasi ekologis siswa sekaligus memperkuat keterlibatan mereka dalam aksi lingkungan nyata.

Dengan demikian, ecopedagogy dalam IPS tidak hanya memperluas wawasan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis, kepedulian sosial, dan keterampilan ekologis yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan keberlanjutan di abad ke-21.

Referensi

Gwekwerere, Y. N., & Buley, S. (2022). Eco-pedagogy in practice: Developing ecological literacy in schools. Journal of Environmental Education Research, 28(4), 512–529. https://doi.org/10.1080/13504622.2022.2042123

Huckle, J., & Wals, A. E. J. (2015). The UN Decade of Education for Sustainable Development: Business as usual in the end. Environmental Education Research, 21(3), 491–505. https://doi.org/10.1080/13504622.2015.1011083

Misiaszek, G. W. (2021). Ecopedagogy: Critical environmental teaching for planetary justice. Bloomsbury Publishing.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

by Eldes Safitri 2423031002 -
Prinsip-prinsip ecopedagogy dalam pembelajaran IPS sangat penting untuk membentuk kesadaran kritis siswa terhadap hubungan antara manusia, lingkungan, dan keadilan sosial. Pendekatan ini menekankan pada pendidikan yang membebaskan, di mana peserta didik tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga diajak berpikir reflektif dan bertindak nyata dalam menghadapi isu-isu sosial dan ekologis (Freire, 2000). Ecopedagogy mendorong siswa memahami keterkaitan antara aktivitas sosial dan dampaknya terhadap lingkungan serta pentingnya tanggung jawab kolektif terhadap keberlanjutan. Prinsip keterkaitan (interconnectedness) merupakan fondasi utama ecopedagogy, di mana siswa diajak memahami bahwa tindakan manusia dalam sejarah, ekonomi, dan sosial tidak terlepas dari konsekuensi ekologis (Widodo, 2022). Sementara itu, pentingnya prinsip partisipasi aktif, yaitu melibatkan siswa dalam kegiatan lingkungan yang relevan dengan konteks lokal agar mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengalami dan menerapkan nilai-nilai keberlanjutan secara langsung (Pujiati, 2021). Prinsip lokalitas dan kontekstualitas, di mana pembelajaran IPS sebaiknya terhubung dengan permasalahan nyata di lingkungan sekitar siswa, seperti pencemaran, banjir, atau kerusakan hutan, agar siswa memiliki kedekatan emosional dan sosial terhadap isu-isu tersebut dan terdorong menjadi agen perubahan di komunitasnya sendiri (Sakung & Miswar, 2023). Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ecopedagogy dalam IPS tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter yang peduli lingkungan, berpikir kritis, dan berkontribusi aktif dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.