Diskusi

Diskusi

Number of replies: 8

Salam pembelajar, Pada pertemuan pekan ini kita akan mempelajari tentang perkembangan Konsep Dasar IPS secara komprehensif dan multidimensi. Sejauh ini apakah yang anda ketahui tentang perkembangan konsep dasar IPS? IPS bukan hal baru bukan? Coba anda kemukakan perkembangan konsep dasar IPS yang anda ketahui hingga saat ini dalam kolom komentar. Boleh disertakan rujukan jika anda sudah membaca referensi terkait dengan topik kita ini. Kewajiban utama mahasiswa adalah membaca. Ya, membaca banyak sumber belajar. Di era digital ini kita dilimpahkan banyak data dan informasi. Kita gunakan semaksimal mungkin untuk peningkatan ilmu dan wawasan serta ketrampilan kita. Jangan sampai era robotik kita jadi robot juga. Oleh karena itu, secanggih apapun teknologi yang berkembang saat ini, peran pengguna merupakan kuncinya. Teknologi adalah alat, sedangkan manusia adalah pengguna alat. Sejauhmana keberfungsian alat tergantung dari sejauhmana optimalisasinya oleh si pengguna. Begitupula dengan kita sebagai manusia yang dibekali akal sehat dan panca indera yang sempurna oleh Tuhan Yang Maha Kuasa harus mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Optimalisasi potensi sangat penting dan sudah anda buktikan dengan sekarang anda duduk sebagai mahasiswa pascasarjana. Melalui studi lanjut S2 diharapkan semakin banyak kontribusinya di dalam masyarakat. Mengingat diri kita merupakan makhluk sosial, yang tidak pernah lepas dari ketergantungan kepada sesama manusia. Silakan dikemukakan disini perkembangan konsep dasar IPS, semoga anda dapat semakin mencintai IPS dan menjadi role model yang baik di masyarakat. Selamat belajar. Salam sehat selalu. Terlampir slide ppt yang bisa anda downloud untuk menambah wawasan anda. Terimakasih.

In reply to First post

Re: Diskusi

by Ahmad Ridwan Syuhada -
Ahmad Ridwan Syuhada
2523031008

IPS bukanlah konsep baru dan telah mengalami evolusi panjang sejak awal abad ke-20. Konsep Social Studies pertama muncul di Amerika Serikat sebagai respons terhadap kompleksitas kehidupan modern akibat industrialisasi. Sebelumnya, mata pelajaran sosial diajarkan terpisah dan berorientasi hafalan, namun pada 1916 National Education Association merekomendasikan integrasi berbagai disiplin ilmu sosial untuk mempersiapkan warga negara yang cerdas dan kritis.
Di Indonesia, transformasi terjadi lebih lambat. Pada masa kolonial, mata pelajaran sosial dipisahkan secara rigid dengan fokus yang menguntungkan penjajah. Setelah kemerdekaan hingga 1975, mata pelajaran masih diajarkan terpisah sebagai Ilmu Bumi, Ilmu Sejarah, Ilmu Ekonomi, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Titik balik terjadi pada 1975 ketika pemerintah resmi memperkenalkan IPS sebagai mata pelajaran terintegrasi hasil studi para ahli pendidikan Indonesia yang mengkaji Social Studies dari berbagai negara.

Landasan filosofis IPS bertumpu pada tiga aspek fundamental. Secara ontologis, IPS memandang realitas sosial sebagai kenyataan yang kompleks dan dinamis melibatkan interaksi individu, kelompok, dan lingkungan dalam konteks ruang dan waktu. Dari perspektif epistemologis, IPS menggunakan pendekatan multidisipliner dalam memahami realitas sosial melalui sintesis berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi. Secara aksiologis, IPS berorientasi pada pengembangan warga negara yang memiliki kesadaran sosial, keterampilan sosial, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokratis. Berbagai disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi sosial memberikan kontribusi unik dalam membentuk pemahaman holistik tentang fenomena sosial.
IPS dalam perspektif komprehensif dan multidimensi memiliki karakteristik sebagai synthetic discipline yang mengintegrasikan berbagai perspektif untuk memahami fenomena sosial secara holistik. Perkembangannya menunjukkan evolusi dari paradigma multidisipliner hingga transdisipliner transformatif, dengan lima tradisi utama: transmisi kewarganegaraan, social sciences, reflective inquiry, kritik sosial, dan pengembangan pribadi. Pendekatan ini memungkinkan IPS mengkaji masalah sosial dari berbagai sudut pandang dan mengembangkan solusi yang komprehensif, seperti dalam memahami masalah kemiskinan yang melibatkan dimensi ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah, antropologi, dan psikologi sosial secara bersamaan.
Evolusi konsep IPS terus berlanjut dari paradigma multidisipliner pada awal pengembangannya hingga paradigma transdisipliner transformatif pada era Kurikulum 2013 dan saat ini. Perkembangan ini tidak hanya mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial, tetapi juga menghubungkannya dengan disiplin ilmu lain seperti sains, teknologi, seni, dan spiritualitas untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, revolusi digital, globalisasi ekonomi, dan konflik multikultural. Era globalisasi dan revolusi digital telah menghadirkan tantangan baru yang menuntut siswa tidak hanya memahami konteks lokal dan nasional, tetapi juga konteks global dengan isu-isu kontemporer yang semakin kompleks dan saling terkait.

In reply to First post

Re: Diskusi

by HabibahHusnul 2523031006 -
Nama : Habibah Husnul Khotimah
NPM : 2523031006

Konsep dasar IPS dikembangkan melalui konsep ilmu-ilmu sosial yang nyata sebagai pemenuh kebutuhan materi yang diperlukan untuk proses pembelajaran Latar belakang IPS masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau termasuk dalam bidang pendidikan sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI. Pada Replita 1 (1969-1974) tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah dalam bidang pendidikan. Perkembangan IPS di indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari berbagai pendapat yang dikembangkan oleh Amerika Serikat, kemudia disesuaikan dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat indonesia. Hal ini dilakukan karena kajian IPS di indonesia tidak sama dengan negara-negara lain. Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), untuk pertama kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang civic education tahun 1927 di Tawangmangu Solo. Konsep IPS pertama kali masuk ke dunia pendidikan pada tahun 1972-1973 yaikni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Pada kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah pendidikan kewarganegaraan/social studies sebagai mata pelajaran rofes terpadu. Menurut Paul Mathis dalam bukunya The Teacher Handbook for Social Studies, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dipahami sebagai kajian mengenai manusia dalam masyarakat pada masa lalu, masa kini, dan masa depan. IPS dipandang sebagai salah satu mata pelajaran penting yang perlu diajarkan di sekolah. Barr (1987:197) menegaskan bahwa pendidikan nasional menjadi landasan dalam merumuskan tujuan pendidikan IPS. Secara umum, pembelajaran IPS bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu menjadi warga negara yang baik, memiliki kemampuan berpikir, serta mampu melanjutkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa. Sementara itu, Clark dalam bukunya Social Studies in Secondary School: A Handbook menekankan bahwa IPS berfokus pada pembentukan individu yang mampu memahami lingkungan sosial, kegiatan manusia, dan interaksi di dalamnya. Melalui pembelajaran IPS, siswa diharapkan dapat tumbuh menjadi anggota masyarakat yang produktif, berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat yang demokratis, memiliki tanggungjawab, saling menolong, serta mampu mengembangkan nilai dan gagasan dalam masyarakat. Selain itu, Hartono dan Arnicun Aziz (1990:3) menyatakan bahwa tujuan IPS adalah membentuk pengetahuan serta keterampilan intelektual peserta didik.

Sumber:
Astawa, Ida Bagus Made. 2017. Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajagrafindo Persada
Nurjannah Laila, Sri H, Rudy G. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Dunia Pendidikan. 2021. Jakarta: Chronologia.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Indri Mutiara -
Izin memperkenalkan diri
Nama : Indri Mutiara
NPM : 2523031001

Social Studies pada awalnya dikenal di Amerika Serikat mulai awal tahun 1900-an dalam bentuk studi sejarah, pemerintahan, dan geografi. Pada awal-awal tahun tersebut terdapat keterbatasan sumberdaya kurikulum dan pasokan buku-buku teks materi ajar social studies hampir di setiap negara bagian. Sosial Studies di Amerika merupakan mata pelajaran yang bersifat dasar yang ada mulai kurikulum TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah. Tujuannya berkaitan erat dengan hakikat kewarganegaraan ialah mempersiapkan warga negara untuk hidup dalam masyarakat demokratis dan dapat berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke20, social studies telah dijadikan sebagai istilah resmi dalam kurikulum pendidikan, khususnya di Amerika Serikat. Konsep tersebut kemudian dijadikan dasar pemikiran perlunya social studies seperti terdapat di dalam dokumen “Statement of the Chairman of Committe on Social Studies”- Thomas Jesse Jones yang dikeluarkan oleh Committe on Social Studies (CSS) tahun 1913.

Istilah IPS belum dikenal di awal kemerdekaan 1945 sampai tahun 1968. Pada tahun 1970 tepatnya 1972 istilah IPS mulai dibicarakan dalam forum ilmiah yaitu Seminar Nasional tentang Civic Education di Tawang Mangu Solo. Menurut Winataputra (2001) IPS sebagai mata pelajaran pertama kali masuk dalam dunia persekolahan di uji cobakan pada tahun 1972-1973 dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. IPS belum masuk dalam kurikulum nasional, di jenjang SD, SMP, maupun SMA. IPS sebagai mata pelajaran baru masuk dalam kurikulum 1975 diberikan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik. Selanjutnya pengajaran IPS pada kurikulum 1984 di sekolah khususnya pada jenjang sekolah menengah diuraikan berdasarkan disiplin ilmu sosial untuk masingmasing mata pelajaran atau ada pembahasan tersendiri secara terpisah. Lalu mata pelajaran IPS di kurikulum 1994 mengalami perubahan. Hal ini terjadi setelah diberlakunya undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan pada akhirnya era abad 21 yang ditandai adanya perubahan mendasar dalam setiap lini kehidupan termasuk perubahan dalam bidang politik, hukum, dan ekonomi telah menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam Sistem Pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkan Undang- undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum Indonesia. Implikasi adanya Undang-undang no 20 tahun 2003 adalah lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Musyarofah., dkk. 2021. Konsep Dasar IPS. Depok: Komojoyo Press
In reply to Indri Mutiara

Re: Diskusi

by Siti Aminah -
Nama : Siti Aminah
NPM : 2523031002

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang kajian yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sosiologi, sejarah, antropologi, ilmu politik, filsafat, psikologi dan humaniora yang disusun secara sistematis untuk tujuan pendidikan di sekolah. Keberadaan IPS di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan Social Studies yang ada di Amerika Serikat. Paham social studies di Amerika ini banyak mempengaruhi pemikiran IPS yang ada di Indonesia. Social studies lebih menekankan pengkajian terhadap gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Studi sosial tidak berfokus pada teori melainkan secara praktis dalam mempelajari gejala dan masalah sosial.
Perkembangan IPS di Indonesia dimulai pada tahun 1972 istilah IPS mulai dibicarakan dalam forum ilmiah yaitu Seminar Nasional tentang Civic Education di Tawang Mangu Solo. Pada tahun 1975 IPS secara resmi dimasukkin kedalam sistem kurikulum Indonesia dan mulai diajarkan di tingkat SD, SMP dan SMA dengan pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik yang ada di tiap jenjang tersebut.
Mata pelajaran IPS di kurikulum 1994 mengalami perubahan diantaranya IPS untuk SD masih menggunakan pendekatan terpadu (integrated) dan berlaku untuk kelas III s/d kelas V sedangkan untuk kelas I dan II tidaksecara ekplisit bahwa IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. Kemudian, mata pelajaran IPS untuk SMP tidak mengalami perubahan pendekatan artinya masih bersifat terkonfederasi yang mencakup geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi. Selanjutnya untuk tingkat SMA menggunakan pendekatan terpisah-pisah atas mata pelajaran seharah nasional dan sejarah umum untuk Kelas I dan II, sosilologi Kelas II, sejarah budaya untuk Kelas III program bahasa, ekonomi, sosiologi, tata negara, dan antropologi untuk kelas III program IPS.
Mata pelajarna pada kurikulum 2013 kedudukan IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain. SMP menggunakan pendekatan integratif dalam organisasi Kompetensi Dasar dan pembelajaran. Kompetensi dasar yang ada diintegrasikan dengan menggunakan konsep geografi sebagai platform.
Integrasi dalam KD dilakukan antara konten geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan antropologi.

Abdul Aziz Wahab, dkk. 2021. Konsep Dasar IPS (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Musyarofah., dkk. 2021. Konsep Dasar IPS. Depok: Komojoyo Press
In reply to First post

Re: Diskusi

by amaradina fatia sari -
Nama : Amaradina fatia Sari
NPM : 2523031004

perkembangan konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menunjukkan perubahan yang sangat dinamis seiring dengan perkembangan ilmu sosial, kebutuhan pendidikan, dan perubahan masyarakat global. Pada awalnya, IPS lahir dari konsep Social Studies di Amerika Serikat sebagai upaya integrasi berbagai disiplin ilmu sosial untuk membentuk kompetensi kewarganegaraan yakni kemampuan individu untuk berpikir kritis, memahami realitas sosial, serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Konsep ini kemudian diadaptasi di Indonesia sejak tahun 1970-an dengan tujuan utama mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang berpengetahuan, bernilai, dan bertanggung jawab sosial.
Dalam konteks pendidikan Indonesia, IPS mengalami perkembangan dari sekadar mata pelajaran yang menyampaikan fakta dan konsep sosial menjadi pendidikan yang membentuk karakter dan kesadaran sosial peserta didik. Menurut para ahli seperti Sapriya (2017) dan Somantri (2001), IPS kini dipahami sebagai bidang pendidikan yang menekankan integrasi antara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan tindakan sosial. Artinya, IPS tidak hanya mengajarkan apa yang diketahui tentang masyarakat, tetapi juga bagaimana bersikap dan bertindak secara etis dalam kehidupan sosial yang nyata.
Lebih jauh, di era abad ke-21, IPS berkembang menjadi pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran reflektif, kontekstual, dan kolaboratif, yang bertujuan menyiapkan peserta didik agar mampu menghadapi kompleksitas masalah sosial modern seperti globalisasi, perubahan iklim, ketimpangan sosial, serta kemajuan teknologi digital. Oleh karena itu, pembelajaran IPS kini tidak cukup berbasis hafalan, melainkan harus mengembangkan literasi sosial, literasi digital, kemampuan berpikir kritis, kreatif, empatik, dan partisipatif. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep dasar IPS telah berevolusi dari pendekatan disipliner menuju pendekatan interdisipliner dan transformatif. IPS tidak lagi hanya berfungsi untuk mentransfer pengetahuan sosial, tetapi juga sebagai sarana membangun kesadaran kemanusiaan, tanggung jawab kewarganegaraan, serta kemampuan adaptif terhadap perubahan sosial global. Pendidikan IPS yang modern dan relevan adalah pendidikan yang mampu menumbuhkan peserta didik sebagai warga negara yang cerdas, peduli, kritis, dan berkarakter sosial kuat, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang adil, demokratis, dan berkeadaban di masa depan.

Sapriya. (2017). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Maria Ulfa Rara Ardhika -
NAMA: Maria Ulfa Rara Ardhika
NPM; 2523031009

Perkembangan konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) telah mengalami perjalanan panjang dan dinamis sejak awal abad ke-20. Awal mula terbentuknya IPS berkaitan erat dengan perkembangan Social Studies di Amerika Serikat yang muncul sebagai konsep kurikulum terpadu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kewarganegaraan. Pada tahap awal ini, IPS dirancang untuk membentuk peserta didik agar menjadi warga negara yang baik, memiliki karakter kuat, dan mampu memahami nilai-nilai demokrasi (Barr, Barth, & Shermis, 1977). Pendidikan sosial dianggap sebagai sarana pembinaan moral dan karakter, sehingga penekanannya lebih banyak pada nilai-nilai etika, kemasyarakatan, dan perilaku warga negara.
Memasuki tahun 1950–1970-an, perkembangan IPS bergerak ke arah integrasi berbagai disiplin ilmu sosial. Para ahli kurikulum menyadari bahwa fenomena sosial tidak dapat dipahami melalui satu cabang ilmu saja, sehingga muncullah pendekatan interdisipliner. IPS menjadi bidang studi yang menggabungkan konsep dari geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan politik menjadi kurikulum terpadu yang memudahkan siswa mempelajari realitas sosial secara komprehensif. Fenton (1966) menyebut pendekatan ini sebagai upaya “merangkum dunia sosial ke dalam struktur kurikulum yang lebih teratur dan aplikatif”. Pada periode ini, IPS mulai dipahami bukan sekadar kumpulan materi, tetapi sebagai suatu konstruksi pemikiran yang membantu siswa memahami hubungan antar-variabel sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dekade 1970–1990-an terjadi perubahan paradigma besar dalam pengembangan IPS melalui munculnya gerakan New Social Studies yang menekankan pentingnya pembelajaran inkuiri, pemecahan masalah, dan analisis isu sosial. Pendekatan ini menggeser IPS dari pola hafalan menuju pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Siswa tidak hanya mengingat konsep, tetapi dilatih meneliti, mengolah data, mengambil keputusan, dan memberikan solusi atas masalah sosial aktual (Banks, 1990). Gerakan ini memengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia, terutama dalam upaya reformasi pendidikan sosial.
Di Indonesia sendiri, perkembangan konsep dasar IPS sangat dipengaruhi kebijakan kurikulum nasional. Pada era Kurikulum 1975 hingga Kurikulum 1994, IPS diposisikan sebagai mata pelajaran integratif yang memadukan unsur sejarah, geografi, dan ekonomi. Namun, pengajarannya masih bersifat informatif dan berfokus pada hafalan. Perubahan semakin terlihat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka. Pada kurikulum-kurikulum ini, IPS dipahami sebagai mata pelajaran yang kontekstual, interdisipliner, serta mampu menumbuhkan kesadaran sosial dan karakter kewarganegaraan.
Menurut Susanto (2016), IPS di Indonesia bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami realitas sosial serta berperan aktif dalam kehidupan masyarakat berbasis nilai, etika, dan kebinekaan. Kurikulum Merdeka memperkuat peran IPS sebagai penggerak literasi sosial dan literasi global, dengan pendekatan yang memberikan ruang pada eksplorasi isu-isu sosial di lingkungan sekitar, seperti perubahan sosial, keberagaman budaya, problematika ekonomi, hingga dinamika lingkungan.
Secara keseluruhan, konsep dasar IPS telah berkembang dari pendekatan normatif dan hafalan menuju pendekatan yang lebih analitis, kritis, dan kontekstual. Perubahan tersebut mencerminkan tantangan sosial yang semakin kompleks dan tuntutan pendidikan abad 21 yang mengharuskan generasi muda memiliki literasi sosial yang kuat, kemampuan berpikir kritis, serta kesadaran sebagai warga negara global yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan konsep dasar IPS menunjukkan bahwa mata pelajaran ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan sosial, tetapi juga membentuk kepekaan sosial dan kompetensi sikap yang esensial bagi kehidupan bermasyarakat.
Referensi:
Banks, J. A. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. Longman.
Barr, R., Barth, J. L., & Shermis, S. S. (1977). Defining the Social Studies. National Council for the Social Studies.
Fenton, E. (1966). Teaching the New Social Studies. Holt, Rinehart, and Winston.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
NCSS (National Council for the Social Studies). (2010). National Curriculum Standards for Social Studies.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Diah Rachmawati Syukri -
Nama : Diah Rachmawati Syukri
NPM : 2523031003

Perkembangan konsep dasar IPS bagi saya menjadi semakin menarik sejak memasuki era digital, karena perubahan teknologi benar-benar terasa dalam proses belajar sehari-hari. Pada awalnya, saya memahami IPS sebagai mata pelajaran yang hanya membahas peristiwa sejarah, kondisi geografis, dan kehidupan sosial ekonomi secara umum. Namun, setelah mempelajari lebih jauh, saya menyadari bahwa IPS berkembang menjadi disiplin yang multidimensional dan sangat dekat dengan kehidupan nyata. Misalnya, ketika saya mengikuti perkuliahan tentang desain dan model pembelajaran IPS, dosen kami meminta kami menganalisis berbagai kasus pembelajaran menggunakan data digital dari berbagai platform. Dari pengalaman itu, saya memahami bahwa IPS tidak hanya berkutat pada teori, tetapi juga mengajarkan cara membaca data, memahami perubahan sosial, dan memecahkan masalah nyata dengan pendekatan yang ilmiah.
Pengalaman lain yang membuat saya melihat perkembangan IPS adalah ketika saya diminta membuat proyek berbasis teknologi mengenai pembelajaran di kelas. Saat mengerjakan tugas tersebut, saya menyadari bahwa teknologi bukan lagi sekadar alat, tetapi menjadi sumber data yang kaya dan sangat membantu dalam memahami pembelajaran di kelas. Namun, saya juga merasakan bahwa teknologi tidak dapat menggantikan kemampuan manusia sepenuhnya. Meskipun saya menggunakan berbagai aplikasi analisis, tetap saja dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan interpretasi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Hal ini sesuai dengan pesan dalam teks bahwa betapapun canggihnya alat, manusia tetap menjadi penggunanya dan harus mampu mengoptimalisasinya dengan bijak.
Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa perkembangan konsep dasar IPS sangat relevan dengan kebutuhan saat ini. Era digital menuntut kita membaca banyak sumber, memverifikasi informasi, dan terus memperluas wawasan agar tidak tertinggal. Saya merasakan langsung bahwa kemampuan memahami fenomena sosial akan meningkat ketika kita aktif membaca, berdiskusi, dan memanfaatkan teknologi sebagai pendukung, bukan sebagai pengganti. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, saya merasa terpanggil untuk terus mengembangkan diri dan berkontribusi bagi masyarakat. IPS mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain, sehingga memahami perkembangan masyarakat menjadi bagian penting dari diri saya sebagai calon pendidik. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat saya semakin mencintai IPS dan memahami bagaimana konsep dasar IPS terus berkembang mengikuti perubahan zaman.
In reply to First post

Re: Diskusi

by Resti Apriliyani -
Nama : Resti Apriliyani
NPM : 2523031007


Sejauh yang saya pahami mengenai perkembangan konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menunjukkan proses yang panjang dan multidimensi, sejalan dengan dinamika masyarakat dan perkembangan ilmu sosial itu sendiri.

Pada awalnya, IPS di Indonesia berkembang sebagai pendekatan integratif dari berbagai disiplin ilmu sosial aeperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan antropologi—untuk tujuan pendidikan. Pada masa 1970-an, IPS dirumuskan sebagai social studies yang berorientasi pada civic competence, yaitu membentuk warga negara yang memahami lingkungan sosialnya (Depdikbud, 1975). Di tahap ini, fokus utamanya adalah transmisi pengetahuan sosial dan pembentukan sikap kewarganegaraan dasar.

Seiring perkembangan, terutama setelah tahun 2000-an, konsep IPS mengalami perluasan menjadi lebih multidimensional, tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif, psikomotorik, dan life skills. IPS kemudian dipandang sebagai ilmu yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah sosial, serta pemahaman terhadap keberagaman budaya dalam masyarakat multikultur Indonesia.

Dalam perspektif kontemporer, perkembangan konsep dasar IPS bergerak menuju:
1. Pendekatan interdisipliner dan transdisipliner, menekankan keterhubungan antar fenomena sosial yang kompleks.
2. Penguatan literasi sosial dan digital, agar peserta didik mampu menghadapi derasnya arus informasi dan teknologi.
3. Penanaman nilai demokrasi, toleransi, dan kesadaran global, sejalan dengan tantangan era globalisasi.
4. Pemberdayaan peserta didik sebagai agen perubahan sosial, bukan sekadar penerima informasi.
5. Integrasi isu-isu aktual seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, transformasi digital, dan dinamika geopolitik.

Dengan demikian, IPS bukan hanya rumpun ilmu yang mempelajari masyarakat, tetapi juga upaya terencana untuk membentuk manusia yang mampu berpikir reflektif, bertindak etis, dan berkontribusi bagi kehidupan sosial. Keseluruhan perkembangan ini menunjukkan bahwa IPS selalu berevolusi mengikuti perubahan zaman, tanpa kehilangan esensinya sebagai ilmu yang memanusiakan manusia dan memperkuat kohesi sosial.

Daftar Pustaka:
NCSS (2010). National Curriculum Standards for Social Studies.
Winataputra, U.S. (2015). Pembelajaran IPS dalam Perspektif Pendidikan IPS Kontemporer.
Depdikbud (1975). Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.