Posts made by Shalwa Putri Ikhtiarini

Media sosial jadi sumber utama anak muda melihat dan meniru gaya hidup. Apa yang sering muncul di feed, mulai dari influencer, teman, atau brand pelan-pelan dianggap sebagai standar. Aktivitas seperti nongkrong di kafe, belanja online, atau “healing” muncul bukan cuma dari kebutuhan, tapi karena ingin terlihat relevan dan diakui. Nilai pribadi mereka juga ikut kebentuk dari sana. Hal-hal seperti sukses, self-care, pertemanan, atau penampilan diberi makna baru lewat konten digital. Karena terus terpapar, mereka bisa menggeser nilai yang awalnya dibentuk oleh keluarga atau budaya, lalu menyesuaikannya dengan tren dan validasi sosial di media sosial.
Secara teori, nilai pribadi (values) itu terbentuk dari pengalaman hidup, keluarga, agama, dan budaya. Makanya dianggap relatif stabil dan tidak mudah berubah. Tapi strategi pemasaran bisa memengaruhi atau “menggeser” value konsumen secara halus, khususnya lewat media, representasi sosial, dan normalisasi perilaku konsumtif. Bukan langsung mengubah dari nol, tapi membingkai ulang nilai yang sudah ada, membentuk nilai baru dari paparan terus-menerus, dan menormalkan pola pikir tertentu lewat budaya konsumsi. Seperti Iklan skincare, dimana “merawat diri” dibingkai sebagai kewajiban sosial, bukan sekadar kebutuhan.
Benar sekali, tekanan superego sekarang memang tidak hanya dari norma sosial, tapi juga dari sistem digital yang memengaruhi bawah sadar konsumen. Tapi justru di situ menariknya, karena superego tetap berperan sebagai ‘penyaring’, cuma sekarang dia harus menyesuaikan diri dengan stimulus digital yang lebih intens dan personal. Jadi konflik id–ego–superego makin kompleks, bukan hilang.
1. Konsumen Ekstrovert
Ciri: Suka keramaian, interaksi sosial, kegiatan terbuka.
Strategi Merek: Buat event offline, launching produk dengan musik atau komunitas. Bisa juga dengan menggunakan iklan yang ramai, penuh energi, dan melibatkan banyak orang.
Contoh: Brand minuman ngadain konser kecil atau promo di festival musik.

2. Konsumen Introvert
Ciri: Lebih suka ketenangan, privasi, dan pengalaman personal.
Strategi Merek: Tawarkan layanan custom atau pesan online. Bisa juga dengan menggunakan iklan yang tenang, simple, dan informatif.
Contoh: Brand skincare kasih konsultasi online pribadi + packaging minimalis.

3. Konsumen Tipe Analitis
Ciri: Logis, teliti, suka detail sebelum beli.
Strategi Merek: Sertakan data, fitur lengkap, dan ulasan terpercaya. Atau dengan membuat konten edukatif (video penjelasan, infografik).
Contoh: Brand elektronik kasih perbandingan spesifikasi + tutorial YouTube.

4. Konsumen Impulsif
Ciri: Suka keputusan cepat, tertarik promo langsung.
Strategi Merek: Flash sale, bundling, diskon dadakan. Visual menarik dan CTA (call-to-action) yang jelas.
Contoh: E-commerce kasih notifikasi “Diskon 50% cuma 2 jam!”