Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

Number of replies: 18

Seluruh mahasiswa disilahkan untuk berikan pertanyaan dan tanggapan terkait peresentasi kelompok :

Personality, Lifestyles, and Values

**NAMA_NPM_PERTANYAAN/TANGGAPAN

Seluruh anggota kelompok yg presentasi disilahkan untuk memberikan jawaban dan tanggapan atas semua feedback.


In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Tio Rahellita br sihaloho -
Nama:Tio rahellita br sihaloho
Npm :2451012021

Memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan kelompok teman teman kemarin

Saya setuju bahwa teori Freud masih relevan, terutama pada aspek superego yang berperan saat seseorang menimbang keputusan sebelum membeli. Namun, jika dikaitkan dengan era digital sekarang, proses pertimbangan itu sering kali dipengaruhi oleh algoritma dan iklan yang secara tidak sadar mendorong impuls konsumtif. Jadi, walaupun superego masih berfungsi, tekanannya kini datang bukan hanya dari nilai sosial, tapi juga dari sistem digital yang memengaruhi pola pikir konsumen.
In reply to Tio Rahellita br sihaloho

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Benar sekali, tekanan superego sekarang memang tidak hanya dari norma sosial, tapi juga dari sistem digital yang memengaruhi bawah sadar konsumen. Tapi justru di situ menariknya, karena superego tetap berperan sebagai ‘penyaring’, cuma sekarang dia harus menyesuaikan diri dengan stimulus digital yang lebih intens dan personal. Jadi konflik id–ego–superego makin kompleks, bukan hilang.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by NABILA ZAKIA ILMI -
Nabila Zakia Ilmi_2451012023
menurut kalian, apakah nilai pribadi (values) seseorang bisa diubah oleh strategi pemasaran, atau nilai itu sepenuhnya terbentuk dari pengalaman hidup dan budaya?
In reply to NABILA ZAKIA ILMI

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Secara teori, nilai pribadi (values) itu terbentuk dari pengalaman hidup, keluarga, agama, dan budaya. Makanya dianggap relatif stabil dan tidak mudah berubah. Tapi strategi pemasaran bisa memengaruhi atau “menggeser” value konsumen secara halus, khususnya lewat media, representasi sosial, dan normalisasi perilaku konsumtif. Bukan langsung mengubah dari nol, tapi membingkai ulang nilai yang sudah ada, membentuk nilai baru dari paparan terus-menerus, dan menormalkan pola pikir tertentu lewat budaya konsumsi. Seperti Iklan skincare, dimana “merawat diri” dibingkai sebagai kewajiban sosial, bukan sekadar kebutuhan.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Salwa Saqina Tasya - -
Salwa Saqina Tasya
2411012013

Dalam konteks konsumen muda, bagaimana media sosial memengaruhi pembentukan gaya hidup dan nilai mereka?
In reply to Salwa Saqina Tasya -

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Media sosial jadi sumber utama anak muda melihat dan meniru gaya hidup. Apa yang sering muncul di feed, mulai dari influencer, teman, atau brand pelan-pelan dianggap sebagai standar. Aktivitas seperti nongkrong di kafe, belanja online, atau “healing” muncul bukan cuma dari kebutuhan, tapi karena ingin terlihat relevan dan diakui. Nilai pribadi mereka juga ikut kebentuk dari sana. Hal-hal seperti sukses, self-care, pertemanan, atau penampilan diberi makna baru lewat konten digital. Karena terus terpapar, mereka bisa menggeser nilai yang awalnya dibentuk oleh keluarga atau budaya, lalu menyesuaikannya dengan tren dan validasi sosial di media sosial.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Sekar Arum Parawanti - -
Nama = Sekar Arum Parawanti
NPM = 2411012023
Konsumen seringkali mengatakan bahwa mereka menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu (misalnya, keberlanjutan atau etika), namun perilaku pembelian mereka (disebut Value-Action Gap) tidak selalu mencerminkan nilai-nilai tersebut. Mengapa hal ini terjadi? Peran apa yang dimainkan oleh kendala biaya, kemudahan akses, atau norma sosial dalam "mengalahkan" nilai pribadi saat konsumen membuat keputusan di toko?
In reply to Sekar Arum Parawanti -

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Banyak orang bilang mereka peduli hal-hal seperti lingkungan, etika, atau keberlanjutan, tapi pas belanja, pilihannya tidak selalu sesuai omongan mereka. Bukan karena mereka bohong, tapi karena ada faktor lain yang lebih “kerasa” saat itu juga.

Mulai dari harga, barang yang ramah lingkungan atau etis biasanya lebih mahal. Jadi walaupun niatnya bagus, pas lihat dompet, mereka akhirnya pilih yang lebih murah.

Lalu soal ketersediaan dan kemudahan. Tidak semua toko menjual produk yang sesuai nilai mereka. Jika barang biasa lebih mudah ditemukan, mereka cenderung ambil yang itu saja daripada repot cari alternatif lain.

Juga adanya pengaruh dari lingkungan sosial. Saat orang-orang di sekitar tidak terlalu peduli dengan nilai itu, seseorang bisa ikut-ikutan dan tidak merasa perlu konsisten. Kadang mereka cuma ngomong “peduli” biar terlihat baik, tapi tidak sampai ke tindakan.

Jadi, nilai pribadi mereka sebenarnya tetap ada, tapi sering kalah sama harga, kenyamanan, dan kebiasaan orang lain di sekitar mereka.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Linda Ovi Rahayu -
Nama: Linda Ovi Rahayu
NPM: 2411012044

Konsumen digital kini lebih kritis dan cepat bereaksi terhadap perilaku brand, terutama di media sosial. Menurut kalian, bagaiamana peran brand personality dalam menghadapi krisis atau kesalahpahaman di dunia digital?
In reply to Linda Ovi Rahayu

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Brand personality ini bisa jadi “tameng” sekaligus senjata saat brand menghadapi krisis di media sosial. Karena saat ini orang bukan cuma lihat produk, tapi juga nilai, sikap, dan karakter yang ditunjukkan brand. Jadi, cara brand membangun kepribadian sebelumnya sangat menentukan bagaimana respons publik saat terjadi kesalahan atau miskomunikasi. Perannya adalah untuk membangun kepercayaan sebelum krisis terjadi, menentukan gaya komunikasi saat merespons masalah, membantu meredam emosi konsumen, menjaga konsistensi identitas, dan memengaruhi seberapa cepat reputasi brand bisa pulih.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Dhyan Herlia Putri -
Nama: Dhyan Herlia Putri
NPM: 2411012015

Bagaimana kepribadian seseorang yang terbentuk dari faktor biologis, pengalaman hidup, dan pengaruh sosial dapat menentukan pola konsumsinya, serta sejauh mana brand mampu menyesuaikan strategi pemasaran mereka untuk menarik berbagai tipe kepribadian yang berbeda?
In reply to Dhyan Herlia Putri

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Kepribadian seseorang mempengaruhi cara mereka memilih, membeli, dan merespons produk. Seperti orang yang extrovert cenderung konsumtif terhadap hal hal yang mendukung citra sosial, sementara yang introvert lebih pilih produk fungsional atau sesuai minat personal. Begitu juga dengan konsumen yang impulsif, perfeksionis, hedonis, atau hemat, semua menunjukkan pola konsumsi yang berbeda. Brand yang peka biasanya menyesuaikan strategi pemasarannya dengan tipe kepribadian ini. Mereka bisa mengatur gaya komunikasi, visual, harga, hingga platform promosi agar terasa “ngena” ke kelompok tertentu. Jadi, semakin brand memahami variasi kepribadian, semakin efektif mereka menarik dan mempertahankan konsumen dari berbagai segmen.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Youngky Setiawan -
Youngky Setiawan_2411012021_Di era digital, apakah algoritma media sosial secara tidak langsung membentuk kepribadian dan gaya hidup konsumen? Siapa sebenarnya yang mengendalikan preferensi pengguna atau sistem digital?
In reply to Youngky Setiawan

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Algoritma media sosial memang tidak membentuk kepribadian dari nol, tapi bisa mempengaruhi dan “mengasah” kecenderungan yang sudah ada, lalu mengarahkan gaya hidup dan cara berpikir pengguna tanpa disadari. Awalnya, platform membaca kebiasaan seperti apa yang kamu tonton, like, cari, simpan, atau komentari. Dari situ, algoritma menyimpulkan minatmu dan terus menyuplai konten yang sejalan. Lama-lama, ini bisa menguatkan cara pandang, membentuk keinginan, dan bahkan memengaruhi nilai serta gaya hidup. Misalnya soal self-care, belanja, produktivitas, body image, atau lifestyle tertentu. Yang mengendalikan sebenernya bukan sepenuhnya pengguna, tapi juga bukan 100% sistem. Mereka berdua saling memengaruhi. Pengguna memberi arah awal lewat klik, interaksi, dan kebiasaan digital. Sedangkan algoritma memperkuat, mempersempit, atau membentuk preferensi berdasarkan data itu.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Rasti Kartika Asih - -
Nama: Rasti Kartika Asih
NPM: 2411012065
Mengapa nilai-nilai pribadi seseorang sering kali tidak tercermin langsung dalam perilaku pembelian mereka? Menurut teman-teman, faktor apa yang bisa menjembatani kesenjangan antara nilai yang diyakini dengan tindakan konsumsi yang dilakukan?
In reply to Rasti Kartika Asih -

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
Nilai pribadi seseorang memang bisa jadi pedoman, tapi dalam praktiknya keputusan beli sering dipengaruhi faktor yang lebih “nyata” dan langsung terasa. Karena itu, apa yang diyakini tidak selalu muncul dalam tindakan. Alasan utamanya itu karena nilai bersaing dengan realita situasional, kebiasaan dan kenyamanan lebih dominan, serta karena adanya tekanan sosial dan citra diri. Untuk faktor yang bisa bikin tindakan lebih sesuai sama nilai itu ada harga yang lebih terjangkau, karena idealisme butuh opsi yang realistis. Kemudahan akses juga membantu, kalau produk sesuai nilai mudah ditemukan, konsumen jadi lebih mungkin beli. Adanya edukasi dan transparansi brand juga dibutuhkan agar konsumen tahu dampak nyata dari pilihannya. Lalu dukungan sosial dan komunitas dapat membuat tindakan terasa lebih valid dan konsisten. Terakhir, desain pilihan yang “tanpa beban” seperti default ramah lingkungan, kemasan refill, atau fitur rekomendasi yang sesuai nilai.
In reply to First post

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Sevina Meisari -
Nama : Sevina Meisari
NPM : 2411012045

Berikan contoh bagaimana merek dapat menyesuaikan strategi pemasarannya dengan tipe kepribadian target konsumennya?
In reply to Sevina Meisari

Re: Discuss Yuk! Personality, Lifestyles, and Values

by Shalwa Putri Ikhtiarini -
1. Konsumen Ekstrovert
Ciri: Suka keramaian, interaksi sosial, kegiatan terbuka.
Strategi Merek: Buat event offline, launching produk dengan musik atau komunitas. Bisa juga dengan menggunakan iklan yang ramai, penuh energi, dan melibatkan banyak orang.
Contoh: Brand minuman ngadain konser kecil atau promo di festival musik.

2. Konsumen Introvert
Ciri: Lebih suka ketenangan, privasi, dan pengalaman personal.
Strategi Merek: Tawarkan layanan custom atau pesan online. Bisa juga dengan menggunakan iklan yang tenang, simple, dan informatif.
Contoh: Brand skincare kasih konsultasi online pribadi + packaging minimalis.

3. Konsumen Tipe Analitis
Ciri: Logis, teliti, suka detail sebelum beli.
Strategi Merek: Sertakan data, fitur lengkap, dan ulasan terpercaya. Atau dengan membuat konten edukatif (video penjelasan, infografik).
Contoh: Brand elektronik kasih perbandingan spesifikasi + tutorial YouTube.

4. Konsumen Impulsif
Ciri: Suka keputusan cepat, tertarik promo langsung.
Strategi Merek: Flash sale, bundling, diskon dadakan. Visual menarik dan CTA (call-to-action) yang jelas.
Contoh: E-commerce kasih notifikasi “Diskon 50% cuma 2 jam!”