Algoritma media sosial memang tidak membentuk kepribadian dari nol, tapi bisa mempengaruhi dan “mengasah” kecenderungan yang sudah ada, lalu mengarahkan gaya hidup dan cara berpikir pengguna tanpa disadari. Awalnya, platform membaca kebiasaan seperti apa yang kamu tonton, like, cari, simpan, atau komentari. Dari situ, algoritma menyimpulkan minatmu dan terus menyuplai konten yang sejalan. Lama-lama, ini bisa menguatkan cara pandang, membentuk keinginan, dan bahkan memengaruhi nilai serta gaya hidup. Misalnya soal self-care, belanja, produktivitas, body image, atau lifestyle tertentu. Yang mengendalikan sebenernya bukan sepenuhnya pengguna, tapi juga bukan 100% sistem. Mereka berdua saling memengaruhi. Pengguna memberi arah awal lewat klik, interaksi, dan kebiasaan digital. Sedangkan algoritma memperkuat, mempersempit, atau membentuk preferensi berdasarkan data itu.