གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Muhammad Irfan Zaky Ramadhan Muhammad Irfan Zaky Ramadhan

Nama: Muhammad Irfan Zaky Ramadhan
NPM: 2456031016
KELAS: MANDIRI B
Fakultas: ilmu sosial dan ilmu politik
Ilmu komunikasi

1. Indonesia saat ini sedang menghadapi banyak tantangan globalisasi, terutama dalam menjaga identitas nasional di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi. Banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang mulai kehilangan rasa kebanggaan terhadap budaya dan nilai-nilai lokal. Pengaruh budaya asing begitu kuat, sementara nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi pedoman hidup justru mulai luntur dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kesenjangan sosial dan ekonomi semakin marak terjadi, membuat sebagian masyarakat merasa tidak merasakan keadilan. Hal ini bisa menjadi pemicu perpecahan bahkan mengarah pada disintegrasi bangsa jika tidak segera diatasi

Salah satu penyebab utama dari permasalahan ini adalah kurangnya penanaman nilai kebangsaan sejak kecil. Banyak orang lebih mengenal budaya luar daripada budaya sendiri, lebih bangga memakai produk asing dibanding produk lokal. Selain itu, persaingan global yang semakin ketat membuat masyarakat lebih individualis, sehingga semangat gotong royong dan kebersamaan semakin pudar bahkan menghilang. Jika hal ini terus terjadi, bisa saja kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beragam tetapi tetap bersatu.

2. Untuk menjaga kebudayaan Indonesia tetap menjadi pemersatu dalam keberagaman, kita harus mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh setiap orang.

1. pendidikan karakter berbasis Pancasila harus diajarkan di sekolah dan keluarga. Anak-anak harus diajarkan bahwa nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan cinta tanah air bukan sekadar teori, tetapi harus dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendidikan agama juga perlu menekankan rasa toleransi terhadap perbedaan agar kita bisa terus hidup berdampingan dengan damai.

2. kita harus lebih aktif dan fokus dalam melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia ke luar negeri. Saat ini, budaya luar begitu mudah diakses melalui internet, tetapi hal yang sama juga bisa kita lakukan dengan budaya Indonesia. Misalnya, dengan lebih sering mengenalkan budaya lokal melalui internet, mendukung produk-produk dalam negeri, serta bangga menggunakan bahasa dan pakaian tradisional dalam berbagai kesempatan.

3. pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Jika setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, maka akan lebih sedikit kecemburuan sosial yang bisa memicu konflik.

Di era digital ini, kita juga bisa menggunakan teknologi untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan kita. Konten kreator, influencer, dan media memiliki peran besar dalam membangun rasa bangga terhadap Indonesia. Kita bisa mendukung karya-karya anak bangsa, baik dalam bentuk apapun itu yang berguna bagi bangsa dan membuat Indonesia bagus Dimata dunia.
Jika kita semua ikut berpartisipasi, sekecil apa pun, Indonesia akan tetap menjadi negara yang kuat dan bersatu. Keberagaman bukanlah penghalang, tetapi justru kekuatan yang membuat kita unik di mata dunia.
NAMA: Muhammad Irfan Zaky Ramadhan
NPM: 2456031016
KELAS: MANDIRI B

Jurnal Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia karya Agus Maladi Irianto membahas bagaimana Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman, menghadapi tantangan dalam menjaga persatuannya. Sejak kemerdekaan, bangsa ini telah mengalami berbagai perubahan sistem politik dan kebijakan yang berdampak pada stabilitas nasional. Salah satu tantangan terbesar adalah munculnya sikap etnosentrisme, di mana kelompok-kelompok masyarakat lebih mengutamakan identitas suku, agama, atau politiknya sendiri dibandingkan rasa kebangsaan. Hal ini diperparah dengan kebijakan otonomi daerah yang, meskipun bertujuan memberi kemandirian bagi daerah, justru sering kali memperkuat perbedaan daripada mempererat persatuan.

Di sisi lain, media massa, terutama televisi, berperan besar dalam membentuk cara pandang masyarakat. Tayangan yang disajikan dapat menyatukan orang-orang dari latar belakang berbeda karena adanya kesamaan minat dan pola pikir yang terbentuk dari informasi yang dikonsumsi. Namun, media juga bisa menjadi alat dominasi budaya tertentu yang justru memperkuat kesenjangan. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan pentingnya strategi kebudayaan berbasis pluralisme dan nasionalisme untuk memperkuat identitas nasional.

Pada akhirnya, integrasi nasional bukan hanya tentang menyatukan perbedaan, tetapi juga bagaimana setiap individu dalam masyarakat bisa merasa menjadi bagian dari bangsa ini tanpa harus mengorbankan jati diri mereka. Kesadaran akan keberagaman sebagai kekayaan, bukan ancaman, adalah kunci untuk menjaga keharmonisan. Jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan ini justru bisa menjadi pemicu konflik yang berkepanjangan. Oleh karena itu, jurnal ini mengajak kita untuk melihat kembali nilai-nilai kebangsaan, membangun rasa saling menghargai, dan menciptakan kebijakan yang benar-benar mampu merangkul semua elemen masyarakat.