Posts made by NADIV NAFIS WAVI

MKU Pancasila Manajemen A -> forum tanggapan video 2

by NADIV NAFIS WAVI -
Nama : Nadiv Nafis Wavi
Npm : 2451011026

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi Pak Roy dan Rekan-Rekan sekalian, izinkan saya untuk memberi tanggapan terkait dengan isi materi dari video 2.

KETAHANAN IDEOLOGI DI ERA DIGITAL

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi ideologi Pancasila dari pengaruh ideologi asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini penting agar identitas, persatuan, dan keutuhan negara tetap terjaga.

Perkembangan teknologi digital saat ini menjadikan ideologi-ideologi dari luar negeri begitu mudah diakses dan dirasakan dekat, terutama karena Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan pengguna internet terbanyak di Asia. Dalam situasi ini, kita harus tetap waspada agar pengaruh negatif dari ideologi asing tidak merusak nilai-nilai kebangsaan. Namun sebelum membahas langkah-langkah menjaga ideologi, penting untuk memahami konsep ideologi itu sendiri.

Apa itu Ideologi?
Kata "ideologi" berasal dari bahasa Yunani: "ideos" yang berarti gagasan, dan "logos" yang berarti ilmu. Secara umum, ideologi adalah ilmu tentang gagasan atau pengertian-pengertian dasar yang menjadi panduan kehidupan. Di Indonesia, Pancasila adalah ideologi yang menjadi dasar negara dan telah terbukti mampu mempersatukan bangsa, sebagaimana ditegaskan oleh Ir. Soekarno.

Namun, di era digital, ideologi asing seperti liberalisme, komunisme, dan sosialisme sering kali masuk melalui media digital dan dapat menjadi ancaman bagi Pancasila. Ideologi-ideologi ini terus berinteraksi dengan Pancasila, sehingga menjadi tugas kita sebagai warga negara untuk tetap teguh mempertahankan ideologi bangsa.

Strategi Mempertahankan Ideologi di Era Digital

1. Pendekatan Struktural
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara, seperti MPR, berperan penting dalam menjaga ketahanan ideologi. Ini dapat dilakukan melalui program-program sosialisasi seperti dialog empat pilar kebangsaan, lomba bertema Pancasila, dan pagelaran seni yang mengangkat nilai-nilai Pancasila.


2. Pendekatan Kultural
Pada tingkat masyarakat, penguatan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila sangat penting. Pendidikan Kewarganegaraan harus terus dikembangkan untuk menanamkan nilai-nilai seperti religiusitas, nasionalisme, dan rasa cinta tanah air. Contohnya, pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah belajar atau penanaman sikap hormat terhadap simbol-simbol negara.



Kesimpulan:
Era digital membawa tantangan besar dalam bentuk penetrasi ideologi asing yang berpotensi menggoyahkan fondasi ideologi Pancasila. Namun, melalui pendekatan struktural dan kultural, kita dapat memastikan ideologi bangsa tetap kokoh. Menjaga dan mengamalkan Pancasila adalah tanggung jawab bersama demi keberlanjutan persatuan dan integritas Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

MKU Pancasila Manajemen A -> forum tanggapan video 2

by NADIV NAFIS WAVI -
Nama : Nadiv Nafis Wavi
Npm : 2451011026

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi Pak Roy dan Rekan-Rekan sekalian, izinkan saya untuk memberi tanggapan terkait dengan isi materi dari video 2.

KETAHANAN IDEOLOGI DI ERA DIGITAL

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi ideologi Pancasila dari pengaruh ideologi asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini penting agar identitas, persatuan, dan keutuhan negara tetap terjaga.

Perkembangan teknologi digital saat ini menjadikan ideologi-ideologi dari luar negeri begitu mudah diakses dan dirasakan dekat, terutama karena Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan pengguna internet terbanyak di Asia. Dalam situasi ini, kita harus tetap waspada agar pengaruh negatif dari ideologi asing tidak merusak nilai-nilai kebangsaan. Namun sebelum membahas langkah-langkah menjaga ideologi, penting untuk memahami konsep ideologi itu sendiri.

Apa itu Ideologi?
Kata "ideologi" berasal dari bahasa Yunani: "ideos" yang berarti gagasan, dan "logos" yang berarti ilmu. Secara umum, ideologi adalah ilmu tentang gagasan atau pengertian-pengertian dasar yang menjadi panduan kehidupan. Di Indonesia, Pancasila adalah ideologi yang menjadi dasar negara dan telah terbukti mampu mempersatukan bangsa, sebagaimana ditegaskan oleh Ir. Soekarno.

Namun, di era digital, ideologi asing seperti liberalisme, komunisme, dan sosialisme sering kali masuk melalui media digital dan dapat menjadi ancaman bagi Pancasila. Ideologi-ideologi ini terus berinteraksi dengan Pancasila, sehingga menjadi tugas kita sebagai warga negara untuk tetap teguh mempertahankan ideologi bangsa.

Strategi Mempertahankan Ideologi di Era Digital

1. Pendekatan Struktural
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara, seperti MPR, berperan penting dalam menjaga ketahanan ideologi. Ini dapat dilakukan melalui program-program sosialisasi seperti dialog empat pilar kebangsaan, lomba bertema Pancasila, dan pagelaran seni yang mengangkat nilai-nilai Pancasila.


2. Pendekatan Kultural
Pada tingkat masyarakat, penguatan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila sangat penting. Pendidikan Kewarganegaraan harus terus dikembangkan untuk menanamkan nilai-nilai seperti religiusitas, nasionalisme, dan rasa cinta tanah air. Contohnya, pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah belajar atau penanaman sikap hormat terhadap simbol-simbol negara.



Kesimpulan:
Era digital membawa tantangan besar dalam bentuk penetrasi ideologi asing yang berpotensi menggoyahkan fondasi ideologi Pancasila. Namun, melalui pendekatan struktural dan kultural, kita dapat memastikan ideologi bangsa tetap kokoh. Menjaga dan mengamalkan Pancasila adalah tanggung jawab bersama demi keberlanjutan persatuan dan integritas Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

MKU Pancasila Manajemen A -> forum tanggapan video 1

by NADIV NAFIS WAVI -
Nama : Nadiv Nafis Wavi
Npm : 2451011026

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi Pak Roy dan rekan-rekan semua.
Berikut saya sampaikan tanggapan terkait video materi yang telah diputar pada pagi ini.

Isi Materi Video:
Video tersebut menyoroti persoalan yang dihadapi oleh Jaksa Jovi Andre, yang melaporkan berbagai pelanggaran ke Komisi III DPR. Ia mengangkat tiga poin utama dalam aduannya:

1. Upaya Kriminalisasi:
Jaksa Jovi mengklaim adanya kriminalisasi terhadap dirinya, dengan menyebutkan bahwa dokumen dakwaan yang digunakan terhadapnya mengandung informasi yang tidak benar. Tuduhan bahwa ia menuduh rekan kerjanya, Nela Marcela, menggunakan mobil dinas untuk kepentingan tertentu, dianggapnya tidak beralasan. Ia hanya mengkritik penggunaan mobil dinas yang sering dipamerkan di media sosial oleh Nela Marcela, tanpa menuduh tindakan tidak pantas terkait hal itu.


2. Tindakan Sewenang-wenang:
Jovi juga mengungkapkan adanya perilaku tidak adil yang dilakukan oleh mantan atasannya, Siti Kholijah Arahab, tanpa memberikan detail spesifik.


3. Upaya Pemecatan:
Ia menyatakan bahwa kritiknya terhadap penggunaan mobil dinas dimanfaatkan sebagai alasan untuk mengeluarkannya dari lembaga kejaksaan, meskipun tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan penegakan hukum.



Kesimpulan Video:
Secara keseluruhan, video ini membahas perjuangan Jaksa Jovi untuk melawan kriminalisasi, tindakan sewenang-wenang, dan upaya pemberhentiannya. Dia membantah tuduhan bahwa kritiknya terhadap penggunaan mobil dinas memiliki maksud yang tidak pantas, dengan fokus pada transparansi dan integritas.

Tanggapan:
Dalam era digital saat ini, teknologi dan media sosial memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan informasi, tetapi juga membawa tantangan serius. Kasus yang dialami Jaksa Jovi Andre menunjukkan bagaimana media sosial dapat memicu persoalan hukum dan konflik profesional jika tidak digunakan secara bijak.

Masalah Utama:

1. Kriminalisasi melalui Media Sosial:
Unggahan kritik Jaksa Jovi di media sosial berubah menjadi bahan tuduhan dalam dokumen resmi. Hal ini mencerminkan bagaimana media sosial dapat memunculkan potensi konflik hukum, terutama jika konten yang diunggah disalahartikan atau digunakan untuk menyerang individu.


2. Penyalahgunaan Kekuasaan:
Tindakan yang dianggap sewenang-wenang oleh atasannya menunjukkan perlunya pengawasan lebih baik dalam institusi penegakan hukum. Persoalan internal semacam ini dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap lembaga tersebut.


3. Dampak Media Sosial pada Relasi Profesional:
Kritik terhadap penggunaan aset negara, jika tidak disampaikan secara strategis dan berhati-hati, bisa disalahpahami dan menciptakan konflik internal.



Relevansi terhadap Nilai Pancasila:

1. Keadilan Sosial:
Pemanfaatan media sosial harus mencerminkan nilai-nilai keadilan dengan tidak menyebarkan informasi yang dapat merugikan pihak lain tanpa dasar yang jelas.


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Setiap individu harus menjaga etika dalam berkomunikasi di media sosial. Tindakan yang merugikan atau melanggar martabat orang lain harus dihindari.


3. Persatuan dan Kesatuan:
Sebagai alat komunikasi, media sosial seharusnya menjadi sarana untuk mempererat hubungan, bukan menciptakan jurang atau konflik, baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat luas.



Kesimpulan:
Kasus Jaksa Jovi Andre menjadi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara transparansi, kritik konstruktif, dan etika profesional di media sosial. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, kita dapat meminimalkan konflik dan menciptakan ruang komunikasi digital yang lebih sehat dan mendukung integritas.
Assalamualaikum Wr.Wb, Selamat Siang Bapak Roy, izin memperkenalkan diri.

Nama : Nadiv Nafis Wavi
NPM : 2451011026

Saya akan memberi pendapat saya mengenai materi video yang bapak sampaikan dengan judul "Pancasila Sebagai Sistem Etika".
Video berita tersebut menunjukkan pentingnya Pancasila sebagai sistem etika yang menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berita itu dengan cermat menguraikan alasan mengapa mahasiswa dan warga negara secara umum harus memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan sehari-hari.

Pancasila bukan hanya sekadar ideologi negara yang dipelajari secara formal, tetapi merupakan pedoman moral yang mendalam. Sebagai "way of life", Pancasila menuntut individu untuk menginternalisasi dimensi spiritual dan moral yang akhirnya dapat mempengaruhi keputusan dan perilaku dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi.

Pentingnya perbedaan antara etika dan etiket dalam video itu juga sangat relevan. Etika, yang berkaitan dengan penilaian moral tentang baik dan buruk, menawarkan panduan bagi setiap warga negara, terutama mahasiswa, untuk selalu berpikir dan bertindak berdasarkan pertimbangan moral. Sementara itu, etiket lebih terkait dengan norma sosial tertentu, dan meskipun penting, lebih dangkal dibandingkan dengan filsafat moral etika.

Tantangan yang dihadapi oleh Pancasila sebagai sistem etika—seperti perubahan sosial-budaya, penurunan wibawa pemerintahan, dan pengaruh kapitalisme—mengharuskan generasi muda memiliki kesadaran moral yang kuat. Masyarakat harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan globalisasi tanpa kehilangan identitas Pancasila sebagai pedoman utama dalam kehidupan bernegara.

Secara keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang Pancasila sebagai sistem etika tidak hanya membantu mahasiswa dan masyarakat dalam menjaga tata nilai moral, tetapi juga menciptakan ketahanan dalam menghadapi tantangan modern. Dengan demikian, Pancasila dapat menjadi landasan yang kokoh dalam membangun masyarakat yang lebih adil, damai, dan bermartabat.