Posts made by Clarisya Bunga Kristi

Nama : Clarisya Bunga Kristi

NPM : 2416041063

Kelas : Reg B

Jurnal ini menyoroti bahwa meskipun Indonesia telah menjalani beberapa kali pemilu sejak era Reformasi, proses pendalaman demokrasi (deepening democracy) masih belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini terlihat dari belum efektifnya pilar-pilar demokrasi seperti partai politik, civil society, dan lembaga penyelenggara pemilu.

Demokrasi di Indonesia masih didominasi oleh pendekatan prosedural daripada substantif, di mana fokus lebih pada pelaksanaan formal pemilu tanpa adanya peningkatan yang signifikan dalam kualitas partisipasi politik masyarakat.

Pemilu Serentak pada tahun 2019 juga menjadi sorotan karena merupakan kali pertama pemilihan presiden dan legislatif dilakukan secara bersamaan. Ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan legislatif terhadap pemerintah terpilih melalui coattail effect. Namun, hasilnya tidak sepenuhnya sesuai harapan karena adanya tantangan dalam pelaksanaan dan penerimaan hasil pemilu.

Munculnya polarisasi politik antara pendukung capres/cawapres juga menjadi perhatian. Hal ini memperdalam pembelahan sosial di masyarakat yang tercermin dari konflik sosial setelah pengumuman hasil pemilu oleh KPU dan klaim kemenangan dari kedua kubu calon.

Pemilu 2019 juga ditandai dengan politisasi identitas dan agama. Fenomena ini memicu perebutan suara dari kelompok-kelompok Muslim, yang mengarah pada pembentukan narasi yang bersifat simbolis di kalangan pendukung kedua kubu.

Politisasi ini memperburuk iklim politik dengan menciptakan segregasi di masyarakat, yang pada akhirnya menghambat proses konsolidasi demokrasi yang sehat dan inklusif.

Salah satu isu krusial yang dibahas adalah netralitas birokrasi dalam pemilu. Terdapat contoh kasus di mana birokrasi dituduh tidak netral dan menjadi bagian dari alat politik pemerintah atau calon tertentu, yang memperlihatkan bagaimana birokrasi rentan terhadap intervensi politik.

Ketidaknetralan birokrasi ini menurunkan kepercayaan publik terhadap hasil pemilu dan menghambat proses demokrasi yang substansial.

Untuk meningkatkan kualitas demokrasi, jurnal ini merekomendasikan pentingnya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) seperti partai politik, lembaga penyelenggara pemilu, pemerintah, dan masyarakat sipil dalam menjaga integritas proses pemilu.

Selain itu, diperlukan penguatan peran masyarakat dalam mengawal proses pemilu dan hasilnya, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas di semua tingkatan.

Kesimpulan dari jurnal tentang demokrasi dan Pemilu Serentak 2019 di Indonesia adalah bahwa meskipun pemilu ini membawa harapan untuk memperkuat sistem presidensial dan meningkatkan dukungan legislatif, implementasinya masih menghadapi banyak tantangan. Proses pendalaman demokrasi belum optimal karena demokrasi Indonesia cenderung bersifat prosedural daripada substantif, dengan fokus lebih pada pelaksanaan teknis dibandingkan kualitas partisipasi politik masyarakat.

Nama: Clarisya Bunga Kristi

NPM: 2416041063

Kelas: Reguler B

Hasil dari analisis saya dalam video tersebut adalah Demokrasi sering dianggap sebagai sistem pemerintahan yang gaduh, namun tetap dianut oleh banyak orang. Pandangan ini dapat dianalisis melalui berbagai aspek, termasuk pentingnya kebebasan berpendapat, dampak sosial, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.

Alasan utama mengapa demokrasi dapat bertahan adalah;

1. Mempertahankan keamanan dan kemakmuran jangka panjang

2. Mewujudkan kesetaraan, mengurangi konflik, dan meningkatkan partisipasi publik, terutama dari segi HAM. Mayoritas warga negara yang menganut demokrasi cenderung mempunyai angka harapan hidup yang tinggi. 

Namun bukan berarti demokrasi adalah sistem pemerintahan yang sempurna. Hal ini juga dapat pemimpin-pemimpin populis yang anti-sains juga para politikus yang menolak dikritik dan menampik kebebasan berpendapat. 

Pada 2019, skor rata-rata Indeks demokrasi di 165 negara merosot dari 5,48 ke 5,44. Itu adalah skor terburuk sejak 2006. Penurunan peringkat demokrasi Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh Freedom House, menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan kualitas demokrasi. Penurunan ini bisa disebabkan oleh masalah seperti pembatasan kebebasan sipil, kurangnya transparansi, atau menurunnya partisipasi politik. Namun, situasi ini juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk merenungkan dan memperbaiki kondisi yang ada.

Secara keseluruhan, demokrasi tetap menjadi sistem pemerintahan yang harus diperjuangkan. Ini bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi tentang memastikan bahwa setiap orang memiliki suara dan hak untuk berpartisipasi. Dengan refleksi dan perbaikan yang terus-menerus, kita dapat mengatasi tantangan-tantangan yang ada dan mewujudkan demokrasi yang lebih baik untuk semua.