Nama: Suci Tri Wahyuni
Npm: 2313031012
Kelas: A
A. Analisis Penyebab Rendahnya Efektivitas Implementasi
Rendahnya efektivitas SehatMandiri kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Kurangnya kesiapan SDM dan budaya kerja digital Banyak Puskesmas belum menggunakan sistem secara penuh bisa karena pegawai belum terlatih optimal, tidak terbiasa dengan teknologi digital, atau merasa proses manual lebih cepat. Akhirnya penggunaan sistem hanya simbolis dan tidak dijalankan sesuai alur layanan sebenarnya.
2. Integrasi sistem antar fasilitas kesehatan belum matang Data yang tidak sinkron menunjukkan lemahnya integrasi dan standarisasi sistem, seperti perbedaan format pencatatan, kecepatan jaringan, atau tidak ada prosedur penginputan yang seragam. Ini menyebabkan model database antar Puskesmas dan Klinik tidak terhubung dengan baik.
3. Perancangan proses bisnis belum sepenuhnya mendukung operasional lapangan Sistem digital mungkin tidak sesuai dengan alur kerja nyata di fasilitas kesehatan. Ketika sistem memperlambat alur pelayanan (misalnya waktu input lama atau proses konfirmasi tidak otomatis), petugas beralih ke cara manual sehingga terjadi keterlambatan pelayanan dan muncul keluhan masyarakat.
4. Minimnya monitoring dan evaluasi sejak awal peluncuran Program berjalan tanpa ukuran kinerja yang jelas, tanpa indikator penggunaan per unit layanan, dan tanpa mekanisme reward & punishment. Alhasil, tidak ada dorongan bagi fasilitas kesehatan untuk betul-betul mengoptimalkan pemakaian sistem.
5. Kurangnya edukasi publik Jika masyarakat tidak memahami cara membuat janji dan melihat hasil lab melalui aplikasi, mereka tetap datang langsung sehingga antrean meningkat dan beban petugas bertambah.
B. Rancangan Pendekatan Audit Berbasis Data
Audit kinerja harus fokus pada pemanfaatan data objektif untuk menilai efektivitas sistem. Pendekatan audit yang dapat dilakukan meliputi:
1. Audit Kepatuhan Penggunaan
• Sistem Mengukur seberapa aktif dan disiplin setiap Puskesmas menggunakan SehatMandiri.
• Jumlah layanan yang diproses via sistem vs. layanan manual
• Frekuensi login tenaga kesehatan
• Tingkat kelengkapan update data rekam medis dan hasil lab
2. Audit Kinerja Operasional Layanan
• Mengukur dampak penggunaan sistem terhadap mutu pelayanan.
• Waktu rata-rata pelayanan sebelum dan sesudah digitalisasi
• Waktu tunggu pasien
• Tingkat pembatalan janji / keterlambatan hasil lab
• Korelasi antara penggunaan sistem dan jumlah pengaduan masyarakat
3. Audit Integrasi dan Kualitas Data
• Mengevaluasi reliabilitas dan keselarasan database antar fasilitas.
• Tingkat keselarasan data pasien antar fasilitas
• Jumlah duplikasi data atau data bermasalah
• Standarisasi format entri data dan kompatibilitas sistem
4. Audit Pengalaman Pengguna
• Mengukur kepuasan dan kenyamanan pengguna internal (tenaga kesehatan) dan eksternal (pasien).
• Survei kepuasan pasien dan tenaga kesehatan
• Analisis jenis pengaduan tertinggi
• Penelusuran alur layanan yang paling sering menimbulkan hambatan
5. Audit Infrastruktur Teknologi
• Kecepatan jaringan, server downtime, kapasitas penyimpanan
• Efisiensi alur aplikasi, fitur yang tidak digunakan, error, bugs
C. Tindak Lanjut Perbaikan Berbasis Temuan Audit
Setelah audit, rekomendasi perbaikan bisa diarahkan pada:
• Pelatihan intensif dan pendampingan digital bagi petugas kesehatan.
• Penyesuaian desain sistem agar lebih praktis sesuai alur kerja lapangan.
• Penetapan SOP input data dan standar integrasi antar fasilitas.
• Mekanisme monitoring berkala dengan dashboard kinerja digital tiap Puskesmas.
• Sistem insentif bagi fasilitas yang mencapai target penggunaan.
• Sosialisasi dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan pemakaian aplikasi.
Npm: 2313031012
Kelas: A
A. Analisis Penyebab Rendahnya Efektivitas Implementasi
Rendahnya efektivitas SehatMandiri kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Kurangnya kesiapan SDM dan budaya kerja digital Banyak Puskesmas belum menggunakan sistem secara penuh bisa karena pegawai belum terlatih optimal, tidak terbiasa dengan teknologi digital, atau merasa proses manual lebih cepat. Akhirnya penggunaan sistem hanya simbolis dan tidak dijalankan sesuai alur layanan sebenarnya.
2. Integrasi sistem antar fasilitas kesehatan belum matang Data yang tidak sinkron menunjukkan lemahnya integrasi dan standarisasi sistem, seperti perbedaan format pencatatan, kecepatan jaringan, atau tidak ada prosedur penginputan yang seragam. Ini menyebabkan model database antar Puskesmas dan Klinik tidak terhubung dengan baik.
3. Perancangan proses bisnis belum sepenuhnya mendukung operasional lapangan Sistem digital mungkin tidak sesuai dengan alur kerja nyata di fasilitas kesehatan. Ketika sistem memperlambat alur pelayanan (misalnya waktu input lama atau proses konfirmasi tidak otomatis), petugas beralih ke cara manual sehingga terjadi keterlambatan pelayanan dan muncul keluhan masyarakat.
4. Minimnya monitoring dan evaluasi sejak awal peluncuran Program berjalan tanpa ukuran kinerja yang jelas, tanpa indikator penggunaan per unit layanan, dan tanpa mekanisme reward & punishment. Alhasil, tidak ada dorongan bagi fasilitas kesehatan untuk betul-betul mengoptimalkan pemakaian sistem.
5. Kurangnya edukasi publik Jika masyarakat tidak memahami cara membuat janji dan melihat hasil lab melalui aplikasi, mereka tetap datang langsung sehingga antrean meningkat dan beban petugas bertambah.
B. Rancangan Pendekatan Audit Berbasis Data
Audit kinerja harus fokus pada pemanfaatan data objektif untuk menilai efektivitas sistem. Pendekatan audit yang dapat dilakukan meliputi:
1. Audit Kepatuhan Penggunaan
• Sistem Mengukur seberapa aktif dan disiplin setiap Puskesmas menggunakan SehatMandiri.
• Jumlah layanan yang diproses via sistem vs. layanan manual
• Frekuensi login tenaga kesehatan
• Tingkat kelengkapan update data rekam medis dan hasil lab
2. Audit Kinerja Operasional Layanan
• Mengukur dampak penggunaan sistem terhadap mutu pelayanan.
• Waktu rata-rata pelayanan sebelum dan sesudah digitalisasi
• Waktu tunggu pasien
• Tingkat pembatalan janji / keterlambatan hasil lab
• Korelasi antara penggunaan sistem dan jumlah pengaduan masyarakat
3. Audit Integrasi dan Kualitas Data
• Mengevaluasi reliabilitas dan keselarasan database antar fasilitas.
• Tingkat keselarasan data pasien antar fasilitas
• Jumlah duplikasi data atau data bermasalah
• Standarisasi format entri data dan kompatibilitas sistem
4. Audit Pengalaman Pengguna
• Mengukur kepuasan dan kenyamanan pengguna internal (tenaga kesehatan) dan eksternal (pasien).
• Survei kepuasan pasien dan tenaga kesehatan
• Analisis jenis pengaduan tertinggi
• Penelusuran alur layanan yang paling sering menimbulkan hambatan
5. Audit Infrastruktur Teknologi
• Kecepatan jaringan, server downtime, kapasitas penyimpanan
• Efisiensi alur aplikasi, fitur yang tidak digunakan, error, bugs
C. Tindak Lanjut Perbaikan Berbasis Temuan Audit
Setelah audit, rekomendasi perbaikan bisa diarahkan pada:
• Pelatihan intensif dan pendampingan digital bagi petugas kesehatan.
• Penyesuaian desain sistem agar lebih praktis sesuai alur kerja lapangan.
• Penetapan SOP input data dan standar integrasi antar fasilitas.
• Mekanisme monitoring berkala dengan dashboard kinerja digital tiap Puskesmas.
• Sistem insentif bagi fasilitas yang mencapai target penggunaan.
• Sosialisasi dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan pemakaian aplikasi.