Posts made by Filza Nabila Putri irwanda

Nama : Filza nabila putri irwanda
Npm : 2313053211

Dari analisis video diatas tentang Mirisnya kekerasan dilingkungan sekolah hanya karena masalah sepele, nyawa seorang anak hilang ditangan temannya sendiri. Ada beberapa kasus yang terjadi yaitu pada september 2015 di SD Negeri Kebayoran Lama, Jakarta siswa kelas 2 SD meninggal dunia setelah berkelahi mulut dengan teman sekelasnya dilingkungan sekolah, Kemudian, pada Agustus 2017 di Suka Bumi, Jawa Barat kembali terjadi siswa kelas 2 SD meninggal dunia usai dirundung dan dilempar minuman beku oleh temannya di lingkungan sekolah. Pada November 2017, duel antar 2 siswa kelas 5 SD saat perlombaan senam hari guru, pelaku terganggu korban yang menyalakan motor bising. Dari sini kita tau bahwa moral sangat penting untuk dipelajari sejak usia dini agar terhindarnya kejadian seperti ini terulang kembali. Menghargai dan menghormati sesama teman sekolah, Bersikap toleransi dan menjaga kerukunan dan kekompakan dengan teman. Moral juga dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan sebelum bertindak agar lebih bisa memanusiakan manusia.
Nama : Filza nabila putri irwanda
Npm : 2313053211
Kelas : 3/G

"Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja" yang ditulis oleh H. Wanto Rivaie membahas pentingnya pembinaan nilai moral dan akhlak pada generasi muda Indonesia.

Jurnal ini mengawali dengan menggambarkan tantangan kehidupan modern yang dihadapi remaja, seperti kenakalan, tawuran, dan penyalahgunaan narkoba. Penulis menekankan bahwa kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua berkontribusi terhadap masalah-masalah ini. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk fokus pada aspek afektif dan moral.

Penulis menyoroti bahwa keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk karakter anak. Dalam konteks ini, nilai-nilai keimanan dan akhlak harus ditanamkan sejak dini. Pendidikan formal juga berperan penting, tetapi harus didukung oleh pendidikan informal di keluarga. Pentingnya keteladanan dari orang tua dan tokoh masyarakat ditekankan, karena mereka menjadi panutan bagi remaja.

Jurnal ini juga membahas tentang nilai-nilai hubungan antar manusia yang harus dibangun atas dasar saling menghargai dan percaya. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, penulis menekankan pentingnya multikulturalisme sebagai ideologi yang mendukung keberagaman, bukan monokulturalisme yang cenderung menekankan homogenitas.

Pendidikan moral dalam konteks Indonesia harus mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila. Penulis menggarisbawahi bahwa pendidikan moral tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter dan akhlak peserta didik. Ada perbedaan dalam pendekatan pendidikan moral antara Indonesia dan negara-negara Barat, di mana Indonesia lebih menekankan pada nilai-nilai dan moralitas.

Penulis merekomendasikan pembinaan yang sistematis melalui institusi pendidikan formal dan non-formal, serta peran aktif masyarakat. Pendekatan yang komunikatif dan penuh nilai sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Secara keseluruhan, jurnal ini menekankan bahwa pembinaan nilai moral dan akhlak di kalangan remaja adalah tanggung jawab bersama dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan harus dilakukan secara terintegrasi untuk membentuk generasi muda yang bertanggung jawab, berakhlak mulia, dan mampu menghadapi tantangan zaman.
Nama : Filza nabila putri irwanda
Npm : 2313053211

1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi
Penulis Jurnal : Hidayati

2. Hasil dan Pembahasan
Era informasi dan globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah berdampak hampir kesemua aspek kehidupan masyarakat yang membawa dampak yang besar pada budaya, nilai, dan agama.
1) Pendidikan Nilai
Nilai merupakan segala sesuatu yang berharga. Nilai terbagi menjadi dua yaitu nilai ideal dan nilai aktual. nilai ideal adalah nilai yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam perilaku sehari-hari. Nilai memiliki fungsi untuk mendorong dan menuntun sikap dan perilaku. Orang yang memiliki nilai yang luhur berarti memiliki budi pekerti yang luhur.
Menurut Max Scheler terdapat empat kelompok nilai yang tersusun secata hierarkis (dari yang tertinggi sampai terendah), yaitu:
a. nilai-nilai religius-kerohanian (iman, kesucian, keutamaan moral, kejujuran, ketulusan)
b. nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran ilmiah, ilmu pengetahuan)
c. nilai-nilai kehidupan (kedamaian, ketenangan, kesehatan, kecukupan, kesejahteraan, kerukunan)
d. nilai-nilai kenikmatan (terpenuhinya kebutuhan biologis/ragawi/indrawi)
Pendidikan nilai merupakan bagian integral kegiatan pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan melibatkan pembentukan sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

2) Globalisasi dan Dampaknya Terhadap Nilai-nilai dan Moral
Kehadiran globalisasi tentu membawa pengaruh bagi seluruh kehidupan suatu negara termasuk indonesia. Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua aspek kehidupan, dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai faktor pendukung utamanya. Globalisasi sendiri memiliki pengaruh negatif maupun positif.

3) Mengapa Pendidikan Nilai Gagal?
Pendidikan nilai gagal disebabkan oleh kegagalan pendidikan dalam melaksanakan pendidikan nilai. Nilai luhur yang ditanamkan disekolah tampaknya tidam masuk dan berkembanh dalam diri peserta didik. Pada kenyataannya, pendndikan tjdak diarahkan untuk memanusiakan manusia secara hthh dan sempurna, tetapi lebih diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis, ekonomis, dan teknokratis darj sentuhan nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti. Pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal dan penalaran, tanpa diimbangi dengan intensifnya oengembangan hati, perasaan, emosi, dan spiritual. Faktor-faktor penyebab gagalnya pendidikan nilai:
a. pendidikan disekolah hanyalah secara formal, proses dan isinya tidak dianggap penting. 
b. Banyaknya materi yang dituntuk kurikulum setiap minggunya, yang tanpa disadari menanamkan sikap brutalisme, apreori, dan frustasi.
c. Dalam Proses pembelajaran tidak dilibatkan dalam pengalaman fisik dan mental.

4) Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral bagi Anak
Sasaran pendidikan nilai adalah agar peserta didik dapat mengalami dan menghayati nilai-nilai. Suatu pendidikan nilai akan efektif apabila melalui tahapan tahapan berupa preparasi atau persiapan, konsentrasi/integrasi (pemusatan perhatian), asimilasi/transformasi, dan tahap realisasi/aktualisasi (perwujudan). Sarana yang dapat menunjang proses pendidikan nilai berupa lagu, nasihat, cerita, doa, audiavisual, dan pertunjukan. Untuk mendukung kesadaran dan wawasan diperlukan tiga landasan yang kuat berupa nasionalisme, norma dan agama, serta nilai budaya bangsa.
Nama : Filza nabila putri irwanda
Npm : 2313053211

 "Pendidikan Nilai dan Moral dalam Sistem Kurikulum Pendidikan di Aceh" oleh Iwan Fajri dan rekan-rekan membahas pentingnya pendidikan nilai dan moral di tengah perubahan sosial yang cepat di Aceh. Penulis menekankan peran sentral pendidikan dalam membentuk karakter dan moral siswa, serta bagaimana sistem pendidikan di Aceh dipandu oleh Qanun yang mengatur penyelenggaraan pendidikan Islam. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai transfer ilmu, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun akhlak yang baik di kalangan generasi muda.

Aceh, yang memiliki otonomi khusus, menerapkan kurikulum islami yang mengintegrasikan mata pelajaran umum dengan nilai-nilai lokal. Ini menciptakan lingkungan belajar yang relevan dan kontekstual bagi siswa. Penyelenggaraan pendidikan di wilayah ini berlandaskan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas. Dengan penekanan pada pendidikan karakter, diharapkan dapat mengurangi perilaku menyimpang yang kerap terjadi di kalangan remaja, mengingat tantangan sosial yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.

Dalam proses ini, guru memiliki peran yang sangat penting sebagai panutan dalam penanaman nilai-nilai moral kepada siswa. Dengan bimbingan dan contoh yang baik dari pendidik, siswa diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kesimpulannya, pendidikan nilai dan moral di Aceh diharapkan dapat membentuk generasi muda yang berakhlak mulia dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Jurnal ini juga menyoroti perlunya penguatan dalam implementasi kurikulum dan pelatihan bagi guru untuk mendukung pendidikan karakter yang lebih efektif dan memberikan wawasan yang relevan bagi pembuat kebijakan pendidikan tentang pentingnya integrasi nilai-nilai moral dalam proses belajar mengajar, sebagai langkah untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan bermoral.
Nama : Filza nabila putri irwanda
Npm : 2313053211
Kelas : 3/G

Video ini mengeksplorasi dilema moral yang dikenal sebagai "trolley problem," yang mengajak penonton untuk mempertimbangkan pilihan antara menyelamatkan lebih banyak orang dengan mengorbankan satu orang, atau membiarkan lebih banyak orang mati.

1. Dilema Moral
- Skenario Pertama: Penonton dihadapkan pada pilihan untuk menarik tuas kereta yang akan menyelamatkan lima orang dengan mengorbankan satu orang. Ini mencerminkan prinsip utilitarianisme, di mana hasil yang lebih baik (menyelamatkan lima orang) dianggap lebih moral.
- Skenario Kedua: Dalam skenario ini, penonton tidak dapat menarik tuas, tetapi harus mendorong seseorang untuk menghentikan kereta. Di sini, perbuatan aktif (mendorong) dianggap lebih tidak etis daripada tindakan pasif (tidak melakukan apa-apa), meskipun konsekuensinya sama.

2. Aktif vs Pasif
- Video tersebut menyoroti perbedaan persepsi antara tindakan aktif dan pasif. Mendorong seseorang untuk mati dianggap lebih tidak etis dibandingkan membiarkan situasi berlanjut, meskipun keduanya menghasilkan kematian satu orang.

3. Implikasi Moral
- Dilema ini mendorong pemikiran tentang bagaimana moralitas seringkali digunakan untuk membenarkan tindakan tertentu.

4. Konteks Sosial dan Politik
- Video mengaitkan dilema moral ini dengan isu-isu sosial seperti diskriminasi, perang, dan kebijakan publik, menggambarkan bagaimana moralitas sering dipakai sebagai alat untuk membenarkan tindakan yang merugikan kelompok tertentu.

5. Refleksi Pribadi
- Penonton diundang untuk merenungkan posisi mereka dalam skenario tersebut: apakah mereka lebih suka menyelamatkan orang yang mereka kenal (seperti anggota keluarga) atau mengikuti prinsip utilitarian yang lebih luas.

Video tersebut menantang penonton untuk memikirkan kembali nilai-nilai moral mereka dan mempertimbangkan bagaimana situasi dan konteks dapat mempengaruhi keputusan moral. Pada akhirnya, moralitas tidaklah hitam-putih dan sering kali dipengaruhi oleh egoisme dan kepentingan individu.

Melalui analisis ini, video tersebut mendorong pemikiran kritis dan refleksi tentang moralitas dalam kehidupan sehari-hari serta implikasi dari keputusan yang kita buat.