Posts made by Bela Indri Yani

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Jurnal 2

by Bela Indri Yani -
Nama: Bela Indri Yani
NPM: 2313053183
Kelas: 3F
Tugas: Analisis Jurnal II

Judul : Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi

Nama Penulis : Hidayati

Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Pendidikan

Tahun : 2008

Latar belakang : Dalam era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi, budaya, dan teknologi yang cepat, nilai pendidikan menjadi aspek penting dalam membentuk karakter individu. Hidayati (2008) menyoroti urgensi nilai pendidikan dalam konteks ini, mengingat dampak signifikan globalisasi terhadap identitas dan moralitas masyarakat.Globalisasi membawa banyak keuntungan, seperti akses informasi yang lebih luas dan pertukaran budaya. Namun, di sisi lain, ia juga menimbulkan tantangan, termasuk homogenisasi budaya dan pengikisan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, pendidikan nilai berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan identitas budaya dan moral bangsa.

Tujuan : Hidayati (2008) menekankan bahwa nilai pendidikan harus terintegrasi dengan kemajuan teknologi untuk mencegah hilangnya jati diri akibat pengaruh budaya asing. Penanaman nilai yang kuat dalam pendidikan memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dan membuat pertimbangan moral yang sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, nilai pendidikan berfungsi sebagai penyaring terhadap dampak negatif globalisasi, memastikan generasi muda dapat memilih nilai yang baik dan benar.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode Library Research untuk mengumpulkan data dan informasi terkait pentingnya pendidikan nilai.

Subyek dan Obyek Penelitian : Subyek dan Obyek Penelitian ini adalah Generasi penerus bangsa di Indonesia.

Hasil Penelitian : Hidayati juga mencatat bahwa nilai pendidikan harus terintegrasi dengan kemajuan teknologi. Di era digital ini, media sosial dan platform online menjadi sarana utama bagi generasi muda untuk berinteraksi. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan nilai-nilai positif melalui media ini agar mereka dapat menggunakan teknologi secara bijak.
Pentingnya Nilai Pendidikan :
1.Pembentukan Karakter Pendidikan berperan penting dalam pembentukan karakter siswa. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati harus diajarkan sejak dini agar generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang berintegritas.
2.Pencegahan Krisis Moral Dalam menghadapi arus globalisasi yang sering kali membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan norma lokal, pendidikan nilai dapat berfungsi sebagai filter. Dengan pemahaman yang kuat tentang etika dan moral, siswa dapat lebih bijak dalam menghadapi pengaruh negatif dari luar.
3.Pengembangan Pemikiran Kritis Hidayati menekankan bahwa pendidikan nilai tidak hanya sekedar mengajarkan norma, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis. Hal ini penting agar mereka dapat menganalisis berbagai informasi yang diterima dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai yang telah ditanamkan.

Kesimpulan :Pendidikan nilai di era globalisasi merupakan suatu keharusan untuk menjaga identitas budaya dan moral bangsa. Melalui pendidikan nilai yang efektif, generasi muda dapat dibekali dengan karakter yang kuat dan kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka mampu menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri. Hidayati (2008) memberikan wawasan penting bahwa integrasi antara nilai pendidikan dan teknologi harus dilakukan untuk memaksimalkan dampak positif pendidikan dalam konteks globalisasi.

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Jurnal 1

by Bela Indri Yani -
Nama : Bela Indri Yani
NPM : 2313053183
Kelas : 3F
Mata Kuliah : Pendidikan Nilai dan Moral
Tugas : Analisis Jurnal I

Judul : Pendidikan Nilai Dan Moral Dalam Sistem Kurikulum Pendidikan di Aceh

Nama Penulis : Iwan Fajri , Rahmat , Dadang Sundawa , Mohd Zailani Mohd Yusoff

Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha

Volume, NO, dan Halaman : Vol. 9 No. 3, Hal. 710-724

Tahun : 2021

Link Download : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Latar Belakang Masalah : Perubahan pesat dalam kehidupan sosial merupakan salah satu perbincangan paling signifikan tentang hukum dan moral siswa. Masalah iklim masyarakat moralitas remaja selama dekade terakhir masih belum pernah terjadi sebelumnya. Dimana pendidikan memegang peranan yang sangat berarti dalam pembuatan akhlak di golongan peserta didik, apalagi jadi tumpuan budaya warga. Dalam menjawab perihal tersebut pemerintah Aceh tidak hanya menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan yang diamanatkan secara nasional, pemerintah Aceh pula melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kekhususan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah Aceh. Penyelenggaraan pembelajaran Islami di Provinsi Aceh mengacu pada Qanun No 9 Tahun 2015 pergantian atas Qanun Aceh No 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan di seluruh satuan pendidikan berpedoman pada ajaran Islam.

Tujuan Penelitian : Tujuan dari Penelitian ini adalah dalam rangka untuk melaksanakan, mendorong dan mengajak siswa untuk hidup yang lebih dinamis dengan berlandasan nilai-nilai dan Mulia. Pendidikan Islam merupakan proses mempersiapkan generasi muda dalam mengisi peran, nilai islami dan pengetahuan yang berhubungan dengan fungsi sebagai manusia dalam melakukan amalan di dunia dan menghasilkan pahala di akhirat suatu saat (Jandra, 2018). Pendidikan Islam berorientasi pada dua sasaran yang terintegrasi yaitu dunia dan akhirat (Mappasiara, 2018).

Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualititatif dengan pendekatan deskriptif analitik.

Subyek dan Obyek Penelitian : Subyek dan Obyek dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar yang berada di Provinsi Aceh.

Hasil Penelitian : Akhlak baik yang melandasi moral disebut nilai ketika diwujudkan dalam bentuk perilaku yang terlihat. Menurut Yildirim & Dilmac (2015) menyatakan bahwa nilai berkaitan erat dengan emosi, pikiran dan perilaku manusia. Menurut Senturk & Aktas (2015) menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial mengakomodir masyarakatnya dengan menyerap nilai-nilai, sikap, dan kepercayaannya. Oleh karena itu, pendidikan nilai sangat penting untuk dijalani dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Nguyen, 2016). Proses pendidikan di sekolah harus diarahkan pada pembentukan nilai-nilai kebaikan siswa. Pembentukan nilai-nilai yang baik dapat mengarah pada kohesi siswa, iklim terbuka, komunikasi yang jujur, penguatan hubungan, seni mendengarkan, kepercayaan, bersikap positif kepada teman, ekspresi dan sentimen emosional, dan pertumbuhan harga diri (Sankar, 2004). Nilai-nilai baik siswa dapat mengurangi tren bullying pada siswa (Savucu, et al., 2017). Ada delapan belas nilai yang perlu diintegrasikan guru dalam pembelajaran. Kedelapan belas nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, ingin tahu, nasionalis, patriotik, menghargai prestasi, ramah dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, sadar lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (Kemendiknas, 2010). Nilai-nilai tersebut dipupuk dengan memadukan nilai dengan isi kurikulum tertulis, kurikulum tidak tertulis (hidden curriculum), serta kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Artinya nilai yang akan dikembangkan harus diwujudkan dalam isi setiap mata pelajaran melalui proses pembelajaran di kelas, tugas di luar kelas, dan juga terwujud dalam aturan sekolah. Penyelenggaraan pendidikan Islami di Provinsi Aceh mengacu pada Qanun Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan di seluruh satuan pendidikan berpedoman pada ajaran Islam. Pelaksanaan pendidikan di Sekolah di Aceh secara keseluruhan sudah Islami, dengan indikator sistem pengelolaan madrasah memiliki nilai transparansi, akuntabilitas, pendekatan keteladanan, pengembangan budaya berorientasi islami dan penerapan kurikulum islami sebagaimana diatur dalam qanun. Pendidikan nilai dan moral di satuan pendidikan di Aceh diselenggarakan selain sesuai dengan pendidikan nasional, juga mengacu pada penerapan melalui kurikulum islami yang berpedoman sesuai dengan qanun pendidikan di Aceh. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di Aceh berbasis dan berorientasi kepada budaya islami yang berbasis syariat islam di Aceh. Secara umum sekolah-sekolah di Kabupaten/Kota di Aceh merasakan bahwa kurikulum islam terlalu tergesa-gesa untuk diterapkan, ini terlihat dari ketidak seriusan pemerintah melalui dinas terkait dalam mempersiapkan segala kebutuhan pengimpelmentasian kurikulum islam tersebut. Di banyak sekolah kurikulum islam hanya dimaknai sekedar wacana tanpa aksi nyata, karena mereka belum memperoleh gambaran secara nyata tentang bagaimana proses pengajaran, pembelajaran dan evaluasi dalam kurikulum islam yang diterapkan dan diinginkan oleh dinas pendidikan. Berdasarkan hasil monev dari Majelis Pendidikan Aceh mengungkapkan bahwa , terdapat 7 persen sekolah dari total yang diteliti, telah mencoba menerapkan kurikulum Aceh (Kurikulum Islami), dalam hal ini sekolah SMK dan SMA.

Kesimpulan : Berdasarkan pemaparan diatas maka, Islam berupaya memadukan semua aspek kehidupan materialistis atau spiritual, dan berupaya membangun tujuan individu sejalan dengan tujuan masyarakat dan menyerukan kepada semua untuk mengintegrasikan perkataan dengan perbuatan, serta menyeimbangkan antara kebutuhan manusia dalam kehidupan ini dan keinginannya dalam kehidupan. kehidupan lain. Menurut Alavi (2007), Islam menjadikan sisi moral sebagai tolak ukur perbuatan baik, dan sisi utama dalam nilai adalah tujuan utama dakwah Islam. Nabi yang Mulia datang untuk melengkapi akhlak yang baik, dan Islam peduli terhadap perkembangan perasaan moral dalam kodrat manusia, dan menjadikan kebenaran sebagai pedoman bagi perilaku manusia baik secara publik maupun pribadi, karena Islam menjamin sisi moral dalam semua ibadah (Halstead, 2007). Secara singkat, penerapan pendidikan nilai dan moral dalam pendidikan di Aceh melalui kurikulum islami sesuai dengan yang diamanatkan oleh qanun Aceh tentang pendidikan. Kurikulum islami ini mengatur satuan pendidikan yang ada di Aceh melalui dinas pendidikan untuk diterapkan di sekolah. Proses penerapan ini melalui perumusan visi sekolah yang berdasarkan nilai-nilai islami, perumusan strategi pembelajaran berbasis nilai islami, integrasi dalam setiap mata pelajaran yang ada dan penambahan muatan lokal berbasis budaya syariat islam di Aceh melalui peraturan gubernur (Yusuf et al., 2019). Namun demikian, dilihat dari substansi, pelaksanaan kurikulum Aceh masih belum substantif, belum memiliki konsep yang pasti dan belum memiliki pola yang tetap, sehingga setiap sekolah menerjemahkan secara berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya. Selain itu, pengakuan guru, pemahaman kurikulum Aceh belum utuh, dan sulit untuk diterapkan di sekolah, selain tidak ada sarana dan prasarana pendukung, metode pelaksanaanya juga masih “amburadul” (Majelis Pendidikan Aceh, 2019).

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Video 2

by Bela Indri Yani -
Nama: Bela Indri Yani
NPM: 2313053183
Kelas: 3F
Tugas: Analisis Video II

Berikut hasil analisis saya terhadap Video kasus Kekerasan di Lingkungan Sekolah.

Terdapat beberapa data yang disajikan tentang maraknya kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah :
1.Siswa kelas 2 SD di jakarta tepatnya di SD N kebayoran lama pada bulan september 2015 meninggal dunia setelah berkelahi dengan teman sekelasnya di lingkungan sekolah,diduga akibat perkelahian mulut.

2.Pada tahun 2017 bulan Agustus di sukabumi jawa barat siswa kelas 2 SD meninggal dunia setelah berkelahi di halaman sekolah diduga karena dirundung dan di lempar minuman beku.

3.Di bulan November 2017 terjadi duel antara 2 siswa kelas 5 SD saat perlombaan senam Hari Guru di SD Negeri Kab.Bandung diduga karena pelaku terganggu korban menyalakan motor bising.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaku dari kekerasan yang sudah dijelaskan tadi adalah masih anak-anak dibawah umur tentu ada hak dan kewajiban orang tua untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh anak nya.Namuj terkadang pada saat sekarang ini anak-anak justru banyak sekali belajar dari berbagai media sosial yang harusnya belum mereka terima secara tidak langsung merubah pola pikir mereka sehingga apa yang mereka lihat itu yang mereka lakukan dan tiru di kehidupan sehari-hari termasuk dilingkungan sekolah.

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Video 1

by Bela Indri Yani -
Nama: Bela Indri Yani
NPM: 2313053183
Kelas: 3F

Berikut adalah hasil analisis saya terhadap video yang berjudul The Trolley Problem adalah sebuah eksperimen pemikiran yang sering digunakan dalam filsafat moral dan etika untuk mengeksplorasi dilema moral yang kompleks. Dalam video yang disajikan oleh Rianto Astono, konsep ini dijelaskan dengan cara yang menarik dan mendalam, mengajak penonton untuk mempertimbangkan berbagai aspek etika dari situasi yang terkesan sederhana namun sangat menantang ini.Masalah Troli adalah dilema etika klasik yang mengeksplorasi pengambilan keputusan moral. Dalam skenario ini, sebuah troli yang lepas kendali sedang menuju ke arah lima orang yang diikat di rel. Anda dapat menarik tuas untuk mengalihkan troli ke rel lain, yang akan membunuh satu orang.Pertanyaanya adalah: Apakah kita harus mengambil tindakan untuk menyelamatkan lima orang dengan mengorbankan satu orang? Atau apakah kita harus membiarkan kereta melanjutkan dan membiarkan lima orang tersebut mati?

1.Pendekatan Etika
-Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah pendekatan yang menilai tindakan berdasarkan konsekuensinya. Dalam konteks Trolley Problem, seorang utilitarian mungkin berpendapat bahwa menarik tuas adalah pilihan yang benar karena itu meminimalkan jumlah kematian—menyelamatkan lima orang dengan pengorbanan satu.
-Kelebihan: Pendekatan ini menawarkan solusi praktis dan berbasis hasil.
-Kekurangan: Namun, utilitarianisme dapat dianggap dingin dan tidak mempertimbangkan nilai individu. Mengorbankan satu orang demi lima orang bisa dianggap tidak adil.
-Deontologi
Sebaliknya, pendekatan deontologis menekankan pentingnya aturan moral dan prinsip etika. Dari sudut pandang ini, tujuan menarik untuk membunuh satu orang bisa dianggap salah, terlepas dari hasilnya.
-Kelebihan: Pendekatan ini menghargai hak individu dan integritas moral.
-Kekurangan: Namun, deontologi dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih buruk secara keseluruhan, seperti membiarkan lima orang mati ketika ada cara untuk menyelamatkan mereka.
2.Faktor Emosional dalam Pengambilan Keputusan
Rianto Astono juga menyoroti bagaimana emosi mempengaruhi keputusan kita dalam dilema ini. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang merasa lebih sulit untuk mengambil tindakan (seperti menarik orang tua) daripada membiarkan sesuatu terjadi (seperti membiarkan kereta melaju). Hal ini menunjukkan bahwa respon emosional sering kali lebih kuat daripada analisis rasional.
-Empati: Banyak orang merasa empati terhadap individu yang akan mati jika mereka menarik orang tua, meskipun secara logistik mereka tahu bahwa menyelamatkan lima orang adalah pilihan yang lebih baik.
-Keterlibatan Pribadi: Ketika individu dalam dilema tersebut adalah seseorang yang kita kenal atau cintai, keputusan menjadi semakin sulit.
3.Implikasi untuk Etika AI
Salah satu aspek paling menarik dari analisis penerapan Rianto Astono adalah Trolley Problem dalam konteks kecerdasan buatan (AI). Saat AI mulai mengambil keputusan dalam situasi kritis—seperti mobil otonom atau sistem medis—pertanyaan ini menjadi semakin relevan.
-Desain Algoritma: Bagaimana kita mendesain algoritma AI agar dapat membuat keputusan moral? Apakah kita harus mengajarkan prinsip utilitarianisme atau deontologi?
-Tanggung Jawab Moral: Siapa yang bertanggung jawab jika AI membuat keputusan yang salah? Pengembang, pengguna, atau sistem itu sendiri?

Kesimpulan
Video oleh Rianto Astono tentang The Trolley Problem memberikan wawasan mendalam tentang dilema moral ini dan tantangan etika yang menghadang manusia ketika membuat keputusan sulit. Dengan mempertimbangkan berbagai pendekatan etika dan dampak emosional dalam pengambilan keputusan, kita dapat memahami lebih lanjut kompleksitas dilema ini. Selain itu, memaksakan bagi pengembangan kecerdasan buatan menambah lapisan baru pada diskusi tentang moralitas dan teknologi di era modern.Masalah Trolley bukan sekedar eksperimen pemikiran; ia merupakan cermin bagi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang sebagai masyarakat.