Posts made by Lutfiatun Nisa

PGSD_PIPSSD_F_2024/2025 -> FORUM DISKUSI KELOMPOK 5

by Lutfiatun Nisa -
Saya Lutfiatun Nisa dengan NPM 2313053175 izin menjawab pertanyaannya, jadi jawabannya adalah Pembelajaran IPS di SD menghadapi beberapa tantangan:

- Materi abstrak: Siswa SD sulit memahami konsep IPS yang abstrak.
- Sumber belajar terbatas: Akses terhadap sumber belajar berkualitas masih sulit.
- Keterampilan guru: Tidak semua guru memiliki keterampilan mengajar IPS yang memadai.
- Waktu terbatas: Alokasi waktu untuk IPS di SD terbatas.
- Keterlibatan siswa: Pembelajaran IPS yang monoton membuat siswa kurang tertarik.

Untuk mengatasi hal ini, perlu:

- Pendekatan kontekstual: Hubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa.
- Media pembelajaran: Gunakan media menarik dan interaktif.
- Pengembangan profesional guru: Latih dan dampingi guru IPS.
- Pembelajaran tematik: Integrasikan materi IPS dengan mata pelajaran lain.
- Pengembangan berpikir kritis: Dorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis.

Dengan strategi ini, efektivitas pembelajaran IPS di SD dapat ditingkatkan.

PGSD_PIPSSD_F_2024/2025 -> FORUM DISKUSI KELOMPOK 5

by Lutfiatun Nisa -
Saya LutfiaYunitaS Nisa dengan NPM 2313053175 izin menjawab pertanyaannya, jadi jawabannya adalah Struktur materi IPS dalam Kurikulum Merdeka memiliki beberapa kelemahan yang berpotensi membatasi pemahaman peserta didik:

- Fragmentasi Materi: Materi IPS terpecah-pecah dalam mata pelajaran terpisah, sehingga sulit melihat keterkaitan antar-fenomena.
- Kurangnya Kedalaman: Materi IPS cenderung disederhanakan, sehingga mengurangi kesempatan untuk pengkajian mendalam.
- Keterbatasan Waktu: Alokasi waktu yang terbatas menghambat kesempatan untuk analisis kritis dan proyek penelitian.
- Sumber Belajar Terbatas: Ketersediaan sumber belajar yang berkualitas dan relevan dengan konteks Indonesia masih terbatas.
- Keterampilan Berpikir Kritis: Kurangnya fokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis menghambat kemampuan peserta didik untuk menganalisis informasi secara kritis.

Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan integrasi materi, pengembangan kurikulum berbasis proyek, peningkatan alokasi waktu, pengembangan sumber belajar, dan penguatan keterampilan berpikir kritis.

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Jurnal 2

by Lutfiatun Nisa -
Nama: Lutfiatun Nisa
Npm: 2313053175
Kelas: 3F

Berikut adalah analisis dari jurnal "Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi":
1. Abstrak
Jurnal ini mengidentifikasi krisis multidimensi yang dihadapi Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan nilai. Penulis menyoroti bahwa pendidikan di Indonesia gagal membentuk karakter dan moral siswa, yang berkontribusi pada peningkatan perilaku menyimpang di kalangan generasi muda.

2. Tujuan
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk menekankan pentingnya pendidikan nilai dalam konteks globalisasi. Pendidikan nilai diharapkan dapat membekali siswa dengan moral dan etika yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman.

3. Kerangka Teori
Penulis menguraikan berbagai nilai yang perlu diajarkan, termasuk nilai religius, moral, dan sosial. Disoroti juga bahwa pendidikan nilai harus melibatkan proses yang menyentuh hati, bukan sekadar mengandalkan pengajaran kognitif.

4. Dampak Globalisasi
Jurnal ini membahas dampak positif dan negatif globalisasi terhadap nilai-nilai dan moral masyarakat. Dampak positif meliputi peningkatan transparansi dalam pemerintahan dan kemajuan ekonomi, sementara dampak negatif termasuk hilangnya identitas budaya dan meningkatnya individualisme.

5. Pendidikan Nilai yang Gagal
Penulis menjelaskan beberapa alasan mengapa pendidikan nilai di Indonesia gagal, antara lain:
- Pendidikan formal yang hanya berfokus pada aspek kognitif.
- Kurangnya pengalaman praktis dan refleksi dalam proses belajar.
- Penyampaian materi yang tidak relevan dan tidak kontekstual.

7. Kesimpulan
Pendidikan nilai sangat penting untuk membangun karakter generasi muda di era globalisasi. Dengan pendekatan yang tepat, pendidikan nilai dapat membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki moral yang kuat. Jurnal ini memberikan wawasan mendalam tentang tantangan pendidikan di Indonesia dan pentingnya pendidikan nilai di tengah arus globalisasi. Penekanan pada integrasi nilai dalam pendidikan formal dan informal adalah langkah penting untuk membangun generasi yang lebih baik. Jurnal ini juga memberikan saran agar pendidikan nilai diintegrasikan ke dalam semua aspek pendidikan di sekolah, serta melibatkan lingkungan keluarga dan masyarakat. Metode pengajaran yang lebih kreatif dan interaktif juga disarankan untuk meningkatkan internalisasi nilai.

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Video 2

by Lutfiatun Nisa -
Nama: Lutfiatun Nisa
Npm:2313053175
Kelas: 3F

Video diatas membahas fenomena kekerasan di lingkungan sekolah yang melibatkan anak-anak, baik di tingkat SD maupun SMP, yang seringkali berujung pada korban jiwa. Beberapa contoh kasus yang terjadi di berbagai daerah, seperti Jakarta Selatan, Sukabumi, dan Bandung, diangkat untuk menggambarkan betapa kekerasan fisik antar siswa sering terjadi karena alasan sepele, seperti perkelahian mulut atau gangguan kecil. Teks juga menyoroti masalah kurangnya pengawasan dari pihak sekolah, serta faktor-faktor eksternal seperti pengaruh media sosial dan akses mudah ke senjata tajam. Tindakan dari pihak berwenang, seperti wali kota Bogor yang menyidak jual-beli senjata tajam di kalangan pelajar, disinggung sebagai langkah untuk menangani situasi ini. Ada penekanan pada pentingnya peran guru, sekolah, dan orang tua dalam menjaga keselamatan dan pengawasan terhadap anak-anak di lingkungan pendidikan.

Analisis:
1. Kekerasan di Lingkungan Sekolah: Video menyoroti bahwa kekerasan di sekolah sering terjadi bahkan di usia yang sangat muda, seperti pada siswa kelas 2 SD. Ini menunjukkan bahwa anak-anak berada dalam situasi rentan di mana konflik kecil dapat berkembang menjadi tindakan fisik yang berbahaya, yang sering kali berakhir tragis. Seringkali, alasan di balik kekerasan ini tampak sepele, tetapi dampaknya bisa sangat serius.

2. Kurangnya Pengawasan: Salah satu poin utama yang ditekankan adalah kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Meskipun ada guru dan petugas sekolah, beberapa kejadian kekerasan terjadi tanpa intervensi dari pihak sekolah hingga terlambat. Ini menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem pengawasan dan tanggung jawab di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa.

3. Pengaruh Media Sosial dan Akses Senjata Tajam: di dalam video juga menyebutkan peran media sosial dalam mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja. Selain itu, adanya laporan tentang anak-anak yang memiliki akses ke senjata tajam menjadi perhatian serius, terutama karena senjata-senjata ini tidak pantas dimiliki oleh siswa yang masih di bawah umur. Ini menunjukkan bagaimana akses informasi yang tidak tepat dan kurangnya kontrol dari orang tua dapat memperburuk situasi.

4. Peran Orang Tua dan Guru: divideo menekankan bahwa tanggung jawab tidak hanya berada di tangan sekolah atau guru, tetapi juga pada orang tua. Terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Hal ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara pihak sekolah dan keluarga dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan anak-anak.

5. Pendekatan Hukum dan Binaan: Ada penyebutan bahwa anak-anak yang terlibat dalam kekerasan ini seringkali masih di bawah umur, dan dengan demikian diperlakukan di bawah hukum perlindungan anak. Di beberapa kasus, seperti di Bandung, pelaku mendapatkan bimbingan di Pusat Perlindungan Anak (PPA) karena pelaku juga mengalami trauma atau depresi. Ini menunjukkan bahwa pendekatan penanganan kekerasan oleh anak tidak hanya bisa dilakukan melalui hukuman, tetapi juga melalui rehabilitasi psikologis.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah mengungkap betapa gentingnya situasi kekerasan yang terjadi di sekolah, yang melibatkan anak-anak sebagai korban dan pelaku. Kegagalan dalam pengawasan, pengaruh negatif dari lingkungan eksternal seperti media sosial, dan akses ke senjata tajam memperburuk situasi. Ada kebutuhan mendesak untuk peningkatan pengawasan di sekolah, pendidikan moral yang lebih baik, dan keterlibatan lebih aktif dari orang tua untuk mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut.

Nilai dan Moral PGSD 2024 -> Forum Analisis Video 1

by Lutfiatun Nisa -
Nama: Lutfiatun Nisa
Npm: 2313053175
Kelas: 3F


Analisis Video diatas berisi Trolley Problem, sebuah eksperimen pemikiran yang membahas dilema moral dengan dua skenario utama. Video ini menganalisis bagaimana kita menghadapi keputusan yang melibatkan pengorbanan satu orang untuk menyelamatkan lima orang lainnya, serta mengapa banyak orang merasa terjebak oleh situasi ini.

1. Pengantar Dilema Moral: memperkenalkan Trolley Problem dengan skenario klasik di mana seseorang harus memilih antara tidak berbuat apa-apa dan membiarkan lima orang terbunuh oleh kereta atau menarik tuas untuk mengalihkan kereta, yang akan membunuh satu orang. Skenario ini bertujuan untuk menggali keputusan moral: apakah lebih baik mengorbankan satu nyawa demi menyelamatkan lima nyawa?

2. Konflik Moral Aktif vs. Pasif: Skenario kedua memperumit dilema dengan menggantikan tuas dengan tindakan yang lebih langsung, yaitu mendorong seseorang dari jembatan untuk menghentikan kereta dan menyelamatkan lima orang. Orang cenderung menolak tindakan ini karena memandangnya sebagai tindakan aktif yang tidak bermoral, meskipun hasil akhirnya sama—satu orang terbunuh, lima orang selamat.

3. Pertanyaan Filosofis: Video mempertanyakan apakah moralitas didasarkan pada hasil akhir (konsekuensialisme) atau tindakan yang dilakukan (deontologi). Apakah mengorbankan sedikit untuk menyelamatkan yang lebih banyak selalu lebih bermoral, atau apakah itu hanya pembenaran yang dibuat manusia untuk menutupi egoisme atau keputusan yang sulit?

4. Aplikasi dalam Kehidupan Nyata: Dilema ini juga diterapkan pada isu-isu sosial dan politik, seperti diskriminasi, perang, dan keputusan pribadi. Misalnya, apakah pengorbanan kecil demi kebaikan umum selalu benar? Video ini mempertanyakan apakah moralitas dapat dieksploitasi oleh mereka yang berkuasa untuk melegitimasi tindakan tidak etis demi kepentingan yang lebih besar.

5. Dilema Personal: Pada akhir video, dilema ditingkatkan dengan menambahkan elemen personal, yakni salah satu korban di rel kedua adalah anggota keluarga kita. Ini memaksa kita untuk mempertimbangkan bagaimana kedekatan emosional memengaruhi keputusan moral, yang membawa fokus kembali pada aspek egoisme dalam moralitas.

Kesimpulan:
Video ini mendorong kita untuk merefleksikan apakah prinsip moral yang kita yakini benar-benar adil, ataukah mereka dapat berubah tergantung pada situasi dan posisi kita. Moralitas di sini bukanlah soal benar atau salah yang pasti, melainkan soal pilihan subjektif yang bisa dipengaruhi oleh konteks, kedekatan emosional, dan kepentingan pribadi.